Anda di halaman 1dari 35

SKENARIO 2

DROP FOOT

Disusun oleh: KELOMPOK B-9

Ketua : Abubakar Jamal Alweini (1102018238)

Sekretaris : Octavia Qotrunnada (1102018292)

Anggota :Siti Fatimah Azzahra (1102018249)

Jihan Faadhilah (1102018273)

Meidi Endahsari Nastiti (1102018282)

Aliffa Putri (1102018317)

Fadhlia (1102018324)

Nurul Amini Azzahra (1102018333)

Daffa Rizqi Fauzi (1102018354)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2019/2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi
Skenario 2
Kata Sulit 3
Pertanyaan 3
Jawaban 3
Hipotesis 5
Sasaran Belajar 6

L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Anatomi Tendon Achilles 7

L.O 1.1 Anatomi Makro 7

L.O 1.2 Anatomi Mikro 10

L.O 1.3 Kinesiologi 12

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Ruptur Tendon Achilles 14

L.O 2.1 Definisi 14

L.O 2.2 Etiologi 16

L.O 2.3 Patofisiologis 16

L.O 2.4 Manisfestasi Klinis 17

L.O 2.5 Pemeriksaan 18

L.O 2.6 Diagnosis dan Diagnosis banding 21

L.O 2.7 Komplikasi 23

L.O 2.8 Tatalaksana 23

L.O 2.9 Prognosis 29

L.O 2.10 Pencegahan 29

L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Bioetika yang Dilakukan Sebelum


Pemeriksaan 29

Daftar Pustaka 33

1
SKENARIO 2

DROP FOOT
Seorang laki-laki 60 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan kaki kanannya sulit
melangkah.Keluhan ini dirasakan saat bermain tenis lapangan, ketika berlari tiba-tiba terdengar
bunyi “krek” lalu kaki kanannya tidak dapat digunakan untuk menapak.Pada pemeriksaan fisik
didapatkan keadaan umum dan tanda vital baik. Pergelangan kaki kanan nyeri bila ditekan dan
test Simoonds tidak didapatkan plantar fleksi kaki kanan.

2
KATA SULIT

1. Test Simmonds : Suatu test untuk mengetahui kelainan Tendon Achilles yang terjadi di
tulang calcaneus
2. Plantar Fleksi : Gerak meluruskan telapak kaki.
3. Drop Foot: Ketidakmampuan untuk mengangkat bagian depan kaki.

PERTANYAAN
1. Apa penyebab terjadinya drop foot?
2. Kenapa tidak bisa plantar fleksi?
3. Apa saja terapi yang dapat dilakukan?
4. Pertolongan pertama drop foot?
5. Bagaimana cara menegakkan diagnosis drop foot?
6. Mengapa terjadi bunyi krek?
7. Bagaimana prosedur test simmonds?
8. Bagaimana pencegahan pada kasus tersebut?
9. Mengapa kaki kanannya tidak dapat digunakan untuk menapak?
10. Apakah usia mempengaruhi tingkat keparahan rupture tendon?
11. Otot apa saja yang berperan pada plantar fleksi?
12. Apakah dapat terjadi komplikasi?
13. Apakah gejala drop foot?
14. Apa saja tipe-tipe drop foot?

JAWABAN
1. Cedera saraf, kelainan otot, kelainan saraf tulang belakang, dan kelainan otak.
2. Karena terputusnya Tendon Achilles, sedangkan Tendon Achilles merupakan
salah satu yang paling berperan pada plantar fleksi.
3. Fisio terapi, pemasangan ankle foot ortosis, electrical nerve stimulation, dan
operasi.
4. Rest, ice, compression, dan elevation.
5. X- Ray, CT scan, dan Ultra sound.
6. Karena robeknya tendon Achilles.

3
7. Prosedur test simmonds:
a. Pasien tengkurap
b. Posisis kaki di ujung tempat tidur
c. Betisnya di remas
d. Otot normal terdapat plantar fleksi
e. Jika hasi positif tidak di temukan plantar fleksi
8. Pencegahan:
a. Sebelum olahraga pemanasan yang benar
b. Jangan berlebihan ketika olahraga
c. Setelah olahraga melakukan pendinginan dengan benar
9. Mengalami kerobekan pada tendon Achilles.
10. Iya, usia mempengaruhi. Faktor lain ada aktivitas, jenis kelamin, pekerjaan, obesitas,
trauma, dan olahraga ekstrem.
11. Otot yang berperan pada plantar fleksi:
a. M. Gastrocnemius
b. M. Soleus
c. M. Plantaris
d. M. Flexor hallucis longus
e. M. Tibialis posterior
12. Bisa, apabila terdapat kegagalan dalam terapi.
13. Gejalanya adalah:
a. Ketidakmampuan untuk menunjukan jari kaki ke arah tubuh
b. Nyeri
c. Mengalami kelemahan
d. Mati rasa
e. Hiangnya fungsi kaki
f. High stepping walk
14. Tipe-tipe:
a. Neuroproksia
b. Axonotmesis

