Disusun oleh:
KELOMPOK A-2
UNIVERSITAS YARSI
Jl. Let. Jend. Suprapto. Cempaka Putih, Jakarta Pusat. DKI Jakarta. Indonesia. 10510.
Telepon: +62 21 4206675.
SKENARIO
Hematokrit(Ht) 30% 34 – 40 %
MCV 69 fL 75 – 87 fL
MCH 13 pg 24 – 30 pg
MCHC 19% 32 – 36 %
C. JAWABAN
D. HIPOTESA
E. SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami&Menjelaskan Hemoglobin
1.1 Struktur
1.2 Rantai
1.3 Sintesis
1.4 Katabolisme
LI 2. Memahami&Menjelaskan Thalasemia
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
2.3 Epidemiologi
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
2.6 Manifestasi Klinis
2.7 Diagnosis & Diagnosis Banding
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Pencegahan
2.10 Komplikasi
2.11 Prognosis
LI 1. Memahami&Menjelaskan Hb
1.1 Struktur
Molekul hemoglobin terdiri dari globin (polipeptida), apoprotein, dan empat
gugus non protein-heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Mutasi pada
gen protein hemoglobin mengakibatkan suatu golongan penyakit menurun yang
disebut hemoglobinopati, di antaranya yang paling sering ditemui adalah anemia sel
sabit dan thalasemia.
Hemoglobin tersusun dari empat molekul protein (globulin chain) yang
terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2
alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains, sedangkan pada bayi yang masih
dalam kandungan atau yang sudah lahir terdiri dari beberapa rantai beta dan molekul
hemoglobinnya terbentuk dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gama yang dinamakan sebagai
HbF. Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 subunit
protein), yang terdiri dari masing-masing dua subunit alfa dan beta yang terikat secara
nonkovalen. Subunit-subunitnya mirip secara struktural dan berukuran hampir sama.
Tiap subunit memiliki berat molekul kurang lebih 16,000 Dalton, sehingga berat
molekul total tetramernya menjadi sekitar 64,000 Dalton. (Murray, 2009)
http://www.buzzle.com/images/diagrams/hemoglobin-structure.jpg
Tipe rantai globin yang tersedia untuk sintesa hemoglobin tergantung pada tahap
perkembangan individu.
1. Hb Embrionik.
Sintesa Eritrosit dimulai dalam yolk sack embrio yang berumur 19 hari, berlanjut
dalam hati pada usia 6 minggu, dan mulai dalam sumsum tulang pada kehamilan 4-5
bulan.
2. Hb Fetal
Hemoglobin janin (Hemoglobin F atau HbF) merupakan komponen hemoglobin
utama dalam aliran darah janin dan timbul 90%-95% dalam hemoglobin uterus dari
kehamilan 8-35 minggu sampaipertukaran dari HbF ke Hb dewasa.
3. Hb Dewasa
Hb dewasa (Hb A) terdiri dari 2 rantai aãglobin dan 2 rantai ßãglobin,
danmenyebabkan 96%-98% Hb dewasa. Hb A2 (a¨2d‘2) terdiri dari 2 rantai a¨globin
dan 2 rantai dqglobin, dan menunjukkan 1,5-3% Hb dewasa. JumlahHb F yang kecil
(0,5-1%) juga masih dijumpai pada orang dewasa. lain yang merupakan pengganti e
globin.
1.2 Rantai
Suatu unit rantai globin merupakan komponen utama untuk membentuk Hb :
bersama-sama dengan Heme, rantai globin menghasilkan Hb. Dua pasangan berbeda
dari rantai globin akan membentuk struktur tetramer dengan Heme sebagai intinya.
Semua Hb normal dibentuk dari dua rantai globin α (atau mirip-α) dan dua rantai
globin non-α.Bermacam-macam tipe Hb terbentuk, tergantung dari tipe rantai globin
yang membentuknya.Masing-masing tipe Hb memiliki karakteristik yang berbeda
dalam mengikat oksigen, biasanya berhubungan dengan kebutuhan oksigen pada
tahap-tahap perkembangan yang berbeda dalam kehidupan manusia. Pada masa
kehidupan embrionik, rantai ζ (rantai mirip-α) berkombinasi dengan rantai γ
membentuk Hb Portland (ζ2γ2) dan dengan rantai ε untuk membentuk Hb Gower-1
(ζ2ε2).Selanjutnya, ketika rantai α telah diproduksi, dibentuklah Hb Gower-2,
berpasangan dengan rantai ε (α2ε2).Hb Fetal dibentuk dari α2γ2 dan Hb dewasa primer
(Hb A) dibentuk dari α2β2.Hb fisiologis yang ketiga, Hb A2, dibentuk dari rantai α2δ2.
1.3 Sintesis
Sintesis Heme
Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Sintesis globin
Globin adalah suatu protein yang terdiri dari 2 pasang rantai polipeptida.
Rantai polipeptida ini terdiri dari 2 pasang rantai dengan jumlah, jenis dan urutan
asam amino tertentu. Masing-masing rantai polipeptida mengikat 1 gugus heme.
Sintesis globin terjadi di eritroblast dini atau basofilik dan berlanjut dengan tingkat
terbatas sampai di retikulosit.
