SKENARIO 4
OLEH : KELOMPOK 6
DAFTAR ISI 2
SKENARIO 3
DEFINISI 7
ETIOLOGI 8
EPIDEMIOLOGI 8
KLASIFIKASI 8
FAKTOR RESIKO 9
PATOGENESIS 9
MANIFESTASI KLINIS 10
DIAGNOSIS 10
TATA LAKSANA 10
KOMPLIKASI 14
PENCEGAHAN 14
PROGNOSIS 15
REFERENSI 16
SKENARIO 4
Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun dibawa ke IGD Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri hebat pada pergelangan kaki kirinya. Sekitar 3 jam yang lalu pasien bermain sepak bola.
Saat berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek, pasien langsung terjatuh dan
merasakan nyeri mendadak yang hebat pada pergelangan kaki kiri bagian belakang sehingga ia
meraung kesakitan. Nyeri yang dirakan terus-menerus, seperti distusuk dan sangat sakit (skala 8)
terutama jika digerakkan. Selain nyeri, pergelangan kaki kiri belakang juga tampak bengkak
dan memar tetapi tidak ada luka dan tidak bisa digerakkan. Pasien tidak mampu berdiri kembali
sehingga harus dibopong keluar lapangan. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang serta memberikan pertolongan pertama untuk pasien ini.
8. Apakah ada hubungan keluhan utama dengan usia dan jenis kelamin pasien ?
Usia: Usia pasien dengan penyakit ini biasanya di antara 30-50 tahun.
Jenis kelamin: Persentase pria dengan yang mengalami cedera pada bagian tubuh ini, 5 kali
lipat lebih tinggi daripada wanita.
P-R-I-C-E, M-S-A, dan H-A-R-M yang dibahas di depan tadi sebenarnya adalah standar
penanganan untuk strain atau sprain tadi. Awalnya, penanganan pertama cedera ini disingkat
dengan R-I-C-E. Tetapi, oleh National Institute for Health and Care Excellence (NICE), telah
diperbarui menjadi P-R-I-C-E.
P : Protection, lindungi are cedera dari cedera lebih lanjut. Kita perlu melindungi pergelangan
kaki yang cedera misalnya dengan menggunakan pembalut atau penahan pergelangan kaki.
R : Rest, istirahatkan pergelangan kaki selama 48-72 jam setelah cedera. Misalnya,
pertimbangkan penggunaan kruk atau alat bantu mobilisasi. Tapi perlu diingat bahwa
pergelangan kaki tidak boleh diistirahatkan terlalu lama karena akan memperlama
penyembuhan.
I : Ice, lakukan kompres dingin secepatnya setelah cedera selama 10-30 menit karena jika
kurang dari 10 menit, tidak akan bermanfaat, sedangkan lebih dari 30 menit dapat merusak kulit.
Pengompresan dapat dilakukan dengan memasukkan es ke dalam handuk atau kantong, lalu
mengompreskannya pada area cedera. Jangan lakukan kompres es langsung pada kulit karena
akan menyebabkan ice burn. Beberapa dokter merekomendasikan untuk melakukan kompres
ulang selama 15 menit setiap 2 jam sekali dalam 48-72 jam pertama.
C : Compression, lakukan penekanan dengan pembalut untuk meminimalkan pembengkakan
dan membantu mengistirahatkan sendi. Pembalutan sebaiknya tidak terlalu kencang atau terlalu
longgar karena akan menyebabkan ketidaknyamanan atau justru tidak menghentikan perdarahan
sesuai tujuan tindakan. Lepaskan pembalut sebelum tidur. Setelah 48 jam, pemakaian pembalut
dapat dihentikan sehingga sendi dapat bergerak.
E : Elevation, tinggikan area cedera untuk membatasi dan mengurangi pembengkakan.
Misalnya menyangga kaki dengan kursi hingga setinggi panggul ketika duduk atau ketika di
tempat tidur, kita bisa menggunakan bantal untuk menyangga kaki kita.
14. Apa pencegahan yang bisa dilakukan sehingga tidak terjadi keluhan seperti di skenario?
Lakukan peregangan dan menguatkan otot betis. Jangan lupa selalu lakukan peregangan,
terutama bagian betis dan kaki belakang sebelum melakukan aktivitas fisik.
Variasikan olahraga yang dilakukan. Jangan selalu melakukan olahraga dengan intensitas
tinggi, hal ini sangat mungkin membuat Anda cedera.
Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Biasanya, cedera ini bisa terjadi akibat tubuh
Anda kaget karena adanya peningkatan intensitas olahraga yang mendadak.
