Oleh
21804101030
Pembimbing
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Y.M.E yang telah memberikan kesempatan
kepada penyusun sehingga referat tugas ilmu laboratorium kedokteran fisik dan rehabilitasi ini
Tujuan penyusunan referatini adalah sebagai ujian untuk memenuhi tugas kepanitraan
klinik dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca khususnya dalam rehabilitasi
Penyusun menyadari bahwa penulisan referat ini jauh dari kata sempurna. Kritik dan
saran membangun dari pembimbing klinik dan pembaca sangat diharapkan demi perbaikan
laporan ini. Atas perhatiannya dalam penyusunan laporan ini, penyusun mengucapkan banyak
terima kasih.
Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang membutuhkan demi
30 Januari 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Mengetahui rehabilitasi medic pada cidera ACL dan PCL
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Ligamentum Cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat & saling
menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian yaitu posterior dan
anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia. Ligamentum ini penting karena merupakan
pengikat utama antara femur dan tibiae (John, 2010).
A. Anterior Cruciate Ligament
Istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya menyilang dan crucial (sangat
penting). Cruciate ligament saling bersilangan satu sama lain menyerupai huruf X. ACL adalah
stabiliser untuk knee joint pada aktivitas pivot. ACL berkembang pada minggu ke 14 usia
gestasi & berukuran sebesar jari kita dan panjangnya rata.rata 38 mm dan lebar rata.rata 10 mm,
dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226 kg.
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan ke arah
atas, ke belakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus
lateralis femoris. Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila
lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur
tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga mencegah kemungkinan
terjadinya patologi meniscal. Ligamen ini terdiri dari dua bundelyaitu sebuah bundel
anteromedial yang ketat di fleksi dan bundle posterolateral yang lebih cembung dan ketat dalam
ekstensi.
Suplai vaskuler ACL, berasal dari arteri geniculate media, serta dari difusi melalui
sheath sinovial nya. Persarafan dari ACL terdiri dari mechanoreceptors yang berasal dari saraf
tibialis dan memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya, serabut rasa nyeri dalam ACL
hamper tidak ada. Ini menjelaskan mengapa ada rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut
sebelum terjadinya hemarthrosis yang menyakitkan.
2.2 Definisi
Cedera Anterior Cruciate Ligament (ACL) atau ruptur ACL adalah terputusnya
kontinuitas di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan os femur dengan os tibia dan fibula.
ACL berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut dan mencegah pergeseran berlebih dari tulang
tibia (Thompson, 2010).
Posterior Cruciate Ligament(PCL) merupakan ligamen yang saling bersilangan dengan
ACL yang menghubungkan dan memberikan ikatan antara tulang femur dengan tulang tibia.
Sama seperti ACL, PCL juga memungkinkan mengalami cedera.
2.3 Etiologi
a. ACL
Diperkirakan bahwa 70 % dari cedera ACL terjadi melalui mekanisme non kontak,
sementara 30% adalah hasil dari kontak langsung dengan pemain lain atau objek. Mekanisme
cedera sering dikaitkan dengan perlambatan diikuti dengan pemotongan, berputar atau side
stepping maneuver, pendaratan canggung atau out of control play.
Jatuh dari tangga atau hilang satu langkah di tangga adalah kemungkinan penyebab
lainnya. Seperti bagian tubuh lain, ACL menjadi lemah dengan bertambahnya usia. Jadi robekan
terjadi lebih mudah pada orang tua dengan usia 40 tahun lebih.
b. PCL
Cedera ini sering dipicu saat lutut mengalami benturan dari arah depan saat posisi lutut
dalam keadaan fleksi (menekuk). Contohnya, seperti saat lutut membentur dashboard pada
beberapa kasus kecelakaan di jalan raya. kasus ini juga sering terjadi pada cabang olahraga
fullbody contact seperti American football. Umumnya, penderita cedera ligamen ini mengalami
sensasi popping atau sensasi letusan pada lutut.
2.4 Klasifikasi
Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai:
Grade 1 : Sebuah hamparan ringan dengan nyeri ringan dan bengkak tetapi tidak ada kerusakan
pada ligamen
Grade 2 : Ligamentum tertarik keluar. Ada rasa sakit umumnya lebih, bengkak dan sering
memar. Ligament biasanya akan sembuh tanpa operasi. Ligament akan menjadi lebih lemah
dibandingkan dengan sebelum terjadi cedera tetapi sendi akan sembuh dan biasanya dapat
berfungsi normal dengan sedikit ketidakstabilan.
Grade 3 : Liganmentum tertarik jauh sehingga mengakibatkan terjadinya robekan. Sering kali
ada sedikit rasa sakit. Namun sendi sangat tidak stabil. Lutut akan terlepas atau “buckle”. Sering
terjadi memar disekitar lutut dan operasi seringkali diperlukan untuk perbaikan.
Ruptur PCL dapat ditentukan melalui pemeriksaan MRI, tanda yang paling penting pada
gambaran MRI yaitu : terdapat dikontiniuitas parsial atau total dan bentuk amorf dan gambaran
hiperintens pada ligamen.
