Anda di halaman 1dari 19

BLOK MUSKULOSKELETAL

“Sulit Berjalan”

Kelompok B – 03
Ketua : Tira Mutiara 1102017232
Sekretaris : Yola Agusfia Putri 1102017244
Anggota : Moehammad Adriansyah 1102017139
Nabila Raihani Susanto 1102017163
Nina Namira Putri Amiria 1102017169
Rizky Ayu Purbosari 1102017203
Salsabila Gifita 1102017209
Tiara Sugirahmah Auliyah 1102017231
Tyas Nursafira Salsabila 1102017237

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2017/2018
Jl. Letjen. Suprapto, RT. 10 / RW. 5, CempakaPutihTimur, Jakarta Pusat, 10510
Telp. +62 21 4206675 Fax. +62 21 4243171
Daftar Isi
1. Skenario..........................................................................................................................3
2. Kata sulit........................................................................................................................4
3. Brainstorming.................................................................................................................4
4. Hipotesis.........................................................................................................................5
5. Sasbel.............................................................................................................................6
6. LI. I Memahami dan Menjelaskan Tendon Achilles
 L.O 1.1 Makroskopik...............................................................................................7
 L.O 1.2 Mikroskopik................................................................................................7
 L.O 1.3 Kinesiologi..................................................................................................8
7. LI II Memahami dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles
 L.O 2.1 Definisi........................................................................................................9
 L.O 2.2 Etiologi......................................................................................................10
 L.O 2.3 Patofisiologi..............................................................................................10
 L.O 2.4 Manifestasi Klinis.....................................................................................10
 L.O 2.5 Diagnosis & Diagnosis Banding...............................................................11
 L.O 2.6 Tatalaksana................................................................................................14
 L.O 2.7 Pencegahan...............................................................................................18
 L.O 2.8 Prognosis...................................................................................................18
8. Daftar pustaka..............................................................................................................19

2
SKENARIO 2

SULIT BERJALAN

Seorang laki-laki atlet sprinter berusia 35 tahun datang ke UGD Rumah sakit dengan keluhan
sulit berjalan dan nyeri sekali di pergelangan kaki kanannya sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
ini di rasakan saat berlari cepat pada latihan,ketika berlari tiba-tiba kaki kanannya berbunyi
krek dan langsung berhenti berlari.Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum
baik,tanda vital baik.Pergelangan kaki kanan nyeri bila di tekan dan Tes Simmonds tidak
didapatkan plantar fleksi kaki

3
Kata-kata Sulit

1. Tes Simmonds : Tes yang dilakukan untuk mengetahui kelainan pada tendon.
2. Plantar fleksi : gerakan meluruskan telapak kaki

Pertanyaan
1. Apa diagnosis pasien pada kasus ini?
2. Apa yang menyebabkan pasien sulit berjalan dan nyeri pada kaki kanan?
3. Mengapa kaki pasien berbunyi krek?
4. Mengapa tidak ditemukan plantar fleksi pada pasien?
5. Bagaimana penanganan pertama pada pasien tersebut?
6. Mengapa keluhan hanya terdapat pada pergelangan kaki kanan?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus tersebut?
8. Apakah terapi yang diberikan pada pasien?
9. Faktor apa saja yang menyebabkan pasien pada kasus?
10. Otot apa saja yang bekerja pada saat plantar fleksi?

Jawaban
1. Cidera pada Tendon Achilles
2. - kurangnya pemanasan dan istirahat
- Terlalu banyak latihan
3. Karena beban terlalu berat di tumpu sehingga menyebabkan cidera
4. Karena adanya cidera pada Tendo Achilles
5. Kompres dengan air es dan bidai
6. - kurangnya pemanasan (tidak maksimal) pada kaki kanan
- Tumpuan pada kaki kanan terlalu berat
7. X-Ray, USG, Tes Simmonds, MRI, Obrion’s Test
8. Pasien diberikan pereda nyeri
9. - Umur, gaya hidup, pola makan, profesi
- Lonjakan kecepatan yang terjadi tiba tiba dalam posisi diam
- Regangan yang besar pada tendon achilles
10. M. gastrocnemius, M. soleus, M.plantaris, M. pereneus Longus, M. Pereneus Brevis,
M. Flexor halluces longus, M. tibialis posterior, M. flexor digitorum brevis.

