Anda di halaman 1dari 66

Pemicu 2 Sistem Muskuloskeletal

“Jaga Bikin Pusing”


Nessa Suci Amalia - 405220099
Kelompok 19
LI 1. MM. Anatomi sendi
a. Struktur
b. jenis
Anatomi Sendi
Struktur Kapsul Sendi
Terdiri dari → membran fibrosa (jaringan fibrosa) dan
membran sinovial
Membran sinovial :
Lapisan longgar superficial sel A → synoviocytes type A
(metabolisme senyawa metabolik yang dihasilkan di
dalam kartilago sendi)
Lapisan sel B → synoviocytes type B (sel F) dan fibroblast
aktif
Jaringan penyambung subsinovial → kaya akan kapiler,
fibroblast, dan liposit
Serat-serat kolagen di dalam kartilago tersusun bertingkat

Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Klasifikasi Sendi
Sendi fibrosa
Sutura
Syndesmosis
Gomphosis
Schindylesis
Sendi kartilago
Synchondrosis
Symphysis
Sendi sinovial
Sendi tulang (synostosis)

Grant's Method of Anatomy. 11e 1989

Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Klasifikasi Sendi
Tidak dapat digerakan (immovable joint) → sinartrosis
Contoh : bagian-bagian tengkorak, sternum
Sedikit dapat digerakan (slightly movable joint) → amfiartrosis
Contoh : bagian-bagian vertebrae (discus intervertebralis) dan symphysis pubis
Dapat digerakan secara bebas (freely movable joint) → diartrosis
Contoh : sendi sinovial

Grant's Method of Anatomy. 11e 1989


Sendi Sinovial
1. Sendi uniaksial → satu sumbu gerakan
a. Hinge joint → Articulatio cylindrica (Ginglymus) → gerakan fleksi dan ekstensi
b. Conoid joint → Articulatio conoidea → gerakan rotasi
c. Pivot joint → Articulatio trochoidea → gerakan rotasi
2. Sendi biaksial → dua sumbu gerakan
a. Condylar joint → Articulatio covoidea, articulatio ellipsoidea → memungkinkan gerakan
fleksi, ekstensi, adduksi, abduksi,
dan rotasi terbatas
b. Saddle joint → Articulatio sellaris
3. Sendi multiaksial → lebih dari dua sumbu gerakan
a. Spheroidal (ball and socket) joint → memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi, abduksi,
adduksi, dan rotasi
b. Plane joint → sendi carpal dan sendi tarsal

Grant's Method of Anatomy. 11e 1989


Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Sendi Fibrosa
Sutura → pinggir-pinggir tulang yang bertemu di perhubungkan oleh lapis jaringan ikat yang tipis (pada
tengkorak)
Sutura serrata → menyerupai gergaji
Contoh : sutura sagittalis
Sutura squamosa
Contoh : hubungan antara os temporale dan os parietale
Sutura plana
Contoh : sutura lacrimomaxillaris
Schindylesis → suatu lempeng pada tulang yang satu terjepit di dalam celah pada tulang lain
Contoh : antara rostrum sphenoidale dan vomer
Gomphosis → tulang yang satu berbentuk kerucut masuk ke dalam lekuk yang sesuai dengan bentuk itu
pada tulang lain
Contoh : articulatio dentoalveolaris
Syndesmosis elastica
Contoh : di antara lamina vertebrae oleh ligamentum flavum
Syndesmosis fibrosa
Contoh : antara ulna-radius oleh membrana interossea antebrachii

Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Sendi Kartilago
Menghubungkan tulang melalui kartilago hialin atau fibro kartilago
Dibagi menjadi 2 :
Synchondrosis
Penghubung : kartilago hialin
Contoh : lempeng epifisis pada tulang panjang
Symphisis → terletak di bagian median
Penghubung : fibro kartilago
Contoh : antar vertebrae, os pubis, antara manubrium-sternum
Sendi Tulang (Synostosis)
Contoh :
Di antara epifisis dan diafisis sesudah penulangan
Di antara os ilium, os pubis, dan os ischium
Os sacrum

Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Gerakan Sendi
Gerakan Sendi
LI 2. MM. Kelainan pada tendon (Definisi, etiology, pemeriksaan
fisik & penunjang, patofisiologi, tatalaksana, epidemiologi,
faktor resiko, tanda gejala, dd banding, pencegahan, prognosis
& komplikasi)
Definisi
Tendinitis adalah kondisi peradangan pada tendon.
Tendinopati adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarakan
kondisi klinis umum yang mempengaruhi tendon, yang menyebabkan nyeri,
bengkak, atau penurunan kemampuan tendon.
Tempat yang paling sering mengalami tendinitis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Tendon supraspinatus
2. Tendon bicipital
3. Tendon achilles.
Ruptur Tendon Achilles
● Sensasi robekan dirasakan dan dapat terdengar
pada bagian belakang tumit
● Sering terjadi pada orang yang berolahraga bulu
tangkis, sepak bola, squash (dorongan eksplosif)
● Ruptur sering terjadi pada aliran darah sekitar 5 cm
diatas insersi dari calcanaeum
● Kondisi ini sering dikaitkan dengan kelemahan otot,
kegagalan dalam pemanasan sebelum berolahraga,
cedera sebelumnya dan injeksi kortikosteroid
Etiologi
● Ruptur tendon achilles dapat disebabkan plantar fleksi secara tiba-tiba, tendinopati,
olahraga yang sering menyebabkan ruptur tenis, basket, dan lari. pada pengendara
sepeda kombinasi ketinggian sadel yang rendah dan dorsofleksi selama mengayuh
dapat menjadi faktor overuse injury
● Pergelangan kaki pronasi ekstrim, terdapat tekanan yang sangat besar pada tendon →
risiko cedera

EPIDEMIOLOGI
● Tingkat insiden yang dilaporkan 7-18% pada pelari, 9% pada penari, 2% pada pemain
tennis, <1% pada pemain bola
● Lebih sering terjadi pada pria
Pemeriksaan Fisik
● Nyeri
● Plantar fleksi biasanya terhambat
● Pada palpasi teraba celah pada lokasi ruptur
● Memar satu atau dua hari kemudian pada
pergelangan kaki posterior
● Calf squeeze test (Thompson’s and Simmond’s Test)
→ pasien posisi pronasi (tengkurap) dengan lutut
ipsilateral tertekuk 90 derajat

PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Ultrasonografi
● MRI
Komplikasi Dan Prognosis
KOMPLIKASI
● Infeksi
● Re-rupture
● Kelemahan otot betis

PROGNOSIS
● Sebagian besar pasien dengan ruptur tendon achille memiliki
prognosis baik, pada beberapa non-atlet ROM berkurang
Tatalaksana
● Tatalaksana awal: istirahat, elevasi, kontrol nyeri, penguatan fungsional
● Penggunaan gips atau sepatu boots khusus digunakan dengan kaki equinus
● Rehabilitasi dan terapi bervariasi, dan lebih baik untuk kekuatan tendon, memulai
fisioterapi dalam 4-6 minggu
● Resiko re-ruptur dapat terjadi tetapi intervensi awal dengan rehabilitasi dapat
menurunkan risiko secara signifikan
● Tindakan operatif→ mengembalikan fungsi lebih awal, kekuatan tendon lebih baik,
kejadian re-ruptur rendah
Tendinitis
Tendinitis, also known as tendonitis, is the inflammation of a tendon. It
happens when a person overuses or injures a tendon, for example, during
sport. It is normally linked to an acute injury with inflammation.
Tendinitis Manset Rotator/Tendinitis Rotator Cuff
Peradangan pada tendon supraspinatus
Epidemiologi
– Dominan pada atlet yang menggunakan gerakan lengan melampaui kepala seperti untuk
serve pada olahraga dengan raket
Patofisiologi :
Menggerakan lengan melampaui kepala secara berulang menyebabkan puncak dari
tulang lengan bergesekkan dengan sebagian sendi bahu dan tendonnya serta dapat
merobek serat seratnya. Dapat juga terjadi karena terkilir/mengalami trauma berat
(tekanan) pada bahu.
Gejala
– Nyeri gerakan lengan pada bahu terutama pada malam hari atau saat berbaring, serta
kelemahan dan rasa sakit ketika mengangkat lengan melewati kepala.

Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Helmi ZN


Tendinitis Manset Rotator/Tendinitis Rotator Cuff
● Pemeriksaan fisik
○ Tampak luar (look) terlihat normal, namun nyeri di sepanjang tepi anterior
acromion
○ Nyeri tekan saat posisi lengan ekstensi
○ Pada abduksi, nyeri akan bertambah hebat bila lengan melewati arkus antara
60 dan 120 derajat (arkus nyeri)
○ Terdengar krepitasi kasar ketika bahu diputar

Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Helmi ZN


Tendinitis Manset Rotator/Tendinitis Rotator Cuff
Pemeriksaan Diagnostik :
Rontgen
USG
Artrografi
MRI

Contoh tes fisik :


•Jobe’s test -> Mengevaluasi kekuatan
supraspinatus
•Neer’s test for impigment -> Mengecek torn
supraspinatus

Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Helmi ZN


Apley and Solomon System of Orthopaedics. 10e 2018
Tatalaksana Rotator Cuff Tendinitis
Non-farmako Farmako
● Fisioterapi -> Olahraga rotator cuff ● NSAID tablet jangka pendek
● Imobilisasi -> Mengurangi aktifitas memberi relif
Pundak sekitar 6 bulan ● Jika gagal, bisa di injeksi dengan
kortikosteroid di subacromial,
namun dihindari karena beresiko
ruptur

Apley and Solomon System of Orthopaedics. 10e 2018


Tatalaksana Surgikal Rotator Cuff Tendinitis
● Open acromioplasty -> otot deltoid di potong dan
dikeluarkan bagian acromion dan meng-ekspos
coracoacromial ligament, jika ada defek maka di
sembuhkan.
● Arthroscopic acromioplasty -> bagian bawah acromion di
kikis dan ligament coracoacromial di pisah atau di
keluarkan. Luka = bisa disembuhkan.
● Open repair -> prosedur acromioplasty dilakukan dan
ligament di diseksi dan dijahit, imobilisasi selama 4-6
minggu

Apley and Solomon System of Orthopaedics. 10e 2018


Tendinitis Bicipital
Peradangan pada tendon biceps
Epidemiologi
– Biasanya terjadi bersamaan dengan tendinitis manset rotator

Pemeriksaan fisik :
Fleksi melawan tahanan dengan siku lurus dan lengan bawah supinasi (tangan di genggam)
Tes Speed
Supinasi melawan tahanan (ada lengan bawah dengan siku ditekuk) Tes Yargosan

Penatalaksanaan :
Mengistirahatkan tendon biceps, pemberian kompres. Apabila keluhan tidak hilang berikan
injeksi kortikosteroid. Bila tidak juga hilang rasa nyerinya → tindakan pembedahan.

Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal, Helmi ZN


Tendinitis Patella
Suatu kondisi dimana terdapat cedera pada tendon patella.
makroskopik → adanya degenerasi pada tendon akibat adanya gangguan vaskular
dan reaksi inflamasi
histologis → pendarahan dan robekan tendon yang menyebabkan peningkatan
jumlah sel inflamasi.
Epidemiologi : pada olahraga yang banyak melakukan melompat → 20%. prevalensi
laki-laki dan perempuan sama besar.
Etiologi :
Intensitas & frekuensi dari aktivitas fisik
Faktor kegemukan
Kekakuan otot-otot kaki
Posisi tulang patella yang lebih tinggi (patella alta)
Ketidakseimbangan kekuatan otot-otot tungkai

Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tendinitis Patella
Gejala
- Nyeri di sekitar tendon patella
- Pembengkakan pada sendi lutut
- Nyeri di sekitar lutut saat melompat, berlari dan berjalan terutama saat menuruni tangga
- Nyeri di sekitar lutut saat fleksi dan ekstensi kaki
- Terasa lunak saat perabaan di sekitar lutut
- Lutut terasa lemah
- Snapping sensation pada waktu gerakan jongkok
- Nyeri terus-menerus yang mengganggu saat tidur di malam hari.
Pemeriksaan Fisik
- Nyeri tekan pada bagian inferior dan superior patella dan tuberositas tibia
- Ketegangan otot-otot hamstring dan quadriseps

Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tendinitis Patella
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Radiologi
- USG → memperlihatkan lokasi dari kerusakan yang terjadi pada tendon patella.
- X Ray → memperlihatkan adanya suatu kalsifikasi di tendon terutama pada
kondisi cedera stadium dini.
- MRI → melihat lebih jelas perubahan-perubahan yang terjadi pada tendon.
Tata Laksana (Farmakologi)
NSAID → ibuprofen dan naproxen yang dapat digunakan selama 5 sampai 7 hari
Injeksi steroid, tapi tidak dianjurkan → dapat melemahkan tendon dan meningkatkan
risiko terjadinya ruptur tendon patella

Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tenosinovitis Supuratif
● Peradangan pada tendon dan selubung tendon flexor tangan yang menyebabkan
pembengkakan
● Etiologi:
○ Staphylococcus aureus
○ Streptococcus
○ Bakteri gram negatif
● Tanda dan gejala
○ Nyeri (pada saat ekstensi aktif dan pasif)
○ Pembengkakan
○ Kurangnya pergerakan jari
○ Terdapat sedikit fleksi pasif jari

Apley and Solomon's System of Orthopaedics and Trauma 10th Ed


Texbook of Orthopaedics 4th Ed
Tendinitis Patella
● Pemeriksaan penunjang
○ USG
● Tatalaksana
○ Tangan dielevasi dan dilakukan splinting
○ Antibiotik (penicillin spektrum luas atau sefalosporin) IV
○ Setelah 24 jam jika tidak membaik, pus harus di drainase
○ Dipasang kateter untuk di drainase 3-4x/hari selama 2 hari

Apley and Solomon's System of Orthopaedics and Trauma 10th


Ed
LI 3. MM. Kelainan pada sendi (Definisi, etiology, pemeriksaan
fisik & penunjang, patofisiologi, tatalaksana, epidemiologi,
faktor resiko, tanda gejala, dd banding, pencegahan, prognosis
& komplikasi)
Dislokasi
Manifestasi Klinis Dislokasi Sendi
● Perubahan Panjang ekstremitas
● Nyeri akut yaitu nyeri yang sering terdapat pada dislokasi sendi bahu, sendi siku,
metacarpal phalangeal, dan sendi pangkal paha serviks.
● Terjadi perubahan kontur sendi
● Mengalami deformitas pada persendian.
● Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi, dan kehilangan mobilitas normal,
serta terjadi gangguan Gerakan otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang
tersebut.
● Pembengkakan dan kekakuan
Diagnosis Dislokasi
Anamnesis:
● Ada Trauma
● Mekanisme Trauma yang sesuai (c/ Trauma ekstensi dan eksorotasi pada dislokasi
anterior sendi bahu)
● Ada rasa sendi keluar
● Bila trauma minimal hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.

