Anda di halaman 1dari 11

Nama: Koko Satria Andikha

Npm: 1102019108
TM Skenario 2 Blok Muskuloskeletal

LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Ekstremitas Bawah


1.1 Makroskopik

Sumber : https://images.app.goo.gl/13BECFxoLh59w1a6A
Tendon Achilles (disebut juga tendon calcaneus) adalah serabut otot betis (calf) yang melekat
pada tulang tumit (calcaneus) yang berfungsi sebagai penggerak sendi pergelangan kaki. Tendon
Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki.
Pada manusia letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal
dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya sekitar 15 cm, dimulai dari pertengahan tungkai
bawah. Kemudian, struktur nya semakin mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang
tulang calcaneus.
1.2 Mikroskopik

Tendon Achilles adalah tendon pada bagian tungkai bawah. Ia berfungsi untuk melekatkan otot
Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu
Calcaneus.Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari kolagen
tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada pada tendon dalam
proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke
tulang.Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik
serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan dikelilingi oleh epitenon dan membentuk
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh
lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.
Sumber : https://docplayer.info/72922473-Skenario-2-ruptur-tendo-achilles.html

Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamen itself. Ligamentum atau tendon
kemudian dipecah menjadi entitas yang lebih kecil disebut faciles (lembaran). Lembaran berisi
fibril dasar ligamentum atau tendon, dan fibroblas, yang merupakan sel-sel biologis yang
menghasilkan ligamen atau tendon. Ada karakteristik struktural pada tingkat ini yang memainkan
peran penting dalam mekanisme ligamen atau tendon, yaitu fibril. Crimp merupakan struktur
bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress
regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.
Tendon Mengandung:
1.Tendon mengandung kolagen tipe I
2.Tendon mengandung matriks proteoglycan
3.Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara paralel
Fungsi dasar:
1.Tendon membawa kekuatan tarik dari otot ke tulang
2.Tendon membawa kekuatan tekan ketika membungkus tulang seperti katrol
Struktur:
1.Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2.Glycine (±33%)
3.Proline (±15%)
4.Hydroxyproline (±15%)
LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles
2.1 Definisi
Ruptur tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan penyambung)
yang disebabkan oleh cedera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam
keadaan dorsifleksi pasif maksimal (muttaqin, A. 2011). Pecahnya tendon achilles merupakan
tendon yang paling umum terjadi pada ekstremitas bawah dan biasa terjadi pada para atlet.
2.2 Etiologi
Terdapat penyebab pecahnya tendon achilles yaitu fleksi plantar kaki paksa mendadak dan
trauma langsung. Untuk faktor risiko pecahnya tendon achilles diantaranya adalah pengkondisian
yang buruk sebelum beraktivitas terutama saat berolahraga, penggunaan kortikosteroid yang
berkepanjangan, kelelahan, dan penggunaan antibiotik kuinolon. Berikut faktor sistemik yang
berkaitan dengan pecahnya tendon achilles
 Gagal ginjal kronis
 Kekurangan kolagen
 Diabetes Melitus
 Asam urat
 Infeksi
 Lupus
 Gangguan Paratiroid
 Arthritis Rheumatoid
 Gangguan tiroid
Ada beberapa kondisi yang juga mempengaruhi pecahnya tendon achilles, seperti
 Proses penuaan
 Partisipasi dalam olahraga
 Obesitas
 Mekanika berjalan yang buruk
Selain itu, terdapat masalah kaki yang meningkatkan risiko cedera pada tendon achilles
 Kaki cavus
 Fleksibilitas yang tidak mencukupi
 Terbatasnya gerakan ankle dorsiflexion
 Tibia vara
2.3 Patofisiologi
Ruptur tendon achilles biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat perubahan posisi
kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal sehingga
terjadi kontraksi mendadak otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar
kemampuan tendon achilles untuk menerima suatu beban. Ruptur tendon achilles sering
terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik ruptur tendon
achilles menimbulkan berbagai keluhan meliputi nyeri tajam yang hebat penurunan
fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan plantarfleksi dan
respons ansietas pada penderita. (Muttaqin, A. 2011)
2.4 Manifestasi Klinis
 Biasanya merasakan adanya rasa nyeri tajam tiba-tiba pada daerah tendon Achilles ketika
sedang melakukan aktivitas high impact seperti berlari, bermain sepak bola, atau bermain
basket.
 Rasa nyeri tiba-tiba ini sering disertai dengan suara terjepret atau meletup sebelumnya.
 Pasien mungkin salah merasa bahwa ia telah ditendang atau dipukul di bagian belakang
tumit dengan bola atau raket.
 pasien akan mengalami sakit betis residual, memar ringan, bengkak, dan mengalami
kelemahan dalam “mendorong” dengan kaki yang sakit.
2.5 Cara Mendiagnosis
Pemeriksaan ruptur tendon achilles dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Pemeriksaan Fisik
 Look: Melihat adanya pembengkakan dan memar.
 Feel: Palpasi dilakukan karena celah tendon seringkali tidak terlihat akibat adanya
pembengkakan lokal yang menutupi.
 Move: Gerakan pasif dilakukan karena beberapa tendon (fleksor jari kaki panjang, tibialis
posterior, plantaris) berpindah dari betis ke kaki.
2. Pemeriksaan Spesifik
 Tes Simmonds
Pasien tengkurap dengan kaki menjuntai kemudian betis pasien diremas (otot gastrocnemius).
Bila tidak terjadi gerakan plantar fleksi maka dapat dipastikan terjadi ruptur tendon achilles.
 Tes Matles
Dilakukan pada pasien terbius, sebelum pasien dibius pasien diminta untuk melakukan gerakan
fleksi pasif pada kedua sendi lutut sampai 90 derajat. Setelah dibius, pemeriksaan pada satu sisi
dalam keadaan dorsofleksi atau netral, sedangkan sisi yang lain dalam posisi plantar fleksi, maka
posisi kaki yang dorsofleksi atau netral dikatakan mengalami ruptur tendon achilles.
 Obrien’s Test
Pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10cm proksimal dari calcaneus dimasukkan
jarum. Gerak dorsofleksi secara pasif dilakukan, apabila jarum bergerak seperti plantar fleksi
maka tendon tidak mengalami ruptur dan jika tidak bergerak maka terjadi ruptur. Tes ini
dilakukan jika pasien tidak sadar.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Radiografi