Sintesa globin
Chromosome 11 (b- cluster) :
Urutannya e-Gg-Ag- yb-d-b
Chromosome 16 (a-cluster):
Urutannya x2-yx1-ya2-ya1-a2-a1-q
% of total
globin
Perkembangan
50
synthesis sintesa globin
30
10
6 18 30 birth 6 18 30 42
pren atal age (w ks) postnatal age (w ks)
Tabel 1 Hemoglobin manusia
Sickle.bwh.harvard.edu/hbsynthesis.html
Pada orang normal ada 7 sintesis rantai globin yang berbeda yaitu : 4 pada
masa embrio seperti Hb Gower 1 ( ζ2ε2 ), Hb Gower 2 ( α2ε2 ), Hb Portland 1 ( ζ2
ε2 ), dan Hb Portland 2 (ζ2 γ2 ). Hb F (α2γ2 ) adalah Hb yang predominant pada saat
kehidupan janin dan menjadi hemoglobin yang utama setelah lahir. Hb A (α2β2 )
adalah hemoglobin mayor yang ditemukan pada dewasa dan anak-anak. Hb A2
(α2δ2 ) dan Hb F ditemukan dalam jumlah kecil pada dewasa ( kira-kira 1,5 - 3,5 %
dan 0,2 – 1,0 % ). Perbandingan komposisi Hb A, A2 dan F menetap sampai dewasa
setelah umur 6 – 12 bulan. Pada orang dewasa , HbA2 kira-kira 1,5% -- 3,5%
hemoglobin total, Persentasenya jauh lebih rendah dari pada waktu dilahirkan, kira-
kira 0,2% - 0,3% meningkat pada saat dewasa pada 2 tahun pertama. Kenaikan yang
tajam terjadi pada 1 tahun pertama dan naik dengan perlahan pada 3 tahun kelahiran.
1.4. Katabolisme
Destruksi eritrosit dapat melalui 2 cara yaitu :
Hemolisis Ekstravaskular
Hemolisis Intravaskular
Hemolisis Ekstravaskular
http://higheredbcs.wiley.com/legacy/college/tortora/0470565101/hearthis_ill/
pap13e_ch19_illustr_audio _mp3_am/simulations/hear/rbc_formation.html
Hemolisis Intravaskular
http://eclinpath.com/wp-content/uploads/intravascular-hemolysis-new.jpg?02c884
Waktu sel darah merah menua, sel ini menjadi kaku dan rapuh, akhirnya pecah
(120 hari). Hemoglobin difagositosis terutama di limpa, hati dan sumsum tulang.
Kemudian direduksi menjadi globin dan hem, globin masuk kembali ke dalam sumber
asam amino. Besi dibebaskan dari hem dan sebagian besar diangkut oleh protein
plasma transferin ke sumsum tulang untuk pembentukan sel darah merah baru. Sisa
besi disimpan dalam hati dan jaringan tubuh lainnya dalam bentuk feritin dan
hemosiderin yang akan digunakan kembali. Sisa hem direduksi menjadi karbon
monoksida (CO) dan biliverdin. CO diangkut dalam bentuk karboksi hemoglobin dan
dikeluarkan melalui paru-paru. Biliverdin direduksi menjadi bilirubin bebas, yang
secara perlahan-lahan dikeluarkan ke dalam plasma,dimana bilirubin bergabung
dengan albumin plasma kemudian diangkut ke dalam sel-sel hati untuk diekskresi ke
dalam kanalikuli empedu.
LI 2. Memahami&Menjelaskan Thalasemia
2.1 Definisi
Suatu kelainan genetic yang sangat beraneka ragam yang di tandai oleh
penurunan sintess rantai α atau β dari globin. Secara bahasa: thalassa adalah laut,
emia adalah darah, dikarenakan thalassemia merupakan penyakit dengan
epidemiologi di daerah Mediteranea.
2.2. Etiologi
Thalassemia adalah hemoglobinopati yang disebabkan mutasi di gen globin.
Dua gen mengkode pembentukan globin-α dimana keduanya terletak di kromosom
16. Dengan demikian, sel diploid normal punya 4 salinan globin α, hanya 1 gen yang
mengkode gen globin β.
Mutasi yang menyebabkannya telah diteliti. Mutasi gen globin-β terjadi dalam
regio promotor dan tempat cap, dalam ekson-intron, dan di taut penyambungan yang
terdapat di batas ekson-intron. Mutasi juga ditemukan di tempat poloadenilasi dan
delesi besar pernah dijumpai di region 5’ dan 3’ pada gen.
Jika kedua orang tua tidak
menderita Thalassemia
trait/bawaan, maka tidak mungkin
mereka menurunkan Thalassemia
trait/bawaan atau Thalassemia
mayor kepada anak-anak meraka.
Semua anak-anak mereka akan
mempunyai darah yang normal.
