Disusun Oleh :
UNIVERSITAS INDONESIA
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mampu memahami dan menerapkan penatalaksanaan Fisioterapi
pada cedera Anterior Cruciatum Ligament (ACL)?.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari empat
ligamen utama yang menstabilisasi sendi lutut. Ligamen ini terdiri dari
jaringan fibrosa yang menyerupai tambang yang berkoneksi dengan
tulang di persendian. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang
mencegah pergeseran ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap
tulang femur yang stabil, atau mencegah pergeseran ke belakang yang
berlebih tulang femur terhadap tulang tibia yang stabil.
2.3 Etiologi
Mekanisme yang sangat umum ditemui saat terjadinya ruptur ACL
adalah kombinasi dari gerakan berhenti yang terlalu tiba-tiba dari kaki
yang disertai gerakan memutar yang tiba-tiba dari lutut. Saat ACL
terrobek, penderita merasakan bahwa lututnya seperti keluar dari
persendian dan sering terdengar suara yang sangat keras. Jika penderita
mencoba untuk berdiri, biasanya akan terasa tidak stabil dan akhirnya
menyerah. Lutut biasanya menjadi bengkak, sangat sakit, dan sulit
untuk di gerakkan.
2.4 Patofisiologis
ACL mencegah translasi anterior tibia tehadap femur dan berfungsi
untuk meminimalisasi rotasi tibia. Fungsi sekunder ACL adalah untuk
mencegah posisi valgus dan falrus pada lutut, terutama saat ekstensi.
Cedera ACL menyebabkan perubahan kinematika lutut. Terkait dengan
patologi yang terjadi, penundaan rekontruksi ACL dapat mengakibatkan
terjadinya Osteoarthitis.
Sekitar 15% dari kasus rupture ACL menjalani Total Knee
Replacement (TKR). ACL menerima suplai darah dari arteri middle
genuelate, sehingga jika terjadi rupture ACL akan terjadi
haemoarthrosis. Namun, meskipun lokasinya intra-artikular, ACL
adalah Ektrasinovial karena tidak memiliki zat-zat penyembuh luka,
maka jika terjadi ruptur ACL akan sulit sembuh dengan sendirinya
(Brukner & Khan, 2011).
2.5 Gejala
Ada beberapa tanda-tanda yang mengindikasikan adanya cedera serius
pada ligamen sendi lutut yaitu:
1. Deformitas pada lutut.
2. Ketidakmampuan menumpu berat badan.
3. Pembengkakan atau penumpukan cairan pada lutut.
4. Ketidakmampuan meluruskan lutut secara penuh (mengunci
lutut).
5. Tenderness berat ketika dilakukan tekanan pada lutut.
Penderita paska operasi ruptur ACL kan di temui berbagai tanda
dan gejala yaitu pasien nyeri dibagian luar dan belakang lutut,
haemoarthrosis yang disebabkan dari pendaraghan ligament, dan yang
paling sering adalah ada suara “pop” dari lutut dan lutut terasa
longgar/tidak stabil.
2.6 Diagnosis
3. Fase remodeling
Fase ini ditandai dengan semakin eratnya susunan serat serat
kolagen yang telah terbentuk sebelumnya dan meningkatnya
pematangan matriks kolagen yang terus berlanjut beberapa
bulan hingga beberapa tahun. Namun, beberapa penelitian
menunjukan bahwa meskipun terjadi pematangan matriks
kolagen tapi strukturnya berbeda dan tidak sempurna seperti
jaringan ligamen yang normal.
a. Umum :
1. Nyeri
2. Ada tidaknya keterbatasan lingkup gerak sendi (ROM)
3. Kualitas bengkak (Oedema)
4. Kekuatan otot penggerak utama gerakan sendi lutut
5. Gait analisis (pola jalan)
b. Khusus :
1. Tes Hyperekstensi
2. Tes Gravity Sign
3. Tes Laci Sorong
4. Tes Endorotasi-Eksorotasi Pasif
5. Tes Lachmane
6. Tes Pivot Shift
Pelaksanaan Fisioterapi
1. TENS
2. InfraRed
3. Hot Pack
4. Cold Pack
5. Micro Wave Diathermy
6. Ultra Sound
7. Terapi latihan
- Active asisted exercise
- Hold relax
- Edukasi
Evaluasi
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Ruptur Anterior Cruciate Ligament adalah robekan yang terjadi
pada anterior cruciate ligament yang menghubungkan tulang femur dan
tibia. Ligamen ini mencegah femur bergeser ke arah posterior terhadap tibia
dan mencegah tibia bergeser ke arah anterior terhadap femur. Robekan ini
dapat mengakibatkan berkurangnya stabilitas sendi lutut. Pada kasus ini,
ruptur terjadi ketika pasien mendarat tiba-tiba dan mengalami benturan pada
lutut sebelah kiri pada saat terjun payung, kemudian tungkai atas dan bawah
pasien memutar ke kiri dan terseret oleh parasutnya yang belum ditutup.
Tindakan yang dilakukan adalah operasi rekonstruksi dengan
mengganti anterior ligament cruciate yang ruptur dengan tendon yang lain.
Problematika fisioterapi yang muncul setelah rekonstruksi adalah adanya
nyeri gerak fleksi dan ekstensi knee sinistra, keterbatasan ROM fleksi dan
ekstensi knee sinistra, spasme pada otot hamstring dan gastrocnemius
bagian sinistra, penurunan kekuatan otot fleksor dan ekstensor knee sinistra.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diberikan
beberapa terapi modalitas. Selain itu juga diberikan terapi latihan. Evaluasi
yang didapatkan setelah ditandai dengan berkurangnya nyeri gerak,
meningkatnya ROM, dan spasme pada otot berkurang.
DAFTAR PUSTAKA
Surabaya: 2-5