15. Apa saja faktor risiko yang bisa menyebabkan cedera pergelangan kaki?
Usia: Usia pasien dengan penyakit ini biasanya di antara 30-50 tahun.
Jenis kelamin: Persentase pria dengan yang mengalami cedera pada bagian tubuh ini, 5 kali
lipat lebih tinggi daripada wanita.
Olahraga: keluhan seperti ini sering terjadi dalam olahraga yang melibatkan lari, lompat,
sepakbola, basket, dan tenis.
Suntikan steroid: Banyak dokter kadang-kadang menyuntikkan steroid ke sendi pergelangan
kaki untuk meredakan nyeri dan radang. Namun, pengobatan ini dapat melemahkan tendon
di sekitarnya dan mengakibatkan cedera tendon achilles.
Beberapa antibiotik: Antibiotik Fluoroquinolone, seperti Ciprofloxacin (Cipro)
atau Levofloxacin (levaquin), meningkatkan risiko keluhan seperti ini.
LANGKAH 4. PEMBUATAN POHON MASALAH
Hasil pemeriksaan Ruptur tendon achilles Fraktur avulsi calcaneus Tendinitis achilles
Gap +++ ++ -
Thompson test +++ - -
Dorsoflexi berlebihan +++ - -
Plantar flexi lemah +++ - -
ANAMNESIS
PX FISIK
RUPTUR TENDON
ACHILLES
DD FRAKTUR AVULSI
CALCANEUS
TENDINITIS
ACHILLES
PX PENUNJANG
1. Definisi
Tendon Achilles adalah tendon yang paling kuat dan paling besar dalam tubuh manusia
yang panjangnya 15 cm yang dimulai dari pertengahan tungkai bawah kemudian strukturnya
mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Terdiri dari struktur
tendinous (melekatnya otot ke tulang) yang dibentuk oleh gabungan antara otot gastrocnemius
dan otot soleus yang terdapat di betis. Tendon ini melekat pada tulang calcaneus dan
menyebabkan kaki berjinjit (plantar flexi) ketika otot-otot betis berkontraksi. Tendon ini sangat
penting untuk berjalan, berlari dan melompat secara normal.
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung otot dan tulang) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara
tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsoflexi pasif maksimal.
2. Epidemiologi
Kebanyakan pada orang yang berpartisipasi dalam bidang olahraga, termasuk penyakit
langka karena terjadi <0,2 % pada populasi, namun sekarang makin meningkat. Dilaporkan 6,5-
18% pada pelari; 9% pada penaru; 5% pada gymnastic; 2% pada pemain tenis; <1% pada
pemain sepak bola. Berdampak terhadap +- 1 juta atlit per tahun. Hasil penelitian di skotlandia
& Denmark ada 6-37 kasus per 100.000 org, di amerika utara 5-9 kasus per 100.000 orang, dan
di german 15.000 kasus per tahunnya. Lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan dengan
rasio 6:1. Biasa terjadi pada usia 30-50 tahun
3. Etiologi
Penyebab pecahnya tendon Achilles termasuk fleksi plantar paksa secara tiba-tiba pada
kaki, trauma langsung, dan tendinopati yang berlangsung lama atau kondisi degeneratif
intratendinous. Olahraga yang sering dikaitkan dengan pecah tendon Achilles termasuk
menyelam, tenis, bola basket, dan trek. Faktor-faktor risiko untuk pecahnya tendon Achilles
termasuk pengkondisian yang buruk sebelum berolahraga, penggunaan kortikosteroid yang
berkepanjangan, terlalu banyak tenaga, dan penggunaan antibiotik kuinolon. Pecahnya tendon
Achilles biasanya cenderung terjadi sekitar dua hingga empat cm di atas penyisipan tendon
calcaneal. Pada individu yang kidal, tendon Achilles kiri kemungkinan besar akan pecah dan
sebaliknya.
Penyebab pasti dari cedera tendon Achilles tampaknya multifaktorial. Cedera ini paling
sering terjadi pada pengendara sepeda, pelari, pemain bola voli, dan pesenam. Ketika
pergelangan kaki mengalami pronasi yang ekstrem, pergelangan kaki akan memberikan tekanan
yang sangat besar, yang menyebabkan cedera. Pada pengendara sepeda, kombinasi tinggi sadel
rendah dan dorsofleksi ekstrim selama mengayuh sepeda juga dapat menjadi faktor cedera yang
terlalu sering digunakan.