Ilmu Bedah UI.pdf


Klasifikasi Dislokasi
Macam-Macam Dislokasi
Dislokasi Lutut
– Dislokasi anterior maupun posterior sering dikaitkan
dengan cedera di popliteal neurovascular.
– Sering terjadi palsi peroneal (-) dorsifleksi
– Avulsi n.tibialis posterior prognosis buruk
– Gambaran radiologis kurang signifikan relokasi
spontan atau dislokasi inkomplit
Dislokasi Lutut
Patofisiologi
Kondisi trauma yg keras akan menyebabkan ligamen krusiatum dan satu / dua
ligamen lateral robek, terdapat memar yg hebat, pembengkakan dan deformitas yg
jelas. Perubahan posisi lutut memberikan kemungkinan penekanan, serta
kerusakan dari arteri popliteus dan kompresi pada saraf poplitea sehingga akan
memberikan manifestasi nyeri yg hebat dan pembengkakan yg luas memungkinkan
terjadinya sindrom kompartemen
Manifestasi klinik
Adanya riwayat trauma dengan benturan yang hebat pada lutut. Keluhan utama
adalah nyeri, oleh karena nyeri dan keterbatasan gerak, maka semua bentuk
kegiatan pasien menjadi berkurang dan kebutuhan pasien perlu dibantu orang lain
Pemeriksaan Fisik Dislokasi Lutut
Look: adanya deformitas patella memberikan perubahan atau deformitas pada sendi lutut,
ekspresi wajah pasien meringis kesakitan apabila melakukan perubahn posisi lututnya.
Periksa adanya perubahan warna kulit, berupa ekimosis atau memar luas.
Feel : adanya nyeri tekan pada lutut
Move : ketidakmampuan lutut dalam melakukan seluruh gerakan. Pemeriksaan move harus
dilakukan hati-hati adgar jangan sampai memberikan cedera pada arteri popliteus dan
kompresi pada saraf poplitea
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan radiografi dapat memprediksi tingkat dislokasi lutut. Pada dislokasi komplet
dengan perubahan posisi sendi yang jauh akan menyebabkan cedera pada arteri poplitea
Pemeriksaan USG dupleks bisa dilakukan untuk mendeteksi adanya injury vaskular
Dislokasi Lutut
Penatalaksanaan
Segera dilakukan reduksi, tindakan biasanya dilakukan dengan menarik langsung pada garis kaki,
tetapi hiperekstensi harus dihindari karena membahayakan pembuluh popliteus
Jika reduksi tidak dicapai maka tungkai diistirahatkan pada dengan posisi lutut berfleksi 15 derajat
dan sirkulasi diperiksa berulang-ulang slm seminggu berikutnya
Akibat adanya pembengkakan, penggunaan gips melingkar bisa membahayakan
Reduksi terbuka : ligamen dijahit kembali ke tempatnya dan kapsul diperbaiki
Pasca reduktasi ekstremitas bawah dilakukan posisi fleksi 20 derajat untuk menghindari redislokasi,
dilakukan pemeriksaan radiografi untuk melihat keberhasilan pasca reduktasi
Pasien diberikan NSAID, analgetik, anxiolitik
Pembengkakan mereda-> pasang gips selama 12 minggu, latihan quadriceps sejak awal, penahan
beban dalam gips dapat dilakukan segera setelah pasien dapat mengangkat kakinya, gerakan lutu
diperoleh kembali bila gips dilepas
Dislokasi Patella
Dislokasi patella merupakan suatu kondisi lepasnya sendi pada patela yg berupa kondisi
dislokasi traumatik dan dislokasi berulang. Dislokasi traumatik sering disebabkan oleh
suatu trauma dengan ketidakmampuan sendi lutut dalam menerima perubahan posisi
pada sendi lutut secara lateral. Faktor predisposisi lain dislokasi nontraumatik atau
berulang :
1. Kekenduran ligamentum generalisata
2. Kurang berkembangnya condylus lateral femur dan meratanya alur intercondylus
3. Gg perkembangan patela
4. Deformitas valgus
5. Defek otot primer
Dislokasi Patella
MANIFESTASI KLINIK
Keluhan utama nyeri dan hambatan mobilitas fisik
Pada pemeriksaan fisik regional didapatkan:
Look: adanya perubahan atau deformitas pada sendi lutut, posisi patela bisa terlihat
pada posisi lateral, ekspresi wajah pasien meringis
Feel: adanya nyeri tekan pada lutut
Move: terjadi penururnan kemampuan sendi lutut dalam melakukan pergerakan
dengan tanda yang khas yaitu sendi lutut tidak bisa melakukan ekstensi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan awal adalah dengan melakukan reposisi patela ketempatnya.
Dilakukan reduksi dan bidai
Akan tetapi terapi idelanya adalah bedah perbaikan dengan operasi pada struktur
medial yg robek.
Dislokasi Acromioclavicula (AC)
Dislokasi Acromioclavicula (AC)
Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi
glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi
posterior), dan di bawah glenoid (dislokasi
inferior). Dislokasi bahu mewakili 50 persen dari
semua dislokasi sendi utama, dengan dislokasi
anterior yang paling sering terjadi.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Etiologi
1. Kerentanan sendi akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada ekstremitas atas
2. Terkena pukulan pada bahu untuk menarik tulang keluar dari tempatnya. Rotasi yang
ekstrim dapat membuat bahu keluar dari soketnya.
3. Cedera olahraga yang kontak langsung dengan pemain lain, sering kali menyebabkan
dislokasi bahu.
4. Trauma akibat kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh juga merupakan sumber
dislokasi yang umum.
5. Jaringan fibrosa yang bergabung dengan tulang dapat meregang atau robek sehingga
menyebabkan dislokasi.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Epidemiologi
Bahu adalah sendi yang paling sering mengalami dislokasi di tubuh; dislokasi mungkin ke
anterior, posterior, inferior, atau anterior-superior. Lokasi anterior adalah yang paling
umum. Pasien dengan dislokasi bahu sebelumnya lebih rentan mengalami redislokasi.
Kekambuhan terjadi karena jaringan tidak sembuh dengan baik atau menjadi kendur.
Pasien yang lebih muda memiliki frekuensi redislokasi yang jauh lebih tinggi; paling disukai
karena tingkat aktivitas yang lebih tinggi. Pasien yang mengalami robekan rotator cuff atau
patah tulang glenoid juga mempunyai insiden redislokasi yang lebih tinggi.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Jenis Dislokasi
Dislokasi anterior adalah yang paling umum, mencakup
hingga 97% dari seluruh dislokasi bahu.
● Mekanisme cedera biasanya berupa pukulan pada
ekstremitas yang abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi.
● Hal ini juga dapat terjadi dengan kekuatan humerus
posterior atau jatuh pada lengan yang terentang.
● Pada pemeriksaan, lengan biasanya di abduksi dan diputar
ke luar, dan akromion tampak menonjol.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Jenis Dislokasi
Dislokasi posterior menyumbang 2% hingga 4% dari dislokasi bahu.
● Biasanya, cedera ini disebabkan oleh pukulan pada bahu anterior dan pembebanan
aksial pada lengan yang mengalami rotasi internal.
● Mungkin juga akibat kontraksi otot yang hebat (kejang, sengatan listrik).
● Pada pemeriksaan, lengan biasanya ditahan dalam posisi adduksi, dan rotasi internal
dan pasien tidak dapat memutar secara eksternal.
Dislokasi inferior (juga dikenal sebagai luxatio erecta) adalah jenis yang paling jarang
terjadi (kurang dari 1%).
● Biasanya disebabkan oleh hiperabduksi atau pembebanan aksial pada lengan yang di
abduksi.
● Pada pemeriksaan, lengan berada di atas dan di belakang kepala dan pasien tidak
dapat melakukan adduksi lengan.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
A. Mekanisme Cedera
1) Jatuh pada tangan menumpu badan
2) Bahu terdorong kedepan pada saat posisi abduksi dan
3) Trauma langsung pada bahu

