Anda di halaman 1dari 1

Tatalaksana

- Airway: Pembersihan jalan nafas, pengawasan vertebra servikal


hingga diyakini tidak ada cedera
- Breathing: Penilaian ventilasi dan gerakan dada, gas darah arteri
- Circulation: Penilaian kemungkinan kehilangan darah,
pengawasan secara rutin tekanan darah pulsasi nadi,
pemasangan IV line
- Dysfunction of CNS: Penilaian GCS (Glasgow Coma Scale)
secara rutin
- Exposure: Identifikasi seluruh cedera, dari ujung kepala hingga
ujung kaki, dari depan dan belakang.

Pemeriksaan Radiologis
· Foto Rontgen
· CT scan
· CTA/MRA

Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan laboratorium untuk fraktur basis cranii pada
umumnya bertujuan untuk mengetahui apakah ada komplikasi
yang dapat terjadi, misalnya pemeriksaan ß2-transferin dilakukan
untuk mengetahui apakah muncul kejadian kebocoran LCS akibat
fraktur basis cranii.

Pemeriksaan Tanda Fraktur Basis Cranii


Diagnosis cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan Periksa adanya:
pemeriksaan diagnostik. Selama pemeriksaan, harus memiliki - Hematom periorbital bilateral
riwayat medis yang lengkap dan mekanisme trauma. Trauma pada - Hematom pada mastoid/belakang telinga (Battle?s Sign)
kepala dapat menyebabkan gangguan neurologis dan mungkin - Hematom subkonjungtiva (darah di bawah konjungtiva tanpa
memerlukan tindak lanjut medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya batas posterior, yang menunjukkan darah dari orbita yang
adanya suatu fraktur cranium antara lain: mengalir ke depan)

Pada tahap pertama refleks Cushing, tekanan darah dan Fraktur basis cranii/Basilar Skull Fracture (BSF) merupakan fraktur
detak jantung meningkat sebagai respons terhadap aktivasi
simpatis untuk mengatasi peningkatan TIK. Respon akibat benturan langsung pada daerah daerah dasar tulang
simpatis ini memungkinkan perfusi otak selama ICP tidak
terlalu tinggi untuk diatasi. Pada tahap kedua refleks tengkorak (oksiput, mastoid, supraorbital). Dalam beberapa studi
Cushing, hipertensi tetap ada, tetapi pasien menjadi
bradikardi daripada takikardi. Pada tahap selanjutnya dari telah terbukti fraktur basis cranii dapat disebabkan oleh berbagai
refleks Cushing, disfungsi batang otak akibat peningkatan
ICP, takikardia, atau bradikardia secara klinis dapat diamati mekanisme termasuk ruda paksa akibat fraktur maksilofasial, ruda
sebagai ketidakteraturan dalam pernapasan, awalnya
ditandai dengan napas pendek dengan periode apnea
paksa dari arah lateral cranial dan dari arah kubah cranial, atau
sesekali. Aktivitas ini terjadi karena kompresi batang otak karena beban inersia oleh kepala.
oleh peningkatan TIK, dan akibatnya, distorsi pusat
pernapasan. Akhirnya, pernapasan agonal dapat
berkembang saat herniasi otak dimulai, dengan
perkembangan menjadi pernapasan dan henti jantung.

definisi
Trauma mekanik yang terjadi pada kepala, baik
secara langsung atau tidak langsung yang
Memahami dan Menjelaskan Trias Cushing Memahami dan Menjelaskan Fraktur Basis Cranii menyebabkan gangguan fungsi neurologis, yaitu
gangguan fisik, kognitif, psikososial baik temporer
atau permanen (Lumbantoruan, 2015).
Definisi
Suatu gangguan traumatik
dari fungsi otak yang disertai etiologi
atau tanpa disertai Trauma kepala oleh karena kekerasan
perdarahan interstitial dalam tumpul
substansi otak tanpa diikuti - Trauma kepala oleh karena kekerasan
terputusnya kontinuitas otak. tajam
(Arif Muttaqin, 2008) SKENARIO 5 - Trauma kepala akibat tembakan
- Trauma kepala oleh karena gerakan
mendadak

