SKENARIO 4
“OLAHRAGA MEMBAWA DERITA”
2. ETIOLOGI
Etiologi ruptur tendon achilles multifaktorial. Diantaranya terdapat
beberapa bukti perubahan degeneratif, hipoksia degeneratif (nekrotik) pada
tendon yang ruptur. Umur mengurangi diameter serat kolagen. Perubahan ini
disertai tingkat aktivitas yang tinggi, dan hal ini menjelaskan kenapa puncak
kejadian berhubungan dengan olahraga pada kelompok umur paruh baya.
Keausan mekanis dan kekuatan berlebih (mikrotrauma) menyebabkan
kelemahan tendon permanen dan regenerasi tendon yang tidak lengkap.
Terdapat bukti penggunaan kortikosteroid sistemik dan lokal merupakan faktor
risiko terjadinya ruptur tendo achilles. Terdapat laporan kasus fluorokuinolon
terkait ruptur tendon dan bukti laboratorium tentang efek negatif 8
fluorokuinolon pada tenosit. Namun tidak ada kesimpulan yang jelas tentang
perannya dalam manusia. Ruptur tendon achilles dapat dikaitkan dengan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, gout, lupus eritematosus,
rheumatoid arthritis, dan hiperparatiroid. Mikro trauma yang berulang juga
merupakan faktor resiko terjadinya ruptur tendon achilles. Teori mekanik
disebut sebagai penyebab terutama pada pasien muda dan sehat. Pada teori ini
tendon sehat dapat ruptur oleh karena makrotrauma pada kondisi fungsi dan
anatomi tertentu.3
3. EPIDEMIOLOGI
Insiden ruptur tendon achilles meningkat hingga 50% di negara maju.
Robekan tendon achilles paling umum terjadi di negara-negara maju dengan
prevalensi bervariasi. Insiden meningkat dari 18/100.000 pada tahun 1984
menjadi 37/100.000 pada tahun 1996. Insiden tertinggi pada kelompok umur
30-39 tahun. Tujuh puluh tiga persen cedera berhubungan dengan olah raga.
Puncak cedera yang berhubungan dengan olah raga terjadi pada usia rata-rata
53 tahun.4
Gangguan pada tendon achilles lebih umum terjadi di sebelah kiri dari pada
sisi kanan dengan alasan yang tidak diketahui.4 Terjadi peningkatan 200 kali
lipat resiko pada tendon kontralateral pada pasien yang sebelumnya pernah
menderita ruptur tendon achilles. Ruptur tendon paling banyak terjadi pada laki-
laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan kirakira 10:1.4
4. KLASIFIKASI
Berdasar area anatomi, klasifikasi cedera pada tendon achilles dibagi
menjadi area noninsersional dan area insersional. Ruptur tendon achilles
termasuk area noninsersional. Selain ruptur tendon Achilles, yang termasuk
area noninsersional adalah noninsersional tendinosis achilles, paratendinitis
achilles, dan tendinopati adesif. Sedangkan yang termasuk area insersional
adalah insersional tendinosis achilles, bursitis retrocalcanea, bursitis
retroachilles, fascitis tendo achilles distal, fraktur avulsi calcaneus.5
Ruptur tendon achilles dapat terjadi secara komplet maupun sebagian.
Ruptur dapat dibagi menjadi ruptur traumatik akut, ruptur kronis, dan ruptur
kronik attritional. Namun ruptur tendon sering disebabkan karena gabungan
dari keausan karena umur dan adanya insiden traumatik akut.6
Berdasarkan keparahan dan derajat retraksinya, ruptur tendon achilles
dibagi menjadi 4 tipe. Tipe 1 ruptur parsial kurang dari sama dengan 50%. Tipe
II ruptur komplet dengan celah tendo kurang dari sama dengan 3 cm. Tipe III
ruptur komplet dengan celah tendo 3-6 cm. Tipe IV ruptur komplet dengan
defek lebih dari 6 cm (ruptur yang terabaikan).6
5. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada tendo achilles adalah
sebagai berikut:4
a. Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan)
b. Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan
c. Perubahan permukaan
d. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/tinggi)
e. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, dan pelebaran
sisi sepatu)
f. Berkurangnya fleksibilitas kaki
g. Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan
bebas)
h. Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat), dan
berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas)
6. PATOFISIOLOGI
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo
akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan
dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis
dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles
untuk menerima suatu beban. Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet
atletik saat melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon
Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat,
penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan
plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.2
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang
ini, hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-
regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk
meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon
tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum serat
kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat
ketegangan antara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama
lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari
8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh
karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.1
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa
peringatan, atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah
dapat menyebabkan masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka
dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan
juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin
lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan
sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan
mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot
kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah juga dapat
mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki
yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak
otot, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat
dari tendon sementara otot betis berkontraksi.1
7. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun mungkin pasien tidak mengalami tanda dan gejala dengan rupture
tendon Achilles, kebanyakan mengalami:7
a. Merasa seperti ditendang di bagian tumit
b. Nyeri, bahkan nyeri yang kuat, memar, dan bengkak
c. Tidak bisa menjinjit pada kaki yang cedera
d. Tidak bisa berdiri mandiri pada kaki yang cedera
e. Terdengar bunyi ‘pop’ atau audible snap ketika cedera terjadi
Menemui dokter lebih baik segera ketika terdengar bunyi ‘pop’ di bagian tumit,
khususnya jika tidak bisa berjalan dengan baik.