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
B. Pemeriksaan Fisik:
1) Look : Pada posisi abduksi dan internal rotasi bahu, bahu berbentuk kotak (square shoulder)
dikarenakan displacement anterior dan medial dari humeral head.
2) Feel : nyeri dan teraba penonjolan pada sisi anterior.
3) Move : tidak dapat menggerakan lengan.
C. Radiografi
1) AP: bayangan saling bertumpuk dari kepala humerus dan fossa
glenoid, Departemen kepala humerus seringkali tampak di bawah
dan di sebelah medial dari soket.
2) Lateral: sepanjang scapula menunjukkan kepala humerus keluar
dari garis soket.
3) Dislokasi sebelumnya: pendataran atau ekskavasi Departemen
posterolateral kepala humerus dari tepi anterior soket glenoid lesi
Hill- Sachs.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
D. Penatalaksanaan
1) Teknik Stimson's
Pasien pronasi dengan lengan tergantung di sisi tempat tidur dan diberi beban.
Setelah 15-20 menit dapat dilakukan reduksi.
2) Metode Traction-counter traction
Peningkatan traksi perlahan dilakukan pada lengan dengan bahu sedikit abduksi,
asisten memberi counter traksi pada tubuh.
3) Metode Kocher
Siku ditekuk 90 derajat dan menempel pada tubuh, dilakukan rotasi 75 derajat
lateral, kemudian diangkat ke depan, dan dirotasi ke arah medial. Metode ini
memiliki risiko trauma saraf, pembuluh darah, dan tulang, dan tidak
direkomendasikan.
4) Metode Hipokrates – Meningkatkan traksi secara perlahan pada lengan dengan
posisi abduksi lalu assisten akan menarik lengan yang kuat dari tubuh

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Solomon, Louis. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Hodder Arnold
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
Setelah reduksi:
• Dilakukan pemeriksaan radiografi untuk mengkonfirmasi
reduksi dan menyingkirkan kemungkinan fraktur
• Lakukan pemeriksaan cedera saraf axilla dan robekan
rotator cuff, saraf median, radial, ulnar, dan
muskulokutaneus.
• Gunakan sling selama 3 minggu pada usia < 30 tahun, dan
1 minggu pada usia > 30 tahun
• Kombinasi abduksi dan lateral rotasi dihindari selama 3
minggu.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
Jarang, hanya 2 persen dari dislokasi bahu
A. Mekanisme Cedera
1) Kekuatan indirek yang besar, yang menyebabkan internal rotasi dan adduksi.
2) Sering terjadi pada: konvulsi, tersengat listrik, jatuh pada posisi lengan fleksi dan
adduksi, ledakan pada Departemen anterior bahu, jatuh dengan posisi lengan terentang.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
B. Pemeriksaan Fisik
• Look : Lengan terkunci pada posisi abduksi hampir maksimal.
• Feel : Kepala humerus teraba pada atau di bawah aksila.
• Move : Range of motion sendi bahu terbatas.