4
Hipotesis

Nyeri pada pergelangan kaki pasien terjadi karena adanya ruptur pada Tendo Achilles
yang disebabkan karena kurangnya pemanasan yang maksimal di kaki kanan pada saat
latihan dan kelebihan beban pada tumpu kaki kanan. Terjadinya ruptur Tendon Achilles
mempengaruhi gerakan plantar fleksi. Untuk menegakkan diagnosis poada kasus ini, dapat
dilakukan dengan Tes Simmonds, MRI, Multes, Obrion’s Test, USG, X-Ray, serta
penanganan awalnya dikompres dengan air es dan bidai.

5
SASARAN BELAJAR

LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Tendon Achilles

1.1 Makroskopik
1.2 Mikroskropik
1.3 Kinesiologi

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles

2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 patofisiologi
2.4 Manifestasi Klinis
2.5 Diagnosa dan Diagnosa Banding
2.6 Tatalaksana
2.7 Pencegahan
2.8 Prognosis

6
LO 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Tendon Achilles

1.1 Makroskopik

Tendon Achilles atau Tendon calcaneus adalah tendon pada bagian belakang
tungkai bawah dan fungsinya untuk meletakkan otot gastronemius dan otot soleus
kesalah satutulang penyusunan pegelangan kaki calcaneus. Tendon achilles berasal
gabungan dari tigaotot yaitu M. Gastronemius, M. soleus,dan M. plantaris kaki, pada
manusia letaknya tepat dibagian pegelangan kaki.Tendon achilles adalah tendon tendon
yang tertebal dan terkuat pada tubuh manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai
dari pertengahan tungkai bawah.Kemudian stukturnya mengumpul dan melekat pada
bagian tengah–belakang tulang calcaneus.

1.2 Mikroskopis tendon Achilles

Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95% dari
kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil. Serat
elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika serat elastin ada
pada tendon dalam proporsi yang besar maka akan ada penurunan dalam besarnya
gaya yang ditransmisikan ke tulang.

Fibril kolagen terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh


limfatik serta saraf. Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh
epitenon dan membentuk struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh
paratenon, terpisah dari epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan
pergerakan tendon dengan mengurangi pergesekan.

7
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe I,
tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe-III. Fibroblast
dari tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe-I dan tipe-III pada
kultur. Kolagen tipe-III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan arena itu dapat
mempengaruhi putusnya tendon secara spontan.

Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular yang terorganisir


dengan baik, sangat berbeda dengan tendon yang putus. Tenosit, yang merupakan
fibroblast khusus, muncul pada potongan longitudinal. Pengaturan yang baik ini
disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom
tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks
eksraseluler dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen.

1.3 Kinesiologi

a. Tendon Achilles terletak pada articulatio talocruralis.


b. Jenis sendi: sendi engsel/gynglimus
c. Gerak:
1. Dorsofleksi: M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M. peroneus
tertius dan M. extensor hallucis longus.
2. Plantar fleksi: M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis
longus, M. peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
d. Sumbu gerak:
Sumbu gerak pada sendi ini adalah sumbu frontal yang berjalan dari
craniomedialis pergerakan pada articulation talocrularis, punya sumbu gerak frontal
yang berjalan dari craniomedialis ujung bawah malleolus medialis sampai
caudolateralis ujung bawah malleolus lateralis membentuk sumbu transversal 7
derajat & sumbu frontal 13 derajat dari bidang frontal.

Pada Art. Talocruralis dalam sikap dorso fleksi, gerakan pronasi dan supinasi
terbatas, karena bagian depan trochlea tali lebih lebar daripada bagian belakang
sehingga lebih memungkinkan terjepitnya trochlea tali oleh malleolus lateralis dan
medialis.

