Anda di halaman 1dari 9

MRI LUTUT DALAM MENDIAGNOSA

ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT (ACL) TEAR


Amilia (P1337430214032)
Mata Kuliah Anatomi Crossectional
Dosen : Luthfi Rusyadi, SKM, MHKES, M.Sc

A. Pendahuluan
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada
sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran
ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau
mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil. Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan
gangguan kestabilan pada sendi lutut. Salah satu jenis cedera ACL yang sering
terjadi yakni ACL tear atau robeknya ACL.
Modalitas pencitraan yang bagus untuk memvisualisasikan proses
patologis sendi lutut adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging), sebuah
pencitraan resolusi tinggi yang tidak hanya mampu menampakkan struktur
tulang lutut, tetapi juga struktur jaringan lunak yang lebih baik, termasuk
struktur meniscus dan ligamen di beberapa bidang (axial, sagital dan coronal).
Peningkatan intensitas sinyal pada gambaran diagnostik MRI lutut,
kemungkinan terjadinya robekan pada ligament baik minor, parsial maupun
total. Pada paper ini, akan meninjau anatomi normal pada sendi lutut beserta
ligament – ligamennya. Selain itu juga membahas dan menggambarkan citra
diagnostik dari ACL tear.

B. Anatomi Sendi Lutut


Knee joint atau sendi lutut adalah salah satu sendi kompleks dalam
tubuh manusia. Femur, tibia, fibula, dan patella disatukan menjadi satu
kelompok yang kompleks oleh ligament. Sendi lutut dibentuk oleh epiphysis
distalis tulang femur, epiphysis proksimalis, tulang tibia dan  tulang patella,
serta mempunyai beberapa sendi yang terbentuk dari tulang yang
berhubungan, yaitu antar tulang femur dan patella disebut articulatio patella

1
2

femoral, antara tulang tibia dengan tulang  femur  disebut  articulatio tibio
femoral dan antara tulang tibia  dengan tulang  fibula proximal disebut 
articulatio tibio fibular proxsimal. Menurut Syaifuddin (1997), anatomi sendi
lutut terdiri dari:
1. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
a. Femur. Merupakan tulang pipa yang berhubungan dengan
acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di
sebelah  atas dan bawah dari columna femoris terdapat trochanter
mayor dan trochantor  minor, di bagian ujung membentuk
persendian lutut, terdapat condylus medialis dan condylus lateralis,
di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat patella yang
disebut dengan fosa condylus.
b. Tibia. Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal
melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os
maleolus medialis.
c. Fibula. Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha
yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian
ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau
mata kaki luar.
d. Patella. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut
90 derajat,  kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan
saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur.

Gambar 1. MRI Knee Coronal (https://mrimaster.com)


3

Gambar 2. Anatomi lutut kanan (dengan patella direfleksikan)


2. Ligamentum Lutut
Ligamentum mempunyai fungsi sebagai pembatas gerakan dan
stabilisator sendi. Ada beberapa ligamen sendi lutut yaitu :
a. Ligamentum cruciatum anterior atau anterior cruciate ligament
(ACL) yang berjalan dari depan culimintio intercondyloidea ke
permukaan medial condyler lateralis femur yang berfungsi menahan
hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan. Ligamentum
ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut
diluruskan sempurna. Terdiri dari dua bundel, sebuah bundel
anteromedial, yang ketat di fleksi, dan bundel posterolateral, yang
lebih cembung dan ketat dalam ekstensi. ACL berfungsi sebagai
stabilisator yang mencegah pergeseran ke depan yang berlebih dari
tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau mencegah
pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil.
b. Ligamentum cruciatum posterior atau posterior cruciate ligament
(PCL) berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris
menuju ke fossa intercondylodea tibia, berfungsi menahan
bergesernya tibia ke arah belakang dan mencegah femur ke anterior
terhadap tibia.
4

c. Ligamentum patellae melekat (diatas) pada tepi bawah patella dan


pada bagian bawah melekat pada tuberositas tibiae. Ligamentum
patellae ini sebenarnya merupakan lanjutan dari bagian pusat tendon
bersama m. quadriceps femoris. Dipisahkan dari membran synovial
sendi oleh bantalan lemak intra patella dan dipisahkan dari tibia oleh
sebuah bursa yang kecil. Bursa infra patellaris superficialis
memisahkan ligamentum ini dari kulit.
d. Ligamentum collaterale lateralle yang berjalan dari epicondylus
lateralis ke capitulum fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus
atau samping luar.
e. Ligamentum collaterale tibiae yang berbentuk seperti pita pipih
yang melebar dan melekat dibagian atas pada condylus medialis
femoris dan pada bagian bawah melekat pada margo infraglenoidalis
tibiae. Ligamentum ini menembus dinding capsul sendi dan sebagian
melekat pada meniscus medialis. Ligament ini berfungsi menahan 
gerakan valgus atau samping dalam dan eksorotasi, dan secara
bersamaan ligament collateral  juga  berfungsi menahan bergesernya
ke depan pada posisi lutut fleksi 90o.
3. Meniscus atau Cartilago Semilunaris
Cartilago semilunaris adalah lamella fibrocartilago berbentuk C,
yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal
dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan
membentuk tepian bebas . Permukaan atasnya cekung dan berhubungan
langsung dengan condylus femoris.
Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis
condylus tibialis untuk menerima condylus femoris yang cekung.
a. Cartilago Semilunaris Medialis
Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh
lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada
area intercondylaris anterior tibiae dan berhubungan dengan
cartilago semilunaris lateralis melalui beberapa serat yang disebut
ligamentum transversum. Cornu posterior melekat pada area
5

intercondylaris posterior tibiae. Batas bagian perifernya melekat


pada simpai dan ligamentum collaterale sendi. Dan karena
perlekatan inilah cartilago semilunaris relatif tetap.
b. Cartilago Semilunaris Lateralis
Bentuknya hampir sirkular dan melebar secara merata. Cornu
anterior melekat pada area intercondylaris anterior, tepat di depan
eminentia intercondylaris. Cornu posterior melekat pada area
intercondylaris posterior, tepat di belakang eminentia
intercondylaris. Seberkas jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu
posterior dan mengikuti ligamentum cruciatum posterior ke condylus
medialis femoris. Batas perifer cartilago dipisahkan dari ligamentum
collaterale laterale oleh tendon m. popliteus, sebagian kecil dari
tendon melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini
cartilago semilunaris lateralis kurang terfiksasi pada tempatnya bila
di bandingkan dengan cartilago semilunaris medialis.

C. Patologi Anterior Cruciate Ligament (ACL) Tear


Anterior cruciate ligament (ACL) adalah struktur penting dalam
mempertahankan biomekanika normal lutut dan merupakan ligamen lutut
yang paling sering cedera, salah satu jenis cedera ACL yakni ACL tear. ACL
tear adalah robekan di salah satu ligamen lutut yakni anterior ruciate ligament
yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah.

Gambar 3. ACL tear (https://m.ufhealth.org/)


6

ACL tear atau robeknya ACL sering yang dialami oleh atlet. Umumnya
terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, perubahan
arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-deselerasi)
seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi
adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut
ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama
trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping.
Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi lutut. Ketidakstabilan sendi lutut juga akan
menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan
tulang rawan sendi. Penilaian derajat robeknya ACL dapat dilakukan
berdasarkan robekan yang terjadi, yaitu:
1. Derajat 1: Robekan minor pada ligament yang hanya melibatkan
beberapa serabut ACL. Umumnya tidak menimbulkan gejala
ketidakstabilan dan dapat kembali bermain setelah proses penyembuhan.
2. Derajat 2: Robekan parsial melibatkan sebagian serabut ACL dengan
perdarahan. Terjadi penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala
ketidakstabilan.
3. Derajat 3: Robekan total melibatkan hampir semua atau bahkan seluruh
serabut ACL dengan gejala ketidakstabilan yang sangat bermakna.

Gambar 4. Citra MRI sagittal fat-saturated T2-weighted menunjukkan


ketidak-normalan, aliran vertikal dari serabut pada proximal postolateral
bundle ACL (panah), yang mencerminkan parsial tear.
7

Gambar 5. Citra MRI dari tanda primer dari ACL tear. Citra sagittal
intermediate-weighted dari tiga pasien berbeda menunjukkan pola ACL yang
berbeda. A: Penampilan khas dari ACL tear pada mid-substansi dengan
serabut diskontinuitas ACL (panah). Ujung sisa pada femoralis (tanda
bintang) dan sisi tibialis (panah putih) longgar, menebal dan meningkat dalam
intensitas sinyal; B: ACL tear kronis dengan tidak adanya serabut ACL
normal yang kompatibel dengan penyerapan serabut yang menyeluruh. PCL
(panah hitam melengkung); C: ACL tear akut grade tinggi intrasubstance
yang ditandai dengan perubahan serabut ACL yang menebal dan oedematosa
yang menunjukkan peningkatan intensitas sinyal (panah putih). Serabut masih
dalam kontinuitas yang menunjukkan ACL tear parsial (Wing dkk, 2011).