C. Radiografi
1) AP : humerus pada posisi abduksi, kepala humerus tampak di bawah glenoid. Evaluasi
adanya fraktur yang berhubungan: glenoid atau humerus proksimal.
2) Lateral : menunjukkan dislokasi atau subluksasi ke arah inferior.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
D. Penatalaksanaan
• Reduksi dengan menarik ke atas pada garis abduksi lengan dengan counter tractionke
arah bawah melalui Departemen atas bahu.
• Bila kepala humerus terjepit pada jaringan lunak, perlu dilakukan open reduction.
• Imobilisasi dengan sling hingga nyeri hilang, kemudian dapat mulai melakukan gerakan
namun hindari abduksi selama 3 minggu agar jaringan lunak sembuh.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Komplikasi & Diagnosis Banding Dislokasi Bahu
1) Komplikasi Awal: 3. Diagnosis Banding
● Cedera saraf: n. aksilaris, n. median, n. radialis, ● Cedera sendi acromioclavicular
n. ulnaris, n, muskulokutaneus. ● Tendonitis bicipital
● Cedera pembuluh darah: arteri axilaris. ● Fraktur klavikula
● Fraktur dislokasi. ● Fraktur Humerus
● Robekan dan patah tulang yang berhubungan ● Cedera rotator cuff
dengan labrum, fossa glenoid, dan/atau kepala
humerus.
2) Komplikasi Akhir:
● Kaku sendi bahu.
● Dislokasi rekuren.

Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Faktor Risiko dan Pencegahan Dislokasi Bahu
Siapapun bisa mengalami dislokasi bahu, namun beberapa orang memiliki risiko lebih
tinggi dibandingkan yang lain, antara lain:
● Atlet yang memainkan olahraga kontak.
● Laki-laki dan orang yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir (AMAB) .
● Orang berusia antara 15 dan 30 tahun.
● Siapapun yang sebelumnya pernah mengalami dislokasi bahu.

Pencegahan Dislokasi Bahu


● Olahraga secara teratur untuk meningkatkan kekuatan tulang dan fleksibilitas sendi.
● Selalu berhati-hati saat beraktivitas untuk menghindari risiko terjatuh.
● Menggunakan alat pelindung saat melakukan olahraga yang berisiko tinggi
menyebabkan dislokasi bahu.

Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Dislokasi Sendi Panggul (Coxae)
Definisi
Terlepasnya femoral head dengan acetabulum yang dapat terjadi secara total dan parsial.
Epidemiologi
a. Dislokasi sendi panggul dihubungkan dengan high energy trauma dan umumnya jika
terjadi pada usia muda diikuti dengan trauma lain.
b. Dislokasi posterior sering terjadi dibandingkan dislokasi anterior (80%).
Mekanisme Cedera
Terjadinya dorongan pada lutut dari arah depan, sehingga menyebabkan femur terdorong
ke proksimal dan head femur terdorong ke posterior.
Pemeriksaan Fisik Dislokasi Coxae
a. Look: Tampak deformitas yang terjadi ada pemendekan pada pinggul yang cedera dan posisi
kaki adduksi, internal rotasi dan lutut sedikit fleksi dan berbanding terbalik pada dislokasi
anterior dimana deformitas yang terjadi eksternal rotasi. Pada sisi pinggul yang cedera dapat
ditemukan adanya bruise atau memar.
b. Feel: Evaluasi dimana keluhan nyeri yang dirasakan untuk menilai bagian dari struktur apa
yang kira-kira mengalami cedera, bagaimana pembuluh darah dan saraf pasca terjadinya
dislokasi sendi panggul. Saraf yang sering cedera pada dislokasi panggul adalah saraf sciatica.
c. Move: Evaluasi pergerakan sendi panggul,jika terjadi dislokasi kita tidak dapat menilai
pergerakan sendi panggul normal pada yang mengalami cedera.
Pemeriksaan Radiologi Dislokasi Coxae
Pada X-Ray panggul proyeksi AP (Anteroposterior)
dapat terlihat femoral head yang terlepas dari
acetabulum. Selain menilai adanya dislokasi pada
sendi panggul, acetabulum juga harus dievaluasi
untuk menilai apakah dislokasi disertai dengan
fraktur pada acetabulum. Untuk menilai ini
diperlukan penunjang CT-Scan Pinggul untuk
menilai adanya fraktur pada acetabulum bagian
anterior atau posterior atau bahkan pada atap dari
acetabulum.
Tatalaksana Dislokasi Coxae
Dislokasi sendi panggul merupakan kegawatdaruratan dalam
bidang orthopedi, sehingga tindakannya harus segera dilakukan
kurang dari 6 jam. Reduksi dilakukan dengan pembiusan sedasi
untuk mempermudah mereduksi. Ada beberapa teknik untuk
mereduksi sendi panggul :
● Teknik Allis
● Teknik Bigellow
● Teknik Stimpson
Setelah reduksi dan sendi stabil umumnya dipertahankan dengan
traksi untuk mencegah terjadinya dislokasi kembali dan
dipertahankan kurang lebih 2- 3 minggu sebelum dilakukan
exercise
Dislokasi Coxae
Tindakan Operatif
Jika ditemukan dislokasi disertai adanya fraktur pada femoral head atau adanya fraktur pada
acetabulum, tindakan operasi harus dilakukan karena jika hanya dilakukan tindakan reduksi tertutup,
femoral head tidak akan masuk kedalam acetabulum. Hal ini disebabkan karena adanya tulang yang
menghalangi femoral head untuk masuk, yang akan menyebabkan ketidakstabilan dan pada saat
akan dilakukan evaluasi pasca reduksi, femoral head akan kembali mengalami dislokasi.

