Disusun oleh :
KALTSUM KHANZA
NIM PO.62.20.1.22.018
4. Bisep
Otot bisep fungsi sebagai fleksor lengan dari siku. Otot ini
membawa tangan ke arah bahu dengan menekuk siku.
C. PATOFISIOLOGI
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang
salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum
siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring (otot
paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi linier menghasilkan gambar dinamis dan panorama dengan
tendon achilles normal yang muncul sebagai gambar hipoekogenik seperti pita
yang terkandung dalam 2 pita hiperekogenik. Ruptur muncul sebagai vakum
akustik dengan tepi tidak beraturan tebal. Ultrasonografi penting untuk
mendiagnosis ruptur parsial (seringkali subklinis) dan menyingkirkan cedera
sehingga mencegah pengobatan yang tidak perlu (Ismunandar dkk, 2021).
2. MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat menunjukkan secara detail kondisi
ujung-ujung tendon yang ruptur. MRI adalah alat yang bermanfaat untuk
mengkonfirmasi diagnosis klinis, dan lebih penting lagi untuk menilai jumlah
defek fungsional pada tendon Achilles untuk perencanaan pre operasi
(Firmansyah dkk, 2018). relatif menggambarkan tendon achilles terhadap
bantalan lemak dari segitiga Kager dengan baik. Ini adalah modalitas
pencitraan pilihan karena lebih baik dalam mendeteksi ruptur yang tidak
lengkap dan berbagai penyakit degeneratif kronis (Ismunandar dkk, 2021).
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan yaitu (Ismunandar dkk, 2021).
1. Queezed test Simmonds atau Thompson Dengan pasien tengkurap di atas meja
dan pergelangan kaki menjuntai dari meja, pemeriksa meremas bagian bagian
betis. Triad Simmonds yaitu gangguan sudut deklinasi mengacu pada
hilangnya ketegangan pada tendon Achilles yang ruptur, yang menyebabkan
pergelangan kaki dan kaki yang cedera lebih dorsiflexi, palpasi celah dapat
dilihat dengan meraba tendon di sepanjang panjangnya tendon achilles, dan
pemeriksa secara dengan lembut meremas otot betis pasien, ini akan merusak
otot soleus, menyebabkan tendon gastrocnemius-soleus di atasnya berbaring
dari tibia, mengakibatkan fleksi plantar kaki jika tendon utuh.
2. Tes O’Brien. Jarum hipodermik dimasukkan tepat di medial ke garis tengah
dan 10 cm di proksimal dari insersi tendon. Ujung jarum harus berada tepat di
dalam substansi tendon. Pergelangan kakikemudian plantar dan dorsiflexing
secara bergantian. Saat dorsiflexi, tendon achilles diregangkan dan jarum harus
mengarah distal, jika tendon berada di distal maka jarum masih utuh
3. Tes matles atau fleksi lutut. Saat berbaring tengkurap di atas meja, pasien
diminta untuk secara aktif menekuk lutut hingga 90. Selama gerakan ini, jika
kaki di sisi yang terkena jatuh ke dalam dorsofleksi, tendon achilles yang ruptur
dapat didiagnosis
4. Tes copeland atau sphygmomanometer. Pasien berbaring tengkurap dan
manset sphygmomanometer dililitkan di tengah betis. Manset dipompa
menjadi 100 mm merkuri dengan kaki masuk fleksi plantar. Kaki kemudian
didorsifleksikan. Jika tekanan meningkat menjadi sekitar 140 mmHg, dianggap
unit musculotendinous utuh. Jika tekanan tetap pada nilai asli 100 mmHg
tendon achilles yang ruptur dapat didiagnosis
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan saat ini menekankan pada keputusan pasienmengenai
pilihan pengobatan, dengan mempertimbangkan usia, tingkataktivitas, kebutuhan
pribadi, dan kondisi komorbid. Ruptur parsial dapatdiobati secara konservatif atau
dengan pembedahan.
1. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Pembedahan melibatkan reattaching bagian tendon yang robek ketulang
(tenodesis) atau memotong tendon untuk menghasilkan robekanyang
lengkap dan dilakukan terapi seperti pada ruptur lengkap. Robekan pada
tendo m.biseps caput longum biasanya dirawat secara konservatif karena
cedera menyebabkan perubahan fungsional yang minimal. Namun,atlet
atau individu yang sangat aktif lainnya tidak dapat mentolerir
setiaphilangnya fungsi dan akan meminta untuk dilakukan tenodesis.