4
c. Neurotmesis

5
HIPOTESIS

Drop foot adalah ketidakmampuan untuk mengangkat bagian depan kaki, yang
disebabkan oleh cedera saraf, kelainan otot, kelainan saraf tulang belakang, dan kelainan
otak. Drop foot dapat mengakibatkan terganggunya pergerakan terutama pantar fleksi.
Dokter mendiagnosis ruptured Tendon Achilles. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang
dilakukan antara lain, test simmondsdan pemeriksaan radiologi. Penanganan dapat dilakukan
dengan fisio terapi, pemasangan ankle foot ortosis, electrical nerve stimulation, dan
operasi.Hal ini dapat dicegah dengan pemanasan yang benar sebelum olahraga, tidak
berlebihan ketika berolahraga, dan melakukan pendinginan yang benar setelah olahraga.

6
SASARAN BELAJAR
L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Tendon Achilles

L.O 1.1 Makroskopis

L.O 1.2 Mikroskopis

L.O 1.3 Kinestiologi

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan Ruptured Tendon Achilles


L.O 2.1 Definisi

L.O 2.2 Etiologi

L.O 2.3 Patofisiologi

L.O 2.4 Manifestasi Klinis

L.O 2.5 Pemeriksaan

L.O 2.6 Diagnosis & Diagnosis Banding

L.O 2.7 Komplikasi

L.O 2.8 Tatalaksana

L.O 2.9 Prognosis

L.O 2.10 Pencegahan

L.I. 3.Bioetik yang dilakukan sebelum pemeriksaan

7
L.I. 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Tendon Achilles

L.O 1.1 Makroskopis

Menurut Mark D, Dollard (diterjemahkan Khabib, Jamal., 1997: 107) Tendo Achilles ini
terdiri dari dua buah tendon yang bergabung yaitu otot-otot soleus dan gastrocnemius, otot-otot
ini berada pada bagian belakang tulang tumit. Kumpulan jaringan otot soleus terselip ke dalam
bagian dalam tulang tumit. Di sekeliling kedua tendon tersebut terdapat satu lapisan vaskular
yang amat penting yaitu peritenon yang memelihara suplai darah pada jaringan tendon

8
Tendon Achilles (disebut juga tendon calcaneus) adalah serabut otot betis (calf) yang
melekat pada tulang tumit (calcaneus) yang berfungsi sebagai penggerak sendi pergelangan
kaki.Tendon Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris kaki.Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh
manusia.Panjangnya 15cm di sepanjang proximal sampai ke insersi calcaneus posterior.Tendon
ini memiliki kekuatan tarik yang tinggi.Pasokan darah untuk tendon Achilles berasal dari arteri
tibialis posterior. 
Kelompok superfisial otot betis meliputi M. gastrocnemius, M. soleus, dan M.
plantaris.M. gastrocnemius berkepala dua dan M. soleus sama-sama memiliki tendo communis,
tendo calcaneus, yang menempel pada calcaneus.Secara bersama-sama, dua otot tersebut
membentuk M. triceps surae.

Otot  Origo Insertio Fungsi


M. triceps 1. M. gastrocnemius caput Tuber 1. M. gastrocnemius:
surae mediale:  calcanei  Plantarfleksi
(N. tibialis
Facies
– poplitea femoris (sebelah pergelangan kaki bila
N. proximal  lutut diekstensi;
ischiadicus)
Condylus medialis) menaikkan tumit
selama berjalan;
2. M. gastrocnemius caput memfleksikan tungkai
laterale: pada articulatio genus.
Facies poplitea femoris (sebelah 2. M. soleus: Plantarfleksi
proximal Condylus lateralis) pergelangan kaki tidak
bergantung posisi lutut;
3. M. soleus: Caput fibulae, menstabilkan tungkai
Facies posterior dan pada kaki.
Margo posterior fibulae 3. M. plantaris: Secara
(sepertiga bagian lemah membantu M.
proximal), Facies gastrocnemius dalam
posterior tibiae (pada dan melakukan plantarfleksi
di bawah linea musculi pergelangan kaki.

9
solei), Arcus tendineus
musculi solei

4. M. plantaris: Facies
poplitea femoris (sebelah
proximal Condylus
lateralis)

Nervus
Persyarafan untuk musculus yang menyusun tendo Achilles adalah nervus tibialis.Nervus
tibialis merupakan percabangan dari nervus ischiadicus.Nervus ischiadicus berasal dari lumbal 4,
lumbal 5, Sakralis 1-3.