Klasifikasi
Trauma kepala diklasifikasikan berdasarkan
Memahami dan Menjelaskan Perdarahan Intrakranial akibat Trauma dan nilai Glasgow Coma Scale (CCS).
carniocerebral injury Diagnosis Banding
Trauma kepala
*T?rauma kepala berat: < 8
*T?rauma Kepala sedang: 9-13
*T?rauma kepala ringan: 14-15

Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium Sebagai tambahan pada suatu
pemeriksaan neurologis lengkap, pemeriksaan darah rutin, dan pemberian tetanus
Terapi non-operatif pada pasien cedera toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur terbuka tulang tengkorak), pemeriksaan
Diagnosis yang paling menunjang untuk diagnosa satu fraktur adalah pemeriksaan radiologi.
kranioserebral ditujukan untuk: Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu ·
pemeriksaan fisis dan pemeriksaan - Pemeriksaan Radiologi 1) Foto Rontgen Sejak ditemukannya
1. Mengontrol fisiologi dan substrat sel otak
diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa CT-scan, maka penggunaan foto Rontgen cranium dianggap kurang optimal. Dengan
serta mencegah kemungkinan terjadinya didapatkan riwayat medis yang lengkap dan pengecualian untuk kasus-kasus tertentu seperti fraktur pada vertex yang
mekanisme trauma. Trauma pada kepala mungkin lolos dari CT-scan dan dapat dideteksi dengan foto polos maka CT-scan
tekanan tinggi intracranial
dapat menyebabkan gangguan neurologis dianggap lebih menguntungkan daripada foto Rontgen kepala. Di daerah pedalaman
2. Mencegah dan mengobati edema otak (cara dan mungkin memerlukan tindak lanjut medis dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray dapat memberikan informasi
yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya yang bermanfaat. Diperlukan foto posisi AP, lateral, Towne?s view dan
hiperosmolar, diuretik)
suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi tangensial terhadap bagian yang mengalami benturan untuk menunjukkan suatu
3. Minimalisasi kerusakan sekunder antara lain : a) Keluar cairan jernih (CSF) dari fraktur depresi. Foto polos cranium dapat menunjukkan adanya fraktur, lesi
hidung b) Keluar darah atau cairan jernih dari osteolitik dan osteoblastik, atau pneumosefalus. Foto polos tulang belakang
4. Mengobati simptom akibat trauma otak
telinga c) Adanya luka memar di sekeliling digunakan untuk menilai adanya fraktur, pembengkakan jaringan lunak, deformitas
5. Mencegah dan mengobati komplikasi trauma mata tanpa adanya trauma pada mata tulang belakang, dan proses-proses osteolitik atau osteoblastik. 2) CT-Scan
(panda eyes) d) Adanya luka memar di CT-Scan adalah kriteria modalitas standar untuk menunjang diagnosa fraktur pada
otak, misal kejang, infeksi (antikonvulsan dan
belakang telinga (Battle?s sign) e) Adanya cranium. Potongan slice tipis pada bone windows hingga ketebalan 1-1,5 mm,
antibiotik) ketulian unilateral yang baru terjadi f) Luka dengan rekonstruksi sagital berguna dalam menilai cedera yang terjadi. CT scan
yang signifikan pada kulit kepala atau tulang Helical sangat membantu untuk penilaian fraktur condylar occipital, tetapi
tengkorak. biasanya rekonstruksi tiga dimensi tidak diperlukan. 3) MRI (Magnetic Resonance
Angiography) Bernilai sebagai pemeriksaan penunjang tambahan terutama untuk
kecurigaan adanya cedera ligamentum dan vaskular. Cedera pada tulang jauh lebih
baik diperiksa dengan menggunakan CT scan. MRI memberikan pencitraan jaringan
lunak yang lebih baik dibanding CT scan.

Anda mungkin juga menyukai