8
LO 2. Memahami dan Menjelaskan Ruptur Tendon Achilles

2.1 Definisi
Ruptur tendon achilles adalah robek atau terputusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh suatu cedera dari perubahan posisi kaki
secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsofleksi pasif maksimal, atau akibat
suatu trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis. (Noor, Zairin)

KlasifikasiRuptur Tendon Achilles

1. Rupture tendon Achilles sebagian (partially tear):menyebabkangejala yang ringan.


Diagnosis strain ligamen lateral samadengan yang total tetapi dengan pemeriksaan
foto stres tidak ditemukan adanya robekan. Pengobatan dengan pemasangan verban
elastis atau pemasangan gips dibawah lutut.
2. Rupture tendon Achillespenuh (complete tear): menyebabkan rasa sakit dan hilangnya
kekuatan serta gerakan secara tiba-tiba. Complete tear ini menyebabkan tidak
terhubungnya otot betis dengan tumit sehingga otot betis tidak dapat lagi mendorong
kaki, dan penderita akan kesulitan dalam berjalan secara normal. Jika tendon Achilles
dijepit dengan ibu jari dan telunjuk, akan menunjukkan celah pada tendon Achilles.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinik serta foto stres pada
pergelangan kaki. Pengobatan dengan rest orasi ligamen secara konservatif atau
operatif.
3. Robekan pada ligamen medial (ligamen deltoid): Robekan terjadi karena adanya
trauma abduksi. Robekan dapat bersama-sama dengan lepasnya fragmen kecil pada
robekan ligamen lateral. Pengobatan seperti robekan ligamen lateral

9
2.2 Etiologi
Ruptur Tendon Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba-tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendon dapat terjadi saat berlari, melompat,
bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian. Dalam beberapa
kasus putusnya tendon Achilles terjadi pada tendon yang kurang menerima aliran
darah. Tendon juga dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia. Putusnya
tendon Achilles juga bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak jumlah tekanan pada
tendon Achilles.

Penyebab lainnya juga bisa karena:


a. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
b. Obat - obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang
dapat meningkatkan risiko pecah
c. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
d. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
e. Obesitas

2.3 Patofisiologi
Ruptur traumatik tendon achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendon,
akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan
dorsofleksi pasif maksimal sehingga terjadi aktivitas di mana kontraksi mendadak
pada otot betis dengan kaki terfiksasi dengan kuat ke bawah dan di luar kemampuan
batas tendon achilles untuk menerima suatu beban. (Noor, Zairin)
Rupture tendon Achilles hanya dapat terjadi jika tendo itu telah rusak
sebelumnya oleh pembebanan salah yang kronis atau beban yang berlebihan (mis.
Pada atlet pelompat tinggi). Mikrotrauma yang berulang-ulang mengurangi sirkulasi
darah dan menyebabkan tendon ini mengalami degenerasi, sehingga lambat laun
tendo ini akan kehilangan kekuatannya. Keadaan ini khususnya berdampak sangat
drastis pada tendo yang sudah memiliki aliran darah yang sangat jelek, yaitu pada
sekitar 2-6 cm sebelah proksimal insersi tendo pada tuber calcnanei. Karenaitu,
rupture di daerah ini pada akhirnya hanya dicetuskan oleh sebuah trauma ringan.
Rupture itudisertai oleh bunyi yang menyerupai hentaakan cambuk. Setelah itu,
fleksi plantar yang aktif hilang dan hanya tersisa fleksi ringan. (Prometheus hal
488.Edisi 3. 2014)

2.4 Manifesti Klinik


1. Rasa sakit mendadak dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki/betis
2. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan
3. Sebuah kesenjangan / depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas tulang
tumit
4. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik

10
Sedangkan menurut (kevin,2010) gejala klinis dari rupture tendon Achilles ini
meliputi :

1. Biasanya, snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang pergelangan kaki.
2. Pasien mungkin menggambarkan sensasi ditendang di bagian belakang kaki.
3. Nyeri bisa berat.
4. Nyeri lokal, bengkak dengan gamblang sepanjang tendon Achilles dekat
lokasipenyisipan, dan kekuatan plantarflexion lemah aktif semua bisa
menegakkandiagnosis.
5. Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakan di bagian belakang pergelangan
kakiatau betis
6. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan kelemahan di dekat tumit
7. Sebuah kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2 cm di atas
tulangtumit
8. Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau “push off” kaki terluka ketika
berjalan.
9. Pasien merasa seolah-olah ia telah dipukul tepat pada tumitnya dan tidak bisaberjinjit.
10. Apabila ada robekan,suatu celah dapat dilihat dan terasa 5 cm diatas insersio tendon.
11. Plantar flexi kaki akan lemah dan tidak disertai dengan tendon

