Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Klasifikasi Sendi
Sendi fibrosa
Sutura
Syndesmosis
Gomphosis
Schindylesis
Sendi kartilago
Synchondrosis
Symphysis
Sendi sinovial
Sendi tulang (synostosis)
Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Klasifikasi Sendi
Tidak dapat digerakan (immovable joint) → sinartrosis
Contoh : bagian-bagian tengkorak, sternum
Sedikit dapat digerakan (slightly movable joint) → amfiartrosis
Contoh : bagian-bagian vertebrae (discus intervertebralis) dan symphysis pubis
Dapat digerakan secara bebas (freely movable joint) → diartrosis
Contoh : sendi sinovial
Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Sendi Kartilago
Menghubungkan tulang melalui kartilago hialin atau fibro kartilago
Dibagi menjadi 2 :
Synchondrosis
Penghubung : kartilago hialin
Contoh : lempeng epifisis pada tulang panjang
Symphisis → terletak di bagian median
Penghubung : fibro kartilago
Contoh : antar vertebrae, os pubis, antara manubrium-sternum
Sendi Tulang (Synostosis)
Contoh :
Di antara epifisis dan diafisis sesudah penulangan
Di antara os ilium, os pubis, dan os ischium
Os sacrum
Sobotta Atlas of Human Anatomy, Vol.1, 15th ed., English General Anatomy and Musculoskeletal System
Gerakan Sendi
Gerakan Sendi
LI 2. MM. Kelainan pada tendon (Definisi, etiology, pemeriksaan
fisik & penunjang, patofisiologi, tatalaksana, epidemiologi,
faktor resiko, tanda gejala, dd banding, pencegahan, prognosis
& komplikasi)
Definisi
Tendinitis adalah kondisi peradangan pada tendon.
Tendinopati adalah istilah generik yang digunakan untuk menggambarakan
kondisi klinis umum yang mempengaruhi tendon, yang menyebabkan nyeri,
bengkak, atau penurunan kemampuan tendon.
Tempat yang paling sering mengalami tendinitis meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Tendon supraspinatus
2. Tendon bicipital
3. Tendon achilles.
Ruptur Tendon Achilles
● Sensasi robekan dirasakan dan dapat terdengar
pada bagian belakang tumit
● Sering terjadi pada orang yang berolahraga bulu
tangkis, sepak bola, squash (dorongan eksplosif)
● Ruptur sering terjadi pada aliran darah sekitar 5 cm
diatas insersi dari calcanaeum
● Kondisi ini sering dikaitkan dengan kelemahan otot,
kegagalan dalam pemanasan sebelum berolahraga,
cedera sebelumnya dan injeksi kortikosteroid
Etiologi
● Ruptur tendon achilles dapat disebabkan plantar fleksi secara tiba-tiba, tendinopati,
olahraga yang sering menyebabkan ruptur tenis, basket, dan lari. pada pengendara
sepeda kombinasi ketinggian sadel yang rendah dan dorsofleksi selama mengayuh
dapat menjadi faktor overuse injury
● Pergelangan kaki pronasi ekstrim, terdapat tekanan yang sangat besar pada tendon →
risiko cedera
EPIDEMIOLOGI
● Tingkat insiden yang dilaporkan 7-18% pada pelari, 9% pada penari, 2% pada pemain
tennis, <1% pada pemain bola
● Lebih sering terjadi pada pria
Pemeriksaan Fisik
● Nyeri
● Plantar fleksi biasanya terhambat
● Pada palpasi teraba celah pada lokasi ruptur
● Memar satu atau dua hari kemudian pada
pergelangan kaki posterior
● Calf squeeze test (Thompson’s and Simmond’s Test)
→ pasien posisi pronasi (tengkurap) dengan lutut
ipsilateral tertekuk 90 derajat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Ultrasonografi
● MRI
Komplikasi Dan Prognosis
KOMPLIKASI
● Infeksi
● Re-rupture
● Kelemahan otot betis
PROGNOSIS
● Sebagian besar pasien dengan ruptur tendon achille memiliki
prognosis baik, pada beberapa non-atlet ROM berkurang
Tatalaksana
● Tatalaksana awal: istirahat, elevasi, kontrol nyeri, penguatan fungsional
● Penggunaan gips atau sepatu boots khusus digunakan dengan kaki equinus
● Rehabilitasi dan terapi bervariasi, dan lebih baik untuk kekuatan tendon, memulai
fisioterapi dalam 4-6 minggu
● Resiko re-ruptur dapat terjadi tetapi intervensi awal dengan rehabilitasi dapat
menurunkan risiko secara signifikan
● Tindakan operatif→ mengembalikan fungsi lebih awal, kekuatan tendon lebih baik,
kejadian re-ruptur rendah
Tendinitis
Tendinitis, also known as tendonitis, is the inflammation of a tendon. It
happens when a person overuses or injures a tendon, for example, during
sport. It is normally linked to an acute injury with inflammation.
