Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

SKENARIO 4
“OLAHRAGA MEMBAWA DERITA”

Disusun Oleh : Kelompok 1


Dosen Tutor : Dr. dr. Kenanga Marwan S, Sp.An, KNA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

1. Muhammad Kholish Abiyyu NIM 1710911110019


2. Muhammad Naufal Daffa NIM 1710911110020
3. Muhammad Rafagih NIM 1710911110021
4. Abdullah Zuhair NIM 1710911210001
5. Alfina Hilma NIM 1710911120001
6. Alievia Febriyantiningrum Fauzi P. NIM 1710911120002
7. Amalia Rahman NIM 1710911120003
8. Ana Khawarizna Maulida NIM 1710911120004
9. Asmah Aulia NIM 1710911120006
10. Ciendy Shintya Alhadi NIM 1710911120007
11. Desy Amalia NIM 1710911120008
12. Dina Niswatin NIM 1710911120009
OLAHRAGA MEMBAWA DERITA…
Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit
dengan keluhan nyeri hebat pada daerah belakang pergelangan kaki kirinya. Sekitar
3 jam yang lalu pasien bermain sepak bola. Saat berebutan bola, tiba-tiba kaki
kirinya berbunyi krek, pasien langsung terjatuh dan merasakan nyeri mendadak
yang hebat pada pergelangan kaki kiri bagian belakang sehingga ia meraung
kesakitan. Nyeri yang dirasakan terus-menerus, seperti ditusuk dan sangat sakit
(skala 8) terutama jika digerakkan. Selain nyeri pergelangan kaki kiri belakang juga
tampak bengkak dan memar tetapi tidak ada luka dan tidak bisa digerakkan. Pasien
tidak mampu berdiri kembali sehingga harus dibopong keluar lapangan. Dokter
kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta
memberikan pertolongan untuk pasien ini.

LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH


1. Bengkak (oedema) ; penumpukan cairan dalam tubuh disebabkan ekstravasasi
plasma ke intertitial karena inflamasi yang disebabkan oleh trauma di kapiler
2. Memar (haematoma); keluarnya sel darah diluar daerah vascular ke daerah
interitial
3. Nyeri hebat : adalah nyeri skala 8
4. Pergelangan kaki bagian belakang ; daerah di sekitar Tendon achilles
5. Nyeri terus-menerus spt ditusuk
6. Tidak bisa digerakan;keterbatasan ROM krn trauma

LANGKAH 2. MEMBUAT DAFTAR MASALAH


1. Kenapa pasien merasa sakit saat digerakan pada pergelangan kaki?
2. Mengapa nyeri hebat di daerah pergelangan kaki kiri?
3. Apa pertolongan pertama yang dapat dilakukan dokter?
4. Mengapa pada pergelangan kaki pasien tampak bengkak memar?
5. Apakah kasus ini termasuk kasus kegawatdaruratan ?
6. Mengapa pasien tidak mampu berdiri kembali?
7. Apakah pemberian anti nyeri dapat diberikan pada pertolongan pertama ?
8. Mengapa terdapat bunyi krek pada kaki kiri pasien?
9. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan?
10. Apa makna klinis dari nyeri terus-menerus, seperti ditusuk-tusuk, dengan skala
nyeri 8?
11. Bagaimana cara membopong pasien yang benar?
12. Apa saja faktor pendukung yang dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis?
13. Apa hubungan jenis kelamin dan usia terhadap keluhan pasien?
14. Penyakit apa saja yang memiliki keluhan seperti pada kasus diatas?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH


3. Memastikan Airway,breathing ,dan circulatory aman.Selanjutnya dievakuasi.
Apabila pasien telah di UGD, maka bisa menerapkan prinsip PRICE untuk
sementara.Adapun prinsip PRICE yakni protection, rest, icing, compression,
elevation.
4. Karena terjadi inflamasi yang menyebabkan terjadi ekstravasasi plasma ke
jaringan intertitial,terjadi juga penyumbatan “wailing off” pada tissue sekitar
dan jaringan limfatik. Adapun haematoma terbentuk karena rupture pembuluh
darah sehingga darah keluar dari pembuluh darah ke jaringan intertitial.
6. Hal ini dikarenakan cedera yang dialami pasien menimbulkan nyeri,menurunya
fungsi ankle oleh cedera juga semakin memperaha keadaan.
7. MRI, X-Ray, USG, Thompson test
12. Anamnesis keluhan pasien, hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
merupakan hal hal yang berperan sebagai faktor penentu dalam diagnosis
pasien.
13. Pria cenderung lebih aktif dalam berolahraga dibandingkan dengan wanita
sehingga resiko cedera akibat olahraga juga meningkat.Anak muda juga relatif
lebih aktif dalam berolahraga ,terutama olahraga yang cukup berat, sehingga
terdapat peningkatan angak cedera pada anak muda. Namun kondisi fisiologis
pada orang tua lebih rentan dibandingkan anak muda sehingga apabila
dibandingkan antar orang tua dan anak muda, seharusnya volume olahraga yang
sama akan lebih meningkatkan resiko cedera pada orang tua.
14. Melihat dari letak anatomis keluhan, bursitis, fracture weber, syndesmosis
injury, achilles tendinitis, achilles tendon rupture, fracture calcaneus.

LANGKAH 4. POHON MASALAH

LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR

Memahami pohon masalah beserta memecahkan bersama pertanyaan yang belum


terjawab.

LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI

LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR


1. DEFINISI
Tendon Achilles berasal dari gabungan tiga otot, yaitu gastrocnemius,
soleus, dan otot plantaris. Pada manusia, terletak tepat di bagian pergelangan
kaki belakang. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada tubuh
manusia. Rupture tendon Achilles adalah robek atau terputusnya hubungan
tendon (jaringan penyambung) yang disebabkan oleh suatu cedera dari
perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan
dorsofleksi pasif maksimal, atau akibat suatu trauma benda tajamatau tumpul
pada bawah betis.1
Tendon Achilles adalah tendon paling kuat dan paling besar dalam tubuh
manusia yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah.
Kemudian strukturnya mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang
tulang calcaneus. Terdiri dari struktur tendinous (melekatnya otot ke tulang)
yang dibentuk oleh gabungan antara otot gastrocnemius dan otot soleus yang
terdapat di betis. Tendon ini melekat pada tulang tumit (calcaneus) dan
menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi) ketika otot-otot betis berkontraksi.
Tendon ini sangat penting untuk berjalan, berlari, dan melompat secara normal.2

2. ETIOLOGI
Etiologi ruptur tendon achilles multifaktorial. Diantaranya terdapat
beberapa bukti perubahan degeneratif, hipoksia degeneratif (nekrotik) pada
tendon yang ruptur. Umur mengurangi diameter serat kolagen. Perubahan ini
disertai tingkat aktivitas yang tinggi, dan hal ini menjelaskan kenapa puncak
kejadian berhubungan dengan olahraga pada kelompok umur paruh baya.
Keausan mekanis dan kekuatan berlebih (mikrotrauma) menyebabkan
kelemahan tendon permanen dan regenerasi tendon yang tidak lengkap.
Terdapat bukti penggunaan kortikosteroid sistemik dan lokal merupakan faktor
risiko terjadinya ruptur tendo achilles. Terdapat laporan kasus fluorokuinolon
terkait ruptur tendon dan bukti laboratorium tentang efek negatif 8
fluorokuinolon pada tenosit. Namun tidak ada kesimpulan yang jelas tentang
perannya dalam manusia. Ruptur tendon achilles dapat dikaitkan dengan
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, gout, lupus eritematosus,
rheumatoid arthritis, dan hiperparatiroid. Mikro trauma yang berulang juga
merupakan faktor resiko terjadinya ruptur tendon achilles. Teori mekanik
disebut sebagai penyebab terutama pada pasien muda dan sehat. Pada teori ini
tendon sehat dapat ruptur oleh karena makrotrauma pada kondisi fungsi dan
anatomi tertentu.3

3. EPIDEMIOLOGI
Insiden ruptur tendon achilles meningkat hingga 50% di negara maju.
Robekan tendon achilles paling umum terjadi di negara-negara maju dengan
prevalensi bervariasi. Insiden meningkat dari 18/100.000 pada tahun 1984
menjadi 37/100.000 pada tahun 1996. Insiden tertinggi pada kelompok umur
30-39 tahun. Tujuh puluh tiga persen cedera berhubungan dengan olah raga.
Puncak cedera yang berhubungan dengan olah raga terjadi pada usia rata-rata
53 tahun.4
Gangguan pada tendon achilles lebih umum terjadi di sebelah kiri dari pada
sisi kanan dengan alasan yang tidak diketahui.4 Terjadi peningkatan 200 kali
lipat resiko pada tendon kontralateral pada pasien yang sebelumnya pernah
menderita ruptur tendon achilles. Ruptur tendon paling banyak terjadi pada laki-
laki dengan rasio antara laki-laki dan perempuan kirakira 10:1.4

