Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TUTORIAL

BLOK KELUHAN BERKAITAN DENGAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

SKENARIO 2

OLEH : KELOMPOK 8

DOSEN TUTOR : dr. Widya

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
DAFTAR NAMA ANGGOTA KELOMPOK

GHANDI MAHESA PRIAMBODO : 1710911310014


H. SUFIANI : 1710911310018
HADROMY RAHMANDA RIANSYAH : 1710911310019
JOSUA TANGION SINAGA : 1710911310022
NABILA QATHROH NADA : 1710911220038
NOVATALIA BATOSAMMA : 1710911220041
NURFADILAH : 1710911220042
PUTRI NUR AINI : 1710911220043
SALSABELLA FIRQAH NAJIYAH : 1710911220045
SHAFA RAHMANI PUTERI : 1710911220048
SHEINA JANNA IDFIDA IRWANTO : 1710911220049
SITI SA’DIAH : 1710911220050
SONYA ESTI KHOLIFA : 1710911220051
SKENARIO 2

OLAHRAGA MEMBAWA DERITA..


Seorang pasien laki-laki berumur 25 tahun dibawa ke IGD rumah sakit dengan keluhan nyeri
hebat pada daerah belakang pergelangan kaki kirinya. Sekitar 3 jam yang lalu pasien bermain
sepak bola. Saat berebutan bola, tiba-tiba kaki kirinya berbunyi krek, pasien langsung terjatuh
dan merasakan nyeri mendadak yang hebat pada pergelangan kaki kiri bagian belakang
sehingga ia meraung kesakitan. Nyeri yang dirasakan terus menerus, seperti ditusuk dan
sangat sakit (skala 8) terutama jika digerakkan. Selain nyeri pergelangan kaki kiri belakang
juga tampak bengkak dan memar tetapi tidak ada luka dan tidak bisa digerakkan. Pasien tidak
mampu berdiri kembali sehingga harus dibopong keluar lapangan. Dokter kemudian
melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang serta memberikan pertolongan
untuk pasien ini.
LANGKAH 1. IDENTIFIKASI DAN KLARIFIKASI ISTILAH
-

LANGKAH 2. IDENTIFIKASI MASALAH


1. Mengapa bisa bengkak dan memar?
2. Mengapa bisa berbunyi “krek”?
3. Penyakit apa yang bisa terjadi pada pasien?
4. Tata laksana awal dokter saat di IGD?
5. Mengapa nyeri terus menerus dan terasa seperti ditusuk-tusuk?
6. Apakah termasuk kegawatdaruratan?
7. Mengapa pasien tidak bisa berdiri?
8. Mengapa perlu ditanyakan skala nyeri? Cara menghitungnya?
9. Hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan utama?
10. Apakah perlu dibalut dan dibidai?
11. Anamnesis pada pasien?
12. Pemeriksaan fisik dan penunjang yang harus dilakukan?

LANGKAH 3. ANALISIS MASALAH


1. Karena robekan atau putusnya tendon achilles secara mendadak dengan jaringan
penyambungnya. rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang
pergelangan kaki atau betisseperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1inci
di atas tulang tumit. daerah ini paling sedikit menerima supplai darah dan mudah
sekali mengalami cedera meskipun oleh sebabyang sederhana$ meskipun oleh sepatu
yang menyebabkan iritasi. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan
merasakan adanya kelemahan yang luas pada serat serat protein kolagen
yang mengakibatkan robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon.

2. Bunyi “krek” yang terjadi pada saat rupture tendon Achilles adalah bunyi yang
dihasilkan dari sobekan yang sangat keras saat terjadi rupture pada tendon Achilles
yang merupakan jaringan jaringan fibrous yang sangat tebal dan kuat sehingga saat
terkena gaya yang cukup besar untuk merobekkan jaringan tersebut, bunyi yang
dihasilkan pun cukup besar. Bunyi “krek” atau “pop” sendiri merupakan tanda yang
sangat khas pada rupture tendon Achilles.

3. Penyakit yang mungkin terjadi


Golongan Penyakit
Arthritis Fibromyalgia
Gout
Rheumatoid athritis
Seronegative spondyloarthripathies
Infeksi Ulkus diabetic
Osteomyelitis
Plantar warts
Neurologis Radikulopati lumbar
Nerve entrapment (branch of posterior
tibial nerve)
Neuroma
Tarsal Tunnel Syndrome
Trauma Achilles tendon rupture
Sprain of calf muscle
Calcaneal fracture
Tumor Ewing’s sarcoma
Neuroma
Vascular Deep vein trombosis
 Tenosivitis – Kondisi yang juga disebut peradangan lapisan pelindung tendon ini,
memengaruhi sinovium; yaitu cairan pelindung yang membantu tendon bergerak
dengan mudah. Tenosivitis biasanya muncul akibat cedera

 Achilles tendinitis
Cedera, gerakan yang salah, dan aktivitas berlebihan, misalnya berlari, naik turun tangga,
atau melompat, dapat menimbulkan peradangan pada tendon Achilles (Achilles
tendinitis). Selain itu, Achilles tendinitis dapat dipicu oleh bone spur, yaitu pertumbuhan
tulang baru yang mengganggu pelekatan tendon Achilles ke tulang tumit.
Umumnya keluhan yang menyertai kondisi ini berupa nyeri dan bengkak pada betis,
tungkai terasa berat saat berolahraga atau beraktivitas, dan terbatasnya pergerakan kaki,
terutama saat menekuk pergelangan kaki.
Cedera sinus tarsi alias sindroma sinus tarsi adalah cedera atau trauma yang terjadi di sisi
luar pergelangan kaki. Sinus tarsi itu sendiri merupakan rongga di sekitar pergelangan
kaki yang terbentuk dari beberapa persendian untuk menghubungkan bagian tulang talus
dan calcaneus. Sindroma sinus tarsi juga dapat terjadi ketika ada luka atau robekan pada
salah satu, atau lebih, ligamen dalam sinus tarsi.

cedera sinus tarsi


Penyebab utama dari sindroma sinus tarsi adalah cedera pergelangan kaki atau trauma
yang mengenaik satu atau lebih dari satu ligamen dalam sinus tarsi. Misalnya terkilir,
keseleo, atau terjatuh saat berolahraga atau beraktivitas.