Sumber : https://images.app.goo.gl/TfZHHezNFY65MMPT7
Menggunakan sinar-X untuk mendiagnosis titik cedera, tidak efektif untuk menganalisis jaringan
lunak. X-ray optimal pada benda seperti tulang. Radiografi kurang berperan dalam penilaian
cedera tendon achilles dan lebih berguna untuk mengetahui adanya cedera lain seperti patah
tulang.
 Ultrasonografi
Sumber : https://images.app.goo.gl/C4LaATZdhcSQBxLA8
Dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon. Bekerja melalui pengiriman frekuensi
suara yang sangat tinggi. Beberapa suara yang dipantulkan kembali dari ruang interstisial dan
jaringan lunak atau tulang. Pemeriksaan ini dapat dengan mudah menemukan kerusakan
struktural jaringan lunak dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis cedera ini.
 MRI
Sumber : https://images.app.goo.gl/s2UTX1K2pfMWvgma6
Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet kuat untuk menyelaraskan jaringan jutaan proton
berjalan melalui tubuh.
2.6 Tata Laksana
Untuk penanganan awal pada tendon achilles dapat dilakukan RICE, pemberian analgesik, dan
imobilisasi pergelangan kaki dengan posisi sedikit plantar fleksi, serta rujukan segera ke ahli
bedah ortopedi. Terdapat manajemen non-operatif untuk ruptur tendon achilles yang terdiri dari
1. Penggunaan gips tungkai dalam posisi pes-equino selama 3-4 minggu
2. Manajemen non-operatif dengan orthosis
 Metode open repair, dilakukan sayatan posteromedial panjang untuk mengekspos tendon
yang mengalami ruptur. Operasi terbuka ini memiliki tingkat komplikasi terkait luka
tinggi yang merugikan. Komplikasi yang dapat terjadi adalah deep-vein thrombosis,
embolism paru dan kematian.
 Metode percutaneous repair, dilakukan penjahitan pada tendon achilles melalui
beberapa sayatan kecil yang dibuat dibawah anestesi lokal, tanpa secara langsung
mengekspos tendon yang ruptur. Pada operasi ini, tingkat komplikasi yang terjadi lebih
sedikit. Contoh dari komplikasi yang terjadi adalah komplikasi kulit non infeksi dan tidak
adanya ruptur berulang. Pemulihan setelah operasi ini juga lebih baik dibandingkan
dengan open repair.
 Metode mini-open repair, menggabungkan 2 metode sebelumnya untuk melakukan
visualisasi langsung dari kedua ujung tendon yang memadai dan meningkatkan kekuatan
dari repair ko untuk mencegah terjadinya ruptur berulang.
2.7 Pencegahan
Untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya masalah pada tendon achilles, hal berikut ini
dapat dilakukan:
 Meregangkan dan menguatkan otot betis. Meregangkan betis hingga terasa suatu tarikan
yang tidak nyeri. Jangan dihentakkan atau melompat ketika sedang meregangkan.
Aktivitas ini dapat juga membantu absorbsi otot dan tendon lebih kuat dan mengurangi
cedera.
 Variasikan jenis olahraga dan memadukannya antara yang berat dan ringan. Hindari
aktivitas yang membuat regangan berlebihan pada tendon achilles, seperti mendaki, lari
turun bukit, dan melompat.
 Perhatikan permukaan tempat berlari, hindari berlari pada tempat yang licin dan terlalu
padat dan keras. Gunakan juga sepatu olahraga yang memiliki bantalan pada bagian
tumit.
 Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Cedera pada tendon achilles biasanya
terjadi setelah meningkatkan intensitas latihan secara tiba-tiba. Peningkatan sebaiknya
tidak lebih dari 10% per minggu.
 Melakukan aktivitas yang ringan
 Asupan kalsium yang cukup
 Memberikan paparan sinar UV
 Gaya hidup sehat
LO. 3 Memahami dan menjelaskan prinsip-prinsip bioetik yang dilakukan sebelum
pemeriksaan pasien
Beauchamp dan Childress (2001) menguraikan empat kaidah dasar (basic moral principle) dan
beberapa rules dibawahnya. Keempat kaidah dasar tersebut adalah: (Afandi, 2017; Suryadi,
2009; Bhanji, 2013)
1. Prinsip beneficience, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan
ke kebaikan pasien;
2. Prinsip non maleficence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang
memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum non nocere” atau
“above all do no harm”,
3. Prinsip autonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
autonomi pasien (the rights to self determination),
4. Prinsip justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
Beberapa contoh penerapan prinsip Beneficence ini adalah: (Suryadi, 2009)
 Melindungi dan menjaga hak orang lain.
 Mencegah bahaya yang dapat menimpa orang lain.
 Meniadakan kondisi yang dapat membahayakan orang lain.
 Membantu orang dengan berbagai keterbatasan (kecacatan).
 Menolong orang yang dalam kondisi bahaya.
Ciri-ciri prinsip Non-Maleficence, adalah : (Saltike)
 Pasien dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya sesuatu yang penting.
 Dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut.
 Tindakan kedokteran tadi terbukti efektif.
 Manfaat bagi pasien lebih besar dari kerugian dokter.
 Tidak membunuh pasien.
 Tidak memandang pasien sebagai objek.
 Tidak membahayakan pasien karena kelalaian.
 Tidak melakukan white collar crime.

