Disusun Oleh :
Larasati Dewi (1806180064)
UNIVERSITAS INDONESIA
2018/2019
A. Gait Analysis
Berjalan adalah berpindahnya tubuh dari satu titik ke titik berikutnya dengan cara
menggunakan kedua tungkai (bipedal : posisi tubuh selalu tegak selama proses berlangsung).
Pola repetisi daripada penumpuan berat badan dari satu tungkai ke tungkai yang lain
dengan heel-toe striding adalah fenomena yang membedakan manusia dengan hominids yang
lebih primmitif (Napier, 1967).
Berjalan merupakan suatu rangkaian dari gait cycle, dimana satu gait cycle dikenal
dengan sebutan langkah (stride). Blaya (2000), mendefinisikan single gait cycle sebagai suatu
periode dimana salah satu kaki mengenai landasan (ground), mengayun dan kaki tersebut
kembali mengenai landasan.
Siklus gait terdiri dari dua bagian, yaitu berdiri (stance) dimana kaki mengenai landasan
dan bagian mengayun (swing) dimana kaki tidak mengenai landasan. Tahapan fase yang terjadi
pada gait cycle (Swilling, 2005), adalah initial contact, loading response, midstance, terminal
stance, pre swing, initial swing, mid swing, dan terminal swing.
Gait cycle terdiri dari 2 periode, yaitu periode berdiri (stance) dimana anggota badan
(kaki) mengenai landasan, dan periode mengayun (swing) dimana anggota badan tidak mengenai
landasan. Gait cycle dibagi kedalam delapan fase yang memiliki tiga tugas fungsional anggota
tubuh tersebut : weight acceptance (WA), single limb support (SLS), dan limb
advancement (LA). Weight acceptance yaitu tugas fungsional anggota badan dalam menerima
beban badan keseluruhan pada saat berjalan, melakukan penyerapan goncangan saat berjalan dari
gaya jatuh bebas tubuh, stabilisasi awal dalam periode berdiri dan memelihara
momentum forward progression.
Tugas tersebut terdiri dari 2 fase pada gait cycle, yaitu initial contact/heel strike (HS)
dan loading response/foot flat(FF). Periode berdiri diikuti dengan pendukung anggota tubuh
tunggal (single limb support/SLS), terdiri dari fase midstance dan fase terminal stance. Selama
melakukan tugas weight acceptance, anggota badan berdiri dengan tanggung jawab total untuk
menahan berat tubuh sementara anggota tubuh lainnya berada pada periode mengayun. Tugas
fungsional ketiga yaitu limb advancement, dimana terdapat empat fase yang berperan pada limb
advancement: terminal stance, preswing, initial swing, midswing,dan terminal swing. LA dimulai
pada akhir periode berdiri, dimana selama fase tersebut anggota bdan
melakukan advancement untuk mempersiapkan fase berikutnya. Fasepreswing melakukan
sekaligus dua tugas, yaitu tugas fungsional sigle limb support danlimb advancement (Blaya,
2000).
Vaughan (1999) menyatakan bahwa cara berjalan manusia merupakan penggambaran dari
pendekatan top-down. Pada awal terjadinya proses gait, sebagai syaraf impalas yang terjadi
didalam central nervous system (SSP) diakhiri dengan pembangkitan ground reaction
forces (GRF) (anggota tibuh bagian bawah yaitu kaki). Karakteristik dari pendekatan tersebut
berdasarkan pada sebab akibat, dimana ketika otot-otot diaktifkan akan membangkitkan gaya-
gaya dan momen-momen yang saling berkaitan untuk mengeksekusi perintah system syaraf
pusat, gaya-gaya dan momen yang terjadi mengakibatkan munculnya GRF pada kaki.
Gaya gabungan dan momen-momen menyebabkan rigid link segment (paha, betis, kaki, dan
lainnya) memindahkan dan menghasilkan gaya pada lingkungan luar. Berikut adalah interaksi
antar urutan gait cycle dalam berjalan (Vaughan, 1999), yaitu :
1. Registrasi dan aktivasi perintah berjalan oleh system syaraf pusat (central nervous system)
2. Perpindahan sinyal berjalan system syaraf tubuh (peripheral nervous system)
3. Kontraksi otot-otot yang dapat menghasilkan denyut tubuh (tension)
4. Pembangkitan gaya dan momen dalam synovial joints
5. Pengaturan gaya dan momen gabungan oleh rigid link segment berdasarkan antropometri
tubuh
6. Perpindahan (gerakan) dari segmen-segmen untuk mengenalinya sebagai fungsi dari berjalan
7. Pembangktan ground reaction forces (GRF)
Knee Quadriceps aktif Insufficiency knee Kelemahan knee Excessive ankle plantar
mengontrol knee flexion flexion, knee extensor flexion, knee pain, quadriceps
hyperextension spasticity, knee extension
contracture
Knee flexion contracture,
Not due to muscle hamstrings spasticity
Excessive knee
weakness
flexion
Ankle Pretibial ms. To control Excessive (terlalu Kelemahan ankle : Plantar flexor spasticity, ankle
ankle plantar flexion cepat) plantar dorsifleksor plantar flexion contracture.