5. Nyeri adalah hasil stimulasi reseptor sensorik, provokasi saraf saraf sensorik nyeri
menghasilkan reaksi ketidaknyamanan, distress atau menderita. Jalur (pathway) nyeri klasik
terdiri dari rantai 3 neuron yang meneruskan sinyal nyeri dari perifer ke korteks serebral : (i)
neuron tingkat pertama, (ii) neuron tingkat kedua dan (iii) neuron tingkat ketiga. Sensasi
nyeri dimulai dari neuron tingkat pertama. Nyeri merupakan mekanisme proteksi tubuh
ketika terjadi kerusakan pada suatu jaringan. Reseptor nyeri disebut free nerve ending yang
terletak pada lapisan superficial kulit, periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, selaput
otak dan tentorium. Reseptor nyeri distimulasi oleh mekanik, suhu dan stimulasi kimia dan
dibawa oleh serabut Að dengan kecepatan 6 sampai 30 meter/detik. Secara fisiologi nyeri
dibagi menjadi dua tipe yaitu : fast pain dan slow pain. Fast pain terjadi sekitar 0,1 detik yang
digambakan tajam, akut,elektrik atau nyeri kejut. Biasanya dirasakan pada jaringan
seperfisial dan menjalar ke jaringan yang lebih dalam. Slow pain seperti terbakar atau nyeri
kronis terdapat pada jaringan dalam kulit yang biasanya disebabkan oleh stimulasi kimiawi
dan dibawa oleh serabut tipe C dengan kecepatan antara 0.5 sampai 2 meter/detik. Zat kimia
seperti bradykinin, serotonin, histamin, ion potassium, asam, asetilkolin dan enzim proteolitik
memungkinkan untuk menghasilkan nyeri. Faktor penyebab nyeri antara lain adalah panas,
asam 23 laktat karena iskemik jaringan, kontusio, infeksi bakteri, spasme otot.
6. Tidak sebab tidak mencakup kriteria sebagai berikut : henti nafas, henti jantung, bila tidak
ditangani dengan segera dapat mengakibatkan kecacatan permanen atau kematian (prinsip
time is money), dan keracunan.

7. ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu:

1) Sprain
a) sprain tingkat 1 (Cedera ringan) Pada cedera ini penderita tidak mengalami keluhan yang
serius, namun dapat mengganggu penampilan atlet. Misalnya: lecet, memar, sprain yang
ringan.

b) sprain tingkat 2 Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih nyata berpengaruh pada
performance atlit. Keluhan bisa berupa nyeri, bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda
inflamasi) misalnya: lebar otot, strain otot, tendon-tendon, robeknya ligamen (sprain grade
II).

c) sprain tingkat 3 (cedera berat) Pada cedera tingkat ini perlu penanganan yang
intensif,istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika robekan lengkap atau hampir
lengkap ligamen (sprain grade III) dan atau fraktur tulang.

Strain (Robekan jaringan otot / tendo)

strain otot adalah kerusakan pada bagian otot atau tendonnya(termasuk titik-titik pertemuan
antara otot dan tendon) karena penggunaannya yang berlebihan ataupun stres yang
berlebihan. Terjadinya robekan jaringan yang bisa makroskopis (dapat dilihat dengan mata
telanjang) atau mikroskopis (hanya terlihat dengan mikroskop) Setiawan, Tendinitis achilles
adalah suatu peradangan pada tendon achilles, yaitu urat daging yang membentang dari otot
betis ke tumit. Otot betis dan tendon achilles berfungsi menurunkan kaki bagian depan
setelah tumit menyentuh tanah dan mengangkat tumit ketika jari-jari kaki ditekan sebelum
melangkah dengan kaki yang lainnya. Berdasarkan berat ringannya cedera, membedakan
strain menjadi 3 tingkatan, yaitu

a) Strain Tingkat I Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai
terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.

b) Strain Tingkat II Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus.
Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.

c) Strain Tingkat III Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus.
Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan. Jika melihat dari macam cedera di
atas, maka cedera yang terjadi akan menimbulkan juga berbagai macam keluhan, seperti
nyeri, panas, penurunan fungsi gerak dari anggota tubuh yang mengalami cedera tersebut.
Hal semacam itu di dunia medis lebih dikenal dengan istilah inflamasi atau peradangan yang
memiliki ciri-ciri panas, merah, bengkak, nyeri dan penurunan fungsi.

8. perlunya untuk mengetahui skala nyeri agar bisa membantu dokter untuk mengetahui
seberapa parahnya trauma yang terjadi dan seberapa tinggi nya ambang nyeri pasien. Skala
nyeri secara umum digambarkan dalam bentuk nilai angka, yakni 1-10. Berikut adalah jenis
skala nyeri berdasarkan nilai angka yang perlu Anda ketahui.

