Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan

diberbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik,

pendidikan, sosial budaya, ilmu pengehtahuan, teknologi dan tidak

ketinggalan juga perkembangan pada bidang kesehatan. Perkembangan

tersebut memberikan dampak bagi kehidupan manusia termasuk Indonesia.

karena Kesehatan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari, Sebab kesehatan merupakan suatu keadaan yang bebas dari

penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit psikis serta bebas dari

kecacatan. Seseorang dapat dikatakan sehat apabila ia mampu melakukan

aktifitas sehari-hari secara mandiri tanpa bantuan orang lain, dan manusia

merupakan makhluk yang tentunya tidak lepas dari proses bergerak mulai

dari tingkatan mikroskopik sampai menjadi janin dan kemudian sampai

menjadi makhluk yang seutuhnya untuk terus bergerak. Salah satu upaya

Manusia agar bergerak adalah dengan melakukan olahraga. Olahraga

merupakan aktivitas fisik seseorang untuk meningkatkan kualitas kesehatan

dengan memiliki target terhadap peningkatan denyut nadi, waktu dan

pengulangan gerakan latihan olahraga tersebut.

Peningkatan minat masyarakat sekarang ini terhadap olahraga biasanya

tergantung dengan kualitas fasilitas yang ada di Indonesia seperti olahraga

sepak bola, futsal, volli, tennis dan badminton. Pemerintah Indonesia akhir-

akhir ini sangat memberikan dukungan lebih terhadap olahraga badminton,

1
2

karena olahraga badminton saat ini telah banyak membawa prestasi bagi

bangsa Indonesia. Olahraga badminton telah banyak dipilih masyarakat

karena fasilitas dan sarana badminton mudah didapatkan. Selain itu gerakan

dalam olahraga badminton dapat meningkatkan kesehatan aktivitas fisik.

Namun semakin banyak minat masyarakat terhadap olahraga badminton

maka semakin banyak juga tingkat cedera . Cedera tennis elbow ditemukan

pada umumnya lebih berisiko pada atlet amatir dibandingkan pada atlet yang

sangat terlatih dikarenakan ketegangan otot pada saat bermain yang melebihi

kapasitas pelatihan dan kinerja pada atlet amatir, peningkatan tegangan gaya

yang diberikan saat melakukan gerakan ekstensi secara tiba-tiba akan

menimbulkan microtrauma pada lengan bawah (Masini, et al 2015).

Cedera merupakan kerusakan pada jaringan baik pada tulang, otot

maupun ligamen. Cedera bisa disebabkan karena beberapa hal bisa karena

olahraga, sedangkan penyebab cedera olahraga sebagian besar dikarenakan

oleh aktivitas olahraga. Cedera olahraga merupakan hal paling penting untuk

dihindari dalam olahraga, sebab jika seseorang mengalami cedera maka akan

mempengaruhi aktivitas yang lain pula. Cedera olahraga sangat bermacam

ada trauma secara langsung dan juga trauma tidak langsung, dalam kasus

olahraga badminton banyak dijumpai cedera secara tidak langsung karena

sering terjadi pergerakan berulang sehingga dapat menekan jaringan

sekitarnya. Seperti contoh pada pemain badminton sering melakukan gerakan

smash dan backhand dengan menggunakan tangan terutama pada regio siku.

Siku merupakan salah satu bagian tubuh yang paling sering digunakan

oleh pemain badminton dalam melakukan gerakan smash dan backhand

berfungsi untuk memperpendek atau memperpanjang jarak dan menyesuaikan


3

posisi. Akibat dari penggunaan berlebihan dan berulang-ulang maka

penggunaan dari siku menjadi tidak terkontrol. Pada olahraga badminton

sering di dapatkan keluhan nyeri siku pada pemain badminton. Akibatnya

akan sangat menghambat seseorang dalam melakukan aktifitas. Keterbatasan

gerakan tersebut disebabkan oleh karena adanya nyeri saat melakukan

gerakan. Keterbatasan tersebut disebabkan oleh beberapa kasus diantaranya

yaitu Tennis Elbow (Partono, 2006).

Tennis elbow sendiri umumnya ditemukan pada pemain badminton yang

salah melakukan gerakan memukul dengan tehnik backhand yang seharusnya

raket diayunkan ke belakang beserta bahu dan punggung dengan posisi badan

tegak lurus dengan net, namun hal itu tidak dilakukan karena banyak pemain

badminton hanya melakukan gerakan dengan mengayunkan raket ke

belakang tanpa ada gerakan dengan mengayunkan raket ke belakang tanpa

ada gerakan dari bahu dan putaran punggung sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan dari kekuatan otot (Anton, 2010).