Justice mempunyai ciri-ciri: (Saltike; Suryadi, 2009)


 Memberlakukan segala sesuatu secara universal.
 Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan.
 Menghargai hak sehat pasien.
 Menghargai hak hukum pasien.
Prinsip Autonomy, cara-cara tersebut antara lain: (Suryadi, 2009)
 Menyampaikan kebenaran atau berita yang sesungguhnya (tell the truth).
 Menghormati hak pribadi orang lain (respect the privacy of others).
 Melindungi informasi yang bersifat rahasia (protect confidential information).
 Mendapat persetujuan untuk melakukan tindakan terhadap pasien (obtain consent for
interventions with patients).
 Membantu orang lain membuat keputusan yang penting (when ask, help others make
important decision).
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER
Undang-undang No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan
Kewajiban Dokter
Hak
 Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai standar profesi
dan standar operasional prosedur
 Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
 Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya
 Menerima imbalan jasa
Kewajiban
 Memberikan pelayanan medis sesuai standar profesi dan standar operasional prosedur
serta kebutuhan medis
 Apabila tidak tersedia alat kesehatan atau tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan/pengobatan, bisa merujuk pasien ke dokter/sarana kesehatan lain yang
mempunyai kemampuan lebih baik.
 Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan setelah pasien itu
meninggal dunia
 Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada
orang lain yang mampu melakukannya
 Mengikuti perkembangan ilmu kedokteran
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran Pasal 50 dan 51, Hak dan
Kewajiban Pasien
Hak
 Mendapatkan penjelasan lengkap tentang rencana tindakan medis yang akan dilakukan
dokter
 Bisa meminta pendapat dokter lain (second opinion)
 Mendapat pelayanan medis sesuai dengan kebutuhan
 Bisa menolak tindakan medis yang akan dilakukan dokter bila ada keraguan
 Bisa mendapat informasi rekam medis
Kewajiban
 Memberikan informasi yang lengkap, jujur dan dipahami tentang masalah kesehatannya
 Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
 Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan
 Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang prima
Daftar Pustaka
 Shamrock1, A. G., & Varacallo2., M. (2022, february 12). Achilles Tendon Rupture.
Retrieved from
www.ncbi.nlm.nih.gov: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430844/#_article-
17085_s10
 Helmi Ismunandar1, R. H. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Ruptur Tendon Achilles :
Tinjauan Pustaka. 1-7.
 Seung-Hwan Park, M. H. (2020, february 13). National Library of medicine. Retrieved
from www.ncbi.nlm.nih.gov: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7031433/
 Physiopedia. (n.d.). Achilles Rupture. Retrieved from www.physio-
pedia.com: https://www.physio-pedia.com/Achilles_Rupture#:~:text=Type%20I%3A
%20partial%20ruptures%20%E2%89%A4,often%20requires%20tendon%2Fsynthetic
%20graft
 Anthony J, et al (2014) Achilles Tendon Injuries,
Medscape. http://www.emedicine.medscape.com/article/309393-overview#aw2aab6b2b3
[accessed from September 19, 2014]
 Gusti Ngurah P P. W. (2021). Diagnosis dan Tatalaksana Ruptur Tendon Achilles :
Tinjauan Pustaka. 6-8
 Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai