A. Pendahuluan
Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah ligamen yang terdapat pada
sendi lutut. Ligamen ini berfungsi sebagai stabilisator yang mencegah pergeseran
ke depan yang berlebih dari tulang tibia terhadap tulang femur yang stabil, atau
mencegah pergeseran ke belakang yang berlebih tulang femur terhadap tulang
tibia yang stabil. Setiap cedera yang terjadi pada ACL berpotensi menimbulkan
gangguan kestabilan pada sendi lutut. Salah satu jenis cedera ACL yang sering
terjadi yakni ACL tear atau robeknya ACL.
Modalitas pencitraan yang bagus untuk memvisualisasikan proses
patologis sendi lutut adalah MRI (Magnetic Resonance Imaging), sebuah
pencitraan resolusi tinggi yang tidak hanya mampu menampakkan struktur
tulang lutut, tetapi juga struktur jaringan lunak yang lebih baik, termasuk
struktur meniscus dan ligamen di beberapa bidang (axial, sagital dan coronal).
Peningkatan intensitas sinyal pada gambaran diagnostik MRI lutut,
kemungkinan terjadinya robekan pada ligament baik minor, parsial maupun
total. Pada paper ini, akan meninjau anatomi normal pada sendi lutut beserta
ligament – ligamennya. Selain itu juga membahas dan menggambarkan citra
diagnostik dari ACL tear.
1
2
femoral, antara tulang tibia dengan tulang femur disebut articulatio tibio
femoral dan antara tulang tibia dengan tulang fibula proximal disebut
articulatio tibio fibular proxsimal. Menurut Syaifuddin (1997), anatomi sendi
lutut terdiri dari:
1. Tulang Pembentuk Sendi Lutut
a. Femur. Merupakan tulang pipa yang berhubungan dengan
acetabulum membentuk kepala sendi yang disebut caput femoris. Di
sebelah atas dan bawah dari columna femoris terdapat trochanter
mayor dan trochantor minor, di bagian ujung membentuk
persendian lutut, terdapat condylus medialis dan condylus lateralis,
di antara kedua condylus ini terdapat lekukan tempat patella yang
disebut dengan fosa condylus.
b. Tibia. Tulang tibia bentuknya lebih kecil, pada bagian pangkal
melekat pada os fibula, pada bagian ujung membentuk persendian
dengan tulang pangkal kaki dan terdapat taju yang disebut os
maleolus medialis.
c. Fibula. Merupakan tulang pipa yang terbesar sesudah tulang paha
yang membentuk persendian lutut dengan os femur pada bagian
ujungnya. Terdapat tonjolan yang disebut os maleolus lateralis atau
mata kaki luar.
d. Patella. Fungsi patella di samping sebagai perekatan otot-otot atau
tendon adalah sebagai pengungkit sendi lutut. Pada posisi flexi lutut
90 derajat, kedudukan patella di antara kedua condylus femur dan
saat extensi maka patella terletak pada permukaan anterior femur.
ACL tear atau robeknya ACL sering yang dialami oleh atlet. Umumnya
terjadi pada olahraga yang melibatkan gerakan-gerakan zig-zag, perubahan
arah gerak, dan perubahan kecepatan yang mendadak (akselerasi-deselerasi)
seperti sepak bola, basket, bola voli, dan futsal. Mayoritas cedera yang terjadi
adalah non-kontak dengan mekanisme valgus lutut dan twisting (puntiran).
Situasi ini sering terjadi ketika atlet menggiring bola atau salah posisi lutut
ketika mendarat. Trauma juga dapat menyebabkan robeknya ACL, terutama
trauma langsung pada lutut dengan arah gaya dari samping.
Robekan ACL lebih dari 50 % atau robekan total dapat menyebabkan
ketidakstabilan sendi lutut. Ketidakstabilan sendi lutut juga akan
menimbulkan cedera lanjutan berupa rusaknya bantal sendi/meniskus dan
tulang rawan sendi. Penilaian derajat robeknya ACL dapat dilakukan
berdasarkan robekan yang terjadi, yaitu:
1. Derajat 1: Robekan minor pada ligament yang hanya melibatkan
beberapa serabut ACL. Umumnya tidak menimbulkan gejala
ketidakstabilan dan dapat kembali bermain setelah proses penyembuhan.