2.8 Tatalaksana
1. Terapi Operatif
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di Jahit dan disambung seperti semula. Reparasi ACL
yang diperbolehkan untuk restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi ligament. Ligamen
tersebut akan diganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk
ligament yang baru yang akan tumbuh. Graft diambil dari beberapa sumber, Biasanya dari
tendon patella, yang merupakan sambungan “kneecap” dan “shinebone”. Tendon hamstring pada
posterior juga sering digunakan.
Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat dilakukan menggunakan artroscopi
dengan insisi yang kecil. Kelebihan dari artroskopi adalah tindakkannya yang kurang invasive,
minimal nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat.
Rekonstruktif ACL adalah terapi tidak selalu harus dilakukan segera. Hal ini tujuannya
adalah untuk memberi waktu pada proses inflamasi yang berjalan dan memberi kelonggaran bagi
pergerakan sebelum dilakukan operasi. Rekonstruktif yang terlalu dini dapat meningkatkan
resiko artofibrosis atau pembentukan jaringan parut pada sendi dan bisa meningkatkan resiko
kehilangan
fungsi gerak.
2) Latihan keseimbangan
2. ROM Excercises
Latihah Range of Motion adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk
meningkatkan masa otot dan tonus otot. Latihan ROM diberikan untuk mempertahankan
mobilitas persendian dan jaringan lunak untuk meminimalkan kehilangan kelenturan jaringan
dan pembentuk kontraktrur. Latihan ROM terdiri dari :
a. Aktif ROM
Merupakan gerakan yang disebabkan oleh gerakan aktif dari otot itu sendiri
b. Pasif ROM
Merupakan gerakan yang sepenuhnya disebabkan oleh gerakan dari luar dengan sangat sedikit
ataupun tidak ada gerakan sadar dari otot. Sumber gerakan dapat berasal dari gravitasi, mesin,
individu yang lain maupun bagian tubuh individu itu sendiri. Kontraindikasi latihan ROM yaitu
jika latihan tersebut menggangu proses penyembuhan, harus dilakukan dengan hati-hati serta
latihan yang tidak tepat adalah timbulnya nyeri dan peradangan (Santoso et al., 2014):
a. Passive stretching
Teknik penguluran dimana pasien dalam keadaan rileks dan tanpa mengadakan gerakan,
Prosedur:
1) Stretching dimulai dari keterbatasan LGS
2) Pasien harus rileks
3) Kekuatan stretch paling sedikit 6 detik dengan pengulangan dalam 1 sesi
4) Intensitas dan durasi stretching sesuai dengan toleransi pasien
b. Hold Relax
Suatu tehnik dimana kontraksi isometris mempengaruhi otot antagonis yang mengalami
pemendekan, yang diikuti dengan hilang atau berkurangnya ketegangan dari otot-otot tersebut
(Prinsip reciproke inhibisi). Hold relax digunakan untuk relaksasi otot antagonis, meningkatkan
mobilisasi dan mengurangi nyeri.
Prosedur:
1) Otot yang tegang dalam posisi mengulur dan nyaman
2) Pasien diminta melakukan kontraksi isometrik pada otot yang tegang tersebut selama 5-10
detik
3) Kemudian pasien diminta untuk relaks kembali
4) Fisioterapis kemudian mengulur otot tersebut sampai batas kemampuan untuk LGS
5) Ulangi prosedur ini
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
ACL dan PCL adalah ligamen yang paling sering mengalami cedera pada lutut. Penyebab utama
terjadinya ruptur pada ligamentum cruciatum adalah aktifitas olahraga berat. Tatalaksana di
bidang rehab medic dapat dimulai sehari setelah operasi. Dapat dilakukan dalam Empat fase
rehabilitasi pasca operasi. Program ini akan memiliki efek langsung pada fungsi pasien untuk
kembali beraktifitas. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai target- target diperlukan intervensi
berupa modalitas dan exercise.
Daftar Pustaka
La Bella CR, Henrikus W, Hewelt TE. 2014. Anterior cruciate ligament injuries: diagnosis,
treatment, and prevention. American Academy of Pediatrics; 133(5): 1437-50.
Alford JW, Bach BR. 2005. Examination through familiarity with basic and a systematic
approach managing ACL tears: evaluation and diagnosis. The Journal Musculoskel Med;
21:381G-390.
Finalli. G C.The Multiple Ligament Injured Knee, A Practical Guide To Management, 2003;2-
15.
Maguire J., 2012 Anterior Cruciate Ligament Pathology. Townsville Orthopaedics and Sports
Surgery, Australia. Medscape. http://emedicine.medscape.com/article/307161-overview#showall
Klaud Miller , 2000. Acute Knee And Chronic Ligament Injuries. Available from:
http://www.jockdoc.ws/subs/kneeligament.htm
Santoso et al. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Post Op Rekonstruksi Anterior Cruciate
Ligament Sinistra Grade III Akibat Ruptur Di RSPAD Gatot Soebroto. Journal Vokasi Indonesia