L.O 1.2 Mikroskopis

Tendon adalah pita jaringan fibrosa yang fleksibel terletak di bagian belakang
pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis dengan tulang tumit.Tendon adalah struktur
dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab
untuk menggerakkan tulang, sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, angkat, dan
bergerak dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, hal itu menarik pada tulang menyebabkan
gerakan ini.Struktur yang memancarkan kekuatan kontraksi otot ke tulang disebut tendon.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon.Sekitar 95% dari kolagen
tendon adalah kolagen tipe-I, dengan jumlah elastin yang sangat kecil.Elastin dapat menjalani
tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika elastin ada pada tendon dalam proporsi yang besar,
maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Fibril kolagen terikat ke fesikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik
serta saraf.Fasikula - fasikula tergabung bersama, dikelilingi oleh epitenon, dan membentuk

10
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari epitenon oleh
lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan mengurangi gesekan.
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe - I, tendon Achilles
yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe - III. Fibroblast dari tendon Achilles yang
putus menghasilkan baik kolagen tipe - I dan tipe - III pada kultur. Kolagen tipe - III kurang
tahan terhadap kekuatan tarikan dan area itu dapat mempengaruhi putusnya tendon secara
spontan.Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir dengan baik,
sangat berbeda dengan tendon yang putus.Tenosit, yang merupakan fibroblast khusus, muncul
pada potongan longitudinal.Pengaturan yang baik ini disebabkan oleh sekresi kolagen secara
sentrifugal yang seragam disekitar kolom tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan
nonfibriler dari matriks eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen. 

Struktur terbesar dalam skema di atas adalah tendon atau ligamentum kemudian dipecah
menjadi entitas yang lebih kecil disebut fasciles (lembaran).Lembaran berisi fibril dasar
ligamentum atau tendon, dan fibroblas, merupakan sel-sel biologis yang menghasilkan ligamen
atau tendon.Ada karakterisitik struktural pada tingkat ini yang memainkan peran penting dalam
mekanisme ligamen atau tendon, yaitu crimp dari fibril. Crimp merupakan struktur
bergelombang dari fibril, dan ia akan memberikan kontribusi signifikan terhadap hubungan stress
regangan nonlinear untuk ligamen dan tendon.

11
          Tendon :
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel
          Struktur :
1. Kolagen (70% dari berat kering tendon)
2. Glycine (±33%)
3. Proline (±15%)
4. Hydroxyproline (±15%)

L.O 1.3 Kinestiologi

Ketika otot gastrocnemius (di betis) berkontraksi (memendek), tendon yang melekat dari
otot ke tulang tumit (kalkaneus) bergerak.Saat memendek, tendon bergerak ke bawah kaki.Ini
adalah tindakan yang memungkinkan seseorang berdiri di atas jari kakinya sendiri, berlari,
melompat, berjalan normal, dan untuk naik turun tangga (tindakan jinjit).
Ketika tubuh berada dalam posisi tegak, kaki di sudut yang tepat ke arah tungkai.
Gerakan sendi berasal dari Dorsofleksi dan ekstensi; dorsofleksi meliputi  aproksimasi dorsum
kaki ke tungkai depan, sementara ekstensi tumit ditarik ke atas dan jari-jari kaki menunjuk ke
bawah.
Kisaran gerakan bervariasi pada individu yang berbeda, sekitar 50°-90°.Pergerakan
sumbu transversal terjadi sedikit miring.Malleoli erat merangkul talus di semua posisi sendi,
sehingga setiap sedikit pergerakan derajat dari sisi ke sisi yang mungkin ada, terjadi hanya
karena peregangan ligamen dari syndesmosis talofibular, dan fibula yang sedikit bengkok.
Permukaan artikular superior talus lebih luas di depan daripada di belakang.
Dalam dorsofleksi, ruang yang lebih besar dibutuhkan antara dua malleoli. Hal tersebut
didapatkan dengan gerakan berputar sedikit keluar dari ujung bawah fibula dan peregangan
ligamen syndesmosis, gerakan lateral ini dimudahkan dengan sedikit meluncur di tibiofibular
artikulasi, dan mungkin juga oleh fibula yang menekuk. Dari ligamen, deltoideus memiliki
kekuatan sangat besar, terbiasa tahan tekanan seperti proses fraktur. Bagian tengah, bersama-
sama dengan ligamen calcaneofibular, mengikat kuat tulang-tulang tungkai ke kaki, dan menolak

12
pemindahan di segala arah.Serabut anterior dan posterior membatasi ekstensi dan fleksi kaki
masing-masing, dan serat anterior juga membatasi abduksi.
Posterior ligamentum talofibular membantu dalam melawan perpindahan calcaneofibular
dari kaki belakang, dan memperdalam rongga untuk penerimaan talus. Talofibular anterior
adalah pelindung terhadap perpindahan kaki ke depan, dan batas perpanjangan sendi. Gerakan
inversi dan eversi kaki, terutama berpengaruh pada sendi tarsal; sendi yang memiliki jumlah
gerak terbesar antara talus dan calcaneus belakang dan navicular dan berbentuk kubus di depan.
Hal ini sering disebut sendi transversal tarsal, dan dapat mengganti sendi pergelangan kaki dalam
ukuran besar ketika akhirnya menjadi ankylosed, dengan tarsus sendi subordinat.
Perpanjangan (ekstensi) kaki pada tibia dan fibula dihasilkan oleh Gastrocnemius, soleus,
Plantaris, M. Tibialis posterior, Peroneus longus dan brevis, M. Fleksor digitorum longus, dan
M. Fleksor halusis longus; dorsofleksi, oleh M. Tibialis anterior, Tertius Peronæus, ekstensor
digitorum longus, dan ekstensor halusis proprius.
Tendon Achilles memiliki origo pada M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris dan
berinsersio pada Os.calcaneus sehingga memiliki sumbu pergerakan pada Articulatio
talocrularis. Memiliki sumbu gerak frontal yang berjalan dari craniomedialis ujung bawah
Maleolus medialis sampai caudolarteralis ujung bawah Maleolus lateralis, membentuk sumbu
transversal 7˚ dan sumbu frontal 13˚

