Anda di halaman 1dari 38

SKENARIO 2

“Pucat dan Perut membuncit”

BLOK DARAH & SISTEM LIMFATIK

Disusun oleh:

KELOMPOK A-2

KETUA : IMADUDDIN BASKORO H (1102011123)

SEKRETARIS : ADELINA ANNISA PERMATA (1102013006)

ANGGOTA : ABIYYA FARAH PUTRI (1102013003)

ADELIA PUTRI SABRINA (1102013005)

ADINDA AMALIA SHOLEHA (1102013007)

ADITYA NUGRAHA ARTAR (1102013008)

EVA AMANDA RAHMAWATI (1102007103)

INDRI SUTANTI (1102009141)

MAYA INTAN ANDRIANY (1102012159)

AGUSWAN PURWENDO (1102012010)

UNIVERSITAS YARSI

Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.
Telepon: +62 21 4206675.
SKENARIO

Pertumbuhan Badan Terlambat dan Perut Membucit

Seorang anak laki-laki usia 5 tahun dibawa orangtuanya ke dokter praktek


umum dengan keluhan pertumbuhan badan terlambat bila dibandingkan dengan teman
sebayanya. Keluhan tersebut baru disadari orang tuanya sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan perut membuncit, lekas lelah, dan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. TB=98 cm,
BB=13 kg, konjunctiva pucat, sklera agak ikterik, kulit pucat, dan splenomegali
Schufner II.

Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil :


Pemeriksaan Kadar Nilai normal

Hemoglobin(Hb) 9 g/dL 11,5 – 15,5 g/dL

Hematokrit(Ht) 30% 34 – 40 %

Eritrosit 3.5 x 106 / μl 3,9 – 5,3 x 106 / μl

MCV 69 fL 75 – 87 fL

MCH 13 pg 24 – 30 pg

MCHC 19% 32 – 36 %

Leukosit 8000 / μl 5000 – 14.5000 / μl

Trombosit 260.000 / μl 250.000 – 450.000 / μl

Retikulosit 2% 0,5 – 1,5 %

Sediaan apus darah tepi Eritrosit mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, sel


target (+), polikromasi, fragmentosit (+), eritrosit berinti
(+).
A. KATA KATA SULIT

1. Sklera ikterik : Pembungkus mata yang mengalami kekuningan


2. Splenomegali schufner II : Pembesaran organ limfa lien ke arah medial
3. Retikulosit : Eritrosit muda yang belum mengalami kematangan
4. Anisopoikilositosis : Adanya eritrosit yang ukurannya bervariasi dan
bentuknya abnormal dalam darah
5. Polikromasi : Adanya terdapat beberapa warna ertrosit di dalam
SADT
6. Fragementosit : Keadaan dimana eritrosit pecah & membentuk
fragmen
B. BRAINSTORMING

1. Mengapa pertumbuhan anak terganggu ?


2. Apa yang menyebabkan perut membuncit, lekas lelah dan sesak napas ?
3. Mengapa terjadi spenomegali ?
4. Mengapa terjadi kenaikan retikulosit ?
5. Mengapa pada SADT terdapat anisopoikilositosis?
6. Apa yang membuat sklera menjadi ikterik ?
7. Apakah kasus tersebut hanya terjadi pada anak anak ?
8. Apa diagnosis dari kasus tersebut dan bagaimana mendiagnosisnya ?
9. Mengapa ditemukan eritrosit berinti ?
10. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit pada kasus tersebut ?
11. Bagaimana sintesis Hb yang normal ?

C. JAWABAN

1. Karena ekspansi dari sumsum tulang yang menyebabkan deformitas pada


tulang.
2. Spenomegali dikarenakan adanya spenomegali yang membesar sampai ke
umbilikus, lekas lelah dikarenakan eritrosit abnormal sehingga menyebabkan
hipoksia jaringan, dan sesak napas terjadi dikarenakan suplai O2 berkurang.
3. Karena kerja limfa meningkat untuk menghancurkan eritrosit.
4. Sebagai bentuk kompensasi tubuh karena kebutuhan eritrosit tidak terpenuhi.
5. Karena kesalahan penerjemahan rantai globin dari kromosom 11 dan
kromosom 16, jadi morfologi eritrosit bervariasi dan masa hidup eritrosit
berkurang.
6. Karena metabolisme bilirubin direct meningkat.
7. Tidak, kasus tersebut juga dapat ditemukan pada orang dewasa.
8. Diagnosis dari kasus tersebut adalah Thalassemia, karena ditemukannya
anisopoikilositosis.
Dapat didiagnosis dengan cara :
 Anamesia
- Kelopak mata pucat
- Sklera ikterik / mata menguning
- Splenomegali scufner II / puncit bentuk wajah
- Pertumbuhan tidak sesuai usia
 Pemeriksaan fisik :
- Spleno megali
- Sklera ikterik
- Konjungtiva pucat
 Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan darah (Hb menurun, indeks eritrosit menurun)’
- SADT (Bentuk eritrositm sel target. Polikromasi, fragmentosit)
- Hb elektroforesis
- DNA (melihat kelainan kromosom)
9. Sebagai kompensasi tubuh
10. Dapat dilakukan dengan cara berikut :
 Untuk orang menikah dianjurkan mengecek DNA, kromosom indeks
eritrosit
 Konsultasi genetik
 Diagnosis prenata
11. Heme dibentuk di dalam mitokondria eritrosit
 Kondensasi glisin& sucinil koa
 Asam 5 minus aminolefulinik

D. HIPOTESA

“ Hb merupakan protein yang mengandung besi yang berguna untuk pengangkutan


O2. Jika terjadi gangguan pada pembentukan heme, dapat menyebabkan
Thalasemia. Gejala yang ditimbulkan kelopak mata pucat,mata
menguning,buncit,pertumbuhan tidak sesuai usia. Untuk mendiagnosis,
Thalasemia dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Thalasemia dapat diterapi dengan transfusi darah, untuk mencegah
penyakit ini dapat dilakukan dengan cara mengecek DNA (kromosom indeks
eritrosit) untuk orang menikah,konsultasi genetik, diagnosis prenata ”

E. SASARAN BELAJAR

LI 1. Memahami&Menjelaskan Hemoglobin
1.1 Struktur
1.2 Rantai
1.3 Sintesis
1.4 Katabolisme
LI 2. Memahami&Menjelaskan Thalasemia
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
2.7 Diagnosis & Diagnosis Banding
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Pencegahan
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis

LI 1. Memahami&Menjelaskan Hb

1.1 Struktur
Molekul hemoglobin terdiri dari globin (polipeptida), apoprotein, dan empat
gugus non protein-heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada
gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel
sabit dan thalasemia.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2
alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih
dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai
HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara
nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. (Murray, 2009)

http://www.buzzle.com/images/diagrams/hemoglobin-structure.jpg

Tipe rantai globin yang tersedia untuk sintesa hemoglobin tergantung pada tahap
perkembangan individu.
1. Hb Embrionik.
Sintesa Eritrosit dimulai dalam yolk sack embrio yang berumur 19 hari, berlanjut
dalam hati pada usia 6 minggu, dan mulai dalam sumsum tulang pada kehamilan 4-5
bulan.
2. Hb Fetal
Hemoglobin janin (Hemoglobin F atau HbF) merupakan komponen hemoglobin
utama dalam aliran darah janin dan timbul 90%-95% dalam hemoglobin uterus dari
kehamilan 8-35 minggu sampaipertukaran dari HbF ke Hb dewasa.

3. Hb Dewasa
Hb dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai aãglobin dan 2 rantai ßãglobin,
danmenyebabkan 96%-98% Hb dewasa. Hb A2 (a¨2d‘2) terdiri dari 2 rantai a¨globin
dan 2 rantai dqglobin, dan menunjukkan 1,5-3% Hb dewasa. JumlahHb F yang kecil
(0,5-1%) juga masih dijumpai pada orang dewasa. lain yang merupakan pengganti e
globin.