D. Prosedur Pemeriksaan MRI Lutut


1. Persiapan Pasien
Menurut Moeller (2003) persiapan pasien MRI lutut terdiri dari :
a. Mempersilahkan pasien pergi ke toilet sebelum pemeriksaan.
b. Meminta pasien untuk melepas pakaian dan menggantinya dengan
pakaian yang telah disediakan (atasan maupun bawahan).
c. Meminta pasien untuk melepaskan segala sesuatu yang mengandung
logam (alat bantu dengar, jepit rambut, perhiasan tubuh jam tangan,
dll) yang ada pada tubuh pasien.
d. Menjelaskan prosedur pemeriksaan kepada pasien.
e. Memberikan pelindung telinga pasien atau ear plug.
8

2. Persiapan Alat
Menurut Westbrook (2014), persiapan alat pada pemeriksaan MRI
lutut adalah sebagai berikut :
a. Knee phased array coil/extremity knee coil/sepasang small circular
coils dikonbinasikan sebagai phased/multi-coil array/large flexible
coil
b. Immobilization pads
c. Earplug atau headphone
3. Posisi Pasien
Menurut Westbrook (2014) posisi pasien pada pemeriksaan MRI
lutut adalah sebagai berikut :
a. Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan dengan lutut dalam
keadaan relax dan sedikit fleksi di dalam coil.
b. Knee diimobilisasi dengan menggunakan pads.
c. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga longitudinal alignment
light terletak pada midline kaki yang diperiksa. Horizontal alignment
light melewati pertengahan coil. Lutut ditempatkan di dalam coil
sehingga pusat coil berada di garis bawah patela.
d. Gambaran anterior cruciate ligament (ACL) sangat penting sbg
patokan pada pemeriksaan lutut untuk rasa nyeri, trauma, atau
kerusakan sendi. Ligament sangat bagus pada scanning sagital obliq
terhadap bidang anatomi.
e. Jika peralatan tidak memungkinkan untuk membuat gambaran oblik,
maka lutut pasien harus diposisikan dengan sedikit rotasi eksternal
(5–10o) (under-rotation/kurang-rotasi lebih baik daripada over-
rotation/rotasi-berlebih)
f. Jika scanner hanya memungkinkan untuk melakukan single-scan
bidang oblik, bidang sagital scan dapat diperoleh dengan meletakkan
garis orientasi sepanjang batas internal dari lateral condyles
femoralis dari localizer axial.
9

4. Protokol Pemeriksaan
Menurut Westbrook (2014) protokol pada pemeriksaan MRI lutut
adalah sebagai berikut :
a. Protokol yang disarankan
1) Axial/multi-planar coherent gradient echo T2* atau axial PD
dengan tissue suppression
2) Sagittal coherent GRE T2* atau sagittal/oblique PD +/- tissue
suppression
3) Coronal FSE PD/T2 +/− tissue suppression
4) Coronal SE/incoherent (spoiled) GRE T1
5) Axial FSE PD/T2 +/− tissue suppression
b. Protokol tambahan
1) Axial/sagittal SE/FSE T1 +/– tissue suppression
2) 3D FSE dengan variable refocus flip angle T2 or PD + tissue
suppression
3) 3D coherent GRE PD/T2* +/– tissue suppression
4) Dynamic imaging

Sumber :
Moeller, Torsten B dan Emil Reif. 2003. MRI Parameters and Posotioning. New
York : Thieme
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Westbrook, Catherine. 2014. Handbook of MRI Technique. Fourth Edition.
Cambridge, UK : Wiley Blackwell
Wing dkk, 2011. Imaging of the Anterior Crucriate Ligament. World Journal of
Orthopedics : Hongkong
https://mrimaster.com
https://m.ufhealth.org/

Anda mungkin juga menyukai