• Skala 0, tidak nyeri


• Skala 1, nyeri sangat ringan
• Skala 2, nyeri ringan. Ada sensasi seperti dicubit, namun tidak begitu sakit
• Skala 3, nyeri sudah mulai terasa, namun masih bisa ditoleransi
• Skala 4, nyeri cukup mengganggu (contoh: nyeri sakit gigi)
• Skala 5, nyeri benar-benar mengganggu dan tidak bisa didiamkan dalam waktu lama
• Skala 6, nyeri sudah sampai tahap mengganggu indera, terutama indera penglihatan
• Skala 7, nyeri sudah membuat Anda tidak bisa melakukan aktivitas
• Skala 8, nyeri mengakibatkan Anda tidak bisa berpikir jernih, bahkan terjadi perubahan
perilaku
• Skala 9, nyeri mengakibatkan Anda menjerit-jerit dan menginginkan cara apapun untuk
menyembuhkan nyeri
• Skala 10, nyeri berada di tahap yang paling parah dan bisa menyebabkan Anda tak
sadarkan diri
Cara Menghitung Skala Nyeri

Mengetahui skala nyeri menjadi penting karena metode ini membantu para tenaga
medis untuk mendiagnosis penyakit, menentukan metode pengobatan, hingga menganalisis
efektivitas dari pengobatan tersebut. Dalam dunia medis, ada banyak metode penghitungan
skala nyeri. Berikut ini beberapa cara menghitung skala nyeri yang paling populer dan sering
digunakan.

1. Visual Analog Scale (VAS)

Visual Analog Scale (VAS) adalah cara menghitung skala nyeri yang paling banyak
digunakan oleh praktisi medis. VAS merupakan skala linier yang akan memvisualisasikan
gradasi tingkatan nyeri yang diderita oleh pasien.

Pada metode VAS, visualisasinya berupa rentang garis sepanjang kurang lebih 10 cm, di
mana pada ujung garis kiri tidak mengindikasikan nyeri, sementara ujung satunya lagi
mengindikasikan rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Selain dua indicator tersebut,
VAS bisa diisi dengan indikator redanya rasa nyeri.

VAS adalah prosedur penghitungan skala nyeri yang mudah untuk digunakan. Namun, VAS
tidak disarankan untuk menganalisis efek nyeri pada pasien yang baru mengalami
pembedahan. Ini karena VAS membutuhkan koordinasi visual, motorik, dan konsentrasi.

2. Verbal Rating Scale (VRS)

Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa
nyeri yang dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada
pasien pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi
motorik dan visual.

3. Numeric Rating Scale (NRS)

Kalau tadi penghitungan skala nyeri didasari pada pernyataan, maka metode Numeric
Rating Scale (NRS) ini didasari pada skala angka 1-10 untuk menggambarkan kualitas nyeri
yang dirasakan pasien. NRS diklaim lebih mudah dipahami, lebih sensitif terhadap jenis
kelamin, etnis, hingga dosis. NRS juga lebih efektif untuk mendeteksi penyebab nyeri akut
ketimbang VAS dan VRS. NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya
pernyataan spesifik terkait tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang dirasakan
tidak dapat diidentifikasi dengan jelas.

4. Wong-Baker Pain Rating Scale

Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri yang
diciptakan dan dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala
nyeri dengan metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke
dalam beberapa tingkatan rasa nyeri. Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta
pasien untuk memilih wajah yang kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang
mereka alami.

Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:

• Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan


• Raut wajah 2, sedikit nyeri
• Raut wajah 3, nyeri
• Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
• Raut wajah 5, nyeri parah
• Raut wajah 6, nyeri sangat parah

5. McGill Pain Questinonnaire (MPQ)

Metode penghitungan skala nyeri selanjutnya adalah McGill Pain Questinnaire


(MPQ). MPQ adalah cara mengetahui skala nyeri yang diperkenalkan oleh Torgerson dan
Melzack dari Universitas Mcgill pada tahun 1971. Sesuai dengan namanya, prosedur MPQ
berupa pemberian kuesioner kepada pasien. Kuesioner tersebut berisikan kategori atau
kelompok rasa tidak nyaman yang diderita.

Terdapat 20 kelompok yang masing-masing terdiri dari sejumlah kata sifat (adjektiva). Pasien
diminta untuk memilih kata-kata yang kiranya paling menggambarkan kondisi mereka saat
ini.

6. Oswetry Disability Index (ODI)

Oswetry Disability Index (ODI) adalah metode deteksi skala nyeri yang bertujuan
untuk mengukut derajat kecacatan, pun indeks kualitas hidup dari pasien penderita nyeri,
khususnya nyeri pinggang.

Pada penerapannya, pasien akan diminta melakukan serangkaian tes guna mengidentifikasi
intensitas nyeri, kemampuan gerak motorik, kemampuan berjalan, duduk, fungsi seksual,
kualitas tidur, hingga kehidupan pribadinya. Dari sini, dokter dapat mengetahui skala nyeri
dan memastikan apa penyebab utama dari nyeri yang dirasakan tersebut.

7. Brief Pain Inventory (BPI)

Awalnya, metode ini digunakan untuk menghitung skala nyeri yang dirasakan oleh
penderita kanker. Namun. Saat ini BPI juga digunakan untuk menilai derajat nyeri pada
penderita nyeri kronik.
8. Memorial Pain Assessment Card

Cara mengukur skala nyeri dengan metode Memorial Pain Assessment Card ini
dinilai cukup efektif, terutama untuk pasien penderita nyeri kronik. Dalam penerapannya,
MPAC akan berfokus pada empat indicator, yakni intensitas nyeri, deskripsi nyeri,
pengurangan nyeri, dan mood.

