Anda di halaman 1dari 41

WRAP UP SKENARIO 2

DROP FOOT

Kelompok : B-6

Ketua : Bella Khoiriyah Insani (1102019041)

Sekretaris : Qatrunnada Zulfa Salsabila (1102019167)

Anggota : 1. Bella Khoiriyah Insani (1102019041)

2. Dani Mulya Arrafi (1102019052)

3. Fahmi Yudin (1102019071)

4. Kartika Dwi Suryani (1102019105)

5. Muhammad Fathurrahman S. (1102019133)

6. Qatrunnada Zulfa Salsabila (1102019167)

7. Denis Tri Lestari (1102019235)

8. Aulia Najmi Yatrib’ul F. (1102019242)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS YARSI

JL. LETJEND SUPRAPTO, CEMPAKA PUTIH

JAKARTA 10510

TELP. 62.21.4244574 FAX. 62.21.4244574

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
SKENARIO 2.......................................................................................................................................3
KATA SULIT......................................................................................................................................4
PERTANYAAN SEMENTARA.........................................................................................................5
JAWABAN...........................................................................................................................................6
HIPOTESIS.........................................................................................................................................7
SASARAN BELAJAR.........................................................................................................................8
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis Tendon Achilles
serta Kinestiologi...............................................................................................................................9
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Rupture Tendon Achilles...................................................15
LO.3. Memahami dan Menjelaskan Prinsip Bioetik yang Dilakukan Sebelum Pemeriksaan
Nyeri................................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................38

2
SKENARIO 2

DROP FOOT

Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan kaki kanannya
sulit melangkah. Keluhan ini dirasakan saat bermain tenis lapangan, ketika berlari tiba-tiba
terdengar bunyi “krek” lalu kaki kanannya tidak dapat digunakan untuk menapak. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum dan tanda vital baik. Pergelangan kaki kanan
nyeri bila ditekan dan test Simmonds tidak didapatkan plantar fleksi kaki kanan.

3
KATA SULIT

1. Test Simmonds : Tes klinis untuk mendeteksi adanya kelainan pada tendon
achilles.
2. Plantar : Dorsal fleksi jempol kaki pada stimulasi pada permukaan
plantar terjadi pada lesi saluran pyramidal atau penekukan
telapak kaki.
3. Fleksi : Gerakan menekuk atau memperkecil sudut antara dua tulang.

4
PERTANYAAN SEMENTARA

1. Pemeriksaan lain apa yang dilakukan selain pemeriksaan tes simmonds?


2. Otot dan saraf apa saja yang bekerja pada saat melakukan plantar fleksi?
3. Di bagian mana yang memungkinkan terjadinya bunyi “krek”?
4. Pertolongan pertama apa yang dilakukan untuk drop foot?
5. Apa penyebab dari rasa nyeri pada pasien ?
6. Apa saja faktor resiko yang menyebabkan drop foot ?
7. Bagaimana pencegahan agar tidak terjadi drop foot ?
8. Bagaimana prosedur pemeriksaan tes simmonds?
9. Apa penyebab terjadinya drop foot ?
10. Mengapa dilakukan tes simmonds?
11. Kenapa tidak bisa plantar fleksi ?
12. Terapi apa yang dilakukan untuk drop foot ?
13. Apa gejala dari pecahnya tendon achilles ?

5
JAWABAN

1. Tes Mateles : Pasien dalam keadaan pronasi, lutut diposisikan 90 derajat, pasien
dibius, jika mengalami plantar fleksi maka tidak ada trauma, jika mengalami plantar
fleksi maka ada trauma.
2. Otot gastrocnemius yang dipersarafi dengan nervus tibialis, otot soleus, otot plantaris
yang terhubung dengan tendon achilles.
3. Di atas ossa calcaneus tepatnya pada tendon calcaneus.
4. Metode RICE ( Rest, Ice, Compression, Elevation ).
5. Nyeri terjadi karena adanya rangsangan pada tendon achilles yang merangsang saraf
sensorik di otak.
6. Obesitas, trauma, olahraga yang ekstrim, faktor usia, pemakaian sepatu yang tidak
sesuai, tidak melakukan pemanasan.
7. Melakukan pemanasan, menyesuaikan sepatu yang digunakan, mengkonsumsi
protein, dan memperbaiki nutrisi agar serat otot menjadi lebih kuat, serta melakukan
teknik berlari dengan benar.
8. Pasien tengkurap, kaki diluruskan, betis diremas, jika normal maka terjadi plantar
fleksi, jika terjadi trauma maka terjadi plantar fleksi.
9. Karena terjadinya gangguan saraf terutama saraf peroneal yang berfungsi mengatur
pergerakan kaki, dan terjadinya gangguan otot.
10. Karena tes simmonds itu pemeriksaan yang bertujuan untuk memeriksa tendon
achilles
11. Karena terjadi rupture di tendon achilles, tendon achilles itu berfungsi sebagai sendi
pada pergelangan kaki.
12. Terapi rehabilitas fisik seperti latihan untuk meningkatkan kekuatan otot kaki,
menggunakan splin untuk mempertahankan postur kaki dan terapi untuk
menstimulasi syaraf, latihan peregangan untuk mengurangi kekakuan otot di daerah
tumit.
13. Ada rasa sakit, dan kemungkinan bengkak pada pergelangan kaki, tidak bisa menapak
atau tidak stabil ketika berdiri, saat terjadi robek pada tendon achilles ada bunyi
“krek”.

6
HIPOTESIS

Pasien mengalami rupture tendon achilles yang ditandai dengan nyeri. Hal ini terjadi
karena adanya rangsangan pada tendon achilles yang merangsang saraf sensorik di otak.
Gejala yang dirasakan adalah ada rasa sakit, tidak bisa menapak atau tidak stabil ketika
berdiri, saat terjadi robek pada tendon achilles ada bunyi “krek”. Untuk mendiagnosis dapat
dilakukan tes simmonds dan tes mateles. Terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
rehabilitas fisik seperti latihan untuk meningkatkan kekuatan otot kaki, menggunakan splin
untuk mempertahankan postur kaki dan terapi untuk menstimulasi syaraf, serta latihan
peregangan untuk mengurangi kekakuan otot di daerah tumit.

7
SASARAN BELAJAR

LO.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis Tendon


Achilles serta Kinestiologi

LO.2. Memahami dan Menjelaskan Rupture Tendon Achilles

LO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rupture Tendon Achilles

LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rupture Tendon Achilles

LO.2.3. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Rupture Tendon Achilles

LO.2.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Rupture Tendon Achilles

LO.2.5. Memahami dan Menjelaskan Cara Mendiagnosis Rupture Tendon Achilles

LO.2.5.1. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Klinis Rupture Tendon


Achilles

LO.2.5.2. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ( Radiologi )


Rupture Tendon Achilles

LO.2.6. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana dan Pencegahan Rupture Tendon


Achilles

LO.2.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi dan Prognosis Rupture Tendon


Achilles

LO.3. Memahami dan Menjelaskan Prinsip Bioetik yang Dilakukan Sebelum


Pemeriksaan Nyeri

8
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis dan Mikroskopis Tendon
Achilles serta Kinestiologi
ANATOMI MAKROSKOPIS TENDON ACHILLES

Tendon merupakan bagian dari sistem gerak, berupa jaringan ikat yang berfungsi
sebagai penghubung antara otot dan tulang yang memindahkan kekuatan dari otot ke tulang
sehingga menghasilkan gerakan.

Tendon achilles adalah suatu tendon yang tebal dan kuat dari tendon yang ada pada
tubuh manusia yang fungsinya sangat penting untuk stabilitias waktu berjalan. Tendon
Achilles adalah tendon yang menghubungkan otot betis ke heel bone (calcaneus). Menurut
Mark D, Dollard (diterjemahkan Khabib, Jamal., 1997: 107) Tendo Achilles ini terdiri dari
dua buah tendon yang bergabung yaitu otot-otot soleus dan gastrocnemius, otot-otot ini
berada pada bagian belakang tulang tumit. Kumpulan jaringan otot soleus terselip ke dalam
bagian dalam tulang tumit. Di sekeliling kedua tendon tersebut terdapat satu lapisan vaskular
yang amat penting yaitu peritenon yang memelihara suplai darah pada jaringan tendon.

Tendon Achilles adalah tendon terbesar dan terkuat pada tubuh manusia, memiliki
daya regang sampai dengan 12,5 kali berat badan (9 kilonewton [KN]) ketika berlari sprint,
dan 6 sampai 8 kali berat badan ketika melakukan aktivitas atletik seperti melompat atau
bersepeda. Saat kita menggerakan otot betis, tendon achilles menekuk tumit untuk
mendorong telapak kaki ke bawah (Plantarfleksi), memberikan kemampuan untuk berjalan,
berlari, melompat dan memanjat (Rose et al,2013). Pada saat berjalan ke arah distal, tendon
Achilles berotasi ke internal dengan derajat yang bervariasi (kira-kira 90°), sehingga serabut
soleus yang awalnya terletak di sisi posterior
tendon menjadi sisi medial di plantar pedis,
sedangkan serabut gastroknemius yang
awalnya di sisi anterior menjadi sisi lateral.
Rotasi ini memungkinkan tendon untuk
memanjang dan memendek secara elastis,
melepaskan energi yang tersimpan saat fase
berjalan.

9
- M. gastrocnemius adalah otot yang paling superfisial dalam kompartemen posterior
dan membentuk bagian proksimal, paling menonjol pada betis.
- M. soleus terletak di dalam gastrocnemius dan dianggap “kuda beban” plantarfleksi.
M. Soleus merupakan otot besar, lebih rata daripada M. Gastrocnemius. M. Soleus
dapat dipalpasi pada setiap sisi M. Gastrocnemius bila seseorang berdiri pada ujung
jarinya.

ANATOMI MIKROSKOPIS TENDON ACHILLES

Tendon terdiri atas kolagen dan elastin yang terdapat di matriks proteoglikan.
Kolagen berjalan pararel satu sama lain dan bergabung di tendon achilles. Bagian terkecil
dari kolagen adalah kolagen fibril dan tenosit (Tenosit tersusun dengan baik pada deretan
diantara fibril kolagen). Beberapa kolagen fiber terikat bersama membentuk lapisan dalam
tendon disebut fascia. Endotenon mengelilingi fascia untuk menstabilkan dan mengikat
tendon achiles. Endotenon terikat bersama oleh lapisan tendon terakhir yang disebut

10
peritendon. Peritendon di bentuk oleh 3 lapisan, epitenon, mesotenon dan paratenon.
Epitenon merupakan lapisan terdalam yang paling dekat dengan endotenon yang terdiri dari
saraf, pembuluh darah dan limfatik. Paratenon merupakan lapisan terluar.

Tendon Achilles terbungkus oleh paratenon dengan lapisan viseral dan parietal, yang
memungkinkan tendon meluncur sebesar ±1,5 cm (Gambar 2.2). Pada sisi dorsal, medial, dan
lateral, paratenon terdiri dari beberapa membran tipis yang kaya dengan mukopolisakarida,
yang berfungsi sebagai pelumas yang memudahkan tendon bergerak meluncur. Sedangkan di
sisi ventral, paratenon mengandung jaringan lemak kaya pembuluh darah .

Tampak lapisan ganda paratenon (gambar kanan). Mesotenon menghubungkan


lapisan parietal di sisi luar dengan lapisan viseral di sisi dalam, dan juga berfungsi sebagai
jalan bagi pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke tendon. Sisi anterior tendon memiliki
jumlah pembuluh darah yang paling banyak.

11
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi otot
terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon. Sekitar 95% dari kolagen
tendon adalah kolagen tipe-I, dengan jumlah elastin yang sangat kecil. Elastin dapat
menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Jika elastin ada pada tendon dalam proporsi
yang besar, maka akan ada penurunan dalam besarnya gaya yang ditransmisikan ke tulang.
Meskipun tendon Achilles normal hampir seluruhnya terdiri dari kolagen tipe - I,
tendon Achilles yang putus juga berisi proporsi besar dari kolagen tipe - III. Fibroblast dari
tendon Achilles yang putus menghasilkan baik kolagen tipe - I dan tipe - III pada kultur.
Kolagen tipe - III kurang tahan terhadap kekuatan tarikan dan area itu dapat mempengaruhi
putusnya tendon secara spontan. Tendon Achilles normal menunjukkan pengaturan selular
yang terorganisir dengan baik, sangat berbeda dengan tendon yang putus. Pengaturan yang
baik ini disebabkan oleh sekresi kolagen secara sentrifugal yang seragam disekitar kolom
tenosit, yang menghasilkan baik komponen fibriler dan nonfibriler dari matriks eksraseluler
dan juga dapat menyerap kembali serat-serat kolagen.
Tendon :
1. Tendon mengandung kolagen tipe I
2. Tendon mengandung matriks proteoglycan
3. Tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel

struktur
Kolagen (70% dari berat kering tendon)
Glycine (±33%)
Proline (±15%)
Hydroxyproline (±15%)

12
KINESTIOLOGI TENDON ACHILLES

NORMAL

otot gastrocnemius berkontraksi


(memendek)

tendon yang melekat dari otot ke


tulang tumit (calcaneus) bergerak.

Saat memendek, tendon bergerak


ke bawah kaki.

memungkinkan seseorang jinjit,


berlari, melompat, berjalan normal, dan untuk naik turun tangga.

PERGERAKAN

. sumbu gerak frontal yang berjalan dari craniomedialis ujung bawah Maleolus medialis sampai caudolarteralis ujung bawah Maleolus

Dorsoflexi Plantarflexi

pada pergelangan kaki shg bagian atas kaki bergerak


ekstensi
menujupergelangan
tibia anterior
kakidishg
bidang
kaki sagital.
dan/ jari- jari kaki menjauh dari tubuh di bidang sa

alis anterior, M.extensordigitorum longus,


M.gastrocnemius,
M.peroneus M.soleus,
tertius, M.extensor
M.plantaris,
hallucis
M.flexor
longus
hallucis longus, M.peroneus longus & brevis, M

 Dorsofleksi
1. m. tibialis anterior

13
Terletak sepanjang permukaan anterior tibia dari condylus lateralis hingga bagian
medial dari bagian tarsometatarsal. Origonya berada pada tibia dan membrana interossea,
sedangkan insersionya berada pada os. metatarsal I. Otot ini dipersarafi oleh n. fibularis
profundus dan berfungsi melakukan dorsofleksi dan supinasi kaki.
2. m. extensor digitorum longus
Terletak disebelah lateral m. tibialis anterior pada bagian proximalnya dan m.
extensor hallucis longus di bagian distal. Origonya pada tibia dan membrana interossea,
berinsersio pada phalanx medial dan distal digitorum II-V, dipersarafi oleh n. fibularis
profundus. Fungsinya untuk dorsofleksi dan abduksi.
3. m. extensor hallucis longus
Bagian proximalnya terletak dibawah m. tibialis anterior dan m. extensor digitorum
longus, lalu pada bagian tengahnya berada di antara kedua otot tersebut hingga akhirnya pada
bagian distal terletak di superfisial. Berorigo pada fibula dan membrana interossea,
berinsersio pada phalanx distalis digiti I. Dipersarafi oleh n. fibularis posterior dan berfungsi
untuk dorsofleksi.
4. m. fibularis tertius
Merupakan otot kecil yang terletak di lateral m. extensor digitorum longus. Berorigo
pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada os. metatarsal V. Dipersarafi oleh n.
fibularis posterior dan berfungsi untuk dorsofleksi dan pronasi.
 Pronasi
1. m. fibularis longus
Terletak dibagian lateral tungkai bawah, origonya pada fibula dan berinsersio pada os.
metatarsal I. Dipersarafi oleh n. fibularis superficialis dan berfungsi untuk plantarfleksi,
eversio dan abduksi.
2. m. fibularis brevis
Letaknya dibagian posterior dari m. fibularis longus. Berorigo pada fibula dan
berinsersio pada tuberositas ossis metatarsal V. Dipersarafi n. fibularis superficialis dan
berfungsi untuk plantarfleksi, abduksi dan eversio.
3. m. gastrocnemius
Merupakan otot paling luar pada bagian posterior tungkai bawah. Berorigo pada
condylus femoralis dan berinsersio pada tuber calcanei melalui tendo Achilles. m.
gastrocnemius adalah otot yang kuat dan fungsinya sebagai fleksi tungkai bawah serta
plantarfleksi.
4. m. soleus
Berada di bagian dalam dari m. gastrocnemius. Otot ini memiliki fungsi menghambat
gerakan dorsofleksi sehingga gerakan yang dapat dilakukan adalah plantarfleksi. Origonya

14
pada linea musculi solei tibiae et fibula, insersionya pada tuber calcanei serta dipersarafi oleh
n. tibialis.
5. m. tibialis posterior
Merupakan otot yang letaknya paling dalam pada bagian posterior tungkai bawah.
Berorigo pada fibula dan membrana interossea, berinsersio pada tuberositas ossis naviculare.
Dipersarafi oleh n. tibialis dan berfungsi untuk plantarfleksi, supinasi dan mempertahankan
arcus longitudinal.
6. m. flexor hallucis longus
Origonya pada facies posterior fibula, fascia cruris lembar dalam dan membrana
interossea cruris, insersionya pada phalanx distal digiti I. Dipersarafi oleh n. tibialis dan
berfungsi untuk plantarfleksi, inversio dan adduksi.

LO.2. Memahami dan Menjelaskan Rupture Tendon Achilles


LO.2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Rupture Tendon Achilles

 Ruptur tendon Achilles adalah putusnya tendo Achilles atau cedera yang
mempengaruhi bagian bawah belakang kaki. Ini secara khas terjadi ketika seseorang
mengontraksikan atau menegangkan otot betis dan secara mendadak mendorongkan
kakinya, seperti pada olahraga. (worldhealth)

 Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara tiba-tiba
atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal.