1.2 Rantai
Suatu unit rantai globin merupakan komponen utama untuk membentuk Hb :
bersama-sama dengan Heme, rantai globin menghasilkan Hb. Dua pasangan berbeda
dari rantai globin akan membentuk struktur tetramer dengan Heme sebagai intinya.
Semua Hb normal dibentuk dari dua rantai globin α (atau mirip-α) dan dua rantai
globin non-α.Bermacam-macam tipe Hb terbentuk, tergantung dari tipe rantai globin
yang membentuknya.Masing-masing tipe Hb memiliki karakteristik yang berbeda
dalam mengikat oksigen, biasanya berhubungan dengan kebutuhan oksigen pada
tahap-tahap perkembangan yang berbeda dalam kehidupan manusia. Pada masa
kehidupan embrionik, rantai ζ (rantai mirip-α) berkombinasi dengan rantai γ
membentuk Hb Portland (ζ2γ2) dan dengan rantai ε untuk membentuk Hb Gower-1
(ζ2ε2).Selanjutnya, ketika rantai α telah diproduksi, dibentuklah Hb Gower-2,
berpasangan dengan rantai ε (α2ε2).Hb Fetal dibentuk dari α2γ2 dan Hb dewasa primer
(Hb A) dibentuk dari α2β2.Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari rantai α2δ2.

1.3 Sintesis

Sintesis hemoglobin membutuhkan produksi dari heme dan globin yang


terkoordinasi. Heme adalah kelompok prostetik yang menjembatani pengikatan
oksigen melalui hemoglobin. Globin adalah protein yang mengelilingi dan melindungi
molekul heme

Sintesis Heme

Gambar 1 Sintesis heme

Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html

Sintesis heme adalah sebuah proses kompleks yang melibatkan banyak


langkah-langkah enzimatik. Proses ini dimulai di mitokondria dengan kondensasi dari
suksinil-CoA dan glisin membentuk 5-aminolevulinic acid. Serangkaian langkah-
langkah di dalam sitoplasma menghasilkan coproporphrynohen III yang akan masuk
kembali ke dalam mitokondria. Langkah-langkah enzimatik akhir menghasilkan
heme.

Sintesis globin
Globin adalah suatu protein yang terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida.
Rantai polipeptida ini terdiri dari 2 pasang rantai dengan jumlah, jenis dan urutan
asam amino tertentu. Masing-masing rantai polipeptida mengikat 1 gugus heme.
Sintesis globin terjadi di eritroblast dini atau basofilik dan berlanjut dengan tingkat
terbatas sampai di retikulosit.

Gen-gen untuk sintesis globin terletak di kromosom 11 (rantai gamma,delta &


beta) dan kromosom 16 (rantai alfa & zeta). Manusia mempunyai 6 rantai polipeptida
globin yaitu rantai α dan non α yang terdiri dari β, γ, δ, ε, ζ. Pada orang normal ada 7
sintesis rantai globin yang berbeda yaitu : 4 pada masa embrio seperti Hb Gower 1
( ζ2ε2 ), Hb Gower 2 ( α2ε2 ), dan Hb Portland (ζ2 γ2 ). Hb F (α2γ2 ) adalah Hb yang
predominant pada saat kehidupan janin dan menjadi hemoglobin yang utama setelah
lahir. Hb A (α2β2 ) adalah hemoglobin mayor yang ditemukan pada dewasa dan anak-
anak. Hb A2 (α2δ2 ) dan Hb F ditemukan dalam jumlah kecil pada dewasa ( kira-kira
1,5 - 3,5 % dan 0,2 – 1,0 % ). Perbandingan komposisi Hb A, A2 dan F menetap
sampai dewasa setelah umur 6 – 12 bulan. Pada orang dewasa , HbA2 kira-kira 1,5%
-- 3,5% hemoglobin total, Persentasenya jauh lebih rendah dari pada waktu dilahirkan,
kira-kira 0,2% - 0,3% meningkat pada saat dewasa pada 2 tahun pertama. Kenaikan
yang tajam terjadi pada 1 tahun pertama dan naik dengan perlahan pada 3 tahun
kelahiran.

Sintesa globin
 Chromosome 11 (b- cluster) :
Urutannya e-Gg-Ag- yb-d-b
 Chromosome 16 (a-cluster):
Urutannya x2-yx1-ya2-ya1-a2-a1-q

% of total
globin
Perkembangan
50
synthesis sintesa globin

30

10

6 18 30 birth 6 18 30 42
pren atal age (w ks) postnatal age (w ks)
Tabel 1 Hemoglobin manusia

Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html

Pada orang normal ada 7 sintesis rantai globin yang berbeda yaitu : 4 pada
masa embrio seperti Hb Gower 1 ( ζ2ε2 ), Hb Gower 2 ( α2ε2 ), Hb Portland 1 ( ζ2
ε2 ), dan Hb Portland 2 (ζ2 γ2 ). Hb F (α2γ2 ) adalah Hb yang predominant pada saat
kehidupan janin dan menjadi hemoglobin yang utama setelah lahir. Hb A (α2β2 )
adalah hemoglobin mayor yang ditemukan pada dewasa dan anak-anak. Hb A2
(α2δ2 ) dan Hb F ditemukan dalam jumlah kecil pada dewasa ( kira-kira 1,5 - 3,5 %
dan 0,2 – 1,0 % ). Perbandingan komposisi Hb A, A2 dan F menetap sampai dewasa
setelah umur 6 – 12 bulan. Pada orang dewasa , HbA2 kira-kira 1,5% -- 3,5%
hemoglobin total, Persentasenya jauh lebih rendah dari pada waktu dilahirkan, kira-
kira 0,2% - 0,3% meningkat pada saat dewasa pada 2 tahun pertama. Kenaikan yang
tajam terjadi pada 1 tahun pertama dan naik dengan perlahan pada 3 tahun kelahiran.

1.4. Katabolisme
Destruksi eritrosit dapat melalui 2 cara yaitu :
 Hemolisis Ekstravaskular
 Hemolisis Intravaskular

Hemolisis Ekstravaskular
http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/0470565101/hearthis_ill/
pap13e_ch19_illustr_audio _mp3_am/simulations/hear/rbc_formation.html

Hemolisis Intravaskular

http://eclinpath.com/wp-content/uploads/intravascular-hemolysis-new.jpg?02c884

Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi kaku dan rapuh, akhirnya pecah
(120 hari). Hemoglobin difagositosis terutama di limpa, hati dan sumsum tulang.
Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali ke dalam sumber
asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein
plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru. Sisa
besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lainnya dalam bentuk feritin dan
hemosiderin yang akan digunakan kembali. Sisa hem direduksi menjadi karbon
monoksida (CO) dan biliverdin. CO diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin dan
dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi bilirubin bebas, yang
secara perlahan-lahan dikeluarkan ke dalam plasma,dimana bilirubin bergabung
dengan albumin plasma kemudian diangkut ke dalam sel-sel hati untuk diekskresi ke
dalam kanalikuli empedu.

LI 2. Memahami&Menjelaskan Thalasemia

2.1 Definisi
Suatu kelainan genetic yang sangat beraneka ragam yang di tandai oleh
penurunan sintess rantai α atau β dari globin. Secara bahasa: thalassa adalah laut,
emia adalah darah, dikarenakan thalassemia merupakan penyakit dengan
epidemiologi di daerah Mediteranea.

Thalassemia adalah penyakit genresesif autosom yang dapat diturunkan. Pada


defek genetis thalassemia terjadi mutasi atau delesi pada kromosom, yang
menyebabkan penurunan atau tidak terjadinya sintesis salah satu rantai globin yang
menjadi bahan pembentuk hemoglobin, dan mengakibatkan pembentukan formasi
abnormal dari molekul hemoglobin.

Thalassemia mempengaruhi salah satu atau kombinasi dari 2 rantai α, β, γ, dan


δ, tetapi tidak dapat mempengaruhi rantai α dan β bersamaan. Hilangnya rantai α
menyebabkan thalassemia-α, hilangnya rantai β menyebabkan thalassemia-β, dan
hilangnya rantai δ menyebabkan thalassemia-δ. Hilangnya rantai asam amino dapat
tunggal(minor atau heterozigot) ataupun ganda(mayor atau homozigot). Minor adalah
orang orang yang sehat, namun memiliki potensi sebagai carrier. Mayor adalah orang
yang memiliki penyakit thalassemia yang diturunkan dan bersifat serius, penderitanya
tidak dapat membentuk hemoglobin yang cukup untuk darah sehingga oksigen yang
disalurkan dalam tubuh tidak cukup dan dapat menyebabkan asfiksi jaringan, edema,
gagal jantung kongestif, hingga kematian jaringan.

2.2. Etiologi
Thalassemia adalah hemoglobinopati yang disebabkan mutasi di gen globin.
Dua gen mengkode pembentukan globin-α dimana keduanya terletak di kromosom
16. Dengan demikian, sel diploid normal punya 4 salinan globin α, hanya 1 gen yang
mengkode gen globin β.
Mutasi yang menyebabkannya telah diteliti. Mutasi gen globin-β terjadi dalam
regio promotor dan tempat cap, dalam ekson-intron, dan di taut penyambungan yang
terdapat di batas ekson-intron. Mutasi juga ditemukan di tempat poloadenilasi dan
delesi besar pernah dijumpai di region 5’ dan 3’ pada gen.
Jika kedua orang tua tidak
menderita Thalassemia
trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia
trait/bawaan atau Thalassemia
mayor kepada anak-anak meraka.
Semua anak-anak mereka akan
mempunyai darah yang normal.

Apabila salah seorang dari orang


tua menderita Thalassemia trait/
bawaan, sedangkan yang lainnya
tidak maka satu dibanding dua
(50%) kemungkinannya bahwa
setiap anak-anak mereka akan
menderita Thalassemia
trait/bawaan, tetapi tidak seseorang
diantara anak-anak mereka
Thalassemia mayor.

Apabila kedua orang


tua menderita
Thalassemia
trait/bawaan, maka
anak-anak mereka
mungkin akan
menderita thalassemia
trait/bawaan atau
mungkin juga
memiliki darah yang
normal, atau mereka
mungkin menderita
Thalassemia mayor.
2.3 Epidemiologi

Kelainan hemoglobin pada awalnya endemik di 60% dari 229 negara,


berpotensi mempengaruhi 75% kelahiran. Namun sekarang cukup umum di 71% dari
negara-negara di antara 89% kelahiran. Tabel di bawah menunjukan perkiraan
prevalensi konservatif oleh WHO regional. Setidaknya 5,2% dari populasi dunia (dan
lebih dari 7% wanita hamil) membawa varian yang signifikan. S Hemoglobin
membawa 40% carir namun lebih dari 80% kelainan dikarenakan prevalensi pembawa
local sangat tinggi. Sekitar 85% dari gangguan sel sabil (sickle-cell disorders), dan
lebih dari 70% seluruh kelahiran terjadi di afrika. Selain itu, setidaknya 20% dari
populasi dunia membawa Thalassemia α +.
Diantara 1.1% pasangan suami istri mempunya resiko memiliki anak dengan
kelainan hemoglobin dan 2.7 per 1000 konsepsi terganggu. Pencegahan hanya
memberikan pengaruh yang kecil, pengaruh prevalensi kelahiran dikalkulasikan
antara 2.55 per 1000. Sebagian besar anak anak yang lahir dinegara berpenghasilan
tinggi dapat bertahan dengan kelainan kronik, sementara di Negara Negara yang
berpengasilan rendah meninggal sebelum usia 5 tahun. Kelainan hemoglobin
memberikan kontribusi setara dengan 3.4% kematian padan anak usia di bawah 5
tahun di seluruh dunia.
 Indikator 1. Setiap tahun terdapat lebih dari 332.000 kelahiran atau konsepsi
terpengaruh. Antara 275.000 memiliki kelainan sickle-cell disorder, dan
membutuhkan diagnosis dini. Antara 56.000 memiliki mayor thalasemia,
termaksud 30.000 yang membutujan tranfusi regular untuk bertahan dan
55.000 meninggal saat lahir karena α thalasemia mayor.
 Indikator 2. Sebagian besar kelahiran, 75% terdapat pada Negara endemik
kelainan hemoglobin dan 13% terjadi karena mereka bermigrasi. Jadi pada
prinsip nya, 88% dari 128 juta wanita yang melahirkan sebaiknya di
screening.
 Indikator 3. Lebih dari 9 juta carir hamil setiap tahun. Resiko bahwa
pasangan mereka juga karir sekitar 0.1-40% (rata rata 14%). Pada prinsipnya,
semua membutuhkan informasi dan melakukan screening pasangan.
 Indikator 4. Lebih dari 948.000 pasangan baru carir, dan lebih dari 1.7 juta
kehamilan karena pasangan karir. Antara 75% memiliki resiko. Pada
prinsipnya, semua membutuhkan penilaian handal dan konseling genetic.
 Indikator 5. Terdapat 1.33 juta kehamila beresiko. Pada prinsipnya, semua
membutuhkan diagnosis saat lahir.
2.4 Klasifikasi

Berdasarkan rantai asam amino yang gagal terbentuk, thalassemia dibagi


menjadi thalassemia alpha dan thalassemia β.

Thalassemia-α
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin-α banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi
gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin-α
pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-α yang berbeda telah diketahui
sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini
Thalassemia-α
Genotip Jumlah Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
gen α
Saat Lahir > 6 bulan

αα/αα 4 Normal N N

-α/αα 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N

--/αα atau 2 Trait thal-α 2-10% Hb Barts N


–α/-α

--/-α 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H

--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -

Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Bart’s = γ4, HbH = β4


 Silent carrier thalassemia-α
o Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya ditemukan
secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik Afro-Amerika.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen α yang terletak pada
kromosom 16.
o Pada tipe silent carrier, salah satu gen α pada kromosom 16 menghilang,
menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat secara hematologis,
hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel darah merah) yang rendah dalam
beberapa pemeriksaan.
o Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan
elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih canggih. Bisa
juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada anggota keluarga ( misalnya
orangtua) untuk mendukung diagnosis. Pemeriksaan darah lengkap pada salah
satu orangtua yang menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa
penyebab yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis
thalasemia.
 Trait thalassemia-α
o Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah merah
yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α pada satu
kromosom 16 atau satu gen α pada masing-masing kromosom. Kelainan ini
sering ditemukan di Asia Tenggara, subbenua India, dan Timur Tengah.
o Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ 4) dapat
ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts tidak
terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.
 Penyakit Hb H
o Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan
thalassemia-α intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,
ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah
tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah
merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan
terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball.
Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.
 Thalassemia-α mayor
o Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua gen
globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai αsama sekali.
o Karena Hb F, Hb A, dan Hb A2 semuanya mengandung rantai α, maka tidak
satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (γ4) mendominasi pada bayi yang
menderita, dan karena γ4 memiliki afinitas oksigen yang tinggi, maka bayi-
bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga mengandung sejumlah
kecil Hb embrional normal (Hb Portland = ζ2γ2), yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen.
o Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi yang lahir
hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat hidropik, dengan
gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat. Yang dapat hidup dengan
manajemen neonatus agresif juga nantinya akan sangat bergantung dengan
transfusi.
Thalassemia β
Sama dengan thalassemia-α, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-β; antara
lain :
 Silent carrier thalassemia-β
o Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai eritrosit yang
rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan merepresentasikan suatu
thalassemia-β+.
o Bentuk silent carrier thalassemia-β tidak menimbulkan kelainan yang dapat
diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen untuk keadaan ini, jika
diwariskan bersama-sama dengan gen untuk thalassemia-β°, menghasilkan
sindrom thalassemia intermedia.
 Trait thalassemia-β
o Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit abnormal, dan
elektroforesis Hb abnormal dimana didapatkan peningkatan jumlah Hb A 2, Hb
F, atau keduanya
o Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis salah sebagai
anemia defisiensi besi dan mungkin diberi terapi yang tidak tepat dengan
preparat besi selama waktu yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan
trait thalassemia-β mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti (3,4%-7%).
Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-
6%. Pada sekelompok kecil kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2
normal dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang mewakili
thalassemia tipe δβ.
 Thalassemia-β yang terkait dengan variasi struktural rantai β
o Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia media hingga seberat
thalassemia-β mayor
o Ekspresi gen homozigot thalassemia (β+) menghasilkan sindrom mirip anemia
Cooley yang tidak terlalu berat (thalassemia intermedia). Deformitas skelet
dan hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi kadar Hb mereka
biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa transfusi.
o Kebanyakan bentuk thalassemia-β heterozigot terkait dengan anemia ringan.
Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL lebih rendah dari nilai normal menurut umur.
o Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan poikilositosis, ovalositosis, dan
seringkali bintik-bintik basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi
biasanya tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.
o MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26 pg). Penurunan
ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga dapat diperlihatkan, tetapi tanda
hemolisis biasanya tidak ada. Kadar besi serum normal atau meningkat.
 Thalassemia-β° homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)
o bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif selama 6 bulan
kedua kehidupan. Transfusi darah yang reguler diperlukan pada penderita ini
untuk mencegah kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang
disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita meninggal pada 5
tahun pertama kehidupan.
o Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang jarang menerima
transfusi pada waktu anemia berat, terjadi hipertrofi jaringan eritropoetik
disumsum tulang maupun di luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis
dan fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum tulang di wajah
dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah yang khas.
o Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi kesan coklat
kekuningan. Limpa dan hati membesar karena hematopoesis ekstrameduler
dan hemosiderosis. Pada penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian
besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis dan
hipersplenisme sekunder.
o Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas terlambat atau
tidak terjadi karena kelainan endokrin sekunder. Diabetes mellitus yang
disebabkan oleh siderosis pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung,
termasuk aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan oleh
siderosis miokardium sering merupakan kejadian terminal.
o Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia-β° homozigot yang
tidak ditransfusi adalah ekstrem. Disamping hipokromia dan mikrositosis
berat, banyak ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre) dan
sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di darah tepi, terutama
setelah splenektomi. Inklusi intraeritrositik, yang merupakan presipitasi
kelebihan rantai α, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara
cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar serum besi tinggi
dengan saturasi kapasitas pengikat besi (iron binding capacity). Gambaran
biokimiawi yang nyata adalah adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam
eritrosit.

Deformitas tulang pada thalasemia beta mayor (Facies Cooley)

http://www.primehealthchannel.com/wp-content/uploads/2013/05/Thalassemia-
Image.jpg

Penamaan
Genetika
Klinis Genotip Penyakit
Molekuler
Nomenklatur

1. β- - Homozigot β0-
thalassemia Berat,
thalassemi Jarang delesi
(β0/β0) membutuhkan
a gen pada
- Homozigot β+- transfusi darah
Thalassem (β0/β0)
thalassemia secara teratur
ia mayor
(β+/β+)
Defek pada
2. Thalassem Berat, tetapi transkripsi,
β0/β tidak perlu pemrosesan,
ia
intermed β+/β+ transfusi darah atau translasi
ia teratur mRNA β-
globin

Asimtomatik,
dengan anemia
β0/β ringan atau
3. Thalassem
ia minor β+/β tanpa anemia;
tampak kelainan
eritrosit
2.5 Patofisiologi

Thalasemia β

Delesi gen 

 Pembentukan
Ggn pembentukan satu atau lebih rantai globin Heme ↓ 
Mikrositik,
(rantai ) Hipokrom

Presipitasi dari rantai pasangannya

(rantai kurang  terjadi presipitasi rantai  kelebihan rantai )


Pengendapan dari rantai pasangan di membran sel RBC dan prekursornya


RBC menjadi “non self” (RBC mudah rusak dan kelenturan ↓ akibat pelepasan
heme dari denaturasi Hb dan penumpukan Fe pada RBC mengakibatkan oksidasi
membran sel, & eritrosit peka thdp fagositosis RES)


Mudah dihancurkan oleh RES usia RBC >> pendek


Hemolisis  Anemia Nafsu makan ↓ ,Pucat, lemah, lesu,

 Bilirubin indirek  Ikterik, 


 Mudah infeksi, Anemia hemolitik kronis
 Hepatosplenomegali

Nb: Sebagian kecil prekursor RBC tetap memiliki kemampuan membuat rantai
γ membentuk HbF ekstrauterin  kelebihan rantai α lebih kecil HbF
memiliki afinitas O2 tinggi  hipoksia berat

Kompensasi: Peningkatan aktivitas sistem ekstramedular dan produksi
eritropoetin

 Perluasan/hiperplasia sumsum tulang  deformitas tlg kepala 


epicantus, zigoma, maksila menonjol  facies Cooley/muka mongoloid,
gambaran hair on end pada tlg kepala
 Penipisan & peningkatan trabekulasi tulang2 panjang
 Hepatosplenomegali  destruksi sel darah
 Absorpsi Fe dari usus meningkat, kemampuan eksresi Fe tubuh terbatas
(+ 5%). Kalau diberikan transfusi berulang  fraksi Fe tidak terikat
transferin karena transferin sudah tersaturasi penuh  hemosiderosis 
terbentuk hidroksil radikal bebas  gangguan fungsi organ (misalnya
miosit, hepatosit, kel.endokrin) kegagalan organ
 Hipermetabolik  demam dan gagal tumbuh
Thalasemia α
Pada homozigot  tidak ada rantai α  (--/--)

Terbentuk Hb Bart’s tinggi

Hb cukup tetapi tidak bisa melepas O2 pada tekanan fisiologis

Sangat hipoksik

Pada heterozigot  (--/-α)