Tendinitis Manset Rotator/Tendinitis Rotator Cuff
Peradangan pada tendon supraspinatus
Epidemiologi
– Dominan pada atlet yang menggunakan gerakan lengan melampaui kepala seperti untuk
serve pada olahraga dengan raket
Patofisiologi :
Menggerakan lengan melampaui kepala secara berulang menyebabkan puncak dari
tulang lengan bergesekkan dengan sebagian sendi bahu dan tendonnya serta dapat
merobek serat seratnya. Dapat juga terjadi karena terkilir/mengalami trauma berat
(tekanan) pada bahu.
Gejala
– Nyeri gerakan lengan pada bahu terutama pada malam hari atau saat berbaring, serta
kelemahan dan rasa sakit ketika mengangkat lengan melewati kepala.
Pemeriksaan fisik :
Fleksi melawan tahanan dengan siku lurus dan lengan bawah supinasi (tangan di genggam)
Tes Speed
Supinasi melawan tahanan (ada lengan bawah dengan siku ditekuk) Tes Yargosan
Penatalaksanaan :
Mengistirahatkan tendon biceps, pemberian kompres. Apabila keluhan tidak hilang berikan
injeksi kortikosteroid. Bila tidak juga hilang rasa nyerinya → tindakan pembedahan.
Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tendinitis Patella
Gejala
- Nyeri di sekitar tendon patella
- Pembengkakan pada sendi lutut
- Nyeri di sekitar lutut saat melompat, berlari dan berjalan terutama saat menuruni tangga
- Nyeri di sekitar lutut saat fleksi dan ekstensi kaki
- Terasa lunak saat perabaan di sekitar lutut
- Lutut terasa lemah
- Snapping sensation pada waktu gerakan jongkok
- Nyeri terus-menerus yang mengganggu saat tidur di malam hari.
Pemeriksaan Fisik
- Nyeri tekan pada bagian inferior dan superior patella dan tuberositas tibia
- Ketegangan otot-otot hamstring dan quadriseps
Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tendinitis Patella
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Radiologi
- USG → memperlihatkan lokasi dari kerusakan yang terjadi pada tendon patella.
- X Ray → memperlihatkan adanya suatu kalsifikasi di tendon terutama pada
kondisi cedera stadium dini.
- MRI → melihat lebih jelas perubahan-perubahan yang terjadi pada tendon.
Tata Laksana (Farmakologi)
NSAID → ibuprofen dan naproxen yang dapat digunakan selama 5 sampai 7 hari
Injeksi steroid, tapi tidak dianjurkan → dapat melemahkan tendon dan meningkatkan
risiko terjadinya ruptur tendon patella
Penatalaksanaan Cedera Tendinitis Patella Pada Atlet Bulutangkis - Jurnal Olahraga Prestasi FK UI
Tenosinovitis Supuratif
● Peradangan pada tendon dan selubung tendon flexor tangan yang menyebabkan
pembengkakan
● Etiologi:
○ Staphylococcus aureus
○ Streptococcus
○ Bakteri gram negatif
● Tanda dan gejala
○ Nyeri (pada saat ekstensi aktif dan pasif)
○ Pembengkakan
○ Kurangnya pergerakan jari
○ Terdapat sedikit fleksi pasif jari
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Etiologi
1. Kerentanan sendi akibat aktivitas yang menimbulkan stres pada ekstremitas atas
2. Terkena pukulan pada bahu untuk menarik tulang keluar dari tempatnya. Rotasi yang
ekstrim dapat membuat bahu keluar dari soketnya.
3. Cedera olahraga yang kontak langsung dengan pemain lain, sering kali menyebabkan
dislokasi bahu.
4. Trauma akibat kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh juga merupakan sumber
dislokasi yang umum.
5. Jaringan fibrosa yang bergabung dengan tulang dapat meregang atau robek sehingga
menyebabkan dislokasi.
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Epidemiologi
Bahu adalah sendi yang paling sering mengalami dislokasi di tubuh; dislokasi mungkin ke
anterior, posterior, inferior, atau anterior-superior. Lokasi anterior adalah yang paling
umum. Pasien dengan dislokasi bahu sebelumnya lebih rentan mengalami redislokasi.
Kekambuhan terjadi karena jaringan tidak sembuh dengan baik atau menjadi kendur.