Tennis elbow adalah munculnya rasa sakit di sekitar siku yang sering

terjadi pada pemain tennis sehingga menyebabkan pada tendon ekstensor

pergelangan tangan sepanjang epicondylus lateral dan radiohumeral Joint

terasa sakit. akibat dari kegiatan mencengkram, seperti menjinjing barang,

memasang sekrup, dan memeras pakaian yang membutuhkan stabilitas dari

pergelangan tangan. Pekerjaan yang berulang dari ekstensi pergelangan

tangan dapat menyebabkan stres pada musculotendinosus (Carolyn Kisner,

2007).

Prevalensi Tennis elbow mempengaruhi 1-3% dari keseluruhan populasi

secara umum dan 15 % mempengaruhi para pekerja di industri (Bisset, et al


4

2009), 35-42% sebagian besar terkena pada pemain tennis (Silva, 2008),

Tennis Elbow biasanya ditandai dengan nyeri pada epikondilus lateral

humerus sehingga diperburuk selama gerakan dorso fleksi pada pergelangan

tangan, Tennis Elbow telah dilaporkan bahwa kejadian tahunan 1% sampai

3% dalam populasi menyeluruh dan menyebabkan kerugian besar pada para

pekerja karena merasakan rasa nyeri pada saat bekerja (Altan, 2008).

Rasa nyeri dapat dirasakan pada penderita tennis elbow yang ditandai

dengan inflamasi akibat kerobekan microscopic pada tenno periosteal bersifat

akut atau kronis, sehingga membentuk abnormal pada otot ekstensor wrist

berorigo pada epicondylus lateral karena aktivitas fisik dapat melibatkan

tangan dan pergelangan tangan secara berlebihan atau overuse. Tennis elbow

terdiri dari 4 tipe yaitu tipe I cedera pada otot ekstensor carpi radialis longus

(1%), tipe II cedera pada otot ekstensor carpiradialis brevis (90%), tipe III

cedera pada otot ekstensor carpi rasialis brevis tenno muscular junction

(1%), tipe IV cedera pada otot ekstensor carpi rasialis brevis muscle belly

(8%), dari keempat tipe tersebut tennis elbow tipe II merupakan tipe yang

paling umum ditemukan dengan jumlah temuan 90% (Partono, 2006).

Jaringan yang terjadi patologi pada tennis elbow tipe II adalah tendon

periosteal, dimana bila terdapat inflamasi cenderung menjadi kronik. Hal ini

disebabkan karena adanya beberapa faktor, antara lain lokasinya merupakan

daerah kritis (critical zone) yang sangat miskin pembuluh darah kapiler.

Peradangan kronik pada jaringan tendon akan diikuti perlengketan antar

serabut kolagen, akibatnya selalu timbul nyeri bila diregang (Vicenzino,

2007).
5

Melihat besarnya dampak Tennis elbow pada penderita maka diperlukan

suatu pengobatan dengan tepat. Selama ini pengobatan untuk Tennis elbow

dalam dunia kedokteran dengan pengobatan terapi injeksi corticosteroid

pada lateral epicondyle untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan pada

daerah siku (Flatt, 2008). Sedangkan peran fisioterapi dalam hal ini sangat

penting melihat falsafah fisioterapi. Menurut peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia Nomor 80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan

dan praktik fisioterapi menyatakan bahwa fisioterapi merupakan bentuk

pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok

untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh

sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penangan secara manual,

peningkatan gerak, peralatan (physic, elektroterapeutis dan mekanis),

pelatihan fungsi dan komunikasi.

Peran Fisioterapi pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah

Fisioterapi berperan dalam perawatan pasien dengan berbagai gangguan

neuromuskuler, muskuloskeletal, kardiovaskuler, paru, serta gangguan gerak

dan fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalam pelayanan khusus

dan kompleks, serta tidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat

intensif, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga dan/atau rehabilitasi.

Salah satu diantaranya peran Fisioterapi dalam Muskuloskeletal cedera

olahraga dimana kasus cedera olahraga biasanya menggunakan pendekatan

kinesio taping dan exercise terapi.

