Anda di halaman 1dari 12

PROGRAM TETAP

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA


“ KASUS ENDOMETRIOSIS & PID ”

Dibuat oleh:

Larasati Dewi Sartika


1806180064

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019/2020
Endometriosis

A. PENGERTIAN

Endometriosis adalah kondisi ketika jaringan yang membentuk lapisan dalam


dinding rahim tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat
tumbuh di indung telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di rektum
(bagian akhir usus yang terhubung ke anus).

B. ANATOMI
Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan menyerupai jaringan
endometrium di luar uterus (gambar 1.) (Kennedy et al., 2005). Endometriosis
memicu reaksi inflamasi kronis yang mengakibatkan timbulnya rasa nyeri dan
perlengketan. Perlengketan dapat berkembang ketika jaringan parut menempel pada
jaringan atau organ lain sehingga merekatkan antar jaringan ataupun organ.
Lesi endometriosis dapat ditemukan di mana saja di rongga panggul:

1. Ovarium.
2. Tuba falopii.
3. Di dinding samping panggul (peritoneum).
4. Ligamen uterosacral.
5. Kantong Douglas.
6. Septum dubur-vagina.

C. ETIOLOGI
1. Retrograde Menstruation
Pada retrograde menstruation, darah menstruasi yang mengandung sel-sel
endometrium mengalir kembali melalui saluran tuba dan masuk ke dalam rongga
panggul alih-alih keluar dari tubuh. Sel-sel endometrium menempel pada dinding
pelvis dan permukaan organ panggul, tempat sel-sel tumbuh dan terus menebal serta
berdarah setiap siklus menstruasi.
2. Transformation of Peritoneal Cells
Para pakar menemukan bahwa hormon atau faktor kekebalan tubuh
mendorong transformation of peritoneal cells—sel yang melapisi sisi dalam perut—
menjadi sel mirip endometrium.
3. Embryonic Cell Transformation
Hormon-hormon seperti estrogen dapat mengubah sel-sel embrionik, sel-sel dalam
tahap-tahap perkembangan paling awal—menjadi implan sel mirip endometrium
selama masa pubertas.
4. Surgical Scar Implantation
Setelah operasi seperti histerektomi atau operasi caesar, sel endometrium dapat
menempel pada sayatan bedah.
5. Endometrial Cell Transport
Sistem pembuluh darah atau cairan jaringan (limfatik) dapat mengangkut sel
endometrium ke bagian lain dari tubuh.
6. Immune System Disorder
Masalah dengan sistem kekebalan mungkin membuat tubuh tidak dapat mengenali
dan menghancurkan jaringan seperti endometrium yang tumbuh di luar rahim.

D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkandalam tubuh
wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia
dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon
berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan sel endometrium.

E. GEJALA
1. Volume darah yang berlebihan saat menstruasi.
2. Periode menyakitkan (dismenore). Nyeri panggul dan kram dapat dimulai
sebelum dan selama beberapa hari menuju periode menstruasi. Anda juga
mungkin mengalami sakit punggung bagian bawah dan perut.
3. Nyeri dengan buang air besar atau buang air kecil. Seseorang
kemungkinan besar akan mengalami gejala-gejala ini selama periode
menstruasi.
4. Pendarahan berlebihan. Seseorang mungkin mengalami periode menstruasi
berat sesekali atau perdarahan di antara periode (perdarahan
intermenstrual).
5. Infertilitas. Kadang-kadang, endometriosis pertama kali didiagnosis pada
mereka yang mencari pengobatan untuk infertilitas.
F. FAKTOR RESIKO
1. Tidak pernah melahirkan
2. Salah satu anggota keluarga (ibu, tante, atau saudara perempuan) memiliki
riwayat penyakit ini
3. Keluarnya darah menstruasi dari tubuh terhambat oleh suatu kondisi medis
4. Pernah mengalami infeksi pelvis
5. Memiliki kelainan pada rahim
6. Mengalami menstruasi pertama sebelum berusia 12 tahun
7. Bentuk abnormal pada rahim, leher rahim, atau vagina yang menghambat
atau memperlambat menstruasi.

