OLEH :
WAHYU RISTANDI
2111401001
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2023
BAB I
PENDAHULUAN
olahraga yang membutuhkan kerja otot yang tidak sedikit seperti sepak
bola, Ada orang dewasa muda, dengan usia produktif antara 20-40 tahun,
aktivitas menjadi sangat tinggi. Bisa karena pekerjaan atau karena aktivitas-
aktivitas lain, di usia ini banyak yang sangat aktif dalam kegiatan olah raga.
Kesehatan dan kekuatan jasmani merupakan syarat yang harus dimiliki oleh
kegiatan latihan fisik setiap harinya berupa lari, push up, pull up dan shuttle up.
Selain itu, setiap prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) memiliki hobi voli,
dan olahraga lainnya. Tidak jarang dari serangkaian kegiatan latihan fisik dan
hobi olahraga yang dilakukan secara rutin setiap harinya dapat menimbulkan
muskuloskeletal yang meliputi otot, tulang, sendi, tendon, ligamen serta jaringan
ikat yang mendukung dan mengikat jaringan dan organ bersama-sama. Salah
satu cedera yang diakibatkan dari serangkaian kegiatan tersebut adalah ruptur
anterior cruciate ligament. Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu
Terdapat 3 tulang utama untuk membentuk tulang yang baik yaitu femur,
tibia dan patella (Jon C. Thompson : 2010). Fungsi dari sendi secara umum
adalah untuk melakukan gerakan pada tubuh dan sebagai stabilisasi. Ini berjalan
pada akhir tulang paha (notch interkondilaris) dan berasal dibagian belakang
femur (aspek postero-medial kondilus femoral lateral) dan menempel pada
trauma. ACL adalah salah satu ligamen utama pada lutut yang berfungsi untuk
mencegah tulang tibia bergeser kearah depan dari tulang femur dan untuk
mengontrol gerakan rotasi dari lutut. Rupture ACL dapat disebabkan karena
kontak langsung maupun tidak langsung pada lutut. Kontak langsung dapat
terjadi karena adanya gaya dari samping atau luar seperti benturan langsung
pada lutut. Kontak tidak langsung contohnya seperti mendarat setelah melompat
dengan lutut dalam keadaan hiperekstensi dengan rotasi panggul dan kaki yang
berlebihan. Hal ini dapat mengakibatkan sendi lutut menjadi tidak stabil
olahraga seperti football, baseball, basket, dan sepak boladan ski terdapat 78%
karena itu, bagi pemain bola yang melakukan 2 kegiatan latihan fisik yang pada
Anterior Cruciate Ligament merupakan bagian dari empat ligamen utama yang
Cruciate Ligament (PCL) terentang dari tulang disekitar fosa interkondiler femur
tibia. Kedua ligamen ini saling menyilang seperti huruf X. ACL melonggar ketika
knee fleksi dan tegang ketika ekstensi penuh. Mencegah tulang tibia dari pergeseran
Posterior Cruciate Ligament tegang ketika knee joint fleksi dan berguna untuk
membatasi pergerakan femur ke anterior dan tibia ke posterior terutama ketika knee
fleksi.
Rupture adalah suatu peristiwa dimana rusaknya atau robeknya suatu jaringan.
Contohnya seperti rupture ACL yaitu robeknya salah satu ligament pada bagian
anterior yang berada di lutut (Iman Santoso et al, 2018). Cedera ACL
penyembuh luka, jika terjadi rupture ACL maka akan sulit sembuh dengan
sendirinya (Brukner & Khan, 2011). Pada saat pasca rekonstruksi ACL,
permasalahan yang sering timbul dan dikeluhkan pasien ACL ialah adanya nyeri,
gangguan gerak dan fungsi, mengalami atrophy dan kelemahan otot, gangguan pola
jalan, dan hambatan fungsi sendi lutut lainnya. Setelah operasi dibutuhkan
lutut pada pasien pasca rekonstruksi ACL bertujuan untuk mengurangi nyeri dan
cedera ACL. Ketika mengalami cedera rupture pada ACL, maka otot yang
5
berkaitan dengan sendi lutut akan melemah karena akibat dari operasi, seperti otot
quadriceps. Otot quadriceps sangat penting untuk mengontrol anggota tubuh selama
maka dari itu fungsi otot quadriceps harus di pulihkan. Otot quadriceps dan atrophy
umum dari cedera dan rekonstruksi pada rupture ACL (Abbey C. Thomas et al,
2017). Otot quadriceps dan otot hamstring juga mengalami kelemahan pasca cedera
dan rekonstruksi akibat ACL. Namun, kelemahan otot setelah rekonstruksi ACL
tampaknya lebih bermasalah pada otot quadriceps daripada otot hamstring (Abbey
C. Thomas, 2010).
dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan rom pada lutut pada kondisi
Herman , M., & Komalasari, D. R. (2022). Penatalaksaan Fisioterapi Post Operative Anterior Cruciate
Ligament: Studi Kasus. Physiohs, 4(1): 31-36.
Herman , M., & Komalasari, D. R. (2022). Penatalaksaan Fisioterapi Post Operative Anterior Cruciate Ligament:
Studi Kasus. Physiohs, 4(1): 31-36.
Ni'mah, A. K. (2022). Intervensi Fisioterapi pada Kasus post Operative Recontruction Anterior Cruciate Ligament
Dextra Fase 1. Jurnal Ilmiah Fisioterapi Muhammadiyah, 1(1): 17- 20.
Ni'mah, a. k. (2022). intervensi fisioterapi pada kasus post operative recontruvtion anterior cruciate ligament
dextra fase 1. jurnal ilmiah fisioterapi muhammadiyah, 1(1)17-20.
Herman , M., & Komalasari, D. R. (2022). Penatalaksaan Fisioterapi Post Operative Anterior Cruciate Ligament:
Studi Kasus. Physiohs, 4(1): 31-36.
Ni'mah, A. K. (2022). Intervensi Fisioterapi pada Kasus post Operative Recontruction Anterior Cruciate Ligament
Dextra Fase 1. Jurnal Ilmiah Fisioterapi Muhammadiyah, 1(1): 17- 20.
Ni'mah, a. k. (2022). intervensi fisioterapi pada kasus post operative recontruvtion anterior cruciate ligament
dextra fase 1. jurnal ilmiah fisioterapi muhammadiyah, 1(1)17-20.
Vitaloka, D. A., Wijianto, & Mardianto, H. (2023). manajemen fisioterapi dalam meningkatkan keterbatasanlgs
dan kekuatan otot pada kasus post op acl fase 2 di rsud kmrt wongkonegoro semarang: studi kasus. jurnal
cakrawala ilmiah, 2(11)4621-4272.
8
i