8. DIAGNOSIS
AAOS ( American Academy of Orthopedic Surgeons) menyatakan bahwa
diagnosis dapat ditegakkan apabila di temukan 2 atau lebih dari gejala berikut:
1. Tes Thompson positif
2. Pengurangan kekuatan palntar fleksi
3. Defek pada saaf palpasi distal dari lokasi insersio
4. Peningkatan kekuatan dorsofleksi pada keadaan istirahat
Dalam mendiagnosis kita perlu menganamnesis pasien dengan mengajukan
pertanyaan kapan dan dimana cedera terjadi, serta memeriksa status generalis
pasien, lalu pemeriksaan status lokalis pasien yang meliputi:7
a. Pemeriksaan fisik
1. Look; ada tidaknya bekas luka atau sikatriks, warna kemerahan, jaringan
parut, edema, benjolan, dan deformitas.
2. Feel: perabaan nya apakah panas atau dingin,serta nyeri tekan (+/-)
3. Move: untuk mengetahui ROM terbatas atau tidak
b. Pemeriksaan spesifik: Tes Thompson, obrients test, Copeland test, mathes
tes.
o Thompson test (simmonds)
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya
menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon
tidak dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan
kompresi otot betis. uji Simmonds ' (alias uji Thompson ) akan positif,
meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien berbaring
rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil
longgar tidak ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki, sementara
gerakan diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus diamati pada
manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu,
karena pasien akan mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki
terluka. Pasien juga akan dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk
kaki ke bawah ( plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa menjadi berat
dan pembengkakan adalah umum.
o Tes O'Brien
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan
jarum steril melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak
dalam arah yang berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari
kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya
sebagian utuh.
c. Pemeriksaan neurologis: pemeriksaan sensibilitas pada kulit
d. Pemeriksaan penunjang: MRI dan USG (Gold standar), Foto Rontgen.
Radiografi
Untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah
tuberositas calcaneal dan avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya
menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat tidak
efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray
diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda
padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan jaringan kurang padat
(misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan terekam
dalam film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi
benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif
undifferentiated di latar belakang. Radiografi memiliki sedikit peran
dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk
mengesampingkan luka lain seperti patah tulang calcaneal.
USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan
frekuensi yang sangat tinggi suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara
yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan
jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis
dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar ini diambil secara real
time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi pergerakan tendon
dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural
untuk jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis
cedera ini.
Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari
degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang
radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan.
Ketika proton ini kembali mereka memancarkan gelombang radio sendiri
yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat
gambar penampang tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan
kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas
yang sangat tinggi sehingga mudah bagi teknisi untuk melihat air mata
dan cedera lainnya.
Foto Röntgen
Foto rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada
bagian otot tubuh.
9. TATA LAKSANA
Pada kasus ruptur tendon achilles, standar kompetensi untuk dokter umum
adalah 3A, dimana dokter mampu mendiagnosis dan memberikan
penatalaksanaan awal lalu dirujuk atau penanganan selanjutnya diberikan
kepada bedah orthopedi, dan ini bukan merupakan kasus kegawatdaruratan.
Penatalaksanaan awal dapat diberikan dengan kompres es, imobilisasi dalam
posisi plantar fleksi, memakai kruk dan pemberian analgetik jika diperlukan.
Terapi kasus ruptur tendon dapat berupa operasi maupun non operasi
(tindakan konservatif) tergantung tipenya, sebagai berikut.6
• tipe I dengan tindakan konservatif
• tipe II dengan end to end anastomosis
• tipe III dengan tendon graft flap, possible synthetic graft, V-Y
advancement, Bosworth turndown, tendon transfer atau kombinasi
• tipe IV dengan resesi gatrocnemius, turndown, tendon transfer, free tendon
graft, synthetic graft atau kombinasi.
Rehabilitasi
Rehabilitasi menyebabkan kekuatan dan ketahanan otot lebih baik, serta
kejadian ruptur ulangan dan elongasi tendon lebih rendah. Fase rehabilitasi
diawali dengan early controlled mobilization selama 6-8 minggu pertama, lalu
diikuti early mobilization selama 6-8 minggu kedua, lalu diakhiri dengan
rehabilitasi lanjut selama 3 bulan.8
10. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi:9
a. Rerupture ( rupture ulangan )
Kondisi ini dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang di tata laksana secara
konservatif (40%) dibandingkan melakukan tatalaksana operatif (0-5%).
b. Nekrosis akibat diseksi yang berlebihan dan kontraktur tendon Achilles
c. Wound healing complication
d. Infeksi
11. PENCEGAHAN
Berikut pencegahan yang bisa dilakukan:9
1. Hindari kegiatan yang menempatkan stres berlebih pada tendon Achilles,
misalnya kegiatan berlari dan melompat
2. Jika merasa sakit selama latihan,maka dapat beristirahat.
3. Jika salah satu latihan atau kegiatan menyebabkan sakit terus-menerus, coba
olahraga alternatif dengan resiko rendah, seperti berjalan, bersepeda atau
berenang.
5. Menjaga berat badan ideal, tidak obesitas.
6. Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat.
Menghindari Faktor Resiko:9
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko ruptur tendon
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
5. Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
6. Obesitas
12. PROGNOSIS
Prognosis nya bergantung pada tingkat keparahan, usia, dan pola hidup.
Tetapi, kebanyakan pasien bisa kembali beraktivitas normal, baik dengan
tatalaksana konservatif maupun operatif. Perlu dicatat, kebanyakan tetap
mengeluhkan disfungsi fungsional hingga 2 tahun setelah pengobatan.8
Prognosis juga dapat dinilai dengan ATRS (Achilles Tendon Rupture
Score). ATRS terdiri dari 10 item, yang menilai gejala klinis setelah
penanganan. Item yang dinilai adalah nyeri, keterbatasan aktivitas harian,
gangguan saat berlari dan kegiatan menaiki tangga. Suatu prognosis dikatakan
baik, apabila score lebih dari 7.8
DAFTAR PUSTAKA