Anda di halaman 1dari 15

Ruptur Ligamen Crusiatum Anterior

Theresia Lolita S
102012355
D1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
Email: theresialolitasetiawan@yahoo.com

Pendahuluan
Cedera saat berolahraga (sport injury) merupakan trauma yang umumnya berdampak
pada sistem musculoskeletal yang meliputi otot, tulang, kartilago, sendi, dan jaringan yang
terkait, seperti ligamen dan tendon. Sport injury umumnya diklasifikasikan menjadi cedera
akut dan cedera kronik, dimana cedera akut mengarah pada trauma yang terjadi spontan,
seperti patah tulang, regangan otot dan tendon, ligamen keseleo dan sebagainya. Cedera
kronis mengacu pada trauma yang terjadi dalam jangka waktu tertentu dan terkadang
dikatakan cedera berlebihan (overuse injuries), seperti tendinitis, bursitis, dan lain-lain. Sama
halnya dengan cedera akut, cedera ini juga menyebabkan nyeri, oedeme, lemah dan tidak
mampu menggunakan area yang mengalami trauma. Oleh karena trauma musculoskeletal
sering terjadi maka pengetahuan terkait sport injuries penting untuk dipelajari.1
Anamnesis
1. Identitas Pasien
Dokter menanyakan identitas pasien seperti nama lengkap, usia, jenis pekerjaan
pasien, dan sebagainya guna untuk membantu menegakkan diagnosa.
2. Keluhan Utama
Menanyakan keluhan yang membuat pasien datang ke poliklinik dan sejak kapan
mulai merasakan keluhan tersebut.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Menanyakan hal-hal lain terkait keluhan pasien seperti faktor pencetus yang
menyebabkan keluhan utama, letak keluhan utama, keluhan tersebut mengganggu

aktivitas atau tidak, rasa nyeri yang dirasakan seperti apa, apakah rasa nyeri tersebut
hilang timbul atau tidak, apakah lutut langsung membengkak atau setelah beberapa
saat
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Dokter menanyakan apakah pasien pernah mengalami hal serupa seperti yang
dikeluhkannya atau pernah mengalami fraktur sebelumnya.
5. Riwayat Trauma
Menanyakan tentang kejadian yang dialami pasien, bagaimana posisi lutut saat
cedera, kemampuan untuk menanggung berat badannya. Di sini dokter menanyakan
apakah pasien mengalami hambatan seperti gejala ketidakstabilan pada persendian
lutut setelah cedera sehingga tidak mampu untuk melanjutkan aktivitasnya.
6. Riwayat Sosial
Dokter menanyakan tingkat aktivitasnya dan kegiatan kerjanya, dimana informasi
tersebut akan membantu dalam pengambilan keputusan.2
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dimulai saat pasien mulai memasuki

ruangan dengan melihat cara

berjalan, posisi lutut saat berjalan (bagian lutut harus dapat dilihat).3
Inspeksi

Posisi lutut saat berjalan, berdiri, dan berbaring


Warna kulit dan gambaran vascularisasi
Pembengkakan atau massa pada bagian anterior/posterior, lateral/medial
Luka/fistule/ulkus

Palpasi

Meraba pembengkakan/massa, deskripsi konsistensi dan batas


Meraba vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah
Meraba posisi patela di lutut
Perhatikan adanya nyeri tekan di persendian
The bulge sign

Move
Menilai range of motion (ROM) lutut dengan gerakan fleksi ekstensi dan menyatakannya
dalam derajat. Normal 0-120o.
Pemeriksaan Penunjang

