TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Ligamen
W. N., 2002).
kolagen kuat yang berfungsi melekatkan tulang pada tulang dan untuk
pada tulang dan mengalami daya tarikan yang kuat secara terus menerus.
Serat kolagen yang tersusun padat dan sejajar memberikan tahanan yang
kuat terhadap daya tarikan pada satu arah atau sumbu. Karena susunan
dan jenis sel yang dominan adalah fibroblast, yang terletak diantara
9
10
deretan serat kolagen. Serat kolagen merupakan protein fibrosa tebal kuat
b) Ligamen di Lutut
karena saling menyilang antara satu dengan yang lain. Ligamen ini
Fungsi dari ligamen ini adalah menjaga gerakan sendi pada lutut,
belakang femur pada tibia dan sebagai stabilisator sendi lutut (Putz,
2008).
bagian depan atas dari fossa intercondyloid tibia dan melekat pada
bagian luar depan condyles medialis femur. Ligamen ini berfungsi untuk
dan membranous band nya terletak pada sisi tengah sendi lutut. Ligamen
ini terletak lebih posterior di permukaan medial sendi lutut, yang melekat
dan ke bawah menuju condylus medial tibia serta pada medial meniscus.
ekstensi lutut, ligamen collateral medial ini juga melekat pada meniscus
luar caput fibula. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengontrol gerakan
ekstensi dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut
melewati bagian depan atas patella dan serabut superficial yang berlanjut
datar. Menutupi bagian belakang sendi dan melekat diatas upper margin
posterior caput tibia. Pada bagian tengah terpadu dengan tendon otot
13
dari aspek posterior dan lateral tulang femur, berorigin pada aspek
medial dari condylus lateral femur dan berinsersi pada area intercondylar
panjang kira kira 31 hingga 38 mm. Ligamen ACL terdiri dari dua berkas
(PL), dinamakan berdasarkan letak insersi relatifnya pada tibia. Pada saat
paralel dan pada saat lutut dalam posisi fleksi, kedua berkas ligamen
gerakan fleksi dan rotasi lutut yang halus. Dan sebagai konsekuensinya,
ACL menjadi ligamen pada lutut yang paling sering mengalami cedera
dan menjadi fokus studi dalam beberapa dekade terakhir (Abulhasan &
tibia terhadap femur. Selain itu juga berperan penting dalam mencegah
2. Cedera Ligamen
dalam posisi fleksi, dimana kapsul sendi dan ligamen dalam keadaan
rileks dan femur dapat dengan bebas berotasi pada tibia. Dorongan dari
yang dapat menyebabkan cidera pada ligamen pada sendi lutut. Salah
dan rotasi femur pada tibia. Cedera ligamen cruciatum dapat terjadi
2014):
kestabilan sendi. Sedikit serabut yang putus disertai nyeri ringan dan
Ligamen telah terpisah menjadi dua bagian dan sendi lutut menjadi
1) Lachman test
robekan ACL akut. Tes ini dilakukan dengan posisi lutut fleksi 30º
tangan yang lain menahan kaki pada bagian paha. Saat lutut
Tes ini dilakukan dengan posisi lutut fleksi 90º dan pasien dalam
terjadi terukur lebih dari 6 mm maka diduga terjadi robekan ACL. Tes
ini kurang sensitif dan hanya positif sebesar 77% pada pasien ruptur
ACL komplit.
d) Manifestasi Klinis
bunyi „pop‟ saat lututnya terhentak. Lutut membengkak dan terasa sakit
terutama jika melakukan banyak gerakan. Lutut terasa lebih lunak segera
kadang tidak memberikan rasa nyeri sama sekali sementara pada robekan
e) Penatalaksanaan awal
untuk mencegah luka yang semakin parah. Ice yaitu memberi kompres es
cukup, tidak terlalu longgar dan tidak terlalu ketat. Elevation yaitu
guling atau penahan lain. Hal ini dapat mengurangi pembengkakan yang
Fase ini dimulai beberapa menit setelah cedera dan berlanjut hingga
berperan untuk menarik sel sistem imun di sekitar tempat cidera untuk
kolagen dan kartilago. Sel sel imun seperti neutrofil, monosit, dan sel
2) Fase proliferasi
Fase ini dimulai saat sel imun melepas berbagai faktor pertumbuhan
dan protein lain dalam matriks. Setelah itu, kolagen mulai tersusun
normal.