Skala nyeri sifatnya subjektif. Anda bisa saja berpendapat bahwa nyeri yang sedang
dirasakan masuk ke dalam kelompok nyeri berat. Jangan berspekulasi. Segera periksakan diri
ke dokter untuk mendapatkan informasi jelas perihal tingkat keparahan nyeri yang
sebenarnya Anda alami

9. Untuk hubungan usia, setiap orang akan mengalir degenerasi artinya setiap orang akan
mengalami penurunan fungsi tubuh, orang dengan usia lanjut lebih rentan mengalami cidera
yang berhubungan dengan muskuloskeletal baik itu di tendon Achilles ataupun di bagian
tubuh yang lainnya. Untuk hubungan jenis kelamin sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang
besar antara pria dan wanita mengenai defisiensi hormon namun peneliti mengatakan bahwa
akibat calf muscle pria lebih besar sehingga menghasilkan tenaga yang lebih besar, yang
mengakibatkan beban terhadap tendon Achilles pada pria jauh lebih rentan mengalami
rupture.

10. Perlu, karena sesuai dengan indikasi dari balut bidai, yang di antaranya sebagai berikut :

1. Adanya fraktur, baik tebuka maupun tertutup


2. Adanya kecurigaan terjadi fraktur
3. Dislokasi persendian
4. Posisi ekstremitas abnormal
5. Memar
6. Bengkak
7. Deformitas
8. Nyeri pada gerak aktif maupun pasif
9. Nyeri sumbu
10. Krepitasi
11. Pendarahan
12. Hilang denyut nadi pada bagian distal lokasi cedera
13. Kram otot di sekitar lokasi cedera

11. Nyeri kaki paling sering disebabkan oleh kallus, hipertrofi kuku, deformitas hallux, dan
hilangnya nadi arteri. Nyeri kaki bagian depan bisa disebabkan oleh pembengkakan tulang di
basis sendi jari I kaki (bunion), hammer toe, claw toe, kuku tumbuh ke dalam, metatarsalgia,
neuroma interdigital, dan hallux rigidus. Nyeri kaki bagian tengah bisa disebabkan oleh
osteoartritis, fasiitis plantar, fibroma plantar, dan tarsal tunnel syndrome. Nyeri kaki bagian
belakang bisa disebabkan oleh fasciitis plantar, bursitis tumit belakang, dan tendinitis
Achilles.
Nyeri pergelangan kaki lateral bisa disebabkan oleh sprain ligamen lateralis, fraktur
fibula distal, ketidakstabilan pergelangan kaki kronis, dan tendinitis peronei. Nyeri
pergelangan kaki medial bisa disebabkan oleh sprain ligamen deltoideus, tendinitis tibia
posterior, tarsal tunnel syndrome, dan fraktur distal tibia. Nyeri pergelangan kaki posterior
bisa disebabkan oleh tendinitis Achilles dan ruptur tendon Achilles. Nyeri pergelangan kaki
kronis bisa disebabkan oleh artritis dan sinovitis subtalus.
Penggalian tentang keluhan nyeri kaki berdasarkan penggalian riwayat penyakit
sekarang, yaitu:

1. Onset dan durasi.

2. Frekuensi: apakah sakitnya terus-menerus atau hilang-timbul? Apakah ada waktu


tertentu munculnya?

3. Sifat munculnya nyeri: apakah nyerinya akut atau kronis?

4. Sifat nyeri: Tanyakan tentang keparahan nyeri, riwayat aktivitas/gejala yang


berhubungan dengan nyeri, serta gerakan/posisi yang memperberat atau mengurangi
nyeri. Keparahan nyeri (nyeri ringan/sedang/berat, kalau perlu pasien diminta untuk
menentukan keparahan nyerinya pada skala 0 sampai 10, dimana 0 adalah tidak nyeri
dan 10 adalah nyeri yang sangat hebat).

➢ Nyeri kaki disertai dengan kesulitan memakai sepatu biasanya disebabkan oleh deformitas

kaki, termasuk kista ganglion dan fibroma plantar.

➢ Nyeri kaki dengan gesekan sepatu pada hallux bisa diakibatkan oleh bunion. Bila

menggesek jari kaki lain, bisa disebabkan oleh hammer toe.


➢ Nyeri jari kaki hanya dengan selimut diletakkan di atasnya, bisa disebabkan oleh gout.

➢ Nyeri kaki dengan kebas jari kaki, nyeri di antara jari, dan memakai sepatu yang ketat

menyebabkan jari kaki kesemutan, biasanya disebabkan oleh Morton neuroma.

➢ Nyeri kaki pada pasien penderita diabetes mellitus, dengan nyeri di malam hari, nyerinya

seperti terbakar, ada rasa kesemutan, dengan deformitas progresif bisa disebabkan oleh
diabetic foot.

➢ Nyeri di tumit sangat hebat saat berdiri, dan berkurang dengan menghilangkan beban pada

kaki, bisa disebabkan fasciitis plantar.

➢ Nyeri dengan rasa kesemutan dan terbakar di telapak kaki dan kram arkus kaki, bisa

disebabkan oleh tarsal tunnel syndrome.

➢ Nyeri kaki dengan demam, ulserasi dan kemerahan kulit, bisa disebabkan oleh selulitis

dan artritis septik.