Radiografi
AP dan pandangan lateral lutut harus diperoleh.3
MRI
Mungkin berguna dalam menilai jaringan lunak dan cedera ligamen, juga
memungkinkan visualisasi dari sistem vaskular.3
CT Scan
a. Menilai kondisi pembuluh darah, misalnya pada penyakit jantung koroner,
emboli paru, aneurisma, dan berbaga kelainan pembuluh darah yang lainnya.
b. Menilai tumor atau kanker misalnya persebaran kanker, letak kanker dan jenis
kanker.
c. Kasus trauma atau cedera misalnya trauma kepala, trauma tulang belakang dan
trauma lainnya pada kecelakaan.
d. Menilai organ dalam, misalnya pada stroke atau gangguan pencernaan.
e. Membantu proses biopsi jaringan atau proses drainase yang menumpuk dalam

tubuh.3
Arthroscopi
Arthroscopi juga dapat dilakukan. Selama arthroscopi, alat bedah akan dimasukkan
melalui satu atau lebih potongan kecil (sayatan) pada lutut untuk melihat bagian
dalam lutut. Ini merupakan prosedur yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam
sendi dengan memasukkan tabung tipis (arthroscope) yang berisi kamera dan cahaya
melalui sayatan kecil di dekat sendi.3

Diagnosis Kerja
Morfologi Articulatio Genu (Sendi Lutut)
Sendi lutut merupakan persendian yang paling besar pada tubuh manusia. Sendi ini
terletak pada ekstremitas inferior yaitu antara tungkai atas dan tungkai bawah. Pada dasarnya
sendi lutut ini terdiri dari dua articulatio condylaris diantara condylus femoris medialis dan
lateralis dan condylus tibiae yang terkait dan sebuah sendi pelana, diantara patella dan facies
patellaris femoris.4
Tulang- tulang pembentuk articulatio genu adalah:

1. Os Femur
2. Os Tibia
3. Os Patella
Otot-otot pada Lutut
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kuadriseps Femoris
Vastus Medialis
Vastus Lateralis
Vastus Intermedius
Rectus Femoris
Tendon Patella

Ligamentum pada Sendi Lutut


1. Ligamentum Extracapsularis
a. Ligamentum Patellae
Ligamentum patella melekat pada pinggir bawah patella dan dibawah pada
tuberositas tibiae. Sebenarnya ligamentum ini merupakan lanjutan dari bagian
utama tendo bersama m.quadriceps femoris.4
b. Ligamentum Collaterale Laterale (Collaterale Fibulae)
Berbentuk seperti tali dan melekat di atas pada condylus lateralis femoris dan
dibawah pada caput fibulae tendo m.popliteus berjalan diantara ligamentum dan
meniscus lateralis. Fungsi ligamen ini adalah untuk mengawasi gerakan ekstensi
dan mencegah gerakan ke arah medial. Dalam gerak fleksi lutut ligamen ini
melindungi sisi lateral lutut.4
c. Ligamentum Collaterale Mediale (Collaterale Tibiae)
Ligamentum ini berbentuk seperti pita pipih yang melebar dan melekat di bagian
atas pada condylus medialis femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo
infraglenoidalis tibiae. Ligamentum ini menembus dinding kapsul sendi dan
sebagian melekat pada meniscus medialis. Di bagian bawah pada margo
infraglenoidalis, ligamentum ini menutupi tendo m.semimembranosus dan
a.inferior medialis genus. Ligamen ini sering mengalami cidera dan fungsinya
untuk menjaga gerakan ekstensi dan mencegah gerakan ke arah luar. 4
d. Ligamentum Popliteum Obliquum
Merupakan ligamentum yang kuat, terletak pada bagian posterior dari sendi lutut,
letaknya membentang secara oblique ke medial dan bawah. Sebagian dari
ligamentum ini berjalan menurun pada dinding kapsul dan fascia m.popliteus dan
sebagian lagi membelok ke atas menutupi tendo m.semimembranosus. Ligamen
ini juga berfungsi untuk mencegah hiperekstensi lutut.4
e. Ligamentum Transversum Genu

Ligamentum ini terletak membentang paling depan pada dua meniscus, terdiri dari
jaringan

conective,

kadang-kadang

ligamentum

ini

tertinggal

dalam

perkembangannya, sehingga sering tidak dijumpai pada sebagian orang.