3) Fase remodeling
Fase ini ditandai dengan semakin eratnya susunan serat serat kolagen
g) Prognosis
3. Rekonstruksi ACL
b) Komponen Arthroscopy
berkas yang terbuat dari kaca atau plastik yang dapat menghantarkan
sehingga dapat digunakan pada sendi lutut atau sendi lain untuk
digunakan sebagai alat bedah pada sendi disaat yang sama (Martini,
2001)
1) Arthroscope
lubang untuk fiber optik, beberapa lensa, dan fiber optik untuk
menstranmisikan cahaya.
2) Sheath
3) Sumber cahaya
kamera, tanpa menimbulkan luka besar di lutut. Secara garis besar teknik
Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara teknik single bundle
dan double bundle pada skor status fungsional yang diukur pada 2 tahun
4. Rehabilitasi Medik
setelah terjadi luka atau sakit, atau pemulihan pasien yang sakit atau
terdiri dari 3 fase yaitu fase akut, fase penyembuhan, dan fase fungsional
(Frontera, 2014).
1) Fase akut
Fase ini fokus pada penatalaksanaan cedera jaringan, tanda klinis, dan
gejala. Tujuan akhir dari fase ini adalah untuk penyembuhan jaringan
26
2) Fase penyembuhan
Fase ini fokus pada pengembalian gerakan aktif dan pasif lutut sesuai
terjadi.
3) Fase fungsional
5. Status Fungsional
aktivitas sehari hari pada domain fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
gejala dan mood (Wilson, 1994). Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh
berjalan, naik tangga, turun tangga, berpakaian, dll. Berikut ini adalah
28
B. Kerangka Teori
Non operatif:
Penatalaksanaan Rehabilitasi medik
cedera ACL
Status fungsional
29
ketika PCL mengalami peregangan atau robekan akibat benturan keras. PCL
tulang paha dan tulang kering.Jaringan PCL berfungsi mencegah tulang kering (tibia)
dengan ligamen atau tulang rawan lain di lutut yang mengalami kerusakan. Dalam
beberapa kasus yang jarang terjadi, ligamen juga dapat melepaskan sepotong tulang di
bawahnya.
Derajat 1
Tipe ini merupakan cedera ringan. Ligamen sedikit meregang, namun masih dapat menjaga
kestabilan posisi tulang.
Derajat 2
Pada cedera ini, ligamen menjadi kendur. Terlilir derajat 2 disebut juga sebagai ligamen robek
sebagian atau partial tear.
Derajat 3
Pada derajat 3, ligamen robek total dan sendi lutut menjadi tidak stabil.
Nyeri disertai pembengkakan yang terjadi terus menerus dan cepat setelah cedera
Pembengkakan yang membuat lutut kaku dan bisa menyebabkan pincang
Kesulitan berjalan
Lutut terasa tidak stabil, seolah-olah mau lepas
Cedera akut
Cedera akut merupakan cedera yang langsung diperiksakan ke dokter dalam waktu kurang dari
satu minggu setelah terjadi. Cedera ini terbagi lagi menjadi dua kelompok, yakni isolated injury
dan cedera kombinasi.Isolated injury hanya terjadi pada posterior cruciate ligament tanpa
kerusakan pada struktur lain. Gejalanya meliputi nyeri ringan dan pembengkakan pada lutut,
namun penderita masih bisa menggerakkan lutut dan berjalan hampir seperti kondisi
30
normal.Sementara pada cedera kombinasi, cedera tidak hanya pada posterior cruciate ligament,
tapi juga pada struktur lain di lutut. Jika mengalami cedera kombinasi, penderita umumnya tidak
dapat berjalan dengan stabil, pembengkakan pada lutut, kulit lutut yang tampak memerah atau
membiru, serta pergerakan lutut yang terbatas.