Terbentuk HbH

Anemia hemolitik

Adaptasi sering tidak baik karena HbH tidak berfungsi sebagai pembawa
O2

Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan


produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin tertentu
(α,β,γ,δ) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan ketidakseimbangan
dengan terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.
Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama lain
dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi produksi
berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi rantai tersebut di
dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan memudahkan terjadinya destruksi
sel. Ketidakseimbangan ini merupakan suatu tanda khas pada semua bentuk
thalassemia. Karena alasan ini, pada sebagian besar thalassemia kurang sesuai disebut
sebagai hemoglobinopati karena pada tipe-tipe thalassemia tersebut didapatkan rantai
globin normal secara struktural dan juga karena defeknya terbatas pada menurunnya
produksi dari rantai globin tertentu.
Tipe thalassemia biasanya membawa nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi
bervariasi dari mulai sedikit penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete
absence). Sebagai contoh, apabila rantai β hanya sedikit diproduksi, tipe thalassemia-
nya dinamakan sebagai thalassemia-β+, sedangkan tipe thalassemia-β° menandakan
bahwa pada tipe tersebut rantai β tidak diproduksi sama sekali. Konsekuensi dari
gangguan produksi rantai globin mengakibatkan berkurangnya deposisi Hb pada sel
darah merah (hipokromatik).Defisiensi Hb menyebabkan sel darah merah menjadi
lebih kecil, yang mengarah ke gambaran klasik thalassemia yaitu anemia hipokromik
mikrositik. Hal ini berlaku hampir pada semua bentuk anemia yang disebabkan oleh
adanya gangguan produksi dari salah satu atau kedua komponen Hb : heme atau
globin. Namun hal ini tidak terjadi pada silent carrier, karena pada penderita ini
jumlah Hb dan indeks sel darah merah berada dalam batas normal.
Pada tipe trait thalassemia-β yang paling umum, level Hb A2 (δ2/α2) biasanya
meningkat.Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan rantai δ oleh rantai α
bebas yang eksesif, yang mengakibatkan terjadinya kekurangan rantai β adekuat
untuk dijadikan pasangan. Gen δ, tidak seperti gen β dan α, diketahui memiliki
keterbatasan fisiologis dalam kemampuannya untuk memproduksi rantai δ yang
stabil; dengan berpasangan dengan rantai α, rantai δ memproduksi Hb A2 (kira-kira
2,5-3% dari total Hb). Sebagian dari rantai α yang berlebihan digunakan untuk
membentuk Hb A2, dimana sisanya (rantai α) akan terpresipitasi di dalam sel,
bereaksi dengan membran sel, mengintervensi divisi sel normal, dan bertindak
sebagai benda asing sehingga terjadinya destruksi dari sel darah merah. Tingkat
toksisitas yang disebabkan oleh rantai yang berlebihan bervariasi berdasarkan tipe
dari rantai itu sendiri (misalnya toksisitas dari rantai α pada thalassemia-β lebih nyata
dibandingkan toksisitas rantai β pada thalassemia-α).
Dalam bentuk yang berat, seperti thalassemia-β mayor atau anemia Cooley,
berlaku patofisiologi yang sama dimana terdapat adanya substansial yang berlebihan.
Kelebihan rantai α bebas yang signifikan akibat kurangnya rantai βakan menyebabkan
terjadinya pemecahan prekursor sel darah merah di sumsum tulang (eritropoesis
inefektif).
Kelainan dasar dari semua tipe thalassemia adalah ketidakseimbangan sintesis rantai
globin.Namun, konsekuensi akumulasi dari produksi rantai globin yang berlebihan
berbeda-beda pada tiap tipe thalassemia. Pada thalassemia-β, rantai α yang berlebihan,
tidak mampu membentuk Hb tetramer, terpresipitasi di dalam prekursor sel darah
merah dan, dengan berbagai cara, menimbulkan hampir semua gejala yang
bermanifestasi pada sindroma thalassemia-β; situasi ini tidak terjadi pada thalassemia-
α.
Rantai globin yang berlebihan pada thalassemia-α adalah rantai γ pada tahun-
tahun pertama kehidupan, dan rantai β pada usia yang lebih dewasa. Rantai-rantai tipe
ini relatif bersifat larut sehingga mampu membentuk homotetramer yang, meskipun
relatif tidak stabil, mampu tetap bertahan (viable) dan dapat memproduksi molekul
Hb seperti Hb Bart (γ4) dan Hb H (β4).Perbedaan dasar pada dua tipe utama ini
mempengaruhi perbedaan besar pada manifestasi klinis dan tingkat keparahan dari
penyakit ini.
Rantai α yang terakumulasi di dalam prekursor sel darah merah bersifat tidak larut
(insoluble), terpresipitasi di dalam sel, berinteraksi dengan membran sel
(mengakibatkan kerusakan yang signifikan), dan mengganggu divisi sel. Kondisi ini
menyebabkan terjadinya destruksi intramedular dari prekursor sel darah merah.
Sebagai tambahan, sel-sel yang bertahan yang sampai ke sirkulasi darah perifer
dengan intracellular inclusion bodies (rantai yang berlebih) akan mengalami
hemolisis; hal ini berarti bahwa baik hemolisis maupun eritropoesis inefektif
menyebabkan anemia pada penderita dengan thalassemia-β.
Kemampuan sebagian sel darah merah untuk mempertahankan produksi dari
rantai γ, yang mampu untuk berpasangan dengan sebagian rantai α yang berlebihan
untuk membentuk Hb F, adalah suatu hal yang menguntungkan.Ikatan dengan
sebagian rantai berlebih tidak diragukan lagi dapat mengurangi gejala dari penyakit
dan menghasilkan Hb tambahan yang memiliki kemampuan untuk membawa oksigen.
Selanjutnya, peningkatan produksi Hb F sebagai respon terhadap anemia
berat, menimbulkan mekanisme lain untuk melindungi sel darah merah pada penderita
dengan thalassemia-β. Peningkatan level Hb F akan meningkatkan afinitas oksigen,
menyebabkan terjadinya hipoksia, dimana, bersama-sama dengan anemia berat akan
menstimulasi produksi dari eritropoetin. Akibatnya, ekspansi luas dari massa eritroid
yang inefektif akan menyebabkan ekspansi tulang berat dan deformitas. Baik
penyerapan besi dan laju metabolisme akan meningkat, berkontribusi untuk
menambah gejala klinis dan manifestasi laboratorium dari penyakit ini. Sel darah
merah abnormal dalam jumlah besar akan diproses di limpa, yang bersama-sama
dengan adanya hematopoesis sebagai respon dari anemia yang tidak diterapi, akan
menyebabkan splenomegali masif yang akhirnya akan menimbulkan terjadinya
hipersplenisme.
Apabila anemia kronik pada penderita dikoreksi dengan transfusi darah secara teratur,
maka ekspansi luas dari sumsum tulang akibat eritropoesis inefektif dapat dicegah
atau dikembalikan seperti semula. Memberikan sumber besi tambahan secara teori
hanya akan lebih merugikan pasien. Namun, hal ini bukanlah masalah yang
sebenarnya, karena penyerapan besi diregulasi oleh dua faktor utama : eritropoesis
inefektif dan jumlah besi pada penderita yang bersangkutan. Eritropoesis yang
inefektif akan menyebabkan peningkatan absorpsi besi karena adanya downregulation
dari gen HAMP, yang memproduksi hormon hepar yang dinamakan hepcidin,
regulator utama pada absorpsi besi di usus dan resirkulasi besi oleh makrofag. Hal ini
terjadi pada penderita dengan thalassemia intermedia.
Dengan pemberian transfusi darah, eritropoesis yang inefektif dapat
diperbaiki, dan terjadi peningkatan jumlah hormon hepcidin; sehingga penyerapan
besi akan berkurang dan makrofag akan mempertahankan kadar besi.
Pada pasien dengan iron overload (misalnya hemokromatosis), absorpsi besi
menurun akibat meningkatnya jumlah hepsidin.Namun, hal ini tidak terjadi pada
penderita thalassemia-β berat karena diduga faktor plasma menggantikan mekanisme
tersebut dan mencegah terjadinya produksi hepsidin sehingga absorpsi besi terus
berlangsung meskipun penderita dalam keadaan iron overload.
Efek hepsidin terhadap siklus besi dilakukan melalui kerja hormon lain
bernama ferroportin, yang mentransportasikan besi dari enterosit dan makrofag
menuju plasma dan menghantarkan besi dari plasenta menuju fetus. Ferroportin
diregulasi oleh jumlah penyimpanan besi dan jumlah hepsidin. Hubungan ini juga
menjelaskan mengapa penderita dengan thalassemia-β yang memiliki jumlah besi
yang sama memiliki jumlah ferritin yang berbeda sesuai dengan apakah mereka
mendapat transfusi darah teratur atau tidak. Sebagai contoh, penderita thalassemia-β
intermedia yang tidak mendapatkan transfusi darah memiliki jumlah ferritin yang
lebih rendah dibandngkan dengan penderita yang mendapatkan transfusi darah secara
teratur, meskipun keduanya memiliki jumlah besi yang sama.
Kebanyakan besi non-heme pada individu yang sehat berikatan kuat dengan
protein pembawanya, transferrin. Pada keadaan iron overload, seperti pada
thalassemia berat, transferrin tersaturasi, dan besi bebas ditemukan di plasma. Besi ini
cukup berbahaya karena memiliki material untuk memproduksi hidroksil radikal dan
akhirnya akan terakumulasi pada organ-organ, seperti jantung, kelenjar endokrin, dan
hati, mengakibatkan terjadinya kerusakan pada organ-organ tersebut (organ damage).
Stadium Thalassemia
Terdapat suatu sistem pembagian stadium thalassemia berdasarkan jumlah
kumulatif transfusi darah yang diberikan pada penderita untuk menentukan tingkat
gejala yang melibatkan kardiovaskuler dan untuk memutuskan kapan untuk memulai
terapi khelasi pada pasien dengan thalassemia-β mayor atau intermedia. Pada sistem
ini, pasien dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
 Stadium I
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi kurang dari 100 unit Packed Red
Cells (PRC). Penderita biasanya asimtomatik, pada echokardiogram (ECG)
hanya ditemukan sedikit penebalan pada dinding ventrikel kiri, dan
elektrokardiogram (EKG) dalam 24 jam normal.

 Stadium II
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan
memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi
pada dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular
abnormal pada EKG dalam 24 jam

 Stadium III
o Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya
fraksi ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur
dari atrial dan ventrikular.

2.6 Manifestasi Klinis

Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya


bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya
anemia hemolitik. Pada bentuk yang lebih berat, khususnya thalassemia β mayor, bisa
terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus/ borok), batu empedu, serta
pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang
panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia
akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan
anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya
menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam
otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung. (Tamam, 2009)

1. Thalassemia-β
Thalassemia β dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia β minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
- Thalassemia β mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah.
- Thalassemia β intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup
tanpa ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah
berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan
fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah.
Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila.
Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia
mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat
sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai
umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat
transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi
dalam jaringan kulit.

b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor,
anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali
dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi
nampak pada masa dewasa.

c. Thalasemia minor atau trait ( pembawa sifat)


Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositik,
bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.

2. Thalassemia-α
a. Hydrops Fetalis dengan Hb Bart’s
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta
kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering
disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang
dapat membahayakan sang ibu.
b. Hb H disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%,
splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat
terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen-α pada kromosom 16
bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-α. Krisis hemolitik juga dapat terjadi
bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan
oksidatif.
c. Thalassemia α Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik
hipokrom.
d. Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/
gen.
(Atmakusuma, 2009)

2.7. Diagnosis dan Diagnosis Banding


Diagnosis :
a. Anamnesis
 Ditanyakan keluhan utama dan riwayat perkembangan penyakit pasien.
 Ditanyakan riwayat keluarga dan keturunan.
 Ditanyakan tentang masalah kesehatan lain yang dialami.
 Ditanyakan tentang test darah yang pernah diambil sebelumnya.
 Ditanyakan apakah nafsu makan berkurang

b. Pemeriksaan fisik
 Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat, lemas dan lemah.
 Pemeriksaan tanda vital heart rate
 Pada palpasi biasanya ditemu kan hepatosplenomegali pada pasien

c. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil tes mengungkapkan informasi penting, seperti jenis thalassemia. Pengujian yang
membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:
1. Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT
Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, dan ukuran (size).
Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan
jika iya, jenis apa. Tes darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat
besi dan feritin tes).Sebuah tes darah yang mengukur jumlah berbagai jenis
hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung darah lengkap (CBC) pada anggota
lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil menentukan apakah mereka
telah thalassemia.Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling parah adalah
thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's.Kadar Hb adalah 7 ± 10 g/ dL.Pada
sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan
poikilositosis (target cell).
2. Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :

HbA : 95% sampai 98%


HbA2 : 2% hingga 3%
HbF : 0,8% sampai 2%
HbS : 0%
HbC : 0%

Pada kasus thalasemia beta intermedia, HbF dan HbA2 meningkat.

Pemeriksaan pedigree: kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan trait


(carrier) dengan HbA2 meningkat (> 3,5% dari Hb total)
Catatan: rentang nilai normal mungkin sedikit berbeda antara laboratorium yang satu
dengan laboratorium lainnya.

3. Mean Corpuscular Values ( MCV)


Pemeriksaan mean corpuscular values terdiri dari 3 jenis permeriksaan, yaitu Mean
Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC). Untuk pemeriksaan ini diperlukan
data mengenai kadar Hb (g/dL), nilai hematokrit (%), dan hitung eritrosit (juta/uL).

4. Pemeriksaan Rontgen
Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar
dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
(Gambaran hair on end)
http://www.gentili.net/signs/images/400/skullss.jpg

Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.

5. Darah tepi
i. Hb rendah (dapat sampai 2-3%)
ii. Gambaran morfologi eritrosit : mikroskopik hipokromatik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basofilik stippling,
benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas
iii. Retikulosit meningkat
iv. Complete Blood Count (CBC) : mengukur jumlah Hb dan jenis sel darah lain
(eritrosit, leukosit, trombosit). Penderita thalassemia mempunyai lebih sedikit
eritrosit sehat dan Hb dari normal (menunjukkan anemia). Penderita thalassemia
alfa atau beta minor sapat mempunyai eritrosit dengan lebih kecil dari normal
v. Badan inklusi Hb H : Untuk mendeteksi kemungkinan pembawa sifat thalassemia
atau Hb H disease
vi. Ferritin : Untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh defisiensi /
kekurangan zat besi, penyakit kronik atau thalassemia
vii. Test Hb : penderita mengukur tipe Hb dalam sampel darah. Penderita thalassemia
mempunyai masalah pada rantai protein globin alfa atau beta pada Hb

health.allrefer.com home.kku.ac.th

6. Sumsum tulang (tidak menentukan diagnosis)


i. Hyperplasia system eritropoiesis dengan normoblas terbanyak dari jenis asidofil
ii. Granula Fe (dengan pengecatan Prussian biru) meningkat
7. Pemeriksaan khusus
i. Hb F meningkat :20-90% Hb total
ii. Elektroforesis Hb : Hemoglobinopaati lain dan mengukur kadar Hb F
iii. Pemeriksaan pedigree : kedua orangtua pasien thalassemia mayor merupakan
karier dengan Hb A2 meningkat (>3,5% dari Hb total)

Diagnosis Banding :
Kriteria Anemia Anemia Trait Anemia
Defisiensi Penyakit Thalassemia Sideroblastik
Besi Kronik
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

MCH Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N

Serum Iron (SI) Menurun Menurun Normal Normal

TIBC Meningkat Menurun Normal/Naik Normal/Naik

Saturasi Menurun Menurun/N meningkat Meningkat

Transferrin <15% 10-20% >20% >20%

Besi Sumsum Negatif Positif Positif Kuat Positif frngan


Tulang ring sideroblast

Protoporfirin Meningkat Meningkat Normal Normal


Eritrosit

Ferritin Menurun Normal Meningkat Meningkat

Serum <20 µg/dl 20-200 µg/dl >50 µg/dl >50 µg/dl

Elektroforesis N N Hb A2 N
Hb meningkat

2.8. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
1. Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar
feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%,
atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg
berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan
minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.
2. Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal)
secara teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi.
Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui
jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara
perlahan-lahan oleh alat yang disebut “syringe driver.” Pemakaian alat ini
diperlukan karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-
lahan selama kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima
hari dalam seminggu seumur hidup.
3. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk
meningkatkan efek kelasi besi.
4. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
5. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang
umur sel darah merah

2. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
1. Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
2. Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu
tahun. Imunisasi pada penderita ini dengan vaksin hepatitis B, vaksin H,
influensa tipe B, dan vaksin polisakarida pneumokokus serta dianjurkan
profilaksis penisilin.
3. Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita
thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil
tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya akumulasi besi dan
hepatosplenomegali. . Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan
yang dapat menyembuhkan thalassemia. Namun, memiliki kendala karena
hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara
donor dan resipiennya serta donor harus dalam keadaan sehat.

Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan


pada pasien dengan thalassemia.Limpa diketahui mengandung sejumlah besar
besi nontoksik (yaitu, fungsi penyimpanan).Limpa juga meningkatkan
perusakan sel darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu
dipertimbangkan sebelum memutuskan melakukan splenektomi..Limpa
berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik, sehingga melindungi
seluruh tubuh dari besi tersebut.Pengangkatan limpa yang terlalu dini dapat
membahayakan.
Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi hiperaktif,
menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan dengan
demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan lebih
banyak akumulasi besi.
Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang membutuhkan lebih
dari 200-250 mL / kg PRC per tahun untuk mempertahankan tingkat Hb 10
gr / dL karena dapat menurunkan kebutuhan sel darah merah sampai 30%.
Risiko yang terkait dengan splenektomi minimal, dan banyak prosedur
sekarang dilakukan dengan laparoskopi.Biasanya, prosedur ditunda bila
memungkinkan sampai anak berusia 4-5 tahun atau lebih. Pengobatan agresif
dengan antibiotik harus selalu diberikan untuk setiap keluhan demam sambil
menunggu hasil kultur. Dosis rendah Aspirin® setiap hari juga bermanfaat
jika platelet meningkat menjadi lebih dari 600.000 / μL pasca splenektomi.
Keberhasilannya lebih berarti pada anak usia dibawah 15 tahun. Seluruh anak
anak yang memiliki HLA-spesifik dan cocok dengan saudara kandungnya di
anjurkan untuk melakukan transplantasi ini

3. Suportif
 Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau
berat. Ttransfusi darah harus dilakukan secara teratur karena dalam waktu 120 hari
sel darah merah akan mati dan untu mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12
g/dl. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia, transfusi darah hanya
dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan, untuk beta thalassemia mayor
(Cooley’s Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap
kenaikan Hb 1 g/dl.
Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang
ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan
selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia
akan zat besi hanya 1 – 2 mg per hari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan
transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati,
jantung, paru, otak, kulit dan lain-lain. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu
fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat
kegagalan fungsi jantung atau hati.
Penderita thalassemia mayor biasanya lebih mudah untuk terkena infeksi dibanding
anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi. Beberapa tahun lalu, 25% pasien
yang menerima transfusi terekspose virus hepatitis B. Saat ini, dengan adanya
imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang. Virus Hepatitis C (HCV)
merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas 15 tahun dengan
thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan demam dan
enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang mendapat
terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas penyebabnya,
sebaiknya diterapi dengan Gentamisin dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.