Selain itu terdapat tractus illiotibial yang berfungsi seperti ligamen yang
menghubungkan crista illiaca dengan condylus lateral femur dan tuberculum
lateral tibia. Pada sendi lutut tractus illiotibial berfungsi untuk stabilisasi ligamen
antara condylus lateral femur dengan tibia.4
2. Ligamentum Intra Capsular
a. Ligamentum Cruciata
Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat kuat,
saling menyilang di dalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua bagian
yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum
ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae..4
Ligamentum Cruciatum Anterior
Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berjalan kearah atas, ke belakang dan lateral untuk melekat pada
bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris.
Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang
bila lutut diluruskan sempurna.
Ligamentum cruciatum anterior berfungsi untuk mencegah femur
bergeser ke posterior terhadap tibiae,

menahan eksorotasi tibia pada

saat fleksi lutut, mencegah hiperekstensi lutut. Bila sendi lutut berada
dalam keadaan flexi ligamentum cruciatum anterior akan mencegah

tibiae tertarik ke posterior.4


Ligamentum Cruciatum Posterior
Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris
posterior tibiae dan berjalan ke arah atas, depan dan medial, untuk
dilekatkan pada bagian anterior permukaan lateral condylus medialis
femoris. Ligamentum cruciatum posterior berfungsi untuk mencegah
femur ke anterior terhadap tibiae, mencegah hiperekstensi lutut dan
memelihara stabilitas sendi lutut. Bila sendi lutut dalam keadaan flexi,
ligamentum cruciatum posterior akan mencegah tibiae tertarik ke
posterior.4

Meniscus (Cartilago Semilunaris)

Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C, yang pada potongan


melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas
dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.4
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk
menerima condylus femoris yang cekung.4
1. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh lebih lebar daripada bagian
depannya. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan
berhubungan dengan cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang
disebut ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area intercondylaris
posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat pada simpai dan ligamentum
collaterale sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.4
2. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada
area intercondylaris anterior, tepat di depan eminentia intercondylaris.
Cornu posterior melekat pada area intercondylaris posterior, tepat di belakang
eminentia intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu
posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus medialis
femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum collaterale laterale oleh
tendo m.popliteus, sebagian kecil dari tendo melekat pada cartilago ini. Akibat
susunan yang demikian ini cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada
tempatnya bila dibandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.4
Ruptur Ligamen Lutut dan Meniskus
Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen
kolateral atau krusiatum. Pada distorsi terdapat ruptur serat ligamen tetapi tidak putus
seluruhnya. Kadang ruptur total tidak jelas karena sering nyerinya jauh lebih ringan
dibanding dengan keadaan distorsinya sehingga penderita dapat berjalan dan menggerakan
lututnya. Pada ruptur total, darah dapat masuk ke dalam jaringan di sekitar sendi lutut
sehingga hemartrosis tidak begitu menonjol. 5
Untuk mendiagnosis ruptur ligamen lutut kadang diperlukan pembiusan. Distorsi
ligamen akan sembuh tanpa operasi dalam beberapa minggu dengan jaringan fibrosa yang