Cedera kronis
Tipe ini adalah cedera yang sebenarnya telah lama terjadi, namun tidak Anda sadari. Penderita
sering tidak tahu kapan tepatnya cedera muncul.Gejala cedera posterior cruciate ligament kronis
bisa berupa rasa tidak nyaman saat lutut ditekuk, misalnya saat naik tangga. Penderita juga
terkadang mengeluhkan lutut yang bengkak dan kaku.
Penyebab utama cedera posterior cruciate ligament (PCL) adalah benturan keras pada lutut ketika
lutut tertekuk. Hal ini biasanya terjadi, ketika seseorang mengalami:
Cedera dashboard yang terjadi ketika lutut pengemudi atau penumpang yang tertekuk membentur
dashboard dan mendorong tulang kering tepat di bawah lutut dan menyebabkan ligamen posterior
robek.
Atlet dalam olahraga seperti sepak bola dan sepak bola dapat merobek ligamen posterior saat jatuh
dengan lutut tertekuk dan dengan kaki mengarah ke bawah. Tulang kering menyentuh tanah
terlebih dahulu dan bergerak mundur.
Dokter akan melakukan diagnosis cedera posterior cruciate ligament berdasarkan proses tanya
jawab, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Tanya jawab
Dokter akan menanyakan seputar gejala dan kemungkinan penyebab cedera Anda.
Pemeriksaan fisik
Pada tahap ini, beberapa langkah berikut biasanya akan dilakukan oleh dokter:
Pengamatan
Penekanan
Dokter akan menekan lutut untuk memeriksa apakah ada nyeri saat ditekan atau tidak.
Pergerakan
Dokter akan melakukan sejumlah tes untuk mengecek batas gerak lutut Anda. Salah satunya
adalah posterior drawer test.Pada tes ini, Anda akan diminta untuk berbaring dengan lutut ditekuk.
Dokter kemudian mencoba mengerakkan tulang kering Anda. Jika tulang kering bergeser, Anda
mungkin mengalami robekan pada posterior cruciate ligament.
31
Pemeriksaan penunjang
Jika dianggap perlu, dokter akan meminta Anda untuk menjalani serangkaian pemeriksaan
penunjang guna memastikan diangnosis. Jenis-jenis pemeriksaaan ini bisa meliputi:
X-ray
X-ray memang tidak bisa menunjukkan kerusakan pada ligamen, tapi dapat memperlihatkan jika
ada kerusakan pada tulang. Cedera posterior cruciate ligament kerap disertai kerusakan pada
tulang.
MRI
Prosedur MRI dapat memberikan foto mendetail dari posterior cruciate ligament untuk melihat
robekan maupun cedera.
Arthroscopy
Jika tingkat keparahan cedera sulit ditentukan, dokter akan membuat sayatan kecil pada lutut dan
memasukkan kamera khusus. Kamera ini kemudian menampilkan foto ke monitor agar dokter
dapat melihat kondisi ligamen di lutut.
Bone scan
Pada kasus kronis, dokter menganjurkan untuk scan tulang untuk mencari kerusakan pada tulang.
Cara mengobati cedera posterior cruciate ligament (PCL) umumnya akan tergantung pada tingkat
keparahan penyakit dan seberapa lama pasien sudah mengalaminya. Penanganan cedera ini
biasanya dapat dilakukan dengan tindakan non-operasi dan operasi berikut:
Tindakan non-operasi
Jika hanya melukai ligamen posterior, cedera Anda mungkin sembuh dengan cukup baik tanpa
operasi. Dokter mungkin merekomendasikan pilihan non-operasi yang sederhana.