Pasien yang lebih muda memiliki frekuensi redislokasi yang jauh lebih tinggi; paling disukai
karena tingkat aktivitas yang lebih tinggi. Pasien yang mengalami robekan rotator cuff atau
patah tulang glenoid juga mempunyai insiden redislokasi yang lebih tinggi.
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Jenis Dislokasi
Dislokasi anterior adalah yang paling umum, mencakup
hingga 97% dari seluruh dislokasi bahu.
● Mekanisme cedera biasanya berupa pukulan pada
ekstremitas yang abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi.
● Hal ini juga dapat terjadi dengan kekuatan humerus
posterior atau jatuh pada lengan yang terentang.
● Pada pemeriksaan, lengan biasanya di abduksi dan diputar
ke luar, dan akromion tampak menonjol.
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Jenis Dislokasi
Dislokasi posterior menyumbang 2% hingga 4% dari dislokasi bahu.
● Biasanya, cedera ini disebabkan oleh pukulan pada bahu anterior dan pembebanan
aksial pada lengan yang mengalami rotasi internal.
● Mungkin juga akibat kontraksi otot yang hebat (kejang, sengatan listrik).
● Pada pemeriksaan, lengan biasanya ditahan dalam posisi adduksi, dan rotasi internal
dan pasien tidak dapat memutar secara eksternal.
Dislokasi inferior (juga dikenal sebagai luxatio erecta) adalah jenis yang paling jarang
terjadi (kurang dari 1%).
● Biasanya disebabkan oleh hiperabduksi atau pembebanan aksial pada lengan yang di
abduksi.
● Pada pemeriksaan, lengan berada di atas dan di belakang kepala dan pasien tidak
dapat melakukan adduksi lengan.
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
A. Mekanisme Cedera
1) Jatuh pada tangan menumpu badan
2) Bahu terdorong kedepan pada saat posisi abduksi dan
3) Trauma langsung pada bahu
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
B. Pemeriksaan Fisik:
1) Look : Pada posisi abduksi dan internal rotasi bahu, bahu berbentuk kotak (square shoulder)
dikarenakan displacement anterior dan medial dari humeral head.
2) Feel : nyeri dan teraba penonjolan pada sisi anterior.
3) Move : tidak dapat menggerakan lengan.
C. Radiografi
1) AP: bayangan saling bertumpuk dari kepala humerus dan fossa
glenoid, Departemen kepala humerus seringkali tampak di bawah
dan di sebelah medial dari soket.
2) Lateral: sepanjang scapula menunjukkan kepala humerus keluar
dari garis soket.
3) Dislokasi sebelumnya: pendataran atau ekskavasi Departemen
posterolateral kepala humerus dari tepi anterior soket glenoid lesi
Hill- Sachs.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
D. Penatalaksanaan
1) Teknik Stimson's
Pasien pronasi dengan lengan tergantung di sisi tempat tidur dan diberi beban.
Setelah 15-20 menit dapat dilakukan reduksi.
2) Metode Traction-counter traction
Peningkatan traksi perlahan dilakukan pada lengan dengan bahu sedikit abduksi,
asisten memberi counter traksi pada tubuh.
3) Metode Kocher
Siku ditekuk 90 derajat dan menempel pada tubuh, dilakukan rotasi 75 derajat
lateral, kemudian diangkat ke depan, dan dirotasi ke arah medial. Metode ini
memiliki risiko trauma saraf, pembuluh darah, dan tulang, dan tidak
direkomendasikan.
4) Metode Hipokrates – Meningkatkan traksi secara perlahan pada lengan dengan
posisi abduksi lalu assisten akan menarik lengan yang kuat dari tubuh
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Solomon, Louis. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures Ninth Edition. Hodder Arnold
Dislokasi Sendi Bahu Anterior
Setelah reduksi:
• Dilakukan pemeriksaan radiografi untuk mengkonfirmasi
reduksi dan menyingkirkan kemungkinan fraktur
• Lakukan pemeriksaan cedera saraf axilla dan robekan
rotator cuff, saraf median, radial, ulnar, dan
muskulokutaneus.
• Gunakan sling selama 3 minggu pada usia < 30 tahun, dan
1 minggu pada usia > 30 tahun
• Kombinasi abduksi dan lateral rotasi dihindari selama 3
minggu.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
Jarang, hanya 2 persen dari dislokasi bahu
A. Mekanisme Cedera
1) Kekuatan indirek yang besar, yang menyebabkan internal rotasi dan adduksi.