13
 Memungkinkan gerakan:
a. Dorsofleksi : M.tibialis anterior, M.extensordigitorum longus, M.peroneus tertius,
M.extensor hallucis longus
b. Plantarfleksi: M.gastrocnemius, M.soleus, M.plantaris, M.flexor hallucis longus,
M.peroneus longus & brevis, M.tibialis posterior

L.I. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Artritis Rheumatoid

L.O 2.1 Definisi

Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau
mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.

Klasifikasi

Ada 4 klasifikasi ruptur Tendon achilles, yaitu:

1. Tipe I: Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati dengan
manajemen konservatif.

2. Tipe II: sobekan yang penuh dengan kesenjangan tendon kurang dari sama dengan 3
cm, biasanya diobati dengan akhir-akhir anastomosis,

3. Tipe III: sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm.

14
4. Tipe IV: perpisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm (pecah diabaikan).

L.O 2.2 Etiologi

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan ruptur pada tendo achilles adalah sebagai berikut: 
• Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan) 
• Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan 
• Perubahan permukaan. 
• Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/ tumit tinggi) 
• Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, pelebaran sisi sepatu,
berkurangnya fleksibilitas kaki) 
• Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks gastrocnemius/soleus untuk
menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan bebas) 
• Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat) 
• Berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas) 

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko ruptur tendon Achilles meliputi: 


A. Umur. Usia puncak untuk ruptur tendon Achilles 30 sampai 40. Dalam kebanyakan
kasus, pecah dari Achilles tendon terjadi di pada tendon yang menerima aliran darah
kurang. Hal ini yang dapat melemahkan bagian dari tendon. 
B. Jenis kelamin. Pada pria ruptur tendon Achilles lima kali lebih mungkin terjadi
dibandingkan pada wanita. 
C. Obesitas. Beratnya beban yang harus di tahan dapat meningkatkan stres/kelelahan pada
tendon achilles. 
D. Melakukan olahraga berat tanpa pendinginan. 

E. Riwayat penggunaan terakhir fluoroquinolones, kortikosteroid, atau suntikan


kortikosteroid, yang keduanya (kortikosteroid, steroid anabolik dan fluoroquinolones)
berperan dalam pecah tendo achilles. 

15
F. Injeksi kortikosteroid ke dalam tendon tikus telah terbukti menyebabkan nekrosis tendon.
Kortikosteroid dapat menutupi gejala yang menyakitkan, dan menyebabkan individu
untuk overexert tendon melemah. 
G. Steroid anabolik dan fluoroquinolones menyebabkan displasia fibril kolagen, sehingga
menurunkan kekuatan tarik-menarik tendon.Sebuah penelitian terbaru menunjukkan
bahwa hewan yang diberikan fluoroquinolones dengan dosis yang sebanding dengan
yang diberikan pada manusia, hewan tersebut akan mengalami gangguan matriks
ekstraseluler tulang rawan dan penipisan kolagen. 
H. Penyakit gout, hipertiroid, insufisiensi ginjal, dan arteriosklerosis. Fraktur Pergelangan
kaki, Keseleo Ankle, Cedera ligamen Calcaneofibular, Cedera ligamen Talofibular. 

L.O 2.3 Patofisiologi

Ruptur traumatik tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo akibat
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal
sehingga terjadi kontraksi mendadak pada otot betis dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan
diluar kemampuan tendon Achilles untuk menerima suatu beban.
Ruptur tendon Achilles sering terjadi pada atlet atletik saat melakukan lari atau
melompat.Kondisi klinik ruptur tendon Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri
tajam yang hebat, penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan
plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien. (Muttaqin, A. 2011)
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di fibrilkolagen.
Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal ini yang menyebabkan
pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon
merespon secara linear untuk meningkatkan beban tendon.Jika renggangan yang ditempatkan
pada tendon tetap kurang dari 4% yaitu batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke
konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat keteganganantara 4-8%, serat
kolagen mulai meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat

16
tegangan lebih besar dari 8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan
oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller. 
Penyebab pasti pecah tendon Achilles dapat terjadi tiba-tiba, tanpa peringatan, atau akibat
tendinitis Achilles .Tampaknya otot betis yang lemah dapat menyebabkan masalah.Jika otot-otot
menjadi lemah dan lelah, mereka dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi.Kontraksi
berlebihan juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin lelah otot
betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan sesak seperti ini dapat
meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan mengakibatkan kerobekan.Selain itu,
ketidakseimbangan kekuatan otot-otot kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang
lebih rendah juga dapat mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Tendon Achilles robek
lebih mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki yang
dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak otot, kerobekan dapat
terjadi.Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat dari tendon sementara otot betis
berkontraksi.
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot
yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.(Price, Sylvia
Anderson. 1995.)
Robekan tendo calcaneus terjadi pada saat berlari, melompat atau berolahraga seperti
main tenis, bola voli, bola basket, badminton.Tendo mulai mengalami perubahan degenerasi
pada umur 25-30 tahun.Robekan tendo calcaneus biasanya terjadi 5cm diatas insersionya atau
tepat pada perlekatannya di calcaneus, bisa bersifat total atau parsial.Robekan dapat pula tejadi
hanya pada M. Plantaris pada batas anatara otot dan tendo.

L.O 2.4 Manifestasi Klinis

1. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki
2. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki
3. Nyeri bisa berat

17
4. Nyeri lokal, bengkak dengan gamblang sepanjang tendon Achilles dekat lokasipenyisipan,
dan kekuatan plantarfleksi lemah aktif semua bisa menegakkandiagnosis
5. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kakiatau
betis
6. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan di dekat tumit
7. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulangtumit
8. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau “push off” kaki terluka ketika berjalan.
9. Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak bisaberjinjit.
10. Apabila ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan terasa 5 cm diatas insersio tendon.
11. Plantar fleksi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon

L.O 2.5 Pemeriksaan

Untuk menegakakkan diagnosis sebuah penyakit pada pasien maka dokter harus
melakukan anamnesis, inspeksi, palpasi maupun auskultasi kepada pasiennya. Dan pada kasus
rupture tendo Achilles, untuk menegakkan diagnosis maka diperlukan:

1. Anamnesis
 Keluhan nyeri di daerah pergelangan kaki hingga ke betis
  Keluhan kaku di pagi hari
 Tidak dapat atau kurang mampu menggerakan kaki (terutama fleksi)
2. Inspeksi
 Pembengkakan di daerah pergelangan kaki

18
 Deformitas/ perubahan bentuk
3. Palpasi
 Terdapat lokasi tenderness/ nyeri tekan pada lokasi tendon Achilles
 Temperature pada daerah tendon Achilles sedikit lebih tinggi
 Terjadi spasme otot terutama pada musculus gastrocnemius
Setelah diagnosis dapat ditegakan maka dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, yang dapat
dilihat dari pergerakan tumit dan otot. Apabila pergerakannya lemah atau bahkan tidak
adapergerakan maka akan dicurigai tendon Achilles mengalami rupture. Berikut adalah beberapa
tes fisik yang dapat dilakukan :

1. Tes Simmonds/ Tes Thompson


Tes ini dilakukan untuk mengetahui kelainan tendon yang terjadi di tulang calcaneus.Cara
melakukan tes ini, penderita tidur dengan posisi tengkurap, dengan kedua kaki dipinggir tempat
tidur, lalu dilakukan kompresi pada otot betis. Pada otot yang normal, Setelah dilakukan
kompresi maka akan terjadi flexi plantar, sebaliknya jika setelah dilakukan flexiplantar dan tidak
terjadi flexi plantar, maka telah terjadi ruptur tendon achilles.

2. Tes Obrien
Sebuah jarum suntik dimasukkan melalui kulit pada betis, dari medial ke garis tengah, dan 10cm 
proksimal terhadap masuknya tendon. Jarum dimasukkan dampai ujungnya ada di dalam
substansi tendon.Pergelangan kaki kemudian bergantian melakukan plantar fleksi dan

19
dorsofleksi.Jika, pada dorsofleksi, titik jarum distal, bagian dari tendon distal jarum dianggap
utuh.Jika titik jarum proksimal, diduga hilangnya kontinuitas antara jarum dan tempat penyisipan
dari tendon.

3. Tes Copeland
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian tengah sementara
Pasien berbaring rawan. Manset mengembang hingga 100 milimeter merkuri (13,33
kilopascal)dengan kaki di fleksi plantar. Kaki kemudian dorsofleksi. Jika tekanan naik sampai
sekitar140 milimeter merkuri (18,66 kilopascal), unit musculotendinous dianggap menjadi utuh.
Namun, jika tekanan tetap sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka diagnosis
ruptur tendon Achilles dapat ditegakkan.

 
Selain melakukan pemeriksaan fisik, dokter juga bias meneruskan ke pemeriksaan radiologi. 
Pemeriksaan tersebut adalah:
a. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Kegunaan : Untuk membedakan rupture lengkap dari degenerasi tendon Achilles, paratenonitis,
tendonitis dan bursitis.