4. KLASIFIKASI
Berdasar area anatomi, klasifikasi cedera pada tendon achilles dibagi
menjadi area noninsersional dan area insersional. Ruptur tendon achilles
termasuk area noninsersional. Selain ruptur tendon Achilles, yang termasuk
area noninsersional adalah noninsersional tendinosis achilles, paratendinitis
achilles, dan tendinopati adesif. Sedangkan yang termasuk area insersional
adalah insersional tendinosis achilles, bursitis retrocalcanea, bursitis
retroachilles, fascitis tendo achilles distal, fraktur avulsi calcaneus.5
Ruptur tendon achilles dapat terjadi secara komplet maupun sebagian.
Ruptur dapat dibagi menjadi ruptur traumatik akut, ruptur kronis, dan ruptur
kronik attritional. Namun ruptur tendon sering disebabkan karena gabungan
dari keausan karena umur dan adanya insiden traumatik akut.6
Berdasarkan keparahan dan derajat retraksinya, ruptur tendon achilles
dibagi menjadi 4 tipe. Tipe 1 ruptur parsial kurang dari sama dengan 50%. Tipe
II ruptur komplet dengan celah tendo kurang dari sama dengan 3 cm. Tipe III
ruptur komplet dengan celah tendo 3-6 cm. Tipe IV ruptur komplet dengan
defek lebih dari 6 cm (ruptur yang terabaikan).6

5. FAKTOR RISIKO
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan cedera pada tendo achilles adalah
sebagai berikut:4
a. Meningkatnya aktivitas (jarak, kecepatan, tinggi/curam tanjakan)
b. Berkurangnya waktu relaksasi di antara sesi latihan
c. Perubahan permukaan
d. Perubahan/pergantian alas kaki (alas kaki bertumit rendah/tinggi)
e. Kondisi alas kaki yang buruk (ukuran tumit yang tidak sesuai, dan pelebaran
sisi sepatu)
f. Berkurangnya fleksibilitas kaki
g. Terlalu banyak tiarap (meningkatnya beban pada kompleks
gastrocnemius/soleus untuk menelentangkan kaki dan jemari kaki dengan
bebas)
h. Fleksibilitas otot yang rendah (gastrocnemius yang rapat), dan
berkurangnya ruang gerak sendi (dorsifleksi yang terbatas)

6. PATOFISIOLOGI
Rupture traumatic tendon Achilles, biasanya terjadi dalam selubung tendo
akibat perubahan posisi kaki secara tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan
dorsifleksi pasif maksimal sehingga terjadi kontraksi mendadak otot betis
dengan kaki terfiksasi kuat kebawah dan diluar kemampuan tendon Achilles
untuk menerima suatu beban. Rupture tendon Achilles sering terjadi pada atlet
atletik saat melakukan lari atau melompat. Kondisi klinik rupture tendon
Achilles menimbulkan berbagai keluhan, meliputi nyeri tajam yang hebat,
penurunan fungsi tungkai dalam mobilisasi dan ketidakmampuan melakukan
plantarfleksi, dan respons ansietas pada klien.2
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibrilkolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang
ini, hal ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-
regangan. Saat serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk
meningkatkan beban tendon. Jika renggangan yang ditempatkan pada tendon
tetap kurang dari 4 persen- yaitu batas beban fisiologi secara umum serat
kembali ke konfigurasi asli mereka pada penghapusan beban. Pada tingkat
ketegangan antara 4-8 persen, serat kolagen mulai meluncur melewati 1 sama
lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat tegangan lebih besar dari
8 persen terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan tarikan oleh
karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.1
Penyebab pasti pecah Achilles tendon dapat terjadi tiba-tiba, tanpa
peringatan, atau akibat tendinitis Achilles . Tampaknya otot betis yang lemah
dapat menyebabkan masalah. Jika otot-otot menjadi lemah dan lelah, mereka
dapat mengencangkan dan mempersingkat kontraksi. Kontraksi berlebihan
juga dapat menjadi masalah dengan mengarah pada kelelahan otot. Semakin
lelah otot betis, maka semakin pendek dan akan menjadi lebih ketat. Keadaan
sesak seperti ini dapat meningkatkan tekanan pada tendon Achilles dan
mengakibatkan kerobekan. Selain itu, ketidakseimbangan kekuatan otot-otot
kaki anterior bawah dan otot-otot kaki belakang yang lebih rendah juga dapat
mengakibatkan cedera pada tendon Achilles. Achilles tendon robek lebih
mungkin ketika gaya pada tendon lebih besar dari kekuatan tendon. Jika kaki
yang dorsofleksi sedangkan kaki bagian bawah bergerak maju dan betis kontrak
otot, kerobekan dapat terjadi. Kerobekan banyak terjadi selama peregangan kuat
dari tendon sementara otot betis berkontraksi.1