2. Derajat 2: Robekan parsial melibatkan sebagian serabut ACL dengan
perdarahan. Terjadi penurunan fungsi dan dapat menimbulkan gejala
ketidakstabilan.
3. Derajat 3: Robekan total melibatkan hampir semua atau bahkan seluruh
serabut ACL dengan gejala ketidakstabilan yang sangat bermakna.
Gambar 5. Citra MRI dari tanda primer dari ACL tear. Citra sagittal
intermediate-weighted dari tiga pasien berbeda menunjukkan pola ACL yang
berbeda. A: Penampilan khas dari ACL tear pada mid-substansi dengan
serabut diskontinuitas ACL (panah). Ujung sisa pada femoralis (tanda
bintang) dan sisi tibialis (panah putih) longgar, menebal dan meningkat dalam
intensitas sinyal; B: ACL tear kronis dengan tidak adanya serabut ACL
normal yang kompatibel dengan penyerapan serabut yang menyeluruh. PCL
(panah hitam melengkung); C: ACL tear akut grade tinggi intrasubstance
yang ditandai dengan perubahan serabut ACL yang menebal dan oedematosa
yang menunjukkan peningkatan intensitas sinyal (panah putih). Serabut masih
dalam kontinuitas yang menunjukkan ACL tear parsial (Wing dkk, 2011).
2. Persiapan Alat
Menurut Westbrook (2014), persiapan alat pada pemeriksaan MRI
lutut adalah sebagai berikut :
a. Knee phased array coil/extremity knee coil/sepasang small circular
coils dikonbinasikan sebagai phased/multi-coil array/large flexible
coil
b. Immobilization pads
c. Earplug atau headphone
3. Posisi Pasien
Menurut Westbrook (2014) posisi pasien pada pemeriksaan MRI
lutut adalah sebagai berikut :
a. Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan dengan lutut dalam
keadaan relax dan sedikit fleksi di dalam coil.
b. Knee diimobilisasi dengan menggunakan pads.
c. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga longitudinal alignment
light terletak pada midline kaki yang diperiksa. Horizontal alignment
light melewati pertengahan coil. Lutut ditempatkan di dalam coil
sehingga pusat coil berada di garis bawah patela.
d. Gambaran anterior cruciate ligament (ACL) sangat penting sbg
patokan pada pemeriksaan lutut untuk rasa nyeri, trauma, atau
kerusakan sendi. Ligament sangat bagus pada scanning sagital obliq
terhadap bidang anatomi.
e. Jika peralatan tidak memungkinkan untuk membuat gambaran oblik,
maka lutut pasien harus diposisikan dengan sedikit rotasi eksternal
(5–10o) (under-rotation/kurang-rotasi lebih baik daripada over-
rotation/rotasi-berlebih)
f. Jika scanner hanya memungkinkan untuk melakukan single-scan
bidang oblik, bidang sagital scan dapat diperoleh dengan meletakkan
garis orientasi sepanjang batas internal dari lateral condyles
femoralis dari localizer axial.
9
4. Protokol Pemeriksaan
Menurut Westbrook (2014) protokol pada pemeriksaan MRI lutut
adalah sebagai berikut :
a. Protokol yang disarankan
1) Axial/multi-planar coherent gradient echo T2* atau axial PD
dengan tissue suppression
2) Sagittal coherent GRE T2* atau sagittal/oblique PD +/- tissue
suppression
3) Coronal FSE PD/T2 +/− tissue suppression
4) Coronal SE/incoherent (spoiled) GRE T1
5) Axial FSE PD/T2 +/− tissue suppression
b. Protokol tambahan
1) Axial/sagittal SE/FSE T1 +/– tissue suppression
2) 3D FSE dengan variable refocus flip angle T2 or PD + tissue
suppression
3) 3D coherent GRE PD/T2* +/– tissue suppression
4) Dynamic imaging
Sumber :
Moeller, Torsten B dan Emil Reif. 2003. MRI Parameters and Posotioning. New
York : Thieme
Syaifuddin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Westbrook, Catherine. 2014. Handbook of MRI Technique. Fourth Edition.
Cambridge, UK : Wiley Blackwell
Wing dkk, 2011. Imaging of the Anterior Crucriate Ligament. World Journal of
Orthopedics : Hongkong
https://mrimaster.com
https://m.ufhealth.org/