20
b. X-Ray
Kegunaan : Mengindetifikasi secara tidak langsung robekan tendon Achilles, tetapi tidak efektif
untuk mengedintifikasi cedera pada jaringan lunak

c. Ultrasonografi (USG)
Kegunaan : Menentukan ketebalan tendon, karakter dan adanya robekan. Sangat mudah untuk
mengetahui structural jaringan lunak dan menjadi metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis
cedera

21
L.O 2.6 Diagnosis dan Diagnosis Banding

A. Diagnosis Ruptur Tendon Achilles


Dalam mendiagnosis ruptur tendo achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki akan
mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan apakah pasien tersebut
sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Rentang gerak dan kekuatan otot akan
dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles
pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada
pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles
biasanya langsung dan dapat dilakukan melaluipemeriksaan jenis ini.Dalam beberapa kasus, ahli
bedah dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.
a. Anamnesis, adanya keluhan:
 Nyeri di daerah pergelangan kaki hingga ke betis 
 Kaku di pagi hari
 Tidak dapat atau kurang mampu menggerakan kaki (terutama fleksi) dan nyeri
hebat dalam melakukan plantar fleksi kaki
b. Inspeksi
 Pembengkakan di daerah pergelangan kaki
 Deformitas atau perubahan bentuk
c. Palpasi
 Terdapat lokasi tenderness/ nyeri tekan pada lokasi tendon Achilles
 Temperature pada daerah tendon Achilles sedikit lebih tinggi
 Terjadi spasme otot terutama pada musculus gastrocnemius

22
B. Diagnosis Banding
a. Calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.Ketika bursa ini
meradang disebut bursitis.Tendo calcaneal bursitis adalah peradangan pada bursa di belakang
tilang tumit.Bursa ini biasanya membatasi gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di
belakang tumit meluncur turun naik.
b. Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/ berlari,achiles
tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat trauma tendon achilles dan
betis.
c. Achilles tendinopathy atau tendonosi
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang juga
menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.

L.O 2.7 Komplikasi

 Meskipun hampir keseluruhan operasi menghasilkan outcome yang baik dan fungsional,
namun komplikasi yang signifikan masih tetap dapat terjadi. Salah satu variabel dalam
operasi rekonstruksi adalah menentukan tegangan yang optimal pada tendon yang
diperbaiki. Jika kompleks tendon terlalu tegang, maka pasien akan mengalami kesulitan
dalam berjalan, jika terlalu longgar kekutan tendon achiles tidak adekuat. Penentu utama
dari hasil yang baik adalah kemampuan pasien untuk berdiri dengan mengangkat tumit
pada satu tungkai yang cidera. Pada kebanyakan kasus, kondisi ini dapat dicapai sekitar 6
bulan pasca operasi, tetapi hasil ini tidak mungkin didapatkan jika rekonstruksi
menghasilkan kondisi tendon yang terlalu lentur atau tidak cukup tegang. 

 Komplikasi rupture tendon Achilles yaitu infeksi. Infeksi adalah adanya suatu organism
pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai dengan gejala klinis, masuk dan
berkembang biaknya bibit penyakit atau parasit, mikroorganisme kedalam tubuh
manusia. Penyakit yang disebabkan oleh suatu bibit penyakit seperti bakteri, virus, jamur
dan lain-lainnya
 Tendon dapat memendek atau juga terdapat bekas luka.

23
 Dapat kemungkinan tendon akan robek lagi di kemudian hari.

L.O 2.8 Tata Laksana

Non Farmakologi
Pengobatan segera yang dilakukan yaitu istirahatkan kemudian diberikan kompres es batu
dan pengangkatan, tujuannya adalah untuk meminimalkan pendarahan dalam pembengkakan
serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera.Untuk mengurangi pembengkakan dapat
dilakukan dengan membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan
mengangkatnya sampai diatas jantung. Pengompresan air es (dapat mengurangi nyeri dan
pembengkakan pada daerah yang mengalami cedera karena cairan merembes ke dalam pembuluh
darah yang menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, mengurangi kejang otot) yang
dilakukan selama 10 menit kemudian dilepaskan, setelah itu dikompres kembali selama 10
menit, hal ini dilakukan secara bergantian dalam waktu 1-1,5 jam dan tindakan ini dapat diulang
sebanyak beberapa kali selama 24 jam pertama. 
Namun, pengompresan yang lama dapat mengakibatkan jaringan rusak, jika suhu sangat
rendah (sampai sekitar 15 derajat celcius), kulit akan memberikan reaksi yang sebaliknya, yaitu
menyebabkan melebarnya pembuluh darah, kulit tampak merah, hangat, gatal, dan bisa saja
terluka dan efek tersebut biasanya terjadi sekitar 4-8 menit setelah es diangkat, karena itu es
harus diangkat sebelum efek tersebut terjadi, baru di kompreskan lagi 10 menit kemudian. 
Pendinginan dapat mengurangi latihan berat secara bertahap sebelum latihan di hentikan
dan dapat mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah, jika latihan berat tiba - tiba
dihentikan maka darah akan berkumpul didalam vena tungkai dan untuk sementara waktu
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. 