G. TAHAPAN ENDOMETRIOSIS
1. Stadium I (minimal) : Pada endometriosis minimal, terdapat lesi atau luka
kecil dan implan endometrium yang dangkal pada ovarium. Mungkin juga
ada peradangan di dalam atau di sekitar rongga panggul.
2. Stadium II (ringan) : Endometriosis ringan melibatkan lesi ringan dan
implan dangkal pada ovarium dan pelvis.
3. Stadium III (sedang) : Endometriosis sedang melibatkan implan dalam
pada lapisan ovarium dan pelvis. Selain itu, lesi bisa muncul lebih banyak.
4. Stadium IV (berat) : Tahap endometriosis yang paling parah adalah implan
dalam pada lapisan pelvis dan ovarium. Mungkin juga ada lesi pada tuba
falopi dan usus.

H. STADIUM
Endometriosis terbagi menjadi empat tingkatan, yang tergantung kepada
lokasi, jumlah, ukuran, dan kedalaman lapisan endometrium. Berikut ini adalah empat
tingkatan endometriosis dan ciri-cirinya:
1. Endometriosis minimal. Muncul jaringan endometrium yang kecil dan
dangkal di indung telur. Peradangan juga dapat terjadi di sekitar rongga
panggul.
2. Endometriosis ringan. Terdapat jaringan endometrium yang kecil dan
dangkal di indung telur dan dinding panggul.
3. Endometriosis menengah. Terdapat beberapa jaringan endometrium yang
cukup dalam di indung telur.
4. Endometriosis berat. Terdapat jaringan endometrium yang dalam di
indung telur, dinding panggul, saluran indung telur, dan usus.

I. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Pada pasien endometriosis, diberikan tindakan pembedahan berupa
laparoskopi konservatif yang diikuti dengan pemberian terapi
medikamentosa akan menurunkan keluhan dismenore sampai 3 bulan,
sedangkan pada nyeri kronik dan dispareuni keluhan nyeri berkurang
sampai 2 dan 1 bulan.
2. Terapi simptomatik : Berupa pemberian analgesik (NSAID, narkotik)
dosis rendah).
3. Terapi surgikal : Laparotomi dan laparoskopi.
4. Terapi supresi ovarium.
Kontrasepsi oral
• Penggunaan kontinu selama 3 bulan dilanjutkan withdrawal dan
pengulangan
• Progestin (Provera)
• Danazol (200-400 mg 2 x sehari)
• GnRH agonist
Nafarelin acetate 200 mg nasal spray 2 x sehari
Leuprolide acetate 3,75 mg 1 x sebulan i.m
• GnRH antagonist
Antagon dan Cetrotide
5. Terapi kombinasi supresi ovarium dan surgikal.
PELVIC INFLAMMANTORY DISEASE

A. PENGERTIAN

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID) adalah suatu infeksi yang
menjangkiti serviks (leher rahim), uterus (rahim), tuba falopi (saluran indung telur), dan
ovarium (indung telur). Kasus radang panggul sebagian besar ditemukan pada perempuan
berusia 15-24 tahun yang aktif secara seksual. Selain infertilitas, penyakit radang panggul
yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan nyeri panggul kronis, dan kehamilan
ektopik.

B. ETIOLOGI
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital
bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan
hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang men
yebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri
dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah
kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena
hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim,
serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Bakteri fakultatif anaerob dan flora juga diduga berpotensi menjadi penyebab PID. Yang
termasuk dantaranya adalah Gardnerella vaginalis, streptokokus
agalactiae, peptostreptokokus, bakteroides dan mycoplasma genetalia/ patogen genetalia
lain yang menyebabkan PID adalah haemaphilus influenza dan haemophilus parainfluenza.
Actinomyces diduga menyebabkan PID yang dipicu oleh penggunaan AKDR. PID mungkin
juga disebabkan oleh salpingitis granulomatosa yang disebabkan mycobacterium tuberkulosis
dan schistosoma.

C. PATOFISIOLOGI
Pelvic inflammatory disease atau penyakit radang panggul dimulai dari infeksi di
vagina atau serviks yang didapatkan dari infeksi menular seksual (IMS), biasanya
disebabkan oleh C. trachomatis atau N. gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri tersebut naik
ke saluran genitalia yang lebih atas. Mekanisme penyebab kenaikan ini diduga bersifat
multifaktorial. Lendir serviks merupakan salah satu penghalang naiknya mikroorganisme
patogen ke saluran genitalia yang lebih atas. Namun, pada kondisi infeksi yang
menyebabkan inflamasi pada vagina atau serviks, efektvitas perlindungan lendir serviks
ini menjadi berkurang. Begitu juga pada saat ovulasi dan menstruasi, efektivitas
perlindungan serviks menjadi berkurang diakibatkan perubahan hormonal. Selain itu,
aliran darah menstruasi merupakan medium biakan yang baik untuk bakteri.
Banyak kasus PID timbul dengan 2 tahap :
• Tahap Pertama : melibatkan akuisisi dari vagiana atau infeksi
servikal. Penyakit menular seksual yang menyebabkan mungkin
asimptomatik

• Tahap Ke dua : Timbul oleh penyebaran asenden langsung


mikroorganisme dari vagina dan serviks.

