Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR ACL

1. KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi

Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang

menyebabkansendi lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser

secara bebas. Ruptur ACLsering terjadi pada olahraga high-impact, seperti

sepak bola, futsal, bola voli, tenis, bulutangkis, bola basket dan olahraga lain

seperti beladiri (McMillan, 2013). Sebagian besar cedera ACL memerlukan

tindakkan operasi. Standar operasi rekonstruksi ACLyang biasa dipakai adalah

teknik arthroskopi (Edwards, 2010).

Anterior Cruciate Ligament (ACL) adalah salah satu dari 4 ligamen

utama yangmenstabilisasi sendi lutut. Ligamen ini terdiri dari jaringan fibrosa

yang menyerupaitambang yang berkoneksi dengan tulang di persendian. ACL

mencegah tulang bagian bawah (tibia) dari pergeseran yang berlebihan dan

menstabilisasi lutut untuk melakukan berbagai aktivitas (McMillan, 2013).

B. Etioogi

Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak

hanyaaktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas

tersebutmenyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact

2. Lutut berpilin saat mendarat

3. Kontak atau benturan langsung(Diktat Anatomy, 2012).

C. Patofisiologi
ACL mencegah translasi anterior tibia tehadap femur dan berfungsi

untukmeminimalisasi rotasi tibia. Fungsi sekunder ACL adalah untuk

mencegah posisi valgusdan falrus pada lutut, terutama saat ekstensi. Cedera

ACL menyebabkan perubahankinematika lutut. Terkait dengan patologi yang

terjadi, penundaan rekontruksi ACL dapatmengakibatkan terjadinya

Osteoarthitis. Sekitar 15% dari kasus rupture ACL menjalani Total Knee

Replacement (TKR) (Maguire et al., 2012).

ACL menerima suplai darah dari arteri middle genuelate, sehingga jika

terjadirupture ACL akan terjadi haemoarthrosis. Namun, meskipun lokasinya

intra-artikular,ACL adalah Ektrasinovial karena tidak memiliki zat-zat

penyembuh luka, maka jikaterjadi ruptur ACL akan sulit sembuh dengan

sendirinya (Brukner & Khan, 2011)

D. Tanda dan Gejala

Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat

cederayang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan

dari melompat(biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan

mendadak di lutut (lututterasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan
atau perubahan arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut. Nyeri di

bagian luar dan belakang lutut.

Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini

mungkin merupakantanda perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjad

i tiba-tiba biasanyamerupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas

karena pembengkakan ataurasa sakit.

E. Klasifikasi Ruptur ACL

Tingkat keparahan cedera ligamen dinilai sebagai :

1. GRADE 1 : Dengan nyeri ringan dan bengkak tetapi tidak

ada perpanjangan permanen atau kerusakan pada ligament

2. GRADE II : Ligamentum tertarik keluar (seperti gula-gula) dan

diperpanjang. Adarasa sakit umumnya lebih dan bengkak dan sering

memar. Ligament biasanya akansembuh tanpa operasi. Ligament akan

memiliki beberapa kelemahan (yaitumembuka) dibandingkan dengan

normal tetapi sendi akan sembuh dan biasanya dapat berfungsi normal

dengan sedikit ketidakstabilan.

3. GRADE III : Ligamentum tertarik jauh sehingga robek menjadi

dua. Sering kali adarasa sakit yang relatife sedikit. Namun, sendi sangat

tidak stabil, dan menahanseringkali sangat sulit bahkan dengan tongkat

sekalipun. Lutut akan terlepas atau

buckle”. Sering memar disekitar lutut, operasi seringkali diperlukan untuk

perbaikan.

F. Komplikasi

Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih

tinggi terkenaosteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk


dan permukaan halusnyamenjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi

meskipun telah menjalani operasi untukmerekonstruksi ligamen.

Komplikasi kegagalan karena luka kambuh, risiko infeksi

luka, operasimenyebabkan radang sendi, otot melemah dan kekurangan

daya gerakan .