Ruptur tendon biseps distal ditatalaksana dengan tenodesis menggunakan
logamstitch (jahitan) jangkar. Ruptur pada musculotendinous junction atau
ruptur dalam corpustendon dilakukan pembedahan (tendinoplasty) dengan
perangkat augmentation ligament atau dengan metode lipat
sederhana/menyelipkan. Setelah operasi, lengan dipertahankan dalam
posisi membungkuk selama 4-5 hari (Puspitaningtyas, 2018).
b. Perawatan bedah untuk ruptur tendon Achilles dibagi menjadi empat
kategori: perbaikan terbuka, perbaikan perkutan, perbaikan mini-open, dan
perbaikan augmentatif. Secara umum, operatif intervensi biasanya lebih
disukai untuk pasien yang lebih muda dan pasien yang menginginkan
fungsi yang lebih besar. Tindakan operatif perbaikan tendon achilles open
end-to-end memiliki indikasi yaitu pada kasus ruptur akut (sekitar <6
minggu). Penurunan tingkat ruptur kembali dibandingkan dengan
manajemen non-operatif tidak ada perbedaan yang bermakna. Selain itu,
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kekuatan fleksi plantar dengan
protokol rehabilitasi fungsional. Tindakan perkutan memiliki indikasi
khawatirnya terdapat bekas luka atau alasan kosmetis. Tindakan ini
memiliki risiko terjadinya kerusakan saraf sural dibandingkan tindakan
perbaikan terbuka. Perbaikan terbuka memiliki tingkat kerusakan kembali
yang lebih rendah dengan risiko komplikasi yang lebih tinggi. Perbaikan
perkutan dan perbaikan mini-open menunjukkan tingkat reruptur yang
serupa tetapi tingkat komplikasi keseluruhan lebih rendah jika
dibandingkan dengan perbaikan terbuka. Perbaikan perkutan
membutuhkan kewaspadaan terhadap kerusakan saraf. (Ismunandar dkk,
2021).
H. PENGOBATAN
Tujuan pengobatan adalah untuk mengembalikan ke keadaan normal dan
memungkinkan pasien untuk melakukan apa yang dapat dilakukan sebelum
cedera.Tindakan pembedahan dapat dilakukan, dimana ujung tendon yang
terputus disambungkan kembali dengan teknik penjahitan. Tindakan
pembedahan dianggap paling efektif dalam penatalaksanaan tendon yang
terputus.
Tindakan non pembedahan dengan orthotics atau theraphi fisik. Tindakan
tersebut biasanya dilakukan untuk non atlit karena penyembuhanya lama atau
pasienya menolak untuk dilakukan tindakan operasi.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin perlu dikaji karena biasanya laki-
laki lebih rentan terhadap terjadinya fraktur akibat kecelakaan bermotor,
pendidikan, pekerjaan, agama, suku/bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnosa medis, nomor medrek dan alamat.
2. Keluhan utama :
Keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit yang dirasakan saat
dilakukan pengkajian yang ditulis dengan singkat dan jelas, dua atau tiga kata
yang merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan pelayanan
kesehatan, merasa ada tarikan dan putus pada bagian tubuh, nyeri hebat pada
ektermitas, kelemahan pada anggota gerak yang cider, tidak mampu
memindahkan anggota gerak yang cidera
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : Merupakan penjelasan dari permulaan klien
merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit dan
pengembangan dari keluhan utama
b. Riwayat kesehatan dahulu : Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti
adanya riwayat trauma, riwayat penyakit tulang seperti osteoporosis,
osteomalacia, osteomielitis, gout ataupun penyakit metabolisme yang
berhubungan dengan tulang seperti diabetes mellitus (lapar terus-menerus,
haus dan kencing terus–menerus), gangguan tiroid dan paratiroid.
c. Riwayat kesehatan keluarga : Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam
keluarga klien terdapat penyakit keturunan ataupun penyakit menular dan
penyakit-penyakit yang karena lingkungan yang kurang sehat yang
berdampak negatif pada kesehatan anggota keluarga termasuk klien.
d. Riwayat perkawinan : kawin/ tidak kawin ini tidak memberi pengaruh
terhadap terjadinyarupture tendon.
4. Pemeriksaan Fisik : dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah
secara sistematis.
a. Keluhan utama : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda,
seperti: Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah, komposmentis
tergantung pada keadaan klien. Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik,
ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.
b. Tanda-tanda vital : tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin,
pernafasan lemah ataun kuat. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada
gangguan baik fungsi maupun bentuk.
c. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, distribusi rambut rata, tidak ada luka
di kepala, wajah simetris.
https://id.scribd.com/document/539106083/2-LP-Ruptur-Tendon
https://www.academia.edu/38523658/LP_Ruptur_Tendon
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi III.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. EdisiII. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.