4. Klasifikasi
Empat daerah yang paling umum terjadinya ruptur tendo :
1) Quadriceps
Sebuah kelompok dari 4 otot, yang vastus lateral, medialis vastus, intermedius vastus,
dan rektus femoris, dating bersama-sama tepat diatas anda tempurung lutut (patella)untuk
membentuk tendon patella. Sering disebut quad, kelompok otot ini digunakan untuk
memperpanjang kaki dilutut dan bantuan dalam berjalan, belari, dan melompat.
2) Achilles
Tendo Achilles berasal dari gabungan tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot
plantaris. Pada manuisa, letaknya tepat dibagian pergelangan kaki. Tendo Achilles adalah
tendon tertebal dan terkuat pada tubuh manusia. Panjangnya sekitar 15cm, dimulai dari
pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian
tengah-belakang tulang calcancus. Tendon ini sangat penting unutk berjalan, berlari dan
melompat secara normal. Cidera karena olahraga dank arena trauma pada tendon Achilles adalah
biasa dan bisa menyebabkan kecacatan.
3) Rotator cuff
Rotator cuff terletak dibahu dan terdiri dari 4 otot: Supraspinatus (yang umum tendo
paling pecah), infraspinatus, teres minor, dan m.subkapularis. kelompok otot ini berfungsi untuk
mengangkat tangan ke samping, membantu memutar lengan, dan menjaga bahu keluar dari soket
tersebut.
4) Biceps
Otot biceps berfungsi sebagai flekstor lengan dari siku. Otot ini membawa tangan ke
arah bahu dengan menekuk siku.
5. Faktor Risiko
Faktor risiko ruptur tendon Achilles terbagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik
dan esktrinsik. Faktor intrinsik berdasarkan kelainan anatomis dan gangguan absorbsi
biokimiawi. Adanya kelainan anatomis dan gangguan absorbs biokimiawi menyebabkan
penyebaran gaya weight-bearing yang tidak seimbang, sehingga akan memberikan tekanan yang
sangat besar pada tendon Achilles dimana hal ini dapat menyebakan timbulnya kerusakan pada
tendon Achilles. Faktor intrinsik terdiri dari hiperpronasi subtalar, tibial varum, calcaneovalgus,
flexibilitas musculotendineus dari triceps surae dan hamstring yang ketat, panjang kaki yang
tidak sama, kelemahan otot, obesitas, dan proses penuaan.
Sedangkan faktor ekstrinsik merupakan faktor risiko yang dipengaruhi oleh lingkungan
luar, seperti aktivitas fisik dan obat obatan. Aktivittas fisik yang paling berisiko menyebabkan
ruptur tendon Achilles adalah olahraga yang melibatkan adanya gerakan berlari dan melompat
yang melibatkan adanya gerakan plantar fleksi secara tiba-tiba, seperti olahraga bola basket,
sepak bola, badminton, dan tenis. Penggunaan antibiotic floroquinolon menyebakan
melemahnya matriks extraselluler tendon Achilles sehingga kemampuan meregang tendon
berkurang. Penggunaan kortikosteriod baik injeksi ataupun sistemik dapat menyebakan collagen
melemah serta menurunkan aliran suplai darah pada area tendon yang alaminya sudah mendapat
sedikit aliran suplai darah.
6. Patofisiologi
Ruptur tendon achilles dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme yaitu
1. Gerakan plantarflexi yang tiba tiba, seperti saat memulai lari sprint
2. Gerakan dorslflexi yang berlebihan, seperti saat seseorang terperosok ke dalam lubang
3. Trauma langsung
Tendon achilles adalah tendon dari musculus triceps surae yaitu m. Gastrocnemius dan m.
Soleus yang bekerja dengan gerakan plantarflexi. Panjangnya sekitar 15 cm. Memiliki area
dengan vaskularisasi rendah yang disebut watershed area, 3-6 cm dari insersinya di os calcaneus.
Area watershed ini juga yang membuat prognosis dari rupture tendon achilles menjadi buruk
dikarenakan penyembuhannya yang lama dan kecenderungan rekurens.
Terkait dengan mekanisme ruptur tendon achilles, apabila terjadi rupture tendon achilles
maka akan muncul 4 manifestasi klinis yang apabila 2 diantara positif maka diagnosis dappat
ditegakkan
1. Dorsofleksi yang berlebihan
2. Tidak dapat melakukan plantarflexi
3. Thompson test positif
4. Gap diantara tendon achilles
7. Manifestasi klinis
Riwayat klinis dan pemeriksaan sangat penting untuk diagnosis. AT adalah kondisi klinis
ditandai dengan nyeri, bengkak (difus atau terlokalisir), dan gangguan kinerja tendon Achilles.
Nyeri adalah gejala utama dari AT. Ini terjadi di awal dan sesaat setelah akhir sesi pelatihan.