➢ Nyeri kaki dengan riwayat trauma dan ketidakmampuan menanggung beban badan bisa

disebabkan oleh fraktur dan sprain.

➢ Nyeri pergelangan kaki dengan pergelangan yang terpuntir atau rotasi, terutama sesudah

jatuh pada sisi kaki, bisa diakibatkan oleh sprain pergelangan kaki dan fraktur pergelangan
kaki.

➢ Nyeri pergelangan kaki dengan benjolan di punggung tumit, biasanya disebabkan oleh

bursitis pra-Achilles.

➢Nyeri belakang pergelangan kaki yang terasa saat naik tangga, biasanya disebabkan oleh
bursitis retrokalkaneus.

➢Nyeri pergelangan dengan pembengkakan di belakang pergelangan dan sepatu yang


menggesek bagian dalam pergelangan kaki, biasanya disebabkan oleh tenosinovitis tibialis
posterior.

➢ Nyeri pergelangan pada penari atau olahragawan bisa disebabkan oleh ketidakstabilan

pergelangan kaki dan osteoartritis.

➢Nyeri pergelangan kaki dengan ketidakmampuan berjalan > 4 langkah segera sesudah
trauma, bisa disebabkan oleh fraktur pergelangan, atau hanya sprain.

➢Nyeri pergelangan kaki dengan rasa ditembak atau ditendang di belakang pergelangan,
kadang tedengar bunyi “pop”, terjadi mendadak, bisa disebabkan oleh ruptur atau
kontusion tendon Achilles.

5. Lokasi nyeri: pasien diminta untuk menunjukkan lokasi nyerinya. Lokasi nyeri bisa
menunjukkan kemungkinan struktur mana yang mengakibatkan nyeri.
6. Hubungan dengan fungsi fisiologis: apakah ada gangguan sistem fisiologis yang
diakibatkan oleh keluhan saat ini, misalnya gangguan tidur, kehilangan nafsu makan, dan
sebagainya.
7. Akibat terhadap aktivitas sehari-hari: tidak bisa melakukan aktivitas ringan/sedang/berat
8. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri: minum obat tertentu (lengkap dengan
dosis dan durasi pemakaian obat), serta hasil dari upaya yang dilakukan untuk mengurangi
keluhan (apakah membaik, tetap, atau memburuk).

12.
 Pemeriksaan Fisik

Kunci pemeriksaan fisik pada gangguan muskular adalah look, feel dan move.
 Look : lihat gait pasien, kemudian lakukan inspeksi kulit dan lihat apakah terdapat
pembengkakan, ecchymosis, dan benjolan pada otot. [18,20]
 Feel : palpasi tendon untuk merasakan kekenyalan dan bentuk otot, apakah terdapat nyeri
tekan atau teraba gap, letak gap umumnya berada pada 2-6 cm di atas tulang calcaneus.
Namun gap bisa tidak teraba jika terdapat pembengkakan. [18,20,21]
 Move: lakukan penilaian Range Of Motion (ROM) baik aktif dan pasif serta bandingkan
kekuatan otot dengan kontralateral. Jika terjadi ruptur, kekuatan plantarfleksi menurun
sedangkan pergerakan pasif dan aktif dorsofleksi tidak terpengaruh.
Pedoman American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) menyarankan
pemeriksaan Thompson test dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan lain yang
dapat dilakukan adalah Matles test, Copeland test, dan O’Brien test.

Thompson Test
Tes ini disebut juga Simmond test atau Calf-squeeze test. Cara pemeriksaan adalah pasien
dibaringkan posisi telungkup dengan kedua kaki dan pergelangan kaki menggantung.
Kemudian pegang betis seperti gerakan memeras. Pemeriksaan dinyatakan positif jika tidak
terjadi plantar fleksi pada kaki. Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 98% dan spesifisitas
93%.

Matles Test
Tes ini dilakukan dengan pasien dalam posisi telungkup, lutut fleksi sebesar 90 derajat.
Ruptur tendon Achilles ditandai dengan posisi kaki menjadi netral atau dorsofleksi.

Copeland Test
Cara pemeriksaan adalah pasien berbaring telungkup dengan kedua kaki dan pergelangan
kaki menggantung di meja periksa. Kemudian letakkan sphygmomanometer di pertengahan
betis, pompa sampai tekanan 100 mmHg lalu dorsifleksikan pergelangan kaki. Pada kondisi
normal, tekanan akan naik sampai 140 mmHg, namun jika terdapat ruptur tendon Achilles
maka kenaikan tidak ada atau hanya sedikit.

O’Brien Needle Test

Tes ini lebih invasif dan jarang dilakukan. Tes ini memasukkan jarum kira-kira 10 cm pada
insersi kalkaneus, kemudian dilakukan plantarfleksi pasif. Normalnya, jarum bergerak ke
arah berlawanan sementara pada ruptur tendon Achilles, posisi jarum tetap sama.

 Pemeriksaan Penunjang
- Ultrasonografi/USG dan Magnetic resonance imaging/MRI merupakan pemeriksaan
penunjang yang dilakukan untuk konfirmasi diagnosis, namun tidak dianjurkan
dipakai sebagai pemeriksaan ruti [2]
- USG dapat memberikan penilaian dinamis dari tendon dan dapat mengevaluasi
neovaskularisasi jaringan. USG juga dapat digunakan untuk membimbing prosedur
perkutan. USG memiliki sensitivitas 100% dan spesifisitas 90% untuk diagnosis
ruptur tendon Achilles.
- MRI bermanfaat dalam diagnosis gangguan tendon karena dapat mendeteksi kelainan
pada seluruh unit alat gerak, termasuk tendon, kalkaneus, insersi Achilles, bursa
retrocalcaneal, jaringan peritendinous, dan persimpangan muskulotendinous. Temuan
MRI juga berkorelasi dengan temuan intraoperatif dan berguna untuk perencanaan
bedah.