 Terapi Khelasi (Pengikat Besi)


Hemoglobin dalam sel darah merah adalah zat besi yang kaya protein. Apabila
melakukan transfusi darah secara teratur dapat mengakibatkan penumpukan zat besi
dalamdarah. Kondisi ini dapat merusak hati, jantung, dan organ-organ lainnya.
Untuk mencegah kerusakan ini, terapi khelasi besi diperlukan untuk membuang
kelebihan zat besi daritubuh. Terdapat dua obat-obatan yang digunakan dalam terapi
khelasi besi, yaitu:
a) Deferoxamine
 Deferoxamine adalah obat cair yang diberikan melalui bawah kulit secara perlahan-lahan dan
biasanya dengan bantuan pompa kecil yang digunakan dalam kurun
waktusemalam. Terapi ini memakan waktu lama dan sedikit memberikan rasa
sakit. Efek samping dari pengobatan ini dapat menyebabkan kehilangan
penglihatan dan pendengaran.
b) Deferasirox
Deferasirox adalah pil yang dikonsumsi sekali sehari. Efek sampingnya adalah
sakitkepala, mual, muntah, diare, sakit sendi, dan kelelahan (kelelahan). 

 Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)


TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang saat
ini diketahui.Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya
hepatomegali, fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum transplantasi
dilakukan.Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga karakteristik ini adalah 59%,
sedangkan pada penderita yang tidak memiliki ketiganya adalah 90%.Meskipun
transfusi darah tidak diperlukan setelah transplantasi sukses dilakukan, individu
tertentu perlu terus mendapat terapi khelasi untuk menghilangkan zat besi yang
berlebihan.Waktu yang optimal untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun
setelah TSSH. Prognosis jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak
diketahui. Biaya jangka panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya
transplantasi.Kemungkinan kanker setelah TSSH juga harus dipertimbangkan.

 Pendonoran darah tali pusat (Cord Blood )


Cord blood adalah darah yang ada di dalam tali pusat dan plasenta.Seperti tulang
sumsum, itu adalah sumber kaya sel induk, bangunan blok dari sistemkekebalan tubuh
manusia. Dibandingkan dengan pendonoran sumsum tulang, darahtali pusat non-
invasif, tidak nyeri, lebih murah dan relatif sederhana.

 HLA (HumanLeukocyte Antigens)


Human Leukocyte Antigens(HLA) adalah protein yang terdapat pada sel di permukaan
tubuh. Sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel kita sendiri sebagai 'diri,'dan
sel asing' sebagai lawan didasarkan pada protein HLA ditampilkan pada permukaan
sel kita. Pada transplantasi sumsum tulang, HLA ini dapat mencegahterjadinya
penolakan dari tubuh sertaGraft versus Host Disease(GVHD). HLA yangterbaik
untuk mencegah penolakan adalah melakukan donor secara genetik  berhubungan
dengan resipen (penerima).

2.9. Pencegahan
Pecegahan thalassemia dilakukan dengan:
A. Penapisan pembawa sifat thalassemia dan diagnosis prenatal
B. Penapisan pembawa thalassemia beta lebih berguna jika dikerjakan dengan
indeks SDM, MCV dan MCH turun dinilai konsentrasi HbA2nya. Masalah
timbul pada penapisan individu dengan pembawa sifat thalassemia alfa
bersamaan dengan thalassemia alfa
C. Di Indondesia, pencegahan Thalassemia beta mayor dikaji oleh Departemen
Kesehatan melalui program “Health Technology Assesesment” beberapa butir
rekomendasi, sebagai hasil kajian diusulkan dalam prevalensi thalassemia
(termasuk uji saring, teknik, strategi pelaksanaan dan aspek medikolegal,
psikososial dan agama).

Pencegahan thalassemia terutama ditujukan untuk menurunkan jumlah bayi lahir


dengan thalassemia mayor. Ada 2 pendekatan target dalam pencegahan thalassemia
yaitu secara retrospektif dan prospektif. Pendekatan retrospektif dilakukan dengan
cara melakukan penelusuran terhadap anggota keluarga dengan riwayat keluarga
menderita thalassemia mayor. Sementara pendekatan prospektif dilakukan dengan
melakukan skrining untuk mengidentifikasi karier thalassemia pada populasi
tertentu.Secara garis besar bentuk pencegahan thalassemia dapat berupa edukasi
tentang penyakit thalassemia pada masyarakat, skrining (carrier testing), konseling
genetika pranikah, dan diagnosis pranatal.

a. Edukasi
Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang
sangat penting dalam program pencegahan.Masyarakat harus diberi pengetahuan
tentang penyakit yang bersifat genetik dan diturunkan, terutama tentang thalassemia
dengan frekuensi kariernya yang cukup tinggi di masyarakat.Pendidikan genetika
harus diajarkan di sekolah, demikian pula pengetahuan tentang gejala awal
thalassemia. Media massa harus dapat berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan
informasi tentang thalassemia, meliputi gejala awal, cara penyakit diturunkan dan cara
pencegahannya. Program pencegahan thalassemia harus melibatkan banyak pihak
terkait. Sekitar 10% dari total anggaran program harus dialokasikan untuk penyediaan
materi edukasi dan pelatihan tenaga kesehatan.

b. Skrining Karier
Skrining massal dan konseling genetika telah berhasil di Italia, Yunani dan
tempat yang memiliki fekuensi gen thalassemia tinggi.Skrining pada populasi
(skrining prospektif) dikombinasikan dengan diagnostik pranatal telah menurunkan
insidens thalassemia secara dramatis.Skrining thalassemia ditujukan untuk menjaring
individu karier thalassemia pada suatu populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki
anak.Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi individu dan pasangan karier, dan
menginformasikan kemungkinan mendapat anak dengan thalassemia dan pilihan yang
dapat dilakukan untuk menghindarinya. Target utama skrining adalah penemuan β-
dan αo thalassemia, serta Hb S, C, D, E. Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik
dokter keluarga, klinik keluarga berencana, klinik antenatal, saat pranikah, atau pada
saat bayi baru lahir. Pada daerah dengan risiko tinggi dapat dilakukan program
skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.Pendekatan genetik klasik
dalam mendeteksi karier berdasarkan penelusuran silsilah keluarga dianggap kurang
efektif dibanding dengan skrining populasi. Bila ada individu yang teridentifikasi
sebagai karier, maka skrining pada anggota keluarga yang lain dapat dilakukan.
Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi
perkawinan antar kerabat dekat.Metode pemeriksaan thalassemia yang definitif dan
akurat meliputi pemeriksaan kualitatif HbA2, HbF, rasio sintesis rantai globin dan
analisis DNA untuk mengetahui mutasi spesifik.Namun, semua pemeriksaan ini
mahal.Pasien thalassemia selalu mengalami anemia hipokrom (MCH < 26 pg) dan
mikrositik (MCV < 75 fl), karenanya kedua kelainan ini tepat digunakan untuk
pemeriksaan awal karier thalassemia. Kemungkinan anemia mikrositik akibat
defisiensi besi harus disingkirkan melalui pemeriksaan porfirin bebas eritrosit, feritin
serum atau kadar besi serum, dengan total iron-binding capacity.