D. GEJALA
Tanda dan gejala penyakit radang panggul diantaranya adalah
1. Nyeri di perut bagian bawah dan panggul
2. Keputihan yang parah dengan bau yang tidak sedap
3. Pendarahan rahim yang tidak normal, terutama selama atau setelah
hubungan seksual, atau antara siklus menstruasi
4. Nyeri atau pendarahan saat berhubungan intim
5. Demam, terkadang disertai menggigil
6. Buang air kecil yang menyakitkan atau sulit.

E. KLASIFIKASI PID
Beberapa jenis inflamasi yang termasuk PID yang sering ditemukan adalah :
1. Salpingitis

Mikroorganisme yang menyebabkan salpingitis adalah N. Gonorhea dan


C trachomatis. Salpingitis timbul pada remaja yang memiliki pasangan seksual yang
multiple dan tidak menggunakan kontrasepsi.
2. Abses tuba ovarium

Abses ini sering muncul setelah salfingitis namun lebih sering karena
infeksi adnexa yang berulang.pasian dalam keadaan asimtomatik atau dalam
keadaan septic syok, bitemukan 2 minggu setelah menstruasi denga nyeri pelvis
dan abdomen, mual, muntah, demam dan takikardi. Seluruh abdomen tegang
dan nyeri

F. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri perut bagian bawah.
2. Ada discharge pada vagina.
3. Perdarahan setelah koitus.
4. Dispareunia.
5. Demam.
6. Disuria.

G. KOMPLIKASI PID
1. Kehamilan ektopik
PID adalah penyebab utama kehamilan tuba (ektopik). Pada kehamilan
ektopik, jaringan parut dari PID mencegah telur yang telah dibuahi melewati
tuba fallopi untuk ditanamkan di rahim. Kehamilan ektopik dapat
menyebabkan perdarahan hebat yang mengancam jiwa dan membutuhkan
perhatian medis darurat.
2. Infertilitas
PID dapat merusak organ reproduksi Anda dan menyebabkan
infertilitas - ketidakmampuan untuk hamil. Semakin banyak PID, semakin
besar risiko infertilitas Menunda pengobatan untuk PID juga secara
dramatis meningkatkan risiko infertilitas.

3. Nyeri panggul kronis


Penyakit radang panggul dapat menyebabkan nyeri panggul yang
bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jaringan parut di
tuba fallopi dan organ panggul lainnya dapat menyebabkan rasa sakit
selama hubungan intim dan ovulasi.

4. Abses tubo-ovarium
PID dapat menyebabkan abses, kumpulan nanah yang terbentuk di
tabung rahim dan ovarium. Jika tidak diobati, maka dapat mempercepat
infeksi yang mengancam jiwa.

H. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
1. Metode SWD.
2. Pemberian terapi antibiotik :
- Oral ofloxacin plus oral metronidazole.
- Intramuscular ceftriaxone single dose followed by oral.
- Doxycycline plus oral metronidazole.
- Oral moxifloxacin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yu, et al. (2015). Increased Association Between Endometriosis and Endometrial


Cancer.

2. Mohamed, et al. Healthline (2017). Endometriosis.

3. Abdul Wadood Mohamed, Valencia Higuera and Matthew Solan.


2019. Endometriosis.

4. Adamson GD, et al. Creating solutions in endometriosis: global collaboration through


the World Endometriosis Research Foundation. J of Endometriosis 2010;2(1):3-

5. Das, et al. (2016). Pelvic Inflammatory Disease: Improving Awareness, Prevention,


and Treatment. Infection and Drug Resistance, 9, pp.191-197.

6. Ferri FF. Pelvic inflammatory disease. In: Ferri's Clinical Advisor 2017. Philadelphia,
Pa.: Elsevier; 2017.

7. B.L. Hoffman, et.al., (ed). William’s Gynecology Textbook. Mc Graw Hill, New
York, 3rd ed., 2014.

Anda mungkin juga menyukai