7. MANIFESTASI KLINIS
Meskipun mungkin pasien tidak mengalami tanda dan gejala dengan rupture
tendon Achilles, kebanyakan mengalami:7
a. Merasa seperti ditendang di bagian tumit
b. Nyeri, bahkan nyeri yang kuat, memar, dan bengkak
c. Tidak bisa menjinjit pada kaki yang cedera
d. Tidak bisa berdiri mandiri pada kaki yang cedera
e. Terdengar bunyi ‘pop’ atau audible snap ketika cedera terjadi
Menemui dokter lebih baik segera ketika terdengar bunyi ‘pop’ di bagian tumit,
khususnya jika tidak bisa berjalan dengan baik.

8. DIAGNOSIS
AAOS ( American Academy of Orthopedic Surgeons) menyatakan bahwa
diagnosis dapat ditegakkan apabila di temukan 2 atau lebih dari gejala berikut:
1. Tes Thompson positif
2. Pengurangan kekuatan palntar fleksi
3. Defek pada saaf palpasi distal dari lokasi insersio
4. Peningkatan kekuatan dorsofleksi pada keadaan istirahat
Dalam mendiagnosis kita perlu menganamnesis pasien dengan mengajukan
pertanyaan kapan dan dimana cedera terjadi, serta memeriksa status generalis
pasien, lalu pemeriksaan status lokalis pasien yang meliputi:7
a. Pemeriksaan fisik
1. Look; ada tidaknya bekas luka atau sikatriks, warna kemerahan, jaringan
parut, edema, benjolan, dan deformitas.
2. Feel: perabaan nya apakah panas atau dingin,serta nyeri tekan (+/-)
3. Move: untuk mengetahui ROM terbatas atau tidak
b. Pemeriksaan spesifik: Tes Thompson, obrients test, Copeland test, mathes
tes.
o Thompson test (simmonds)
Posisi pasien rawan dengan jelas kaki meja. Meremas betis biasanya
menghasilkan plantarflexion pasif pergelangan kaki. jika Achilles tendon
tidak dalam kontinuitas, pergelangan kaki tidak akan pasif flex dengan
kompresi otot betis. uji Simmonds ' (alias uji Thompson ) akan positif,
meremas otot betis dari sisi yang terkena sementara pasien berbaring
rawan, menghadap ke bawah, dengan nya kaki menggantung hasil
longgar tidak ada gerakan (tidak ada plantarflexion pasif) kaki, sementara
gerakan diharapkan dengan tendon Achilles utuh dan harus diamati pada
manipulasi betis terlibat. Berjalan biasanya akan sangat terganggu,
karena pasien akan mampu melangkah dari tanah menggunakan kaki
terluka. Pasien juga akan dapat berdiri di ujung kaki itu, dan menunjuk
kaki ke bawah ( plantarflexion ) akan terganggu. Nyeri bisa menjadi berat
dan pembengkakan adalah umum.
o Tes O'Brien
Tes O’brien juga dapat dilakukan yang memerlukan menempatkan
jarum steril melalui kulit dan masuk ke tendon. Jika hub jarum bergerak
dalam arah yang berlawanan tendon dan arah yang sama dengan jari-jari
kaki ketika kaki bergerak naik dan turun maka tendon setidaknya
sebagian utuh.
c. Pemeriksaan neurologis: pemeriksaan sensibilitas pada kulit
d. Pemeriksaan penunjang: MRI dan USG (Gold standar), Foto Rontgen.
 Radiografi
Untuk mengevaluasi struktur tulang jika bukti hadir dari patah
tuberositas calcaneal dan avulsion Achilles tendon, radiografi biasanya
menggunakan sinar-X untuk menganalisis titik cedera. Ini sangat tidak
efektif untuk mengidentifikasi cedera jaringan lunak. Sinar-X dibuat
ketika elektron energi tinggi menghantam sumber logam. Gambar X-ray
diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman yang berbeda
padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan jaringan kurang padat
(misalnya otot) ketika sinar tersebut melewati jaringan dan terekam
dalam film. Sinar-X umumnya terkena mengoptimalkan visualisasi
benda padat seperti tulang, sementara jaringan lunak masih relatif
undifferentiated di latar belakang. Radiografi memiliki sedikit peran
dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih berguna untuk
mengesampingkan luka lain seperti patah tulang calcaneal.
 USG
USG dapat digunakan untuk menentukan ketebalan tendon,
karakter, dan kehadiran air mata. Ia bekerja dengan mengirimkan
frekuensi yang sangat tinggi suara melalui tubuh Anda. Beberapa suara
yang dipantulkan kembali dari ruang antara cairan interstisial dan
jaringan lunak atau tulang. Gambar-gambar ini tercermin dapat dianalisis
dan dihitung ke dalam gambar. Gambar-gambar ini diambil secara real
time dan dapat sangat membantu dalam mendeteksi pergerakan tendon
dan memvisualisasikan luka atau mungkin air mata. Perangkat ini
membuatnya sangat mudah untuk menemukan kerusakan struktural
untuk jaringan lunak, dan metode yang konsisten untuk mendeteksi jenis
cedera ini.
 Magnetic resonance imaging (MRI)
MRI dapat digunakan untuk membedakan pecah lengkap dari
degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat membedakan antara
paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini menggunakan medan
magnet yang kuat untuk menyelaraskan seragam jutaan proton berjalan
melalui tubuh. proton ini kemudian dibombardir dengan gelombang
radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan.
Ketika proton ini kembali mereka memancarkan gelombang radio sendiri
yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer 3D untuk membuat
gambar penampang tajam dari area of interest. MRI dapat memberikan
kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto kualitas
yang sangat tinggi sehingga mudah bagi teknisi untuk melihat air mata
dan cedera lainnya.
 Foto Röntgen
Foto rontgen digunakan untuk melihat tendon yang rusak pada
bagian otot tubuh.