2.5 Diagnosa dan Diagnosa Banding


Diagnosis

Dalam mendiagnosis ruptur tendo achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan kaki
akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedera terjadi dan
apakah pasien tersebut sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami.
Rentang gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki
terluka dan pergelangan kaki.
Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang kurang dalam
mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami kesulitan naik
pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan dapat
dilakukan melaluipemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli bedah dapat
memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.
1. Anamnesis, adanya keluhan:
a. Nyeri di daerah pergelangan kaki hingga ke betis
b. Kaku di pagi hari
c. Tidak dapat atau kurang mampu menggerakan kaki (terutama fleksi)
d. Inspeksi
a. Pembengkakan di daerah pergelangan kaki
b. Deformitas atau perubahan bentuk
e. Palpasi
a. Terdapat lokasi tenderness/ nyeri tekan pada lokasi tendon Achilles
b. Temperature pada daerah tendon Achilles sedikit lebih tinggi
c. Terjadi spasme otot terutama pada musculus gastrocnemius

11
2. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan umum kaki dan pergelangan kaki, berkonsentrasi pada
area tertentu sebagai berikut:
a. Periksa untuk kelembutan pergelangan kaki posterior, bengkak, atau jeda
yang teraba ditendon.
b. Periksa kekuatan otot. Pasien masih mungkin dapat plantar fleksi
pergelangan kaki dengan kompensasi dengan otot lain, tetapi kekuatan
akan lemah. Single-ekstremitas meningkat tumit tidak akan mungkin.
3. Tes lutut fleksi (Tes Matles)
Pasien diminta untuk aktif melenturkan lutut sampai 90 derajat sambil
berbaring rawan dimeja periksa. Selama gerakan ini, jika kaki pada sisi yang
terkena jatuh ke netral atau dorso fleksi, diagnosis ruptur tendon achilles
dapat ditegakkan.
4. Thompson Test
Pertama kali ditemukan oleh Simmonds dan dipopulerkan oleh
Thompson - Doherty. Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien
diremas. Apabila tendo achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi
tendo Achilles. Namun apabila terjadi ruptur, maka tidak ada pergerakan.
a. Pasien berbaring diatas kasur dengan posisi kaki menghadap kebawah.
b. Tungkai bawah agak menggantung dipinggir kasur.
c. Kemudian otot gastrocnemius pasien diremas. Dilihat ada tidaknya
gerakan plantar fleksi pada tendo achiles.
d. Uji Thompson (+) bila tak ada gerakan plantar fleksi kaki.

Gambar: Tes Thompson

5. Obrien’s Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak
dorso fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi pertanda
bahwa tendo Achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum
tidak  bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur. Tidak
disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.
6. Tes Sphygmomanometer
Untuk tes ini, manset Sphygmomanometer melilit betis di bagian
tengah sementara pasien berbaring rawan. Manset mengembang hingga 100
milimeter merkuri (13,33 kilopascal) dengan kaki di fleksi plantar. Kaki

12
kemudian dorso fleksi. Jika tekanan naik sampai sekitar 140 milimeter
merkuri (18,66 kilopascal), unit musculotendinous dianggap utuh. Namun,
jika tekanan tetap sekitar 100 milimeter merkuri (13,33 kilopascal), maka
diagnosis ruptur tendon Achilles dapat ditegakkan.
7. Copeland Test
Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorso fleksi secara pasif. Apabila tendo utuh,
maka tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila tendo mengalami
ruptur, tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.
Maffuli mengevaluasi sensitivitas, spesifisitas dan prediktif dan nilai
dari tes pijat betis, jarak teraba, tes Matles, tes jarum O’Brien dan tes
sphygmomanometer tes dari 174 ruptur tendon Achilles lengkap. Semua
tes menunjukan nilai prediksi positif tinggi, namun tes pijat betis ( test
Thompson ) dan tes Matles ternyata lebih sensitif ( 0,96 dan 0,88 )
dibandingkan tes lain.
8. Radiografi
Untuk mengevaluasi struktur tulang, radiografi biasanya menggunakan
sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat efektif untuk
mengidentifikasi cedera jaringan lunak.
9. USG (Ultrasonografi)
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon, karakter,
dan kehadiran air mata. Alternatif dari MRI dengan biaya relatif lebih murah
tetapi cukup jelas dalam mebedakan ruptur total dengan parsial.
10. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecahan dari degenerasi
tendon achilles, dan juga dapat membedakan antara paretonitis, tendinosis,
dan bursitis. Pemeriksaa MRI dapat menunjukkan ruptur total atau parsial
tendon achilles dengan gambar yang sangat baik. Tes ini jarang dilakukan
karena harganya yang mahal apabila tanda klinis ditemukan dengan jelas.