flexion
B) Mid stance
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab
Lain
Hip Gluteus medius & Pelvic drop Kelemahan hip Hip pain (antalgic gait), Hip
minimus / tensor fascia Contra lateral abductor abduction contracture ipsi lateral
latae Atau badan (Trendelen)
condong ke lateral
Mengkonter gaya
hip adduction
Badan condong ke
belakang Kelemahan hip extensor Hip flexion contracture
Knee Quadriceps knee Kelemahan knee Excessive ankle plantar flexion
hyperextension extensor (karena spastisitas / contracture)
Mengontrol gaya knee
flexion, hanya saat awal Knee flexion contracture,
mid stance. hamstring spasticity
Insufficiency Kelemahan soleus
knee extension
Ankle Soleus / gastrocnemius Insufficiency Secara umum bukan Ankle plantar flexion
Mengotrol anterior ankle karena kelemahan otot contracture / spasticity
advancement of tibia dorsiflexion selama tahap ini
Flexed knee gait (karena knee
Excessive ankle flexion contracture, hamstring
Kelemahan soleus
dorsiflexion spasticity)
C) Terminal stance
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab
Lain
Hip Tendon fasci latae Insufficiency hip extension Umumnya bukan karena Hip flexor contracture /
serabut anterior gerak kelemahan otot, spasticity
hip ekstension dan Kelemahan hip
mengkonter gaya hip abduction
adduction Hip pain (antalgic gait),
Pelvic drop
Hip abduction contracture
contra lateral
lateral (Trendelenburg)
atau badan condong ke
lateral
Knee Popliteus, cegah knee knee Kelemahan knee Excessive ankle plantar flexion (karena
hyperextension hyperextension extensor spastisitas / contracture)
Ankle Soleus / gastrocnemius Excessive ankle Bukan kelemahan Ankle plantarflexion contracture /
plantarflexion otot, tapi spasticity
Mengotrol gaya ankle Excessive ankle Kelemahan soleus
dorsiflexion dorsiflexion Flexed knee gait (karena knee flexion
contracture, hamstring spasticity
D) Pre swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab
Lain
Hip Adductor longus, gerak Excessive hip Umumnya bukan Hip flexion / iliotibial band
flection dan mengontrol flexion karena kelemahan contracture
hip abduction otot
menghasilkan Spasticity hip flexor, hip pain
pamindahan berat badan
ke ekstremitas contra
lateral
Rectus femoris,
mengontrol derajat knee
flexion
Ankle Soleus, gastrocnemius: Excessive ankle Kelemahan soleus AFO dengan rigit ankle, flexed
pada awal pre swing dorsiflexion knee gait (karena
Tibialis anterior,
ekstensor digitorum
longus, akhir pre swing
mencegah plantar fleksi
berlebih.
E) Initial swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Kemungkinan Penyebab Lain
Muskular
Hip Iliacus / adductor longus: hip Insufficiency hip Kelemahan Lemahnya kontrol hip flexor akibat
flexion flexion hip flexor CNS Lesion
Knee Biceps femoris (caput brevis) Insufficient hip Kelemahan Quadriceps spasticity: knee pain: knee
: knee flexion flexion hip flexor extension contracture.
Ankle Tibialis anterior, extensor Excessive ankle Umumnya Ankle plantar flexion contracture
digit longus, ankle plantar flexion bukan karena
dorsoflexion faktor otot
F) Mid swing
G) Terminal swing
Sendi Otot Yang Aktif Deviasi Gait Penyebab Muskular Kemungkinan Penyebab Lain
Hip Biceps femoris (caput Insufficient hip Kelemahan hip Kurangnya kontrol hip flexor
longus), flexion flexor akibat CNS lesion
semimembranosus,
Semitendinosus:
decelerasi femur Circumduction Kelemahan hip Knee extension contracture;
Gluteus maximus: of hip flexor Knee extension contracture
decelerasi femur Excessive hip Kelemahan ankle
adduction dorsifleksi
Kelemahan hip
Flexor (dan Hip adductor spasticity
adductor pengganti)