sekuat ligamen semula. Terapinya cukup dengan bidai untuk mencegah ruptur total selama
masa penyembuhan.5
Ruptur merupakan cedera berat yang menyebabkan kedua ujung yang putus tersebut
harus ditautkan supaya dapat sembuh. Umumnya pertautan dicapai dengan jahitan,
selanjutnya pasien diberikan bidai/diimobilisasi penguat selama masa penyembuhan.5
Pemeriksaan lutut yang dilakukan untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus adalah
dengan menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi ekso dan
endorotasi, kadang terasa dan terdengar bunyi klik jika kaki diekstensi dalam keadaan ekso
atau endorotasi.5
Pada pemeriksaan klinis didapati riwayat trauma lutut yang diikuti pembengkakan
lutut akibat hemartoris maupun pembengkakan periartikuler. Pada aspirasi cairan sendi lutut,
diperoleh darah atau cairan yang berdarah. Pada keadaan akut, lutut sering sukar diperika
secara seksama sehingga pemeriksaan lutut dapat ditunda beberapa hari sampai nyerinya
berkurang, atau bila perlu dilakukan pemeriksaan dengan anastesi.5
Pemeriksaan lutut yang dilakukan adalah melakukan gerakan varus dan valgus dengan
lutut dalam keadaan sedikit fleksi. Untuk melihat ada tidaknya instabilitas lateral atau medial
akibat ruptur ligamen kolateral. Fleksi lutut dimaksudkan untuk merelaksasi ligamen
krusiatum anterior karena dalam keadaan ekstensi ligamen krusiatum anterior tegang dan
akan menutupi instabilitas lateral medial. Bila dalam keadaan ekstensi lutut didapati
instabilitas lateral medial, berarti ada robekan ligamen kolateral bersama robekan ligamen
krusiatum. Pemeriksaan robekan ligamen krusiatum saja dilakukan dengan melakukan
gerakan anteroposterior pada lutut yang berada dalam posisi flexi 90o.5
Untuk mendiagnosis adanya kerusakan meniskus, anamnesis yang saksama sangat
penting. Anamnesis meliputi mekanisme trauma, adanya riwayat sering merasa sakit tiba-tiba
di dalam lutut pada waktu berolahraga, waktu jalan, waktu menuruni tangga, atau adanya
riwayat lutut yang tiba-tiba terkunci. Pada inspeksi, didapati lutut tidak dapat ekstensi
maksimal. Setelah beberapa hari, sudah terjadi pengecilan otot kuadriceps akibat inaktivitas
karena rasa nyeri jika bergerak.5
Pemeriksaan lutut untuk mendiagnosis adanya ruptur meniskus dilakukan dengan cara
menggerakan lutut fleksi ekstensi dengan tungkai bawah dalam posisi endo dan eksorotasi.
Kadang terasa dan terdengar bunyi klik jika kaki diekstensi dalam keadaan ekso atau

endorotasi. Ekso atau endorotasi hanya dapat dilakukan pada flexi 90osendi lutut. Bila
terdapat rasa nyeri, kemungkinan adanya ruptur meniskus patut dipikirkan.5
Ruptur Ligamentum Crusiatum Anterior
Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut adalah anterior
cruciate ligament injury atau cedera ACL ruptur ACL, yang merupakan robekan di salah
satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan tulang kaki bagian
bawah. ACL ini berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini dapat terjadi dalam
berbagai cara. Namun, yang paling sering terjadi adalah cedera ACL noncontact dimana
mekanisme cedera ini biasanya terjadi saat berlari, memotong, atau aktifitas melompat
deceleration and rotational injury. Cedera karena kontak dengan para pemain juga umum
terjadi, hiperekstensi dan atau valgus forces pada lutut karena pukulan langsung.6

Dislokasi (Pergeseran Tulang)


Dislokasi atau pergeseran tulang adalah suatu keadaan persendian tidak dalam
keadaan anatomis (bergeser), dalam hal ini karena terjadi robekan yang mengakibatkan
pergeseran tulang dari tempatnya. Gejala dislokasi antara lain dapat dilihat dengan ciri-ciri
sebagai berikut: pembengkakan terjadi dengan cepat, terasa nyeri yang sedang sampai berat,
terdapat perbedaan yang jelas pada bagian tubuh yang terluka.7
Pada pemain sepak bola dislokasi sering terjadi pada organ pergelangan kaki, jari-jari
tangan, siku, lutut, bahu, atau punggung.7
Dislokasi sendi sering terjadi pada olahragawan yaitu terpelesetnya bonggol sendi dari
tempatnya. Apabila sebuah sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada sendi
tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali (dislokasi
habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah segera
menarik persendian tersebut dengan arah sumbu memanjang.7
Klasifikasi Dislokasi
1. Dislokasi Congenital
Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi Patologik

Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi Traumatic
Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan tulang dari
jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,
dan sistem vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa..7
Tanda dan Gejala Dislokasi
1. Deformitas pada persendiaan
Kalau sebuah tulang diraba akan terdapat suatu celah.
2. Gangguan gerakan
Otot otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
3. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
4. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi.7
Trauma Pada Lutut
Trauma pada lutut lebih sering terjadi pada sisi medial dibandingkan pada sisi lateral.
Ligamentum collaterale laterale (fibulare) lebih kuat mengikat sendi dari pada ligamentum
collaterale medial (tibiae). Kerusakan pada ligamentum collaterale terjadi sebagai akibat dari
pukulan pada lutut pada sisi yang berlawanan. Pukulan yang berat pada sisi medial dari lutut,
yang mana dapat menimbulkan kerusakan pada ligamentum collaterale fibulare, adalah
jarang terjadi bila dibandingkan dengan pukulan pada sisi lateral lutut. Meniscus medialis
melekat kuat pada ligamentum collaterale tibialis dan frekuensi kerusakan 20 kali lebih sering
terjadi dibandingkan dengan meniscus lateralis.7
Meniscus yang robek dapat menimbulkan bunyi click selama extensi dari kaki,
bila kerusakan lebih berat potongan sobekan dari cartilago dapat bergerak di antara
permukaan persendian tibia dan femur. Hal ini menyebabkan lutut menjadi terkunci pada
posisi sedikit flexi.7
Bila lutut digerakkan ke anterior dengan berlebihan ataupun bila lutut hiper-extensi,
ligamentum cruciatum anterior dapat robek sehingga menyebabkab sendi lutut menjadi tidak
stabil. Dan bila lutut di gerakkan ke posterior dengan berlebihan maka ligamentum cruciatum
posterior dapat robek. Tindakan bedah pada ligamentum cruciatum melalui transplantasi
ataupun artificial ligamentum di gunakan untuk memperbaiki kerusakan.7

Dislokasi Lutut
Penyebabnya biasanya adalah ruda paksa pada lutut, misalnya akibat kecelakaan lalu
lintas, dapat merobek 4 ligamen utama:

Kedua ligamen kolateral


Kedua ligamen krusiatum
Reposisi harus segera dilakukan untuk mencegah cedera arteri atau saraf. Sesudah itu

dikerjakan dengan tindakan bedah untuk memperbaiki ligamen yang rusak. Bila tidak ada
penyulit, tulang dimobilisasi dalam gips selama 3-4 minggu.5
Diagnosis Banding
Fraktur (Patah Tulang)
Patah tulang (fraktur) adalah suatu keadaan tulang yang mengalami keretakan, pecah,
atau patah. Patah tulang dibagi menjadi dua macam yaitu: fraktur sederhana (simple fracture)
dan fraktur kompleks (compound fracture).7
Patah tulang (fraktur) adalah diskontinuitas dari jaringan tulang (patah tulang) yang
biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak berdasarkan
hubungan antara ujung tulang yang mengalami fraktur dengan jaringan-jaringan di
sekitarnya.7
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik
pada tulang maupun tulang rawan. Fraktur berdasarkan continuitas patahan, patah tulang
dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1. Patah tulang komplek; tulang terputus sama sekali.
2. Patah tulang stress; tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari bagian luar tubuh, patah tulang
dibagi menjadi:
1. Patah tulang terbuka; fragmen (pecahan) tulang melukai kulit di atasnya dan
tulang
2. Patah tulang tertutup; fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan
kulit.7
Fraktur Patella

Patella merupakan tulang sesamoid besar yang melekat kuat pada otot kuadriceps,
cedera biasanya dikarenakan trauma langsung dan tidak langsung. Trauma langsung biasanya
menyebabkan frakturyang kominutif, trauma tidak langsung biasanyahanya menimbulkan
garis fraktur.5
Secara klinis, pasien tidak mampu melakukan ekstensi lutut secara aktif, disertai
hemartrosis karena fraktur patella merupakan kerusakan intraartikuler.5