Saat Anda pertama kali cedera, sebaiknya segera lakukan metode metode RICE (rest, ice, gentle
compression, and elevation) atau istirahat, es, kompresi lembut, dan elevasi. Metode ini dapat
membantu mempercepat pemulihan Anda.Metode RICE bisa Anda lakukan dengan jauhkan lutut
Anda yang terluka dan lindungi dari kerusakan lebih lanjut. Mengoleskan kompres es ke lutut
Anda selama 20 hingga 30 menit setiap tiga hingga empat jam selama dua hingga tiga hari.
Memballut lutut Anda dengan perban elastis.Terakhir, berbaring dan letakkan bantal di bawah
lutut Anda untuk membantu mengurangi pembengkakan.
Imobilisasi
Dokter Anda mungkin merekomendasikan penjepit untuk mencegah lutut Anda bergerak. Selain
itu, untuk lebih melindungi lutut Anda, Anda mungkin diberikan kruk agar tubuh tidak membebani
kaki Anda.
Terapi fisik
Saat pembengkakan berkurang, terapi fisik (fisioterapi) mulai bisa dilakukan. Latihan khusus yang
dirancang dokter bermanfaat untuk mengembalikan fungsi lutut Anda dan memperkuat otot-otot
kaki yang menopangnya.Penguatan otot-otot di bagian depan paha Anda (paha depan) telah
terbukti menjadi faktor kunci kesuksesan pemulihan
Tindakan operasi
Dokter mungkin merekomendasikan operasi jika Anda memiliki cedera kombinasi. Misalnya, jika
32
Anda mengalami dislokasi lutut dan robek beberapa ligamen termasuk ligamen posterior.Selain
itu, bila perlu Anda bisa mengonsumsi obat pereda rasa sakit dan bengkak. Seperti ibuprofen atau
naproxen.
Cara mencegah cedera posterior cruciate ligament (PCL) yang bisa dilakukan meliputi:
Lakukan teknik yang tepat saat olahraga, termasuk saat berjalan kaki
Lakukan peregangan secara teratur untuk mempertahankan rentang gerak yang baik pada
persendian
Lakukan latihan untuk memperkuat otot kaki.
Hati-hati saat melakukan olahraga yang bisa meningkatkan risiko cedera, seperti sepak
bola, dan tenis
Jika anda mengalami kemerahan, pembengkakan, atau nyeri pada lutut, segera periksakan ke
dokter. Cedera posterior cruciate ligament termasuk jenis cedera yang sering tidak disadari oleh
penderitanya.
Sebelum pemeriksaan, Anda dapat mempersiapkan beberapa hal di bawah ini:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan berikut:
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menganjurkan pemeriksaan penunjang.
Langkah ini bertujuan memastikan diagnosis cedera posterior cruciate ligament (PCL) agar
penanganan yang tepat bisa diberikan.
Meniskus merupakan bantalan berbentuk bulan sabit atau huruf C kecil yang melekat pada
bagian atas tulang kering. Selain menjaga keseimbangan tubuh dan mendistribusikan
33
nutrisi ke jaringan di sekitarnya, meniskus terutama berguna untuk melindungi tulang paha
dan tulang kering agar tidak saling bergesekan ketika sendi lutut bergerak.
Luka atau robekan pada meniskus disebut dengan meniscus tear. Ada beberapa kondisi
yang dapat menyebabkan terjadinya robekan meniskus, antara lain:
1. Cedera
Di kalangan pecinta olahraga, cedera meniskus kerap disebut dengan cedera lutut. Cedera
ini bisa terjadi akibat gerakan yang memaksa lutut memutar sewaktu kaki sedang berpijak
kuat, misalnya gerakan memutar mendadak ketika bermain sepakbola, futsal, badminton,
tenis, atau bermain bola basket.
Robekan meniskus juga bisa terjadi bersamaan dengan cedera lutut lain, seperti cedera
ligamen ACL (anterior cruciate ligament).