2) Sering terjadi pada: konvulsi, tersengat listrik, jatuh pada posisi lengan fleksi dan
adduksi, ledakan pada Departemen anterior bahu, jatuh dengan posisi lengan terentang.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
B. Pemeriksaan Fisik
• Look : Lengan terkunci pada posisi abduksi hampir maksimal.
• Feel : Kepala humerus teraba pada atau di bawah aksila.
• Move : Range of motion sendi bahu terbatas.
C. Radiografi
1) AP : humerus pada posisi abduksi, kepala humerus tampak di bawah glenoid. Evaluasi
adanya fraktur yang berhubungan: glenoid atau humerus proksimal.
2) Lateral : menunjukkan dislokasi atau subluksasi ke arah inferior.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Dislokasi Sendi Bahu Posterior
D. Penatalaksanaan
• Reduksi dengan menarik ke atas pada garis abduksi lengan dengan counter tractionke
arah bawah melalui Departemen atas bahu.
• Bila kepala humerus terjepit pada jaringan lunak, perlu dilakukan open reduction.
• Imobilisasi dengan sling hingga nyeri hilang, kemudian dapat mulai melakukan gerakan
namun hindari abduksi selama 3 minggu agar jaringan lunak sembuh.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Komplikasi & Diagnosis Banding Dislokasi Bahu
1) Komplikasi Awal: 3. Diagnosis Banding
● Cedera saraf: n. aksilaris, n. median, n. radialis, ● Cedera sendi acromioclavicular
n. ulnaris, n, muskulokutaneus. ● Tendonitis bicipital
● Cedera pembuluh darah: arteri axilaris. ● Fraktur klavikula
● Fraktur dislokasi. ● Fraktur Humerus
● Robekan dan patah tulang yang berhubungan ● Cedera rotator cuff
dengan labrum, fossa glenoid, dan/atau kepala
humerus.
2) Komplikasi Akhir:
● Kaku sendi bahu.
● Dislokasi rekuren.
Buku Panduan Orthopedi Traumatologi, Departemen Orthopedi Dan Traumatologi Universitas Udayana RSUP Sanglah Denpasar, 2020.
https://neurologiudayana.com/wp-content/uploads/2022/01/8.-Buku-Panduan-Departemen-Orthopaedi-Traumatologi.pdf
Faktor Risiko dan Pencegahan Dislokasi Bahu
Siapapun bisa mengalami dislokasi bahu, namun beberapa orang memiliki risiko lebih
tinggi dibandingkan yang lain, antara lain:
● Atlet yang memainkan olahraga kontak.
● Laki-laki dan orang yang ditetapkan sebagai laki-laki saat lahir (AMAB) .
● Orang berusia antara 15 dan 30 tahun.
● Siapapun yang sebelumnya pernah mengalami dislokasi bahu.
Shoulder Dislocations Overview. Rachel Abrams; Halleh Akbarnia. August 8, 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459125/
Dislokasi Sendi Panggul (Coxae)
Definisi
Terlepasnya femoral head dengan acetabulum yang dapat terjadi secara total dan parsial.
Epidemiologi
a. Dislokasi sendi panggul dihubungkan dengan high energy trauma dan umumnya jika
terjadi pada usia muda diikuti dengan trauma lain.
b. Dislokasi posterior sering terjadi dibandingkan dislokasi anterior (80%).
Mekanisme Cedera
Terjadinya dorongan pada lutut dari arah depan, sehingga menyebabkan femur terdorong
ke proksimal dan head femur terdorong ke posterior.
Pemeriksaan Fisik Dislokasi Coxae
a. Look: Tampak deformitas yang terjadi ada pemendekan pada pinggul yang cedera dan posisi
kaki adduksi, internal rotasi dan lutut sedikit fleksi dan berbanding terbalik pada dislokasi
anterior dimana deformitas yang terjadi eksternal rotasi. Pada sisi pinggul yang cedera dapat
ditemukan adanya bruise atau memar.
b. Feel: Evaluasi dimana keluhan nyeri yang dirasakan untuk menilai bagian dari struktur apa
yang kira-kira mengalami cedera, bagaimana pembuluh darah dan saraf pasca terjadinya
dislokasi sendi panggul. Saraf yang sering cedera pada dislokasi panggul adalah saraf sciatica.
c. Move: Evaluasi pergerakan sendi panggul,jika terjadi dislokasi kita tidak dapat menilai
pergerakan sendi panggul normal pada yang mengalami cedera.