Ruptur Ligamentum Crusiatum Posterior


Posterior cruciate ligament (PCL) digambarkan sebagai stabilizer utama dari lutut.
Cedera PCL kurang umum terjadi daripada cedera ACL. PCL lebih luas dan lebih kuat dari
ACL dan memiliki kekuatan menarik 2000N. Cedera paling sering terjadi ketika ada paksaan
pada aspek anterior di tibia proksimal ketika lutut tertekuk. Hiperekstensi dan mekanisme
rotasi atau stres varus/valgus mungkin juga berperan dalam ruptur PCL. Cedera dapat
diisolasi atau dikombinasikan dengan cedera ligamen lainnya.6
Fungsi utama PCL adalah untuk mencegah translasi posterior dari tibia pada tulang
femur. PCL juga berperan sebagai kontrol poros tengah dan menanamkan stabilitas rotasi
lutut. Gangguan pada PCL dapat terjadi saat adanya paksaan hiperekstensi sementara kaki
sedang dorsofleksi.6
Ruptur Ligamentum Collateral Lateral
Cedera LCL merupakan hasil dari paksaan varus di lutut. Cedera kontak, seperti
pukulan langsung ke sisi medial lutut atau cedera noncontact, seperti stress hiperekstensi,
dapat mengakibatkan paksaan varus di lutut melukai LCL. Rasa nyeri dan kekakuan
terlokalisir pada lutut lateral.6
Ruptur Ligamentum Collateral Medial
Cedera medial collateral ligament (MCL) merupakan cedera lutut yang umum terjadi,
yang berhubungan dengan olahraga. MCL adalah ligamen lutut yang paling sering terluka.
Cedera MCL terjadi hampir pada semua olahraga dan pada semua kelompok umur. Cedera
MCL terutama dikarenakan valgus stress pada knee joint.7
Pada cedera MCL, pasien biasanya baru mendapat paksaan valgus saat lutut ditekuk
sebagian. Nyeri dan kekakuan terlokalisir pada lutut medial.6

Patofisiologi
Ligament crusiatum anterior berfungsi sebagai penahan utama terhadap translasi tibia
anterior dan memadu mekanisme perputaran yang berhubungan dengan perluasan lutut.
Selain sebagai penahan utama, ligamentum crusiatum anterior juga bertindak untuk
mencegah varus dan valgus, terutama sekali pada keadaan ekstensi knee.8
Tidak banyak pasien yang mengalami kondisi ligament crusiatum anterior kronis,
tetapi biasanya pasien yang datang akan mengeluh dan merasakan sakit pada daerah lutut.
Kondisi kronik terjadi karena pasien tidak langsung memeriksakan diri ke dokter
setelah terjadi cidera, sehingga setelah melihat hasil diagnosa kondisi ligament crusiatum
anterior sudah menjadi kronis.8
Kondisi ini terus meningkat sehingga menurunkan kestabilan, luka pada meniscus
sampai terjadi kelemahan otot. Kelemahan jelas nyata pada pengetesan extensi knee.
Kestabilan ligament crusiatum anterior kondisi kronis berhubungan dengan kestabilan
posterolateral, ketidakstabilan sendi putar dan simptomatik luka meniscus.8
Cidera ini mengakibatkan kinematika sendi knee menjadi abnormal, para penulis /
peneliti mengemukakan 15% cidera pada ligament crusiatum anterior akan mengalami total
replacement pada lutut. Tetapi timbulya hal ini sedikitnya tiga kali terjadi trauma pada
ligament crusiatum anterior..8
Etiologi
70% ligament crusiatum anterior mengalami cidera melalui mechanism noncontact
berdasarkan pengalaman pasien mengenai cidera ini ketika mencoba merubah arah gerakan.8
Hal ini melibatkan turunnya kecepatan, penggabungan dengan sebuah cutting
(perpotongan), pivoting (berputar) dan sidestepping maneuver tetapi pada kasus lain dapat
terjadi melalui kontak langsung dan sering dihubungkan dengan cidera pada ligament yang
lain.8
Epidemiologi
Prevalensi