Ada 4 klasifikasi ruptur Tendon achilles, yaitu:

Tipe I : Pecah parsial, yaitu sobek yang kurang dari 50%, biasanya diobati dengan
manajemen konservatif

15
Tipe II : sobekan yang penuh dengan kesenjangan tendon kurang dari sama dengan 3
cm, biasanya diobati dengan akhir-akhir anastomosis

Tipe III : sobek yang penuh dengan jarak tendon 3 sampai 6 cm

Tipe IV : perpisahan yang penuh dengan cacat lebih 6 cm

LO.2.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Rupture Tendon Achilles

A.Faktor internal B.Faktor eksternal

Usia -> melemah relatif pada usia 30- Cedera dalam olah raga (seperti
50 tahun melompat dan berputar)
Riwayat ruptur tendon achilles Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/
Pengguanaan kortikosteroid dan fluorokuinolon.Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai
Flourokuinolon menurunkan transkripsi decorinTerlalu
->perubahan
banyakpada
tiaraparsitektur
(meningkatnya
tendon,beban
sifat biomekanik
pada kompleks
->peg
Flexibilitas otot yang rendah (gastrocnemius nya rapat)
Berkurangnya ruang gerak sendi
(dorsofleksi yang terbatas)

Arner dan Lindholms mengklasifikasikan trauma penyebab ruptur tendon Achilles


menjadi 3 kategori, sebagai berikut.

1. Kategori pertama, ketika berat badan bertumpu pada kaki depan saat lutut dalam
keadaan ekstensi. Gerakan ini dapat dilihat saat posisi start sprinter dan saat melompat pada
olahraga basket. Mekanisme seperti ini merupakan penyebab ruptur tendon Achilles
sebanyak 53%.

2. Kategori kedua terjadi secara mendadak, yakni ketika dorsofleksi ankle, misalnya
ketika kaki terpeleset ke dalam lubang atau ketika seseorang jatuh dari tangga. Mekanisme
kedua menyebabkan ruptur Achilles sebanyak 17%.

3. Kategori ketiga merupakan dorsofleksi paksa saat kaki dalam keadaan plantar
fleksi, misalnya ketika jatuh dari ketinggian. Mekanisme ini merupakan penyebab ruptur
Achilles sebanyak 10%.

16
LO.2.3. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Rupture Tendon Achilles

otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi tendon


(saat istirahat) otot yang berlebihan,ketika
memiliki konfigurasi terjadi kontraksiakibat batasan di
bergelombang
,otot belum siap, degenerasi tendon.
Robekan akut atau kronik (pengulangan trauma minor)

serat kolagen rusak -


muncul pada daerah jari kaki kurva tegangan-regangan.
> tendon merespons secara linear -> menin
Stress tensil -> hilangnya konfigurasi bergelombang

• renggangan <4 % ->serat kembali ke konfigurasi asli


mereka pada penghapusan beban
• 4-8 % -> serat kolagen mulai meluncur melewati 1
sama lain karena jalinan antar molekul rusak.
• >8% rupture secara makroskopik karena kegagalan
tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller
dan interfibriller.

17
LO.2.4. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Rupture Tendon Achilles

Menurut (kevin, 2010) gejala klinis dari ruptur tendon achilles meliputi :

Gejala Tanda

snap tiba-tiba atau pop dirasakan di bagian belakang


Terlihat
pergelangan
bengkak dan kaki
kaku serta tampak memar dan kelema
sensasi ditendang di bagian belakang kaki kesenjangan atau depresi dapat dilihat di tendon sekitar 2-3
Nyeri bisa berat Apabila ada robekan, suatu celah dapat dilihat dan terasa 5
Rasa sakit mendadak dan berat dapat dirasakanPlantar
di bagian
flexibelakang
kaki lemah
pergelangan
dan tidak kaki
disertai
ataudengan
betis tendon
seolah-olah dipukul tepat pada
tumitnya dan tidak bisa berjinjit
Tumit tidak dapat digerakan turun atau naik atau “push off” kaki terluka ketika berjalan

Guideline yang dikeluarkan American Academy of Orthopaedic surgeons (AAOS)


menyatakan bahwa diagnosis dapat ditegakkan apabila ditemukan dua atau lebih dari gejala
berikut :

1. Tes Thompson positif (penekanan otot betis pada posisi supine tidak menimbulkan
plantar fleksi pasif).

2. Pengurangan kekuatan plantar fleksi.

3. Defek pada saat palpasi distal dari lokasi insersio.

4. Peningkatan kekuatan dorsofleksi pada keadaan istirahat (Matles test).

Adanya edema dan memar tidak dapat dijadikan acuan diagnosis. Defek pada daerah
tendon tekadang sulit untuk dinilai akibat edema jaringan. Gerakan plantar fleksi terbatas
masih dapat terlihat akibat beberapa tendon lainnya (fleksor jari kaki, tibialis posterior,
peronei dan plantaris).

LO.2.5. Memahami dan Menjelaskan Cara Mendiagnosis Rupture Tendon Achilles

18
LO.2.5.1. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Klinis Rupture Tendon
Achilles

ANAMNESIS

• Nyeri di daerah pergelangan kaki, kadang


hingga ke betis dan kaki
• Tidak dapat atau kurang mampu
Anamnesis menggerakan kaki (terutama gerakan plantar
fleksi)
• Kaku di pagi hari

• Pembengkakan di daerah
Inspeksi pergelangan kaki
• Deformitas / perubahan bentuk

• Terasa nyeri bila menekan tendo


Palpasi Achilles
• Temperatur local

tes pijat betis ( test Thompson ) dan tes Matles lebih sensitif ( 0,96 dan 0,88 )
dibandingkan tes lain.

1. Simmonds test / Thompson test / Test calfsqueeze

Pertama kali ditemukan oleh Simmonds dan dipopulerkan oleh Thompson – Doherty.
Tes ini memiliki sensitivitas tinggi. Tes ini sifatnya non-invasif, sederhana dan tidak mahal.

Cara pemeriksaan :

1. Tes pemerasan betis Simmonds paling baik dilakukan dengan pasien berlutut di kursi
atau bangku, atau berbaring tengkurap di sofa pemeriksaan.
2. kedua posisi, kedua kaki dan pergelangan kaki harus bebas dan menggantung tanpa
penyangga.
3. Dengan lembut meremas kaki normal, di atas bagian otot betis yang besar, akan
membuat kaki bergerak ke plantar fleksi.
4. Saat tes diulangi pada sisi yang cedera, kaki tidak akan bergerak jika ada pecah baru
tendon Achilles. Ini karena otot betis (gastrocnemius-soleus complex) tidak lagi
terhubung dengan kaki.
Uji ini dinyatakan positif apabila tak ada gerakan plantar fleksi kaki.