LANGKAH 4. POHON MASALAH

LANGKAH 5. SASARAN BELAJAR


1. Anamnesis
2. Etiologi
3. Epidemiologi
4. Faktor risiko
5. Klasifikasi
6. Patofisiologi
7. Manifestasi Klinis
8. Diagnosis
9. Tatalaksana
10. Komplikasi
11. Pencegahan
12. Prognosis
13. Menjawab pertanyaan yang belum terjawab (no.5)
LANGKAH 6. BELAJAR MANDIRI

LANGKAH 7. SINTESIS HASIL BELAJAR


 DEFINISI
Ruptur tendon Achilles adalah robekan komplet atau parsial pada tendon Achilles, yaitu
tendon yang menghubungkan otot betis dengan kalkaneus. Penyakit ini dilaporkan lebih
sering terjadi pada laki-laki, terutama setelah aktivitas olahraga. Selain faktor mekanik
(misalnya intensitas olahraga berlebih), ruptur tendon Achilles juga dapat disebabkan proses
degenerasi tendon.

Pasien dengan ruptur tendon Achilles akan mengeluhkan perasaan seperti ditembak atau
dipukul di bagian belakang kaki. Keluhan timbul setelah manuver lari atau melompat yang
eksplosif, dengan rasa sakit dirasakan mendadak dan berat, disertai ketidakmampuan untuk
melanjutkan aktivitas.
Penatalaksanaan ruptur tendon Achilles dapat dilakukan secara konservatif atau melalui
tindakan operatif. Terapi konservatif dapat dilakukan dengan menggunakan cast. tata laksana
operatif dapat dilakukan dengan pembedahan terbuka atau intervensi invasif minimal.

 ETIOLOGI
Penyebab pecahnya tendon Achilles termasuk fleksi plantar paksa secara tiba-tiba pada kaki,
trauma langsung, dan tendinopati yang berlangsung lama atau kondisi degeneratif
intratendinous. Olahraga yang sering dikaitkan dengan pecah tendon Achilles termasuk
menyelam, tenis, bola basket, dan trek. Faktor-faktor risiko untuk pecahnya tendon Achilles
termasuk pengkondisian yang buruk sebelum berolahraga, penggunaan kortikosteroid yang
berkepanjangan, terlalu banyak tenaga, dan penggunaan antibiotik kuinolon. Pecahnya tendon
Achilles biasanya cenderung terjadi sekitar dua hingga empat cm di atas penyisipan tendon
calcaneal. Pada individu yang kidal, tendon Achilles kiri kemungkinan besar akan pecah dan
sebaliknya.

Penyebab pasti dari cedera tendon Achilles tampaknya multifaktorial. Cedera ini paling
sering terjadi pada pengendara sepeda, pelari, pemain bola voli, dan pesenam. Ketika
pergelangan kaki mengalami pronasi yang ekstrem, pergelangan kaki akan memberikan
tekanan yang sangat besar, yang menyebabkan cedera. Pada pengendara sepeda, kombinasi
tinggi sadel rendah dan dorsofleksi ekstrim selama mengayuh sepeda juga dapat menjadi
faktor cedera yang terlalu sering digunakan.

 EPIDEMIOLOGI
Kebanyakan ruptur tendon achilles terjadi pada orang yang berpartisipasi dalam bidang
olahrag, juga disertai dengan peningkatan jumlah sindrom yang berlebihan. Di kaki dan
pergelangan kaki, insiden ruptur tendon achilles telah meningkat dalam beberapa dekade
terakhir. Di Jerman, kejadian ruptur tendon achilles akut atau kronik diperkirakan 15.000
kasus/tahun. Sebagian besar penelitian menunjukkan puncak antara usia penderita berkisar
30-45 tahun, namun beberapa tahun ini menjadi lebih muda yaitu berkisar 17-50 tahun. Rasio
pria:wanita pada orang dengan achilles tendon rupture berkisar antara 5:1 dan 10:1 di
sebagian besar studi dan rata-rata pria lebih cenderung terkena. Menurut literatur dan
pengalaman penelitian, achilles tendon rupture terjadi lebih sering (di 80% sampai 90%
kasus) 2 sampai 6 cm proximalke insertio calcaneus. Insidensi terhadap ruptur proximal distal
sampai ke musculotendinel transisional adalah 10% sampai 15% dan disebabkan oleh
perubahan degenerative atau penuaan.

 FAKTOR RISIKO
Ada banyak faktor risiko cedera tendon achilles, yaitu:

 Usia: Usia pasien dengan penyakit ini biasanya di antara 40-50 tahun.
 Jenis kelamin: Persentase pria dengan yang mengalami cedera pada bagian tubuh ini,
5 kali lipat lebih tinggi daripada wanita.
 Olahraga: cedera pada achilles sering terjadi dalam olahraga yang melibatkan lari,
lompat, sepakbola, basket, dan tenis.
 Suntikan steroid: Banyak dokter kadang-kadang menyuntikkan steroid ke sendi
pergelangan kaki untuk meredakan nyeri dan radang. Namun, pengobatan ini dapat
melemahkan tendon di sekitarnya dan mengakibatkan cedera tendon achilles.
 Beberapa antibiotik: Antibiotik Fluoroquinolone, seperti Ciprofloxacin (Cipro) atau
Levofloxacin (levaquin), meningkatkan risiko cedera tendon achilles.