kejadian

cedera

ACL

yang

lebih

besar ditemukan

pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Sekitar 50% pasien dengan cedera ACL juga
didapati ruptur pada meniskus. Pada cedera ACL akut, meniskus lateralis lebih sering robek;

pada ACL kronis, meniskus medial lebih sering robek. Pada penelitian prevalensi mengenai
cedera ACL pada populasi umum, didapati bahwa 1 kasus dijumpai dalam 3.500 orang,
memperkirakan 95.000 ruptur ACL per tahun.8
Komplikasi
Tingkat kegagalan saat rekonstruksi ACL adalah sekitar 8%. Tiga kategori utama
kegagalan dalam rekonstruksi ACL adalah arthrofibrosis yang dikarenakan peradangan pada
sinovium dan bantalan lemak, rasa sakit yang membatasi gerak, dan ketidakstabilan berulang.
Faktor-faktor ini mungkin berkaitan dengan prosedur pembedahan, misalnya os tibia
atau femoral tunnels mengalami malposisi, salah penempatan alat, notchplasty yang tidak
mencukupi). Penempatan tibial tunnel di anterior dapat menyebabkan gangguan pada
transplantasi. Jika sebuah tunnel diletakkan terlalu posterior pada sisi femoralis, korteks
posterior femur dapat terganggu. Transplantasi juga mungkin gagal karena kurangnya
penggabungan, penolakan atau stress shielding. Trauma atau rehabilitasi yang agresif juga
dapat menyebabkan kegagalan transplantasi. Insiden transplantasi robek lagi adalah sekitar
2,5%.8
Komplikasi lainnya adalah patah tulang patella dan ruptur patella-tendon. Distrofi
refleks simpatik, infeksi pasca operasi, dan komplikasi neurovaskular jarang terjadi (insiden
kurang dari 1%). Tingkat terjadinya trombosis vena pasca operasi adalah sekitar 0,12%.8
Prognosis
Pasien yang melakukan bedah rekonstruksi ACL memiliki tingkat keberhasilan jangka
panjang sekitar 82-95%. Ketidakstabilan berulang dan kegagalan transplantasi terlihat pada
sekitar 8% dari pasien. Pasien dengan ruptur ACL, bahkan setelah rekonstruksi berhasil,
memiliki resiko untuk osteoarthritis. Tujuan pembedahan adalah untuk menstabilkan lutut,
mengurangi kemungkinan cedera meniscal di masa depan, dan menunda proses rematik.8
Farmakologi
Obat-obat yang digunakan pada cedera ACL terutama terdiri dari analgesik. Obat
yang mungkin diberikan praoperasi adalah cyclooxygenase-2 (COX-2) inhibitor dan
analgesik opioid. Pascaoperasi, pasien merasa nyeri dapat memperoleh obat nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAID) dan analgesik opioid. OAINS telah terbukti menurunkan
pembentukan tulang pada fusi tulang belakang dan operasi rotator cuff. Meskipun hal ini
belum terlihat secara klinis dalam rekonstruksi ACL dengan transplantasi tulang-tendon
patella-tulang, adalah perlu dipertimbangkan bahwa hal ini mungkin dapat terjadi. Oleh
karena itu, penggunaan jangka panjang pasca operasi mungkin tidak menguntungkan.2