19
2. Tes Matles

Memiliki sensitivitas tinggi. Tes ini sifatnya non-invasif, sederhana dan tidak mahal.
Bedanya dengan tes Thompson tes ini harus dilakukan dalam keadaan pasien terbius.

Cara Pemeriksaan :

- Sebelum pasien dibius, pasien diminta untuk melakukan gerakan fleksi sendi lutut
secara aktif hingga 90°.
- Setelah dibius, pemeriksa melakukan gerakan fleksi pasif pada kedua sendi lutut
hingga 90°.
- Evaluasi posisi sendi ankle pada kedua kaki, pada ankle yang tendon achilessnya
ruptur, maka posisinya akan lebih dorsofleksi dibanding sisi yang normal.

Hal ini karena tidak ada tegangan tendon yang menghubungkan kompleks otot
gastrocnemius soleus dengan kalkaneus, sehingga efek gravitasi membuat kaki lebih
dorsofleksi pada bagian yang cedera.

3. Test O'Brien

Tes jarum yang cerdik untuk membedakan tendon yang benar-benar pecah. Tes ini dapat
diandalkan, tetapi invasif dan bisa menyakitkan.

Cara Pemeriksaan :

20
1. Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm proksimal dari
calcaneus dimasukkan jarum berukuran 25.
2. Lakukan gerak dorso fleksi secara pasif
3. Apabila gerak jarum seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo achilles tidak
mengalami cedera.
4. Bila jarum tidak bergerak, menandakan tendo achilles yang mangalami ruptur.
Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien dalam keadaan sadar.

4. Tes Sphygmomanometer (Copeland)

Cara pemeriksaan :

1. Pasien berbaring telungkup di sofa pemeriksaan.


2. Lutut ditekuk hingga 90 ° dan manset sphygmomanometer diaplikasikan di sekitar
sebagian besar otot betis.
3. Manset dipompa menjadi sekitar 100 mmHg dengan plantar pergelangan kaki tertekuk.
4. Pergelangan kaki kemudian dorsif secara pasif oleh tekanan pada telapak kaki.
5. Jika tendon Achilles utuh, kolom akan terlihat naik menjadi sekitar 140 mmHg. Jika
tendon terganggu, hanya sekilas gerakan yang terlihat di kolom Merkurius

21
LO.2.5.2. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan Penunjang ( Radiologi )
Rupture Tendon Achilles

1. X-Ray

Mengidentifikasi secara tidak langsung robekan tendon Achilles. Radiografi


menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera.

Sinar-X dibuat ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar
sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda dari padat
(misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang padat (otot misalnya) jaringan ketika sinar
melewati jaringan dan ditangkap di film. Pemeriksaan ini tidak efektif untuk mengidentifikasi
cedera pada jaringan lunak. Sinar X umumnya dipakai untuk mengoptimalkan visualisasi
benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar
belakang nya.

Kager berpendapat dari foto ankle lateral orang normal, didapatkan adanya gambaran
segitiga yang diisi oleh jaringan lemak, dan dibatasi oleh tepi tendon achilles, tulang
kalkaneus, dan tendon fleksor digitorum longus dan hallucis longus. Apabila terjadinya
ruptur pada tendon achiles, segitiga ini tidak dapat dilihat.

22
2. Ultrasonografi

Fornage dan Larne telah menemukan ultrasonografi untuk membantu dalam diagnosis
banding nyeri tendon achilles. Pemeriksaan ini menentukan ketebalan tendon, karakter, dan
adanya robekan.

Bekerja dengan mengirimkan frekuensi yang sangat tinggi dari suara melalui tubuh
pasien. Beberapa suara dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan jaringan
lunak atau tulang. Gambar-gambar yang tercermin ini dapat dianalisis dan dihitung ke dalam
suatu gambar. Gambar-gambar ditangkap secara nyata dan dapat membantu dalam
mendeteksi pergerakan tendon dan memvisualisasikan kemungkinan cedera atau robek.

Pemeriksaan USG mudah dilakukan dan dalam waktu cepat, diagnosis ruptur tendon
achilles dapat ditegakkan. Namun pemeriksaan ini memiliki kelemahan, yaitu operator
dependent. Sehingga dokter radiologi atau ortopedi yang kurang berpengalaman tidak dapat
menegakkan diagnosis ruptur achilles secara pasti dengan modalitas ini.

23
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)

Membedakan ruptur tidak lengkap dari degenerasi tendon Achilles dan MRI juga dapat
membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis.

Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet yang kuat untuk menyelaraskan jutaan
proton berjalan melalui tubuh. Proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang radio
yang merubuhkan beberapadari proton tersebut keluar dari garis (alignment). Ketika proton
kembali, mereka (proton) memancarkan gelombang radio mereka sendiri yang unik yang
dapat dianalisis oleh komputer dalam 3D untuk membuat gambar tajam penampang silang
dari area penting.

Pemeriksaan ini relatif lebih mahal dibanding USG, dan tidak semua rumah sakit
memiliki MRI. Kelebihan pemeriksaan MRI dibanding USG adalah pemeriksaan ini dapat
mendeteksi adanya ruptur parsial pada tendon achilles. Sedangkan melalui pemeriksaan
USG, ruptur parsial dapat terbaca sebagai false negative. Dengan MRI, juga dapat ditentukan
seberapa parah persentase tendon achilles yang mengalami cedera, karena pemeriksaan ini
cukup baik untuk mendeteksi kerusakan jaringan lunak.