24
a. Terapi fisik
Banyak  rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan
kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada dua hal yang perlu diingat
saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah: 
 Rentang gerak, rentang gerak ini penting karena dibutuhkan dalam pikiran ketatnya
tendon yang diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan peregangan ringan
dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan nyeri.
 Kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan ikat, yang
dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-jari kaki beberapa inci
sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah). Melakukan peregangan untuk
mendapatkan kekuatan fungsional juga penting karena meningkatkan penyembuhan pada
tendon, yang pada gilirannya akan menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan
ini harus lebih intens dan harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu
reorientasi dan memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan

25
populer digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan yang
tinggi.
b. Pengobatan konservatif
Mobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial, maupun seluruhnya.
Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan ruptur tendo Achilles. Pemakaian boot
orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar ujung tendon dapat berdekatan
bersama - sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak. Pada robekan
parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4 – 6 minggu dalam posisi fleksi
30° - 40° pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan kaki.

Gambar: boot orthosis

Fisioterapi, dengan kaki menggantung melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar
pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu ke-4, orthosis dibawa
ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama seperti minggu sebelumnya. Pada minggu ke-
6, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan yang ditoleransi sambil mengenakan
orthosis.Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari.Pada
minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi fisik untuk
peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah dan 1 pada kelompok non-bedah.
Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan yang lainnya ditabrak mobil saat mencoba
menghentikan perampokan. Pasien non-bedah, tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua
reruptures dirawat melalui pembedeahan. Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru
menggunakan periode nonweight – bearing - casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan

26
kaki di equinus sekitar 2 - 4 minggu, dan kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat
fleksi plantar ke netral pada interval 2 hingga 4 minggu.

Tindakan Pembedahan

a. Percutaneous Surgery

 Pada tindakan ini,dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm. 

 Melalui luka tusuk, jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang
diperkirakan ketika pergelangan kaki berada pada equinus maksimal. 

 Jahitan kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, danmendorong


subkutan.

  Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril Setelah itu,
pasien menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. 

 Penggunaan gips dilakukanselama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan


berat dan pemakaian gips dengan elevasitumit rendah.

b. Open Surgical Repair

27
 Dilakukan dengan menggunakan pendekatan longitudinal medial.Insisi medial memiliki
keuntungan visualisasi yang lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari cedera pada
saraf Sural. Insisi garis tengah jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi luka dan
adesi. 

 Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. Setelah paratenon disayat secara
longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan dengan
menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakann onabsorbable
suture. 

 Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Para tendon harus disambung
kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan membatasi terjadinya
komplikasi luka. 

 Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasanganorthosis.


Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikitdalam
orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya
dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan aktif-
dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan
mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali
dalam jangka waktu 4 bulan. 

28
c. Pengobatan secara non operative 
Orthosis pergelangan kaki
Indikasi treatment harus individual kepada pasien.Selama 10 minggu berikutnya, pergelangan
kaki secara bertahap dibawa ke posisi plantigrade dengan perubahan cor kira-kira setiap 2
minggu.Berat tubuh diperbolehkan setelah 6 minggu.Setelah casting, angkat tumit biasanya
dipakai selama beberapa bulan.
Keuntungan pengobatan nonoperative termasuk komplikasi luka tidak ada
(misalnya,kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular), biaya rumah
sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada paparananestesi.
Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih tinggi rerupture(hingga
40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi tendon dapat menyembuhkan
dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon yang mengakibatkan penurunan daya
fleksi plantar dan daya tahan.

Terapi obat NSAIDs

1. Ibuprofen
DOC bagi pasien menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, menghambat reaksi
inflamasi dan menurunkan nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin Analgesik 
2. Asetaminofen
DOC pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, orang dengan gangguan GI tract
bagian atas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri memiliki efek sedatif.
Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka atau jaringan disekitarnya bisa
mengurangi nyeri dan pembengkakan, akan tetapi efek dari penyuntikan yang dilakukan dapat
mengakibatkan penyembuhan terlambat dan dapat meningkatkan resiko kerusakan tendon dan
tulang rawan dan memperburuk cedera karena memungkinkan penderita menggunakan
sendinya yang terluka sebelum sembuh total.

L.O 2.9 Prognosis

Penyembuhan tendon membutuhkan banyak waktu, biasanya sekitar enam sampai


delapan minggu. Lebih banyak lagi waktu akan diperlukan setelahnya untuk memungkinkan
kekuatan otot mampu kembali normal setelah di plester atau brace (orthosis). Bergantung pada

29
tipe pekerjaan, beberapa orang perlu beberapa minggu cuti setelah achilles tendon putus, serta
waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke olahraga adalah antara 4 dan 12 bulan kebanyakan
orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali normal. Jika operasi
dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil kemungkinannya untuk ruptur
lagi.Biasanya, kegiatan berat seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu.Atlet
biasanya kembali berolahraga setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi.