Saat proses patologis berlangsung, rasa sakit dapat terjadi selama seluruh sesi latihan, dan pada
kasus yang parah dapat mengganggu kegiatan hidup sehari-hari. Pemeriksaan klinis adalah alat
diagnostik terbaik. Lokasi nyeri 2-6 cm di atas calcaneus dan nyeri pada saat dipalpasi adalah tes
yang andal dan akurat untuk diagnosis. Evaliasi saat berdiri menilai postur, keseimbangan, dan
mal-alignment anatomi biasanya dilakukan selama pemeriksaan klinis.
Radiologi foto polos digunakan untuk mendiagnosis kelainan tulang terkait dan
incidental. Ultrrasonografi adalah metode pencitraan yang efektif karena berkorelasi baik
dengan temuan histopatologis. Studi MRI dilakukan hanya jika pemindaian dengan USG tetap
tidak jelas. MRI menyediakan informasi yang luas pada morfologi internal tendon dan struktur
sekitarnya dan berguna dalam mengevaluasi berbagai tahap degenerasi kronis dan dalam
membedakan antara peritendinitis dan tendinopati. Area degenerasi mukoid ditunjukan pada
MRI sebagai zona intensitas tinggi pada gambar T1 dan T2.
8. Diagnosis
A. Anamenis
Dari anamesis didapatkan gejala bermacam-macam, diantaranya :
- Rasa sakit yang mendadak dipergelanagan kaki bagian belakang.
- Bengkak, kaku, dan memar.
- Nyeri berat dan seperti ditusuk-tusuk.
- Kekuatan plantar fleksi melemah atau hilang.
- Depresi tendon 3-5 cm diatas tumit.
B. Pemeriksaan fisik
Look : bengkak, kulit berwarna merah, terlihat depresi tendon
Feel : kulit teraba hangat, nyeri tekan(+)
Move : ROM berkurang pada plantar fleksi
Test Thompson(+) : pasien dalam posisi pronasi, remas betis pasien, bila normal maka akan
terjadi gerakan plantarfleksi, namun jika ada ruptur maka gerakan tersebut tidak terlihat.
Test Matles(+) : pasien dalam keadaan pronasi, lutut di fleksikan 90 derajat. Pada ankle yang
ruptur, posisinya akan lebih dorsofleksi dibandingkan sisi yang normal
Apabila 2 dari pemeriksaan diatas positif, maka diagnosis Ruptur Tendon Achilles dapat
ditegakkan.
C. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : dalam batas normal
Radiologis : MRI, usg
9. Tatalaksana
Protection : Mengamankan pasien keluar dari lapangan yang bertujuan untuk melindungi
pasien dari kemungkinan cedera lebih lanjut
Rest : mengistirahatkan pasien lebih lanjut agar mengurangi komplikasi pada cedera atau
lebih update sekarang (3-4 minggu)
Over loading : mengistirahatkan pasien lebih lanjut dan menggerakan secara minimal agar
tidak terjadinya komplikasi salah satunya atropi pada otot
Icing : pemberian es pada cedera sampai kulit terlihat pucat agar vasokonstriksi maksiamal
dimana ini bagus untuk memperbaiki cedera jangan sampai menjadi merah
Comprassion : pemakaian gips sirkuler plantar fleksi selama 6-8 minggu
Elevasion : memposisikan kaki yang cedera lebih tinggi dari posisi jantung
Tatalaksana terbagi dua yakni konservatif yaitu berupa penatalaksanaan pada poin ke 4
diatas, yang kedua ialah operatif disini berupa tatalaksana non farmologis yaitu:
1) Percutaneous surgery : sayatan kecil selebar 2-4 cm melalui luka tusuk, jahitan melewati
ujung distal dan proximal pada posisi kaki equinus malksimal, luka-luka dibersihkan dan
dilakukan pemasangan gips tanpa beban selama 4 minggu kemudian diikuti 4 minggu
pemasangan gips beratdengan elevasi tumit rendah.
2) Open surgical repair : insisi longitudinal medial dengan sayatan 3-10 cm yang mana
tindakan ini jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi luka atau adhesi dan
infeksi.
Setelah operasi pergelangan kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan orthosis.