9. TATA LAKSANA
Pada kasus ruptur tendon achilles, standar kompetensi untuk dokter umum
adalah 3A, dimana dokter mampu mendiagnosis dan memberikan
penatalaksanaan awal lalu dirujuk atau penanganan selanjutnya diberikan
kepada bedah orthopedi, dan ini bukan merupakan kasus kegawatdaruratan.
Penatalaksanaan awal dapat diberikan dengan kompres es, imobilisasi dalam
posisi plantar fleksi, memakai kruk dan pemberian analgetik jika diperlukan.
Terapi kasus ruptur tendon dapat berupa operasi maupun non operasi
(tindakan konservatif) tergantung tipenya, sebagai berikut.6
• tipe I dengan tindakan konservatif
• tipe II dengan end to end anastomosis
• tipe III dengan tendon graft flap, possible synthetic graft, V-Y
advancement, Bosworth turndown, tendon transfer atau kombinasi
• tipe IV dengan resesi gatrocnemius, turndown, tendon transfer, free tendon
graft, synthetic graft atau kombinasi.

Tata Laksana Konservatif


• Tindakan dengan konservatif sangat bervariasi. Secara klasik menggunakan
gips panjang di kaki dengan lutut tertekuk/fleksi dan tumit di equinus
(selama 2-3 minggu), pemasangan gips pendek di kaki (selama 8 minggu).7
• Pasien tidak boleh menumpu beban selama 6 minggu pertama.7

Tata Laksana Operatif


 Open repair
Dengan membuat sayatan memanjang sekitar 1 cm di medial ke tendon
dengan menghindari iritasi dialas kaki. Sayatan dilakukan melalui kulit dan
jaringan subkutan selubung tendon (paratenon).8
 Percutaneous repair
Biasanya insisi kecil (1 cm) dibuat di lokasi ruptur (baik melintang atau
membujur) yang memungkinkan ruptur dapat terlihat. Tendon bagian
proksimal dijepit dan dijahit perkutan melalui tendon yang lebih
proksimal dan ditarik masuk ke selubung tendon. Proses ini diulang di
bagian distal dan kemudian jahitan ini diikat bersama-sama.8
 Minimally Invasive/Mini Open Repair
Teknik ini merupakan perpaduan antara open repair dan percutaneous
repair. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknik ini adalah
insidensi ruptur ulang lebih rendah dibandingkan open repair, dapat
meningkatkan kekuatan otot, risiko cedera saraf minimal, dan durasi
penyembuhan lebih cepat. Risiko dehisensi luka lebih rendah dibandingkan
open repair.8
 Augmented Repair
Augmentasi diperlukan jika ukuran defek lebih dari 3 cm dan pada ruptur
yang kronis. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan graft atau flap.
Penggunaan graft atau flap akan membantu penyembuhan dan
memperkuat tendon.8