c. Konseling genetika
Informasi dan konseling genetika harus tersedia ditempat skrining karier
dilakukan.Tenaga kesehatan tidak boleh memaksa orang untuk menjalani skrining dan
harus mampu menginformasikan pada peserta skirining bila mereka teridentifikasi
karier dan implikasinya.Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing
individu atau pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk
mendapat informasi akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal
yang harus diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil,
prosedur obstetri yang mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis
pranatal. Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling
harus tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena
memiliki implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada
pilihan setelah dilakukan diagnosis pranatal.Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan
mungkin tiap pasangan memiliki pilihan yang berbeda-beda.Tanggung jawab utama
seorang konselor adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang
memungkinkan pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka
jalani sesuai kondisi masing-masing.

d. Diagnosis Pranatal
Diagnosis pranatal meliputi skrining karier thalassemia saat kunjungan
pranatal pada wanita hamil, yang dilanjutkan dengan skrining karier pada suaminya
bila wanita hamil tersebut teridentifikasi karier.Bila keduanya adalah karier, maka
ditawarkan diagnosis pranatal pada janin serta pengakhiran kehamilan bila ada risiko
gen thalassemia homozigot.Saat ini, program ini hanya ditujukan pada thalassemia β+
dan βO yang tergantung transfusi dan sindroma Hb Bart’s hydrops.
Diagnosis pranatal dapat dilakukan antara usia 8-18 minggu
kehamilan.Metode yang digunakan adalah identifkasi gen abnormal pada analisis
DNA janin. Pengambilan sampel janin dilakukan melalui amniosentesis atau biopsi
vili korialis (VCS/ villi chorealis sampling).
Biopsi vili korialis lebih disukai, karena bila dilakukan oleh tenaga ahli,
pengambilan sampel dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih dini, yaitu pada
usia gestasi 9 minggu. Namun WHO menganjurkan biopsi vili korialis pada usia
gestasi 10- 12 minggu, karena pada usia kurang dari 10 minggu ditemukan risiko
malformasi janin. Seluruh prosedur pengambilan sampel janin harus dilakukan oleh
ahli fetomaternal dengan panduan USG kualitas tinggi.Risiko terjadinya abortus pada
biopsi villi korialis sekitar 1-2% bila dilakukan oleh tenaga ahli. Sedangkan tindakan
amniosentesis, yaitu mengambil cairan amnion, umumnya efektif dilakukan pada usia
kehamilan > 14 minggu. Hal ini dikarenakan untuk menjaring sel-sel janin yang baru
lepas dalam jumlah cukup ke dalam cairan amnion. Teknik ini relatif lebih mudah,
namun mempunyai kelemahan pada usia kehamilan yang lebih besar.
Teknik lain yang juga sudah dikembangkan adalah isolasi darah janin (fetal
nucleated red blood cell) sebagai sumber DNA janin dari darah perifer ibu. DNA
janin dianalisis dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk mutasi
thalassemia, analisis dilakukan dengan Southern blot analysis, pemetaan gen (gene
mapping), dan restriction fragmen length polymorphism (RFLP) analysis.Seiring
dengan munculnya trauma akibat terminasi kehamilan pada ibu hamil dengan janin
yang dicurigai mengidap thalassemia mayor, saat ini sedang dikembangkan diagnosis
pranatal untuk thalassemia β sebelum terjadinya implantasi janin dengan polar body
analysis.
Metode pengakhiran kehamilan yang digunakan tergantung dari usia gestasi.
Pada umumnya dibedakan menjadi 2 metode: operatif dan medisinalis. Dengan
standar prosedur yang sesuai, kedua metode ini, baik operatif maupun medisinalis,
mempunyai efektivitas yang baik dalam pengakhiran kehamilan. Namun demikian
beberapa praktisi kebidanan seringkali mendasarkan pilihan metode pada usia
kehamilan. Pada usia gestasi kurang dari 13 minggu, metode standar pengakhiran
kehamilan adalah ―suction method ―. Setelah 14 minggu, aborsi dilakukan dengan
induksi prostaglandin.15 Metode aborsi lainnya yang bisa dilakukan adalah kombinasi
antara medisinalis dan cara operatif.

Dalam rangka pencegahan penyakit thalassemia, ada beberapa masalah pokok


yang harus disampaikan kepada masyarakat, ialah:

(1) Bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya;
(2) Bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian;
(3) Kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.

Karena penyakit ini menurun, maka kemungkinan penderitanya akan terus


bertambah dari tahun ke tahunnya. Oleh karena itu, pemeriksaan kesehatan sebelum
menikah sangat penting dilakukan untuk mencegah bertambahnya penderita
thalassemia ini. Sebaiknya semua orang Indonesia dalam masa usia subur diperiksa
kemungkinan membawa sifat thalassemia. Pemeriksaaan akan sangat dianjurkan bila
terdapat riwayat :

(1) Ada saudara sedarah yang menderita thalassemia,


(2) Kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl walaupun sudah
minum obat penambah darah seperti zat besi,
(3) Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb
normal.

2.10. Komplikasi
Jantung dan Penyakit Hati
Transfusi darah secara teratur merupakan perawatan standar untuk
thalassemia.Akibatnya, zat besi dapat tertimbun dalam darah.Hal ini dapat merusak
organ dan jaringan, terutama jantung dan hati.Penyakit jantung yang disebabkan oleh
kelebihan zat besi adalah penyebab utama kematian pada orang yang memiliki
thalassemia.Penyakit jantung termasuk juga gagal jantung, aritmia (detak jantung
tidak teratur), dan serangan jantung.

Infeksi 
Di antara orang yang memiliki thalassemia, infeksi adalah penyebab utama
penyakit dan penyebab paling umum kedua kematian.Orang yang telah dibuang limpa
mereka berada pada risiko infeksi lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki
organ untuk melawan infeksi ini.

Osteoporosis
Banyak orang yang memiliki thalassemia memiliki masalah tulang, termasuk
osteoporosis.Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi lemah dan rapuh dan
mudah patah.

2.11 Prognosis

Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada
umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan
tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan
meninggal karena hemosiderosis, sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent
penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap
terlambat. (Sunarto, 2000)
Pasien yang tidak memperoleh transfusi darah adekuat, akan sangat buruk.
Tanpa transfusi sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun, bila
dipertahankan pada Hb rendah selama masih kecil. Mereka bisa meninggal dengan
infeksi berulang-ulang bila berhasil mencapai pubertas mereka akan mengalami
komplikasi akibat penimbunan besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat
transfusi tapi kurang mendapat terapi khelasi.
DAFTAR PUSTAKA

 Atmakusuma, D., 2009. Thalassemia Manifestasi Klinis, Pendekatan


Diagnosis, dan Thalassemia Intermedia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B.,
Alwi, I., Marcellus, S.K., & Setiati, S.. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
II. Edisi V. Jakarta: InternaPublishing, 1387,1389.
 Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., & Moss, P.A.H., 2005. Kelainan Genetik Pada
Hemoglobin. In: Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC, 80.
 Marengo, Alain J., 2006, Struktur-Fungsi hubungan dari hemoglobin
manusia, http://translate.htm, diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul
10.30 WITA.
 Tamam, M. 2009. Pecan Cegah Thalassemia. Thalassemia. (D. 3410-3420)
Indonesia.Rotari Internasional
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28803/3/Chapter%20II.pdf
Diakses pada 30 Oktober 2014, pukul 20:48
 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31348/5/Chapter%20I.pdf
Diakses pada 30 Oktober 2014, pukul 19:45
 health.allrefer.com/home.kku.ac.th
 http://eclinpath.com/wp-content/uploads/intravascular-hemolysis-new.jpg?
02c884 Diakses pada 30 Oktober 2014, pukul 19:40
 http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/0470565101/
hearthis_ill/pap13e_ch19_illustr_audio
_mp3_am/simulations/hear/rbc_formation.html Diakses pada 30 Oktober
2014, pukul 21.02
 Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html Diakses pada 30 Oktober 2014,
pukul 19:30
 http://www.buzzle.com/images/diagrams/hemoglobin-structure.jpg Diakses
pada 30 Oktober 2014, pukul 21.38

Anda mungkin juga menyukai