RUPTURE TENDON ACHILLES

24
PARTIAL RUPTURE

Sumber: http://www.mri.melbourne/

LO.2.6. Memahami dan Menjelaskan Tatalaksana dan Pencegahan Rupture Tendon


Achilles

TATALAKSANA

Proses penyembuhan dapat dibagi menjadi tiga tahap penyembuhan. Tahap pertama
mencakup hemostasis yang berlangsung selama beberapa hari. Fase ini dimulai segera setelah
cedera. Terjadi pembentukan bekuan darah, trombosit aktif dan terjadi vasodilatasi. Terdapat
kaskade mediator pro-inflamasi yang mengarah ke angiogenesis dan perekrutan sel inflamasi
ke daerah cedera dan sel-sel ini mulai dengan penghancuran bekuan darah dan debris. Tahap
kedua, dikenal sebagai proliferasi atau perbaikan, dimulai hari ke dua setelah cedera dan
berlangsung hingga 6-8 minggu. Fase ini ditandai dengan aktifitas sintetis oleh makrofag dan
fibroblas. Terjadi pada beberapa hari setelah cedera dan menyebabkan perekrutan sel dan
melepaskan faktor pertumbuhan. Fibroblas memproduksi sebagian besar kolagen tipe III
untuk stabilitas sementara. Tahap ketiga, yang dikenal sebagai renovasi atau fase 18

25
pematangan. Dimulai pada bulan 1-2 setelah cedera dan dapat berlangsung selama lebih dari
satu tahun. Selama fase ini, kolagen tipe I mulai mendominasi dan struktur menjadi lebih
teratur. Pada akhir fase ini jaringan parut matur terbentuk, namun tendon akan menyembuh
lambat namun mungkin tidak lengkap.

 Konservatif
Tujuan dari tatalaksana konservatif adalah mengembalikan dan mempertahankan
kontak dari ujung tendon yang ruptur untuk memulai proses penyembuhan. Disarankan
untuk pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular,
neuropati,atau komorbiditas sistemik yang serius.

Terapi konservatif mulai memperkenalkan metode rehabilitasi fungsional dan mobilisasi


dini. Rehabilitasi fungsional sendiri cukup bervariasi, dapat berupa latihan gerak terkontrol
secara dini (early controlled motion), menghindari tumpuan beban tubuh (protected weight
bearing) atau dapat pula kombinasi keduanya.

Secara prinsip, early controlled motion pada terapi konservatif ruptur tendon Achilles
akut bertujuan untuk meningkatkan mechanical loading pada tendon yang sedang mengalami
fase penyembuhan. Loading ini akan memicu mikrotrauma lokal pada tendon yang
selanjutnya akan memperkuat tendon. Penelitian Schepull dan Aspenberg menambahkan
bahwa penderita ruptur tendon Achilles akut yang ditangani konservatif dan dilakukan early
motion menunjukkan modulus elastisitas tendon yang lebih baik daripada yang ditangani
dengan imobilisasi lama. Waktu untuk memulai early functional rehabilation motion adalah
setelah 1- 2 minggu imobilisasi casting, dengan melakukan pemanasan dan latihan melawan
tahanan terlebih dahulu.

26
Functional brace Cast

Protokol rehabilitasi fungsional terapi konservatif/pascaoperas ruptur akut tendo


achilles.

 Operatif
Beberapa teknik bedah digunakan untuk memperbaiki ruptur tendon achilles antara lain
dengan modifikasi teknik penjahitan terbuka dan minimal invasif.

 Teknik jahit terbuka


Pada systematic review tulisan Sadoghi et al, kekuatan berbagai teknik jahit tendon
achilles dianalisa menggunakan uji cadaver manusia. Teknik jahit terbuka yang diuji adalah
Kessler, Bunnell, triple-bundle, Krackow dan Giftbox (modified Krackow), sedangkan untuk
mini invasif yang diuji adalah teknik Ma-Gruffith dan Achillon.

Kekuatan berbagai teknik jahit bervariasi antara 150-453 N. Teknik triple bundle
merupakan teknik yang paling kuat. Kessler, Krackow, dan Giftbox menunjukkan hasil yang
serupa, kurang lebih 170 N, sedangkan teknik Bunnel menghasilkan kekuatan yang sedikit
lebih superior, yaitu 217 N. Teknik minimal invasive menunjukkan hasil yang lemah pada
teknik Ma-Griffith (150 N), dan lebih kuat pada penggunaan Achillon (342 N).
27
Teknik penjahitan terbuka tipe Kesler/Krackow/Bunnell :

 Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. Setelah paratenon disayat
secara longitudinal (membujur).

 Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch. Para tendon harus


disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan oleh kulit akan
membatasi terjadinya komplikasi luka.

 Setelah operasi, pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan


orthosis. Setelah periode imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau
sedikitdalam orthosis kaku, dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial.
Imobilisasi biasanya dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu,
jangkauan yang aktif dan aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan
berjalan dalam sepatu dilengkapi dengan mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam
kebanyakan kasus, pasien dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4 bulan.

 Teknik minimal invasif


Teknik minimal invasive atau percutaneous yang pertama untuk bedah tendon achilles
dijelaskan pada tahun 1977 oleh Ma dan Griffith. Tidak ada reruptures yang terjadi dalam
penelitian mereka terhadap 18 pasien. Beberapa modifikasi dari teknik ini telah dilakukan

28
dan

29
penelitian terkontrol secara acak dilakukan oleh Lim et al Dalam penelitian ini, 66 pasien
diberikan tindakan secara acak baik untuk perbaikan perkutan atau perbaikan bedah terbuka.
Karena tingkat infeksi yang jauh lebih rendah pada kelompok perkutan dan hasil kosmetik
yang lebih baik, mereka menyimpulkan bahwa teknik ini lebih unggul.

 Dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm.

 Melalui luka tusuk, jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan
ketika pergelangan kaki berada pada equinus maksimal.

 Jahitan kemudian dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong


subkutan.

 Luka-luka kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril. Setelah itu, pasien
menggunakan bantalan gips yang tanpa beban.

 Penggunaan gips dilakukan selama 4 minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat
dan pemakaian gips dengan elevasi tumit rendah.