Perawatan Pasca Operasi


Pedoman American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS)
merekomendasikan protected weight bearing (penopangan berat badan
terproteksi) selama ≤ 2 minggu pada pasien pascaoperasi. Studi menunjukan
bahwa penopangan berat badan dini memungkinkan pasien kembali ke
aktivitas lebih cepat dalam 6 bulan pertama, dibandingkan jika dilakukan
casting. Namun, keputusan harus diambil berdasarkan klinis masing-masing
pasien. Pada pasien yang berolahraga, AAOS menyarankan kembali
berolahraga dalam 3-6 bulan setelah tata laksana operatif.8

Rehabilitasi
Rehabilitasi menyebabkan kekuatan dan ketahanan otot lebih baik, serta
kejadian ruptur ulangan dan elongasi tendon lebih rendah. Fase rehabilitasi
diawali dengan early controlled mobilization selama 6-8 minggu pertama, lalu
diikuti early mobilization selama 6-8 minggu kedua, lalu diakhiri dengan
rehabilitasi lanjut selama 3 bulan.8

10. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi yang dapat terjadi:9
a. Rerupture ( rupture ulangan )
Kondisi ini dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang di tata laksana secara
konservatif (40%) dibandingkan melakukan tatalaksana operatif (0-5%).
b. Nekrosis akibat diseksi yang berlebihan dan kontraktur tendon Achilles
c. Wound healing complication
d. Infeksi

11. PENCEGAHAN
Berikut pencegahan yang bisa dilakukan:9
1. Hindari kegiatan yang menempatkan stres berlebih pada tendon Achilles,
misalnya kegiatan berlari dan melompat
2. Jika merasa sakit selama latihan,maka dapat beristirahat.
3. Jika salah satu latihan atau kegiatan menyebabkan sakit terus-menerus, coba
olahraga alternatif dengan resiko rendah, seperti berjalan, bersepeda atau
berenang.
5. Menjaga berat badan ideal, tidak obesitas.
6. Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat.
Menghindari Faktor Resiko:9
1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes
2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko ruptur tendon
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga
badminton, tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
5. Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
6. Obesitas

12. PROGNOSIS
Prognosis nya bergantung pada tingkat keparahan, usia, dan pola hidup.
Tetapi, kebanyakan pasien bisa kembali beraktivitas normal, baik dengan
tatalaksana konservatif maupun operatif. Perlu dicatat, kebanyakan tetap
mengeluhkan disfungsi fungsional hingga 2 tahun setelah pengobatan.8
Prognosis juga dapat dinilai dengan ATRS (Achilles Tendon Rupture
Score). ATRS terdiri dari 10 item, yang menilai gejala klinis setelah
penanganan. Item yang dinilai adalah nyeri, keterbatasan aktivitas harian,
gangguan saat berlari dan kegiatan menaiki tangga. Suatu prognosis dikatakan
baik, apabila score lebih dari 7.8
DAFTAR PUSTAKA

1. Helmi, Zairin Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Edisi 2. Jakarta:


Salemba Medika. 2016.
2. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC. 2015.
3. Olsson N. Acute Achilles Tendon Rupture: Outcome, Prediction and Optimized
Treatment. Gothenburg, Sweden. 2013.
4. Hess GW. Achilles Tendon Rupture. Foot and Ankle Specialist. 2009. 3(1): 29-
32.
5. Wijesekera NT, Calder JD, Lee JCL. Imaging in the Assessment and
Management of Achilles Tendinopathy and Paratendinitis. Seminars in
Musculoskeletal Radiology: 2011; 5(1): 89-100.
6. Buono AD, Chan O, Maffulli. Achilles Tendon: Functional Anatomy and Novel
Emerging Models of Imaging Classification. 2012. International Orthopaedics.
7. Apley AG, Solomon L. Apley and Solomon’s. New York: CRC Press. 2018.
8. S. Keyhani, M. Mardani-Kivi, M. Abbasian. Achilles Tendon Repair, A
Modified Technique. 2013.: 1(2): 86-89.
9. Nasrul, Rizky F. Ruptur Tendon Achilles Akut: Antara Tata Laksana
Konservatif atau Operatif. J Indon Med Assoc. 2019; 69(4): 202-206.

Anda mungkin juga menyukai