Diagnosis Banding

1. Calcaneal bursitis

Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirangsang untuk memahami gesekan.Ketika
bursa ini meradang disebut bursitis.Tendo calcaneal bursitis adalah peradangan pada
bursa dibelakang tulang tumit.Bursa ini biasanya membatasi gesekan.Dimana Achilles
tendo fibrosa tebal di belakang tumit meluncur turun naik.

2. Achilles tendoncitis

Cedera ini hanya bisa terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika
berjalan/berlari, tendoncitis adalah sebuah strain kekerasan yang dapat membuat
trauma tendon Achilles dan betis.

13
3. Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh paa tendon Achilles yang juga
menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.

2.6 Tatalaksana
Non Farmakologi
Pengobatan segera yang dilakukan yaitu istirahatkan kemudian diberikan
kompres es batu dan pengangkatan, tujuannya adalah untuk meminimalkan pendarahan
dalam pembengkakan serta untuk mencegah bertambah parahnya cedera.
Membungkus daerah yang mengalami cedera dengan perban elastik dan
mengangkatnya sampai diatas jantung, akan membantu mengurangi pembengkakan,
suatu perban bisa dililitkan secara longgar di sekeliling kantong es batu.
Pengompresan air es yang dilakukan selama 10 menit kemudian dilepaskan,
setelah itu dikompres kembali selama 10 menit, hal ini dilakukan secara bergantian
dalam waktu 1-1,5 jam dan tindakan ini dapat diulang sebanyak beberapa kali selama
24 jam pertama. Pemberian es batu dapat mengurangi nyeri dan pembengkakan pada
daerah yang mengalami cedera karena cairan merembes ke dalam pembuluh darah yang
menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah, maka dingin akan mengurangi
kecenderungan merembesnya cairan sehingga mengurangi jumlah cairan dan
pembengkakan didaerah yang terkena. Pemberian es batu juga menurunkan suhu kulit
di sekitar daerah yang terkena, sehingga akan mengurangi kejang otot. Dingin juga
akan mengurangi kerusakan jaringan karena proses seluler yang lambat. Namun
pengompresan yang lama dapat mengakibatkan jaringan rusak, jika suhu sangat rendah
(sampai sekitar 15 derajat celcius), kulit akan memberikan reaksi yang sebaliknya, yaitu
menyebabkan melebarnya pembuluh darah, kulit tampak merah, hangat, gatal, dan bisa
saja terluka dan efek tersebut biasanya terjadi sekitar 4-8 menit setelah es diangkat,
karena itu es harus diangkat sebelum efek tersebut terjadi, baru di kompreskan lagi 10
menit kemudian. Pendinginan dapat mengurangi latihan berat secara bertahap sebelum
latihan di hentikan dan dapat mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah,
jika latihan berat tiba - tiba dihentikan maka darah akan berkumpul didalam vena
tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala.
Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari
otot), tetapi tampaknya pendinginan tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya,
yang disebabkan oleh kerusakan serat - serat otot.