Terapi Obat NSAIDs :

1. Ibuprofen
DOC bagi pasien menghilangkan nyeri ringan sampai sedang, menghambat reaksi
inflamasi dan menurunkan nyeri dengan menghambat sintesis prostaglandin
2. Asetaminofen
DOC pada pasien HPS terhadap aspirin atau NSAIDs, orang dengan gangguan GI tract
bagianatas dan bagi pengkonsumsi antikoagulan. Kontrol nyeri,memiliki efek sedatif

30
31
PENCEGAHAN

1. Kenakan sepatu yang sesuai dengan benar dan mendukung kaki Anda.

2. Peregangan sebelum berolahraga.

3. Berolahraga dengan cara yang benar.

4. Menjaga berat badan yang baik, tidak kurus atau kegemukan.

5. Meningkatkan tingkat latihan dari kecil hingga kenaikan besar.

6. Menggunakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat di tumit.

LO.2.7. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi dan Prognosis Rupture Tendon


Achilles

KOMPLIKASI

 Re-rupture
Komplikasi dari tindakan konservatif pada ruptur tendon achilles antara lain
terjadinya ruptur ulang dan penurunan kemampuan fleksi dari plantar. Sedangkan komplikasi
tindakan operasi perkutaneus atau operasi terbuka adalah adanya infeksi kulit superfisial,
infeksi dalam, ulkus pada tumit, ruptur achilles ulang parsial ataupun komplit. Namun
kejadian ruptur ulang pada tindakan operasi lebih rendah dibandingkan dengan tindakan
hanya dengan konservatif.

 Komplikasi saat penyembuhan luka


Pada terapi operatif terdapat sekitar 5-10% adanya komplikasi saat penyembuhan

 Injuri pada nervous sural


Risiko ini meningkat pada terapi operatif prosedur percutaneus dibandingkan dengan
operasi terbuka.

 Komplikasi anastesi dan komplikasi operasi berupa infeksi dan jaringan parut. Salah
satu komplikasi yang dapat timbul pada penyembuhan tendon adalah terbentuknya adhesi
perintendinous di sekitar tendon yang dilakukan penjahitan. Berbagai metode telah

3
dikembangkan untuk menghambat adhesi peritendinous, baik secara mekanik maupun secara

3
biologi. Kebanyakan metode yang dikembangkan adalah dengan menggunakan barier
mekanik yang menyelubungi tendon sehingga dapat menghambat adhesi tendon secara fisik
dengan jaringan disekitarnya.
 Risiko terkena infeksi setelah melakukan terapi operatif baik superfisial maupun
dalam.
 Emboli paru, emboli paru adalah peristiwa infark jaringan paru akibat tersumbatnya
pembuluh darah arteri pulmonalis akibat peristiwa emboli. Faktor risiko kuat terjadinya hal
ini salah satunya adalah melakukan tindakan operasi besar dengan insiden sebesar 39,5%.
 Thrombosis vena dalam/Deep Venous Thrombosis (DVT) juga salah satu komplikasi
dari operasi. Thrombosis vena dalam adalah ketika terjadinya penggumpalan darah pada
pembuluh vena dalam. Biasanya terjadi pada extremitas terutama extremitas bawah.

PROGNOSIS

Pada kebanyakan pasien dengan ruptur tendon achilles prognosisnya bagus. Tapi
pada individu non-atlit, biasanya ada defisit pada range of motion. Kebanyakan pada atlit
dapat melanjutkan olahraga yang dilakukan tanpa adanya limitasi. Penyembuhan tendon
membutuhkan banyak waktu, biasanya sekitar enam sampai delapan minggu. Lebih
banyak lagi waktu akan diperlukan setelahnya untuk memungkinkan kekuatan otot
mampu kembali normal setelah di plester atau brace (orthosis). Bergantung pada tipe
pekerjaan, beberapa orang perlu beberapa minggu cuti setelah achilles tendon putus, serta
waktu yang dibutuhkan untuk kembali ke olahraga adalah antara 4 dan 12 bulan.

Biasanya, kegiatan berat seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali setelah 6
minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera.

Perlu diingat bahwa terapi non operatif memiliki risiko mencapai 40% terjadinya
re-ruptur dibanding terapi operatif yang hanya 0—5%.

LO.3. Memahami dan Menjelaskan Prinsip Bioetik yang Dilakukan Sebelum


Pemeriksaan Nyeri
Bioetik berasal dari bahasa Yunani; bios yang berarti hidup atau kehidupan, dan ethos
yang berarti norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi tentang masalah
yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran baik skala mikro
maupun makro, tidak hanya memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa

3
sekarang, tetapi juga memperhitungkan kemungkinan timbulnya pada masa yang akan
datang. Bioetika membicarakan masalah medis (seperti rekayasa genetik, implantasi dan
reproduksi buatan), masalah kesehatan, faktor budaya yang berperan dalam lingkup
kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas penyembuhan tradisional, penelitian kesehatan
pada manusia dan hewan percobaan, dan sebagainya.
Beauchamp dan Childress menguraikan empat kaidah dasar (basic moral principle)
dan beberapa rules dibawahnya. Keempat kaidah dasar tersebut adalah :

• prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan


pasien.
Prinsip • Mengambil tindakan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar daripada
beneficience sisi buruknya (mudharat)

• Prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan


pasien.
Prinsip • “primum non nocere” atau “above all do no harm”.
nonmaleficence • Dokter haruslah memilih tindakan yang paling kecil resikonya.

• Prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama


hak autonomi pasien (the rights to self determination).
• Informed consent -> Pasien harus dihormati secara etik, dapat
menyetujui atau menolak tindakan medis, pasien harus terlebih
Prinsip dahulu menerima dan memahami informasi yang akurat tentang
autonomi kondisi mereka, jenis tindakan medik yang diusulkan, risiko, dan juga
manfaat dari tindakan medis tersebut.

• Prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan


dalam mendistribusikan sumberdaya (distributive justice).
• Dokter wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil
Prinsip justice untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien.
• Dokter dilarang membeda-bedakan pasiennya berdasarkan
tingkat ekonomi, agama, suku, kedudukan sosial, dan sebagainya.

Pembuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik dapat juga dilakukan dengan
pendekatan yang berbeda yang dikemukakan Jonsen, Siegler, dan Winslade mereka
mengembangkan teori etik yang menggunakan 4 topik :

3
• penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari sisi etiknya, dan
terutama menggunakan kaidah dasar bioetik beneficence dan non-
malificence.

Medical • (informed consent. Kondisi, tujuan, rencana).