Obat Anti Inflamasi Non Steroid


NSAID memiliki aktivitas analgesik dan anti-inflamasi. Mekanisme kerja mereka
belum diketahui, tetapi mungkin menghambat aktivitas siklooksigenase dan sintesis
prostaglandin. Mekanisme lain yang mungkin juga ada, seperti penghambatan pada sintesis
leukotriene, pelepasan enzim lisosomal, aktivitas lipoxygenase, neutrofil agregasi dan
berbagai fungsi membran sel.2
Ketorolac (Toradol) dapat menghambat sintesis prostaglandin dengan mengurangi
aktivitas enzim cyclooxygenase, dimana hasilnya berupa penurunan pembentukan prekursor
prostaglandin. Digunakan untuk kontrol nyeri pasca operasi.2
Terapi dengan Pembedahan
Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh dijahit dan atau disambung kembali,
sehingga untuk perbaikan ACL agar dapat mengembalikan stabilitas lutut adalah dengan
rekonstruksi dari ligamen tersebut. Ligamen tersebut kemudian akan diganti dengan
transplantasi jaringan ligamen.9
Keputusan untuk memulihkan robekan ACL dengan teknik pembedahan merupakan
individualized, dan tergantung atas keinginan pasien terkait usia, keinginan untuk
berkompetisi (dalam bidang olahraga), perubahan degeneratif, dan ketidakstabilan lutut
secara objektif dan subjektif.9
Terapi tanpa Pembedahan
ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi tanpa
operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana.
Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi. Bracing merupakan alat yang
dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bisa diteruskan dengan pemakaian
tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki. Apabila oedeme berkurang, rehabilitasi
dapat mulai dilakukan. Olahraga yang spesifik dapat mengembalikan fungsi lutut dan
menguatkan otot kaki.9
Rehabilitasi setelah cedera ACL terisolasi harus mencakup upaya

untuk

mengembalikan gerakan lutut dan memperkuat otot-otot di sekitar lutut.9


Edukasi
Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan tidak boleh kembali ke
aktivitas semula selama beberapa saat, terutama para atlit. Setelah kekuatan quadriceps
mencapai 65% dari kaki yang berlawanan, kegiatan olahraga-spesifik dapat dilakukan, hal ini

biasanya terjadi dalam waktu 5-8 minggu pasca operasi. Hal ini dapat diuji dengan
menggunakan mesin Cybex. Atlet dapat kembali ke aktivitas ketika kekuatan quadriceps telah
mencapai 80%, yang biasanya setelah setidaknya 3-4 bulan menjalani terapi olahragaspesifik.2
Kesimpulan
Cedera lutut tanpa patah tulang dapat menyebabkan ruptur atau distorsi ligamen
kolateral atau krusiatum. Salah satu masalah yang paling umum yang melibatkan sendi lutut
adalah anterior cruciate ligament injury atau cedera ACL ruptur ACL, yang merupakan
robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas (femur) dengan
tulang kaki bagian bawah. ACL ini berfungsi untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera ACL ini
dapat terjadi dalam berbagai cara. Pasien yang menderita ruptur ACL harus beristirahat dan
tidak boleh kembali ke aktivitas semula selama beberapa saat.
Daftar Pustaka
1. Walker B. The anatomy of sport injuries. California: Lotus Publishing; 2007.p.1-12.
2. Gammons M. Anterior cruciate ligament injury. 25 November 2013. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/89442-overview; 13 Maret 2014.
3. Sabiston. Buku ajar bedah. Jakarta: EGC; 2004.h.234-6.
4. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia; 2006.h.96-7.
5. Sjamsuhidajat R. De Jong W. Buku ajar ilmu bedah. Edisi ke- 2. Jakarta: EGC;
2003.h.1030-3.
6. Souryal TO. Rehabilitation for anterior cruciate ligament injury. 19 Maret 2012.
Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/307161-overview#showall; 15
Maret 2014.
7. Behrman. Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan anak nelson. Edisi ke-15. Jakarta: EGC;
2007.h.2353-4.
8. Maguire J. Anterior Cruciate Ligament Pathology. 19 Maret 2012. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1252414-overview#a0199; 15 Maret 2014.
9. Rasjad C. Trauma. Dalam: Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang
Lamumpatue; 2000.h.343-7.

Anda mungkin juga menyukai