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut

Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan

pada lututakan memberikan gangguan pergerakan lutut. Pada pemeriksaan

perlu diketahuiapakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal

gerakan fleksi pada sendilutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0

derajat dan mungkin ditemukanhiperekstensi sebesar 10 derajat.

Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan :

a. Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral

Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui uji

abductionstress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji adduction stress.

Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu tangan

pemeriksamemegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan

dilakukanabduksi untuk menguji ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji

lgamentumlateral. Apabila terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat

dirasakansendi bergerak melebihi batas normal.

b. Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior

Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah

depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia
tergelincirke depan femur, sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada arah

sebaliknya.Cara pemeriksaan :

1. Uji Drawer

Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki pasien

untukmencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua tangan di belakang

tibia bagian proksimal dan kedua ibu jari pada kondilus femur, kemudian

dilakukantarikan pada tibia ke depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya

robekan padaligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal, baik

ke depan ataupunke belakang.

2. Uji Lachman

Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu tangan

memegangtungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya

memegang tibia proksimal. Kedua tangan kemudian digerakkan ke depan dan

belakang antaratibia proksimal dan femur

3. Pemeriksaan pivot shift lateral

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui

defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya kaki yang mengalami

kelainandiangkat, Dimana kaki kanan diangkat tangan kanan dan kaki kiri

diangkatdengan tangan kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi maksimal.

Dengan satutangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah persis di

sebelah bawahlutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang bersamaan

tibia dirotasi kemedial. Selanjutnya lutut difleksi secara perlahan-lahan dari

posisi ekstensi.Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis tibialis terelokasi

secara spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30-35 derajat
2. Pemeriksaan Radiologi

Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan

sepotongtulang kecil-ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral

dari fibula,ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior

dari bagianbelakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi)

dapat menunjukkanapakah engsel sendi terbuka ke satu sisi

3. Pemeriksaan Artroskopi

Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul,

artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat

diagnosis danmenyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk

melakukan artroskopi adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi

yang dicurigai, dan pada sprain yanglebih ringan untuk menyingkirkan cedera

internal lain misalnya robekan meniskus,yang (kalau ada) dapat ditangani

seketika itu juga

H. Penatalaksanaan

1. Terapi Operasi

Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di

jahit dandisambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk

restorasi stabilitaslutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament

tersebut akan di gantidengan graft jaringan ligament. Graft tersebut

akan menjadi dasar untuk ligamentyang baru untuk tumbuh


Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari

tendon patella, yangmerupakan sambungan patella dan tibia. Tendon

hamstring pada posterior pada jugasering digunakan. Kadang tendon

kuadrisep yang insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari

kadaver (allograft) juga dapat digunakan. Penyembuhansemula mengambil

masa sekurang-kurangnya 6bulan sebelum atlit dapat berolahragasetelah

operasi.

Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan

arthroscopidengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive.

Kelebihan dariartroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa

rawat inap lebih pendekdan penyembuhan lebih cepat.

Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik

operasi inisangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini,

hasilnya sangatmemuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai sebagai

standard untuk operasicedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia, misalnya

Tiger Wood

2. Terapi Non-Operasi

ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi.

Namun terapitanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan

aktivitas kehidupan yangsederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya

adalah tanpa operasi.

a. Bracing
Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya

biasditeruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban padakaki.

b. Terapi Fisikal

Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang

spesifikdapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang

memberisokongan padanya.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

psikologis),kerusakan jaringan

2. Gangguan mobilitas fisik Berhubungan dengan;

 Kehilangan integritas struktur tulang

 Kerusakan muskuloskeletal dan neuromuskuler

 Intoleransi aktivitas/penurunan kekuatan dan stamina

3. Kurang Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,

interpretasiterhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari

informasi, tidakmengetahui sumber-sumber informasi.


4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman

kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi

5. Resiko tinggi trauma berhubungan dengan ketidak mampuan mengerakkantung

kai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat

6. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Anda mungkin juga menyukai