Komplikasi
a) Komplikasi awal (Early Complications)
● Cedera Saraf Sciatica
● Cedera Pembuluh Darah
b) Komplikasi lanjut (Late Complications) o Nekrosis pada femoral head
● Myositis ossificans
● Osteoarthritis sekunder
Faktor Risiko Dislokasi Coxae
● Usia pasien berperan penting dalam risiko dislokasi pinggul prostetik. Pasien yang lebih tua mungkin
mengalami dislokasi akibat jatuh/trauma karena peningkatan risiko kehilangan keseimbangan. Pasien
dalam kelompok usia yang lebih tinggi juga cenderung tidak mematuhi tindakan pencegahan pinggul.
● Operasi sendi panggul sebelumnya membuatnya lebih rentan terhadap dislokasi setelah penggantian.
Seperti halnya prosedur pembedahan lainnya, mungkin ada sisa jaringan di sekitar sendi yang
melonggar. Kelemahan jaringan pendukung sendi panggul membuatnya lebih rentan terhadap dislokasi.
● Kondisi neuromuskular seperti penyakit Parkinson, Cerebral Palsy, dll dapat membuat pasien rentan
mengalami dislokasi setelah operasi. Kondisi neuromuskular membuat kelompok otot menjadi kejang
atau lumpuh yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan dislokasi.
● Gangguan perkembangan pinggul seperti displasia pinggul membuat pinggul lebih rentan mengalami
dislokasi. Cangkir asetabular yang dangkal dan struktur yang mengencang atau longgar di sekitar sendi
panggul berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan dislokasi.
● Pasien yang menderita obesitas dan kondisi medis lainnya seperti diabetes lebih mungkin mengalami
dislokasi setelah operasi penggantian. Peningkatan risiko ini disebabkan oleh defisit neurologis pada
anggota tubuh, kehilangan keseimbangan, dan kemungkinan infeksi yang lebih besar.
Pencegahan Dislokasi Coxae
● Keamanan: Karena dislokasi pinggul biasanya terjadi akibat kecelakaan, pedoman
keselamatan umum adalah pencegahan terbaik. Selalu kenakan sabuk pengaman di
dalam mobil dan kenakan alat pelindung saat berpartisipasi dalam olahraga kontak.
Berhati-hatilah saat menggunakan tangga atau peralatan tempat kerja.
● Pengkondisian: Jika sebelumnya pernah mengalami dislokasi pinggul, pinggul
mungkin lebih rentan mengalami dislokasi lagi. Anda dapat membantu
memperkuat sendi Anda dengan memperkuat tendon dan otot pinggul melalui
terapi fisik dan menjaganya tetap terkondisi melalui olahraga teratur.
● Perawatan displasia pinggul: Anak-anak dengan displasia pinggul harus dirawat
saat kerangka mereka masih dalam pertumbuhan untuk mencegah cedera di
kemudian hari.

Anda mungkin juga menyukai