14
1. Terapi fisik
Banyak rehabilitasi tersedia. Umumnya, terapi awalnya melibatkan progresif, gerakan
kaki aktif dan berkembang menjadi berat tubuh dan memperkuat. Ada dua hal yang
perlu diingat saat merehabilitasi sebuah Achilles pecah: 
a. Rentang gerak, rentang gerak ini penting karena dibutuhkan dalam pikiran
ketatnya tendon yang diperbaiki. Ketika awal rehabilitasi pasien harus melakukan
peregangan ringan dan meningkatkan intensitas sebagai waktu mengizinkan dan
nyeri.
b. Kekuatan fungsional, tendon ini penting karena merangsang perbaikan jaringan
ikat, yang dapat dicapai saat melakukan "peregangan pelari," (menempatkan jari-
jari kaki beberapa inci sampai dinding sementara tumit Anda ada di tanah).
Melakukan peregangan untuk mendapatkan kekuatan fungsional juga penting
karena meningkatkan penyembuhan pada tendon, yang pada gilirannya akan
menyebabkan kembali cepat untuk kegiatan. Peregangan ini harus lebih intens dan
harus melibatkan beberapa jenis berat bantalan, yang membantu reorientasi dan
memperkuat serat kolagen di pergelangan kaki terluka. Sebuah hamparan populer
digunakan untuk tahap rehabilitasi adalah menaikkan kaki pada permukaan yang
tinggi.
2. Pengobatan konservatif
Mobilisasi langsung untuk ruptur tendo Achilles baik secara parsial, maupun
seluruhnya. Latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan ruptur tendo
Achilles.
Pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan untuk tumit agar
ujung tendon dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari pemakaian boot ini
adalah pasien dapat bergerak.
Pada robekan parsial dilakukan pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama
4 – 6 minggu dalam posisi fleksi 30° - 40° pada lutut dan fleksi plantar pada
pergelangan kaki.

15
Gambar: boot orthosis

Fisioterapi, dengan kaki menggantung melatih dorsofleksi secara aktif dan


fleksi plantar pasif, yang memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada
minggu ke-4, orthosis dibawa ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama
seperti minggu sebelumnya. Pada minggu ke-6, pasien diizinkan untuk menanggung
berat badan yang ditoleransi sambil mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka
juga diperbolehkan untuk melepas orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien
diperbolehkan melepas orthosis dan kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan
dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures, 2 di bedah dan 1 pada kelompok non-bedah.
Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari tangga, dan yang lainnya ditabrak mobil saat
mencoba menghentikan perampokan. Pasien non-bedah, tergelincir dari tanggul di
minggu ke-16. Semua reruptures dirawat melalui pembedeahan. Lainnya, protokol
konservatif yang lebih baru menggunakan periode nonweight – bearing - casting,
baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di equinus sekitar 2 - 4 minggu, dan
kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat fleksi plantar ke netral pada
interval 2 hingga 4 minggu.

3. Tindakan pembedahan
a. Operasi Terbuka
Pada operasi terbuka sebuah sayatan dibuat di bagian belakang kaki dan
tendon Achilles di jahit bersama-sama. Pada ruptur lengkap atau serius tendon
plantaris atau sisa otot yang lain ditanam dan dibungkus di sekitar tendon Achilles,
untuk meningkatkan kekuatan perbaikan tendon. Jika kualitas jaringan buruk,
misalnya cedera yang diabaikan, ahli bedah mungkin menggunakan jaringan
penguat seperti kolagen, artelon, atau material terdegradasi lainnya.
Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat
pemasangan orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke
plantar atau sedikit dalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai
bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah
perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak, berenang,
bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat
tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali
dalam jangka waktu 4 bulan.
b. Operasi Perkutan
Pada operasi perkutan, ahli bedah membuat beberapa sayatan kecil dan
menjahit kembali tendon bersama melalui sayatan. Operasi bisa di tunda sekitar