Nyeri pada tennis elbow dapat diberikan fisioterapi dengan intervensi

ultrasound dan kinesio taping . ultrasound merupakan salah satu modalitas

fisioterapi yang biasa digunakan untuk kasus muskuloskeletal, Ultrasound


6

atau gelombang suara untuk merangsang jaringan tubuh yang mengalami

kerusakan. Walaupun telah lama digunakan dibidang kedokteran untuk

berbagai tujuan, slah satu keuntungan terapeutik dari ultrasound yang belum

terlalu dikenal adalah pengobatan cedera otot. Ultrasound dengan efek

analgesic pada otot adalah salah satu pengobatan nonfarmakologi yang

banyak digunakan untuk Tennis elbow , dari studi Nurfahira et al 2021 yang

mana Ultrasound menunjukan aksi biologisnya melalui mekanisme termal

dan nonthermal, energinya menyebabkan molekul jaringan lunak bergetar

dari paparan gelombang akustik. Gerakan molekuler yang meningkat ini

menghasilkan panas gesekan dan akibatnya meningkatkan suhu jaringan.

Peningkatan suhu ini dinamai efek thermal, diperkirakan menyebabkan

perubahan dalam kecepatan konduksi saraf, peningkatan enzimatik,

perubahan aktivitas kontraktil otot rangka yang meningkat dalam

ekstensibilotas jaringan kolagen, peningkatan aliran darah local dan

peningkatan ambang nyeri . Sedangkan kinesio taping dari bahan elastis

yang mudah untuk di aplikasikan. Fungsi utama dari kinesio taping adalah

untuk memfasilitasi otot-otot yang mengalami cedera dan juga bisa

memberikan perlindungan terhadap otot-otot yang mengalami kelelahan

terutama biasanya digunakan oleh para atlet atau olahragawan dalam

pertandingan mereka seperti pertandingan pada sepak bola, badminton,

tennis, pelari dan masih banyak lagi. Salah satu efek yang diberikan oleh

kinesio taping adalah meningkatkan sirkulasi sehingga aliran darah yang kaya

akan oksigen meningkat dan selain itu kinesio taping juga memberikan efek

mengurangi rasa nyeri dengan mengambil tekanan reseptor rasa nyeri.


7

Kinesio taping adalah elastik tape yang digunakan untuk mencegah

dan mengobati cedera muskuloskeletal, dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase

di Jepang. Teknik ini digunakan untuk mendukung fasia, otot dan sendi,

namun bisa juga untuk keterbatasan gerak, mengurangi waktu pemulihan

cedera dengan menurunkan rasa nyeri dan inflamasi (Mostafavivar, 2012).

Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan untuk dijadikan bahan

pertimbangan untuk memberikan penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

Tennis elbow.

Dari uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan

memberikan intervensi pada dua kelompok dimana kelompok pertama akan

diberikan intervensi ultrasound dan kelompok kedua diberikan kinesio taping

dengan tujuan untuk mengehtahui pengaruh masing-masing intervensi terhadap

pengurangan nyeri pada Tennis elbow dan berdasarkan latar belakang dan

masalah tersebut penulis tertarik untuk mengangkat topik di atas dan

menjadikannya dalam bentuk skripsi dengan judul “Perbedaan Pengaruh

Pemberian Ultrasound dan kinesio taping terhadap penurunan nyeri Tennis

Elbow pada pemain Badminton RSUD PANGLIMA SEBAYA PASER ”.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh ultrasound terhadap pengurangan nyeri tennis

elbow pada pemain badminton?

2. Apakah ada pengaruh kinesio taping terhadap pengurangan nyeri tennis

elbow pada pemain badminton?


8

3. Apakah ada perbedaan pengaruh pemberian ultrasound dengan

pemberian kinesio taping terhadap pengurangan nyeri tennis elbow pada

pemain badminton?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mencoba memilih tujuan umum dan khusus dari

penelitian ini.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengehtahui Perbedaan

pengaruh Ultrasound dan Kinesio taping Terhadap Pengurangan Nyeri

Tennis Elbow pada pemain badminton.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengehtahui pengaruh ultrasound terhadap pengurangan nyeri

tennis elbow pada pemain badminton.

b. Untuk mengehtahui pengaruh kinesio taping terhadap pengurangan

nyeri tennis elbow pada pemain badminton.

c. Untuk mengehtahui perbedaan pengaruh pemberian ultrasound

dengan pemberian kinesio taping terhadap pengurangan nyeri tennis

elbow pada pemain badminton.

D. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini maka akan didapatkan berbagai macam manfaat, antara

lain:

1. Bagi pendidik

Akan dapat menambah khasanah keilmuan fisioterapi dalam fisioterapi

olahraga.
9

2. Bagi peneliti

Menambah pengehtahuan, wawasan dan pengalaman dalam

mengembangkan diri pada dunia kesehatan, khususnya bidang fisioterapi

di masa yang akan datang.

3. Bagi pemain badminton

Memberi masukan akan pentingnya efek dari ultrasound dan kinesio

taping dalam mendukung kesehatan anggota gerak untuk meningkatkan

prestasi bermain para pemain badminton.

4. Bagi peserta penelitian

Menambah pengehtahuan dalam meningkatkan prestasi diri dan cara-cara

mengolah potensi diri dengan mengehtahui intervensi dari ultrsaound dan

kinesio taping.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah tentang fisioterapi

olahraga, pengaruh ultrasound dan kinesio taping sebagai variabel bebas

dan penurunan Nyeri sebagai variabel terikat. Dalam hal ini intervensi

tersebut dapat dipahami dalam mempengaruhi nyeri Tennis Elbow pada

pemain badminton.

2. Subyek penelitian

Mahasiswa pemain badminton yang mengikuti UKM Badminton di

RSUD Panglima Sebaya Paser karena sejauh pengamatan para pemain

memiliki masalah nyeri di siku.


10

3. Lingkup waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Febuari yaitu

dari awal penyusunan sampai dengan laporan penelitian.

4. Lingkup tempat

Penelitian ini dilakukan di RSUD Panglima Sebaya Paser karena sejauh

pengamatan ini para pemain banyak memiliki keluhan nyeri pada siku.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai penurunan nyeri pada Tennis Elbow sudah banyak

dilakukan, akan tetapi penelitian mengenai perbedaan pengaruh ultrasound

dan kinesio taping terhadap pengurangan nyeri Tennis Elbow pada pemain

badminton sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang

pernah dilakukan untuk mengatasi permasalahan nyeri sepengehtahuan

peneliti adalah sebagai berikut :

1. Penelitian oleh Setyaningsih, (2015) yang berjudul “Pengaruh Kinesio

Taping Terhadap Nyeri Lateral Epicondylitis Pada Koki”. Penelitian ini

menggunakan metode quasi experiment, dengan desain control group pre

and post test. Cara pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling. Data dianalisa menggunakan SPSS dengan Uji Wilcoxon. Pada

penelitian ini, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang. Kelompok

perlakuan mengalami penurunan nyeri yang signifikan (p < 0,05),

ditunjukkan dengan nilai mean pre-test sebesar 52,2 dan nilai post-test

sebesar 39,6. Sedangkan pada kelompok kontrol, nilai mean pre-test

sebesar 47,5 dan nilai post-test sebesar 49,5. Jadi, kesimpulan dari

penelitian ini ada pengaruh kinesio taping terhadap nyeri lateral

epicondylitis pada koki.


11

Perbedaannya dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini

tidak memberikan ultrasound terhadap penurunan nyeri tennis elbow pada

pemain badminton.

2. Goel, Balthilaya dan Reddy (2015). Dengan judul “Effect Of Kinesio

Taping Versus Athletic Taping On Pain And Muscle Performance In

Lateral Epicondylalgia”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan subyek yang diambil secara acak pria dan wanita dengan

epicondilitis lateral humeral atau yang biasa disebut dengan Tennis

Elbow dengan kriteria umur 18 – 50 tahun. Hasil penelitian menunjukan

pengurangan nyeri yang signifikan namun diantara kedua intervensi tidak

ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada hasil pengukuran

taping untuk nyeri otot dan kekuatan otot diantara kedua teknik taping

(p> 0,05). Jadi, kesimpulan pada penelitian ini erekomendasikan dari

kedua teknik taping untuk nyeri otot dan kekutan otot untuk mendapatkan

perbaikan jangka pendek pada nyeri otot dan kekuatan otot pada pasien

Epicondilitis lateral humeral atau. Tennis Elbow

Perbedaan dengan penelitian penulis adalah pada penelitian ini untuk

mengehtahui dua tujuan yaitu nyeri otot dan kekuatan otot sedangkan

penelitian penulis hanya untuk mengehtahui perubahan nyeri saja.

Anda mungkin juga menyukai