Pemeriksaan Radiologi Dislokasi Coxae
Pada X-Ray panggul proyeksi AP (Anteroposterior)
dapat terlihat femoral head yang terlepas dari
acetabulum. Selain menilai adanya dislokasi pada
sendi panggul, acetabulum juga harus dievaluasi
untuk menilai apakah dislokasi disertai dengan
fraktur pada acetabulum. Untuk menilai ini
diperlukan penunjang CT-Scan Pinggul untuk
menilai adanya fraktur pada acetabulum bagian
anterior atau posterior atau bahkan pada atap dari
acetabulum.
Tatalaksana Dislokasi Coxae
Dislokasi sendi panggul merupakan kegawatdaruratan dalam
bidang orthopedi, sehingga tindakannya harus segera dilakukan
kurang dari 6 jam. Reduksi dilakukan dengan pembiusan sedasi
untuk mempermudah mereduksi. Ada beberapa teknik untuk
mereduksi sendi panggul :
● Teknik Allis
● Teknik Bigellow
● Teknik Stimpson
Setelah reduksi dan sendi stabil umumnya dipertahankan dengan
traksi untuk mencegah terjadinya dislokasi kembali dan
dipertahankan kurang lebih 2- 3 minggu sebelum dilakukan
exercise
Dislokasi Coxae
Tindakan Operatif
Jika ditemukan dislokasi disertai adanya fraktur pada femoral head atau adanya fraktur pada
acetabulum, tindakan operasi harus dilakukan karena jika hanya dilakukan tindakan reduksi tertutup,
femoral head tidak akan masuk kedalam acetabulum. Hal ini disebabkan karena adanya tulang yang
menghalangi femoral head untuk masuk, yang akan menyebabkan ketidakstabilan dan pada saat
akan dilakukan evaluasi pasca reduksi, femoral head akan kembali mengalami dislokasi.
Komplikasi
a) Komplikasi awal (Early Complications)
● Cedera Saraf Sciatica
● Cedera Pembuluh Darah
b) Komplikasi lanjut (Late Complications) o Nekrosis pada femoral head
● Myositis ossificans
● Osteoarthritis sekunder
Faktor Risiko Dislokasi Coxae
● Usia pasien berperan penting dalam risiko dislokasi pinggul prostetik. Pasien yang lebih tua mungkin
mengalami dislokasi akibat jatuh/trauma karena peningkatan risiko kehilangan keseimbangan. Pasien
dalam kelompok usia yang lebih tinggi juga cenderung tidak mematuhi tindakan pencegahan pinggul.
● Operasi sendi panggul sebelumnya membuatnya lebih rentan terhadap dislokasi setelah penggantian.
Seperti halnya prosedur pembedahan lainnya, mungkin ada sisa jaringan di sekitar sendi yang
melonggar. Kelemahan jaringan pendukung sendi panggul membuatnya lebih rentan terhadap dislokasi.
● Kondisi neuromuskular seperti penyakit Parkinson, Cerebral Palsy, dll dapat membuat pasien rentan
mengalami dislokasi setelah operasi. Kondisi neuromuskular membuat kelompok otot menjadi kejang
atau lumpuh yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan dislokasi.
● Gangguan perkembangan pinggul seperti displasia pinggul membuat pinggul lebih rentan mengalami
dislokasi. Cangkir asetabular yang dangkal dan struktur yang mengencang atau longgar di sekitar sendi
panggul berkontribusi terhadap ketidakstabilan dan dislokasi.
● Pasien yang menderita obesitas dan kondisi medis lainnya seperti diabetes lebih mungkin mengalami
dislokasi setelah operasi penggantian. Peningkatan risiko ini disebabkan oleh defisit neurologis pada
anggota tubuh, kehilangan keseimbangan, dan kemungkinan infeksi yang lebih besar.
Pencegahan Dislokasi Coxae
● Keamanan: Karena dislokasi pinggul biasanya terjadi akibat kecelakaan, pedoman
keselamatan umum adalah pencegahan terbaik. Selalu kenakan sabuk pengaman di
dalam mobil dan kenakan alat pelindung saat berpartisipasi dalam olahraga kontak.
Berhati-hatilah saat menggunakan tangga atau peralatan tempat kerja.
● Pengkondisian: Jika sebelumnya pernah mengalami dislokasi pinggul, pinggul
mungkin lebih rentan mengalami dislokasi lagi. Anda dapat membantu
memperkuat sendi Anda dengan memperkuat tendon dan otot pinggul melalui
terapi fisik dan menjaganya tetap terkondisi melalui olahraga teratur.
● Perawatan displasia pinggul: Anak-anak dengan displasia pinggul harus dirawat
saat kerangka mereka masih dalam pertumbuhan untuk mencegah cedera di
kemudian hari.