L.O 2.10 Pencegahan

 Obat-obatan kortikosteroid seperti prednison, harus dikonsumsi secara hati-hati dan dosisnya
jika bisa diturunkan. Tetapi, banyak juga kondisi dimana kortikosteroid sangat dibutuhkan
untuk kelangsungan hidup penderita.
 Antibiotik Quinolone harus dikonsumsi dengan hati-hati pada usia pasien diatas 60 tahun atau
pasien yang memakai obat-obatan steroid.
 Memakai sepatu yang tepat dan sepatu olahraga. 
 Pemanasan sebelum peregangan atau berolahraga. 
 Regangkan antara pemanasan dan berolahraga, dan kemudian lagi setelah berolahraga. 
 Memperkuat otot kaki, terutama otot betis. 
 Uji cedera setelah berolahraga. 

L.I. 3.Bioetik yang dilakukan sebelum pemeriksaan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2004 TENTANG


PRAKTIK KEDOKTERAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,


kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagaimana dimaksud
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa
kesehatan sebagai hak asasi manusia harus diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya

30
kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau oleh masyarakat; c. bahwa penyelenggaraan praktik kedokteran yang
merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan
oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan
yang secara terus- menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan
berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar
penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; d. bahwa untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada penerima
pelayanan kesehatan, dokter, dan dokter gigi, diperlukan pengaturan mengenai penyelenggaraan
praktik kedokteran; e. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf
d perlu membentuk Undang-Undang tentang Praktik Kedokteran;

Mengingat: Pasal 20 dan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN. 

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan :


1. Praktik kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi
terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan.
2. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri

31
yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
3. Konsil Kedokteran Indonesia adalah suatu badan otonom, mandiri, nonstruktural, dan
bersifat independen, yang terdiri atas Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran
4. Sertifikat kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter
atau dokter gigi untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.
5. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap dokter dan dokter gigi yang telah memiliki
sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara
hukum untuk melakukan tindakan profesinya.
6. Registrasi ulang adalah pencatatan ulang terhadap dokter dan dokter gigi yang telah
diregistrasi setelah memenuhi persyaratan yang berlaku.
7. Surat izin praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada dokter dan dokter
gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran setelah memenuhi persyaratan.
8. Surat tanda registrasi dokter dan dokter gigi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Konsil
Kedokteran Indonesia kepada dokter dan dokter gigi yang telah diregistrasi.
9. Sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang
dapat digunakan untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi.
10. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada dokter atau dokter gigi.
11. Profesi kedokteran atau kedokteran gigi adalah suatu pekerjaan kedokteran atau kedokteran
gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui
pendidikan yang berjenjang, dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat.
12. Organisasi profesi adalah Ikatan Dokter Indonesia untuk dokter dan Persatuan Dokter Gigi
Indonesia untuk dokter gigi.
13. Kolegium kedokteran Indonesia dan kolegium kedokteran gigi Indonesia adalah badan yang
dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas
mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.

32
14. Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk
menentukan ada tidaknya kesalahan yang dilakukan dokter dan dokter gigi dalam penerapan
disiplin ilmu kedokteran dan kedokteran gigi, dan menetapkan sanksi.
15. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

BAB II
ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2
Praktik kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat,
keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan dan keselamatan pasien. 
Pasal 3
Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk :
a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter
dan dokter gigi; dan
c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.

33
DAFTAR PUSTAKA

Anderson Silvia Prince.(1996). PatofisiologiKonsepKlinik Proses-proses


Penyakit.PenerbitBukuKedokteran. EGC, Jakarta.

Atkinson, Todd S; Mark Easley. 2001. ”Complete Ruptures of the Achilles Tendon”. Medscape
Orthopaedics.

Banks, Alan S. et al. 2001. “Foot and ankle surgery Third Edition”. Lippincott Williams
&Wilkins : USA.

Dorland. 2008. KamusSakuKedokteran Ed.28. Jakarta : EGC

FakultasKedokteran Indonesia. 2011. FarmakologidanTerapiEdisi 5. Jakarta

Mafulli, Nicola; Per Renstrom; Wayne B L. 2005. “Tendon Injuries : Basic science and clinical
medicine”. Springer : London.

Moore, Keith L.; Arthur F. Dalley. 2013. “AnatomiBerorientasiKlinisEdisiKelimaJilid 2”.


Jakarta: PenerbitErlangga.

Noor, Zairin. 2016. “Buku Ajar GangguanMuskuloskeletalEdisi 2”. Jakarta: SalembaMedika.

Scuderi, Giles R. 2010. “Minimally Invasive Surgery In Orthopedics”. Springer Science : USA.

Penerbitbukukedokteran EGC. 2012. Sobottajilid 2 edisi 23. Jakarta

Syamsir, HM. (2011). KinesiologiGerakTubuh Manusia.2011.


Jakarta :FakultasKedokteranUniversitasYarsiBagianAnatomi.

34

Anda mungkin juga menyukai