Imobilisasi dilakukan 4-6 minggu kemudian dilakukan pemasangan boot orthosis agar bisa
digerakkan minimum kemudian bisa diikutsertakan dengan olahraga ringan lainnya seperti
berenang,bersepeda stationer. Perbandingan perbaikan antara tindakan konservatif dan operatif
memiliki kelebihan dan kekurangan untuk penyembuhan lebih baik dilakukan operatif namun
diperhatikan komplikasi infeksi jadi harus lebih steril tindaknnya sedangkan tindakan
konservatif lebih lama penyembuhannya namun tidak mengakibatkan infeksi. Penyembuhan
biasanya dapat terjadi setelah 4 bulan tindakan dan berprognosis bonam
10. Komplikasi
1. Rerupture atau ruptur ulang
Komplikasi yang dapat terjadi akibat ruptur tendon achilles adalah rerupture atau ruptur
ulangan. Kondisi ini dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang ditata laksana secara konservatif
(40%) dibandingkan yang melakukan tata laksana operatif
2. Konservatif
Tatalaksana Konservatif Tujuan dari tatalaksana konservatif adalah mengembalikan dan
mempertahankan kontak dari ujung tendon yang ruptur untuk memulai proses penyembuhan.
Regimen tatalaksana konservatif berbeda, namun secara umum melibatkan imobilisasi dengan
menggunakan casting rigid atau functional bracing. Posisi kaki pada awalnya dipertahankan
pada posisi equinus penuh (30o plantar fleksi), kemudian diganti secara perlahan menjadi posisi
netral dalam jangka waktu 8-12 minggu. Tidak ada konsensus antara keunggulan cast di atas
lutut ataupun di bawah lutut.
Komplikasi yang sering terjadi akibat casting yang lama adalah kekakuan sendi, atrofi
otot betis, waktu tidak bekerja yang lebih lama, waktu kembali berolah raga lebih lama, dan
kepatuhan pasien yang rendah
3. Operatif
Tatalaksana operatif menurunkan risiko ruptur ulang secara signifikan, namun
meningkatkan komplikasi yang berhubungan dengan tindakan operatif yang dilakukan, seperti
infeksi luka, nekrosis akibat diseksi yang berlebihan dan kontraktur tendon Achilles.
11. Pencegahan
Lakukan peregangan dan menguatkan otot betis. Jangan lupa selalu lakukan peregangan,
terutama bagian betis dan kaki belakang sebelum melakukan aktivitas fisik.
Variasikan olahraga yang dilakukan. Jangan selalu melakukan olahraga dengan intensitas
tinggi, hal ini sangat mungkin membuat Anda cedera.
Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Biasanya, cedera ini bisa terjadi akibat tubuh
Anda kaget karena adanya peningkatan intensitas olahraga yang mendadak.
12. Prognosis
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendo Achilles, tendo akan kembali normal.
Jika operasi dilakukan, tendo mungkin menjadi lebih kuat dan kecil kemungkinannya untuk
ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru bisa dilakukan kembali setelah 6
minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah 4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi.
KESIMPULAN
Rupture tendon Achilles adalah robek atau putusnya hubungan tendon (jaringan
penyambung otot dan tulang) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara
tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsoflexi pasif maksimal. Hal ini biasanya terjadi
sebagai akibat dari sport injury. Mekanisme cedera yang dialami penderita biasanya karena
gerakan fleksi plantar paksa secara tiba-tiba pada kaki, trauma langsung, dan tendinopati yang
berlangsung lama atau kondisi degeneratif intratendinous. Faktor yang memengaruhi terjadinya
ruptur tendon Achilles dapat berupa kelainan anatomis ataupun penggunaan obat seperti
floroquinolon dan kortikosteroid. Karakteristik ruptur tendon Achilles ditandai dengan nyeri
hebat di pergelangan kaki bagian belakang.
REFERENSI .
1. Anderson silvia prince (1996). Patofisiologi konsep-konsep klinik proses-proses penyakit.
Penerbit buku kedokteran. EGC, Jakarta.
2. Blom A, Warwick D, Whitehouse MR. Apley & Solomon’s system of orthopaedics and
trauma. Edisi 10. New York: Taylor & Francis Group, 2018.
3. Brukner dan khan. Clinical Sport Injuries. Australia: Mc.Graw-Hill Book Company. 2011.
4. Egger AC, Berkowitz MJ. Achilles tendon injuries. Curr Rev Musculoskelet Med. 2017
Mar;10(1):72-80.
5. Maffulli N, Via AG, Oliva F. Chronic Achilles Tendon Rupture. Open Orthop J.
2017;11:660-669.
6. Muttaqin, A. 2011. Buku saku gangguan musculoskeletal. EGC, Jakarta.
7. Noor,Zairin. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Edisi 2.Jakarta: Penerbit
SalembaMedika,2016.279-280.
8. Peterson Lars, dan Renstrom Per.(1986). Sport Injuries: Their Prevention and Treatment.
London: Ciba-Geigy.