 KLASIFIKASI

Ruptur tendon achilles dapat terjadi secara komplet maupun sebagian. Ruptur dapat
dibagi menjadi ruptur traumatik akut, ruptur kronis, dan ruptur kronik attritional. Namun
ruptur tendon sering disebabkan karena gabungan dari keausan karena umur dan adanya
insiden traumatik akut.

Berdasarkan keparahan dan derajat retraksinya, ruptur tendon achilles dibagi menjadi 4 tipe.
Tipe 1 ruptur parsial kurang dari sama dengan 50%. Tipe II ruptur komplet dengan celah
tendo kurang dari sama dengan 3 cm. Tipe III ruptur komplet dengan celah tendo 3-6cm.
Tipe IV ruptur komplet dengan defek lebih dari 6 cm.

 PATOFISIOLOGI
Mekanisme cedera yang paling umum pada ruptur tendon achilles diklasifikasikan
menjadi tiga kategori utama. Mekanisme pertama, pasien push-off dengan menumpu pada
kaki sementara lutut merenggang. Mekanisme ini terjadi pada sebagian besar pasien.
Mekanisme ini terjadi saat sprint, melompat dan olahraga raket. Mekanisme kedua pada
keadaan pergelangan kaki yang dorsofleksi secara tiba-tiba dan tak terduga, misalnya saat
pasien tergelincir ke lubang atau jatuh menuruni tangga. Mekanisme ketiga dorsofleksi kaki
plantar-fleksi yang terjadi saat jatuh dari ketinggian.

 MANIFESTASI KLINIS
- nyeri mendadak dan berat pada belakang pergelangan kaki
- bengkak, memar pada belakang kaki
- nyeri tekan (tenderness)
- bunyi (pop atau krek)
- nyeri hebat plantar flexi
- gap
- tidak bisa plantar flexi dan penurunan ROM pasif dorsofleksi (20°)

 DIAGNOSIS
1. Anamnesis
 Pasien melaporkan adanya bunyi “pop” atau “krek” pada betis bagian
belakang bawah.
 Seringkali pasien melakukan olah raga tanpa pemanasan atau hanya
berolahraga pada akhir pekan saja “Weekend Warior”.
2. Pemeriksaan fisik

Look
 Peningkatan dorsofleksi pergelangan kaki istirahat dalam posisi tengkurap
dengan lutut ditekuk.
 Atrofi betis mungkin terlihat pada kasus kronis.
Feel

 Teraba gap atau jarak pada tempat terputusnya tendon Achilles.

Move

 Kelemahan pada plantar fleksi.


 Peningkatan dorso fleksi secara pasif.

Tes provokatif

Thompson’s ditemukan plantar fleksi yang lemah saat musculus gastrocnemius diremas.

3. Pemeriksaan penunjang
 Radiografi digunakan untuk menentukan patologinya.
 USG digunakan untuk menentukan rupture complete atau incomplete.
 MRI diindikasikan untuk temuan pemeriksaan fisik yang kurang meyakinkan
dan untuk rupture yang kronis. Dapat ditemukan rupture akut dengan tepi
tendon yang tertarik.

 TATA LAKSANA
 Non farmakologi
Terapi Latihan (physial therapy), Loesning, Strechcing, Strengthening, dan latihan untuk
kembali ke aktivitas semula

-follow up hasil terapi

 Farmakologi
intensitas nyeri yang dirasakannya.
Instruksi: pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan dilambangkan
dengan angka antara 0-10 Asesmen nyeri menggunakan Numeric Rating Scale

Indikasi: digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia >9 tahun yang dapat menggunakan
angka untuk melambangkan

• 0 = tidak nyeri

• 1-3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari- hari)

• 4-6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)

• 7-10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari.

Farmakologi Obat Analgesik


2. Parasetamol
Untuk nyeri ringan-sedang dan antipiretik.
Dosis 10mg/kg BB/kali (3-4 kali/hari).
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS)
Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik ringan-sedang dan juga antipiretik.
Efek samping saluran pencernaan (ulkus).
3. Tramadol
Merupakan analgesik yang lebih poten daripada OAINS oral, dengan efek samping
yang lebih sedikit dan ringan.
Indikasi : nyeri akut dan kronik intensitas sedang.
Jalur pemberian melalui intravena, epidural, rektal, dan oral.
4. Opioid
Merupakan analgesik poten (tergantung dosis).
Contoh obat yang biasa digunakan adalah morfin dan meperidin