16
satu minggu setelah terjadi ruptur untuk mendinginkan atau menurunkan
pembengkakan. Untuk pasien yang menetap dan yang mengalami vasculopati atau
risiko penyembuhan buruk, operasi perkutan bisa menjadi pengobatan yang lebih
baik dibandingkan operasi terbuka. Efek sampingnya adalah dapat terjadi kerusakan
saraf.
Setelah kedua jenis operasi, kemungkinan akan mengenakan gips, boot
berjalan, atau perangkat serupa untuk 6-12 minggu. Pada awalnya, boot diposisikan
untuk menjaga kaki menunjuk ke bawah untuk menyembuhkan tendon. Boot
kemudian disesuaikan secara bertahap untuk meletakkan kaki dalam posisi netral
(tidak mengarah ke atas atau bawah). Waktu pemulihan total mungkin akan selama
6 bulan.
Lebih dari 80 orang dari100 orang yang menjalani operasi untuk ruptur tendon
Achilles dapat kembali ke semua aktivitas yang mereka lakukan sebelum cedera,
termasuk kembali berolahraga. Meskipun operasi perkutan secara tradisional
dipandang memiliki tingkat rerupture tinggi dibandingkan operasi terbuka, studi
menunjukkan bahwa tingkat rerupture keduanya sebenarnya sama besar. Sekitar 5
orang dari 100 orang yang melakukan operasi untuk ruptur tendon Achilles akan
rerupture setelah operasi. Operasi Terbuka lebih besar kemungkinannya daripada
operasi perkutan untuk menghasilkan komplikasi masalah penyembuhan luka. Tapi
kerusakan saraf lebih mungkin dapat terjadi pada operasi perkutan. Teknik - teknik
baru untuk operasi perkutan dapat membuat kemungkinan kerusakan saraf kurang
lebih sedikit dibandingkan ketika teknik lama. Sulit untuk membandingkan hasil
operasi, karena usia dan aktivitas yang berbeda. Keberhasilan operasi bergantung
pada pengalaman dokter bedah, jenis prosedur bedah yang digunakan, tingkat
kerusakan tendon, seberapa cepat setelah pecah operasi dilakukan, dan seberapa
cepat program rehabilitasi dimulai setelah operasi dan seberapa baik pasien
mengikutinya.Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur tendon Achilles telah
dilaporkan memiliki tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture,
peningkatan kekuatan otot pasca operasi, dan daya tahan, membutuhkan waktu
yang lebih singkat agar dapat kembali beraktivitas normal jika dibandingkan
dengan tindakan konservatif. Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi luka
seperti infeksi, drainase, pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit lebih tinggi
daripada tindakan non-operasi.
Farmakologi

1. Ibuprofen
DOC bagi pasien menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, menghambat
reaksi inflamasi dan menurunkan nyeri dengan menghambat sintesis
prostaglandin Analgesik 
2. Asetaminofen
DOC pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, orang dengan gangguan
GI tract bagian atas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri
memiliki efek sedatif.

17
3. Penyuntikan kortikosteroid ke dalam sendi yang terluka atau jaringan
disekitarnya bisa mengurangi nyeri dan pembengkakan, akan tetapi efek dari
penyuntikan yang dilakukan dapat mengakibatkan penyembuhan terlambat dan
dapat meningkatkan resiko kerusakan tendon dan tulang rawan dan
memperburuk cedera karena memungkinkan penderita menggunakan sendinya
yang terluka sebelum sembuh total.

2.7 Pencegahan
Untuk mengurangi kemungkinan berkembangnya masalah pada tendon achilles, hal
berikut ini dapat dilakukan:

- Meregangkan dan menguatkan otot betis. Meregangkan betis hingga terasa


suatu tarikan yang tidak nyeri. Jangan dihentakkan atau melompat ketika sedang
meregangkan. Aktivitas ini dapat juga membantu absorbsi otot dan tendon lebih
kuat dan mengurangi cedera
- Variasikan jenis olahraga dan mempadukannya antara yang berat dan ringan.
Hindari aktivitas yang membuat regangan berlebihan pada tendon achilles,
seperti mendaki, lari turun bukit, dan melompat
- Perhatikan permukaan tempat berlari, hindari berlari pada tempat yang licin dan
terlalu padat dan keras. Gunakan juga sepatu olahraga yang memiliki bantalan
bada bagian tumit
- Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Cedera pada tendon achilles
biasanya terjadi setelah meningkatkan intensitas latihan secara tiba-tiba.
Peningkatan baiknya tidak lebih dari 10% per minggu.

2.8 Prognosis
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali
normal. Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil
kemungkinannya untuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru
bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga,
setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fakultas Kedokteran Indonesia. 2011. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta

Muttaqin, A. 2011. Buku Saku Gangguan Musculoskeletal. EGC. Jakarta

Syamsir, HM. (2011). Kinesiologi Gerak Tubuh Manusia.2011. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Yarsi Bagian Anatomi.

Anderson, 1999, Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia, Jones and barret Publisher Boston,
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta, EGC

Sammarco, V.2009.Perbaikan Bedah Tibialis Anterior Ruptur Tendon Akut dan


Kronis.Jakarta.EGC:200-210

Muttaqin, A.(2011). Buku Saku Gangguan Musculosceletal. EGC: Jakarta.

Sudoyo AW, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi IV, jilid III, FKUI, Jakarta

Prometheus hal 488.Edisi 3. 2014

(https://www.aofas.org/education/OrthopaedicArticles/Achilles-Tendon-Rupture.pdf)

19

Anda mungkin juga menyukai