Indication

• manfaat dan beban yang akan diterima pasien, yang berarti cerminan
kaidah autonomy.
Patient • (informed consent : keuntungan kerugian, persetujuan)
preference

• aktualisasi salah satu tujuan kedokteran, yaitu memperbaiki, menjaga


ata meningkatkan kualitas hidup insani
• (pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan bioetik yaitu
Quality of life Beneficence, Non-malificence, dan Autonomy.)

• loyalty and fairness.


Contextual • (pertanyaan etik seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusa
features

Berdasarkan kode etik kedokteran Indonesia berikut kewajiban dokter terhadap


pasiennya :

3
Pasal 14

Seorang dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan seluruh keilmuan dan
keterampilannya untuk kepentingan pasien, yang ketika ia tidak mampu melakukan suatu
pemeriksaan atau pengobatan, atas persetujuan pasien/ keluarganya, ia wajib merujuk pasien
kepada dokter yang mempunyai keahlian untuk itu.

Penjelasan pasal

Yang dimaksud dengan sikap tulus ikhlas adalah:

a. Sikap demi menjaga kehormatan profesi luhur kedokteran dan perilaku terpuji seorang
dokter yang ditandai oleh ramah tamah, sopan santun dan berwibawa terhadap pasien.
b. Berkemauan sepenuh hati, teliti dan hati-hati menolong dengan mengutamakan
kepentingan kesehatan pasien seutuhnya.
c. Bersungguh-hati bertanggung jawab atas semua tindakan mengabdi yang semata-mata
ditujukan untuk kepentingan pasien .
d. Bersikap empati, turut merasakan dan berkeinginan untuk segera mengatasi
permasalahan kesehatan pasien.
e. Di saat menolong tidak memikirkan imbalan materi atau memikirkan akan
menguntungkan pihak lain.
Pasal 15

Setiap dokter wajib memberikan kesempatan pasiennya agar senantiasa dapat


berinteraksi dengan keluarga dan penasihatnya, termasuk dalam beribadat dan atau
penyelesaian masalah pribadi lainnya.

Pasal 16

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia. Pasal 17 Setiap dokter wajib
melakukan pertolongan darurat sebagai suatu wujud tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

Peraturan tentang pertsetujuan tindakan medis dapat dilihat pada peraturan menteri
kesehatan republik Indonesia nomor 290/menkes/per/III/2008 sebagai berikut :

3
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :

1. Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung atau
saudara-saudara kandung.
3. Tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang selanjutnya disebut tindakan kedokteran
adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi terhadap pasien.
4. Tindakan Invasif adalah suatu tindakan medis yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh pasien.
5. Tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi adalah tindakan medis yang
berdasarkan tingkat probabilitas tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.
6. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan paraturan perundang-undangan.

Selain itu, pasien juga memiliki hak seperti yang tertuang dalam pasal 17 “Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 Tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien” sebagai berikut :

1) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit; memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien; memperoleh layanan yang
manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; memperoleh layanan kesehatan yang bermutu
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; memperoleh layanan yang
efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; mengajukan
pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;

3
2) memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
3) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
4) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya;
5) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan;
6) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
Tenaga Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya;
7) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
8) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu
tidak mengganggu Pasien lainnya;
9) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit;
10) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
11) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya;
12) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
13) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3
DAFTAR PUSTAKA

1. Paulsen F, J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum dan Sistem
Muskuloskeletal. Editor bahasa Indonesia, Liliana Sugiharto. Jakarta: EGC, 2012.
2. Diapari Endi S, Dame Joyce Pohan. Ruptur Tendon dan Penanganannya: Perbandingan
Kekuatan Jahitan Teknik Cross Stitch dan Teknik Kessler Modifikasi. Jurnal Ilmiah Widya
2018; 5 No. 1: 62-68.
Diakses di: https://e-journal.jurwidyakop3.com/index.php/jurnal-ilmiah/issue/view/29

3. Nasrul Rizky F. Ruptur Tendon Achilles Akut: Antara Tata Laksana Konservatif atau
Operatif. Journal Of the Indonesian Medical Association Majalah kedokteran Indonesia 2019;
69 No. 4: 202-206
Diakses di: http://mki-ojs.idionline.org/jurnal/issue/view/10

4. Utomo Dwikora N. Cedera Tendon Achilles Evaluasi, Diagnosis, dan Tatalaksana


Komprehensif. Surabaya: Universitas Airlangga, 2018.
Diakses di: http://repository.unair.ac.id/89997/1/1.%20Buku%20Cedera%20Tendon
%20Achilles_2018_ compressed.pdf

5. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430844/
6. http://www.mri.melbourne/mri/mri-series-achilles-tendon/
7. Purwadianto Agus, dkk. Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia, 2012.
Diakses di: http://www.idionline.org/wp-content/uploads/2015/01/Kode-Etik-Kedokteran-
Indonesia-2012.pdf

8. http://pdk3mi.org/file/download/KMK%20No.%20290%20ttg%20Persetujuan%20Tinda
kan%20Kedokteran.pdf
9. https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk42018.pdf
10. Octaviani F dan Andree K. Emboli Paru. Medicinus: Jurnal Kedokteran 2015; 4 No.
9: 313-322.
Diakses di: https://ojs.uph.edu/index.php/MED/issue/view/82/showToc

11. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470215/#:~:text=Risk%20factors%20include
%20age%2C%20bed,(VTE)%2C%20recent%20surgery%2C

4
12. Dorland, W. A. Newman. 2011. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 32 Ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders
13. http://jurnalmka.fk.unand.ac.id/index.php/art
14. http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2004/uu29-2004.pdf
15. https://kupdf.net/download/ruptur-tendon-achilles_58bbb4e7e12e89a839add376_pdf
16. http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/152/jtptunimus-gdl-mariaulfah-7561-3-13.bab-i.pdf
17. Utomo, D.N. Cedera Tendon Achilles: Evaluasi, Diagnosis, Dan Tatalaksana
Komprehensif/Dwikora Novembri Utomo. -- Surabaya: Airlangga University Press, 2018.
xii, 71 hlm.
Diakses di : http://repository.unair.ac.id/89997/1/1.%20Buku%20Cedera%20Tendon
%20Achilles_2018_ compressed.pdf

Anda mungkin juga menyukai