2. Penuaan
Robekan meniskus lebih sering terjadi pada orang berusia di atas 30 tahun. Seiring
bertambahnya usia, meniskus akan melemah fungsi dan strukturnya sehingga lebih mudah
robek. Hal ini bisa terjadi meskipun gerakan yang dilakukan sederhana saja, misalnya
jongkok atau menginjak permukaan yang tidak rata.
3. Osteoatritis
Penderita osteoartritis atau pengapuran sendi juga rentan mengalami meniskus robek.
Selain karena kebanyakan penderita osteoarthritis sudah tua, robekan meniskus juga lebih
rentan terjadi karena struktur sendi yang sudah rusak pada osteoarthritis.
34
Sama seperti cedera lutut lainnya, meniskus yang robek dapat membuat Anda mengalami
gejala-gejala berikut ini:
Untuk memastikan Anda mengalami robekan meniskus, Anda perlu memeriksakan diri ke
dokter. Pemeriksaan yang akan dilakukan meliputi pemeriksaan fisik dan beberapa
pemindaian, seperti Rontgen, MRI, USG, dan arthroskopi.
Penanganan robekan meniskus tergantung pada ukuran dan lokasi robekan. Ada beberapa
metode untuk menangani robekan meniskus, yakni metode konservatif, pengobatan medis,
hingga prosedur operasi.
Metode konservatif
Untuk robekan meniskus ringan, penanganannya bisa dilakulan dengan metode R.I.C.E:
Rest, Ice, Compression, dan Elevation.
Rest (istirahat). Istirahatkan lutut dan batasi aktivitas Anda. Gunakan kruk ketika berjalan
untuk mengurangi rasa nyeri.
Ice (es). Kompreskan es pada area yang cedera selama 15–20 menit setiap 3–4 jam sekali,
selama 2–3 hari atau sampai nyeri dan bengkak hilang.
Compression (tekanan). Tekanan berguna untuk mencegah pembengkakan bertambah
parah. Biasanya tekanan didapatkan dari perban elastis yang dibebatkan mengelilingig
lutut.
Elevation (peninggian). Mengangkat kaki dilakukan untuk mengurangi pembengkakan.
Anda bisa duduk bersandar atau berbaring, dan menaikkan kaki Anda lebih tinggi dengan
memberi ganjalan bantal di bawah tumit.
Pengobatan medis
Selain dengan metode di atas, penggunaan obat seperti obat antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) akan membantu meringankan rasa nyeri dan pembengkakan. Mengingat obat ini
memiliki efek samping, Anda dianjurkan untuk menggunakan obat ini sesuai saran dan
resep dokter.
Operasi
Jika perawatan tersebut tidak memperbaiki robekan meniskus atau bahkan membuat
gejalanya semakin parah, dokter mungkin akan menyarankan tindakan operasi berupa
bedah arthroskopi lutut untuk memperbaiki persendian, mengatasi rasa sakit, dan
meningkatkan mobilitas atau gerakan lutut.
Masa pemulihan robekan meniskus bergantung pada sejumlah faktor, termasuk seberapa
parah robekan yang terjadi. Umumnya, masa pemulihan dari tindakan operasi memakan
35
waktu 4–6 minggu, tergantung pada jenis prosedur yang dilakukan dan kondisi kesehatan
Anda.
Setelah pembedahan, diperlukan pula waktu selama kurang lebih 2 minggu untuk
beristirahat dan menjalani fisioterapi. Hal ini bertujuan untuk menguatkan persendian lutut
dan mempercepat pemulihan agar dapat kembali beraktivitas normal.
Kendati berukuran kecil, meniskus adalah bagian penting dari tubuh untuk mendukung
Anda beraktivitas, terutama berjalan. Jika Anda mengalami meniskus robek, sebaiknya
segera periksakan diri ke dokter ortopedi untuk mendapat perawatan yang aman dan
sesuai.