 KOMPLIKASI
Komplikasi dari tindakan konservatif pada ruptur tendon achilles antara lainterjadinya
ruptur ulang dan penurunan kemampuan fleksi dari plantar. Sedangkan komplikasi tindakan
operasi perkutaneus atau operasi terbuka adalah adanya infeksi kulit superfisial, infeksi
dalam, ulkus pada tumit, ruptur achilles ulang parsial ataupun komplit. Namun kejadian
ruptur ulang pada tindakan operasi lebih rendah dibandingkan dengan tindakan hanya dengan
konservatif.
 PENCEGAHAN
Untuk membantu mencegah cedera Achilles tendon, lakukan peregangan Achilles tendon
dan otot betis sebelum mengambil bagian dalam kegiatan fisik. Lakukan latihan
peregangan perlahan, peregangan ke titik di mana Anda merasa menarik terlihat, tetapi
tidak sakit. Tidak bouncing selama peregangan. Untuk membantu otot dan tendon
menyerap tenaga lebih banyak dan menghindari cedera, cobalah latihan yang memperkuat
betis Anda. Untuk lebih mengurangi kesempatan Anda untuk mengembangkan masalah
Achilles tendon, ikuti tips ini:
 Hindari kegiatan yang menempatkan stres berlebih pada tendon Achilles Anda,
misalnya bukit-berlari dan melompat kegiatan.
 Jika anda melihat rasa sakit selama latihan, istirahat.
 Jika salah satu latihan atau kegiatan yang menyebabkan Anda sakit terus-menerus,
coba yang lain.
 berdampak tinggi olahraga alternatif, seperti berlari, dengan olahraga-dampak
rendah, seperti berjalan, bersepeda atau berenang.
 Menjaga berat badan yang sehat.
 Kenakan sepatu yang baik dengan bantalan yang tepat atletik di tumit.
 Lakukan peregangan dan menguatkan otot betis. Jangan lupa selalu lakukan
peregangan, terutama bagian betis dan kaki belakang sebelum melakukan aktivitas
fisik.
 Variasikan olahraga yang dilakukan. Jangan selalu melakukan olahraga dengan
intensitas tinggi, hal ini sangat mungkin membuat Anda cedera.
 Tingkatkan intensitas latihan secara perlahan. Biasanya, cedera ini bisa terjadi
akibat tubuh Anda kaget karena adanya peningkatan intensitas olahraga yang
mendadak.
 Untuk olahraga, mulailah dengan latihan pemanasan.
 Menjaga berat badan
 Penggunaan sepatu sesuai standar
 Mempertahankan tingkat aktivitas yang berkesinambungan dalam olahraga atau
bekerja secara bertahap untuk partisipasi penuh jika Anda telah keluar dari
olahraga ini untuk jangka waktu tertentu.
 Kortikosteroid (steroid) obat seperti prednisolon, harus digunakan hati-hati dan
dosis harus dikurangi jika mungkin. Tetapi perhatikan bahwa ada banyak kondisi
di mana obat-obatan kortikosteroid penting atau menyelamatkan nyawa.
 Antibiotik kuinolon harus digunakan dengan hati-hati pada orang berusia di atas
60 atau yang memakai steroid.
 Pemasangan support, dalam hal ini ankle support, digunakan sebagai suatu metode
preventif, support dalam hal ini membatasi gerakan tumit, sehingga meminimalisir
resiko terjadinya cidera akibat gerakan yang diluar batas.
 Lakukan perenggangan atau pemanasan sebelum berolahraga
 Perhatikan posisi saat peregangan yang baik
 Perhatikan jam istirahat diantara sesi latihan
 Jangan berolahraga berlebihan
 Perhatikan alas kaki yang digunakan

Menghindari Faktor Resiko :

1. Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes


2. Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa antibiotik yang dapat
meningkatkan risiko pecah
3. Cedera dalam olah raga, seperti melompat dan berputar pada olah raga badminton,
tenis, basket dan sepak bola
4. Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis
5. Kebiasaan berpijak terlalu jauh dari tumit
6. Obesitas

 PROGNOSIS
Dubia et bonam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hess GW. Achilles Tendon Rupture. Foot & Ankle Specialist, 2009. 3(1): 29–32.
doi:10.1177/1938640009355191
2. Chiodo CP, Glazebrook M, Bluman EM, et al. Diagnosis and Treatment of Acute
Achilles Tendon Rupture. J Am Acad Orthop Surg 2010;18: 503-510.
3. Asplund CA, Best TM. Achilles tendon disorders. BMJ, 2013. 346: f1262–f1262.
doi:10.1136/bmj.f1262
4. Maffulli N, Via AG, Oliva F. Chronic Achilles Tendon Rupture. Open Orthop J.
2017;11:660-669.:
5. Egger AC, Berkowitz MJ. Achilles tendon injuries. Curr Rev Musculoskelet Med.
2017 Mar;10(1):72-80.
6. Bloom A, et al. Apley & Solomon’s System of Orthopaedic and Trauma. 10th ed. Bica
Raton: CLC Press; 2018
7. Zairin Noor. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal 2th ed. Salemba Medika. Jakarta.
2016.
8. Mohamad, Kartono. Pertolongan Pertama. Jakarta : Gramedia. 1991.
9. Olsson N. Acute achilles tendon rupture: outcome, prediction and optimized
treatment. 2013. Gothenburg, Sweden.
10. Khabib, Jamal. (1997). Mencegah dan Mengatasi Cedera. Jakarta Utara: PT
RajaGrafindo Persada.

11. Institite for Clinical Systems Improvement (ICSI). Health Care Guideline : assesment
and management of acute pain. Edisi ke-6. ICSI; 2008.

12. Buono AD, Chan O, Maffulli. Achilles tendon: functional anatomy and novel
emerging models of imaging classification. 2012. International Orthopaedics
13. Jozsa L, Kannus L. Human tendons anatomy, physiology, and pathology. Human
kinetics.Champaign, Illinois. 1999.
14. Brukner dan Khan. (1993). Clinical Sports Medicine. Australia: Mc.Graw-Hill
Book Company
15. Peterson Lars, dan Renstrom Per. (1986). Sports Injuries: Their Prevention and
Treatment. London: Ciba-Geigy.
16.

Anda mungkin juga menyukai