Thalassemia-α
Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin-α banyak
ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia. Delesi
gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat gen globin-α
pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-α yang berbeda telah diketahui
sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat gen ini
Thalassemia-α
Genotip Jumlah Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis
gen α
Saat Lahir > 6 bulan
αα/αα 4 Normal N N
http://www.primehealthchannel.com/wp-content/uploads/2013/05/Thalassemia-
Image.jpg
Penamaan
Genetika
Klinis Genotip Penyakit
Molekuler
Nomenklatur
1. β- - Homozigot β0-
thalassemia Berat,
thalassemi Jarang delesi
(β0/β0) membutuhkan
a gen pada
- Homozigot β+- transfusi darah
Thalassem (β0/β0)
thalassemia secara teratur
ia mayor
(β+/β+)
Defek pada
2. Thalassem Berat, tetapi transkripsi,
β0/β tidak perlu pemrosesan,
ia
intermed β+/β+ transfusi darah atau translasi
ia teratur mRNA β-
globin
Asimtomatik,
dengan anemia
β0/β ringan atau
3. Thalassem
ia minor β+/β tanpa anemia;
tampak kelainan
eritrosit
2.5 Patofisiologi
Thalasemia β
Delesi gen
Pembentukan
Ggn pembentukan satu atau lebih rantai globin Heme ↓
Mikrositik,
(rantai ) Hipokrom
Presipitasi dari rantai pasangannya
Pengendapan dari rantai pasangan di membran sel RBC dan prekursornya
RBC menjadi “non self” (RBC mudah rusak dan kelenturan ↓ akibat pelepasan
heme dari denaturasi Hb dan penumpukan Fe pada RBC mengakibatkan oksidasi
membran sel, & eritrosit peka thdp fagositosis RES)
Mudah dihancurkan oleh RES usia RBC >> pendek
Hemolisis Anemia Nafsu makan ↓ ,Pucat, lemah, lesu,
Stadium II
o Merupakan mereka yang mendapat transfusi antara 100-400 unit PRC dan
memiliki keluhan lemah-lesu. Pada ECG ditemukan penebalan dan dilatasi
pada dinding ventrikel kiri. Dapat ditemukan pulsasi atrial dan ventrikular
abnormal pada EKG dalam 24 jam
Stadium III
o Gejala berkisar dari palpitasi hingga gagal jantung kongestif, menurunnya
fraksi ejeksi pada ECG. Pada EKG dalam 24 jam ditemukan pulsasi prematur
dari atrial dan ventrikular.
1. Thalassemia-β
Thalassemia β dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia β minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
- Thalassemia β mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah.
- Thalassemia β intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 – 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup
tanpa ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah
berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
- Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan
fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah.
Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila.
Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia
mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat
sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai
umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat
transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi
dalam jaringan kulit.
b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor,
anemia sedang (hemoglobin 7 – 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali
dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi
nampak pada masa dewasa.
2. Thalassemia-α
a. Hydrops Fetalis dengan Hb Bart’s
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta
kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering
disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang
dapat membahayakan sang ibu.
b. Hb H disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%,
splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat
terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen-α pada kromosom 16
bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-α. Krisis hemolitik juga dapat terjadi
bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan
oksidatif.
c. Thalassemia α Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik
hipokrom.
d. Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/
gen.
(Atmakusuma, 2009)
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat, lemas dan lemah.
Pemeriksaan tanda vital heart rate
Pada palpasi biasanya ditemu kan hepatosplenomegali pada pasien
c. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil tes mengungkapkan informasi penting, seperti jenis thalassemia. Pengujian yang
membantu menentukan diagnosis Thalassemia meliputi:
1. Hitung Darah Lengkap (CBC) dan SHDT
Sel darah diperiksa bentuknya (shape), warna (staining), jumlah, dan ukuran (size).
Fitur-fitur ini membantu dokter mengetahui apakah Anda memiliki thalassemia dan
jika iya, jenis apa. Tes darah yang mengukur jumlah besi dalam darah (tes tingkat zat
besi dan feritin tes).Sebuah tes darah yang mengukur jumlah berbagai jenis
hemoglobin (elektroforesis hemoglobin). Hitung darah lengkap (CBC) pada anggota
lain dari keluarga (orang tua dan saudara kandung). Hasil menentukan apakah mereka
telah thalassemia.Dokter sering mendiagnosa bentuk yang paling parah adalah
thalassemia beta mayor atau anemia Cooley's.Kadar Hb adalah 7 ± 10 g/ dL.Pada
sediaan hapus darah tepi ditemukan anemia hipokrom mikrositik, anisositosis, dan
poikilositosis (target cell).
2. Elektroforesis Hemoglobin
Elektroforesis hemoglobin adalah pengujian yang mengukur berbagai jenis protein
pembawa oksigen (hemoglobin) dalam darah. Pada orang dewasa, molekul molekul
hemoglobin membentuk persentase hemoglobin total seperti berikut :
4. Pemeriksaan Rontgen
Foto Ro tulang kepala, gambaran hair on end, korteks menipis, diploe melebar
dengan trabekula tegak lurus pada korteks.
(Gambaran hair on end)
http://www.gentili.net/signs/images/400/skullss.jpg
Foto tulang pipih dan ujung tulang panjang : perluasan sumsum tulang sehingga
trabekula tampak jelas.
5. Darah tepi
i. Hb rendah (dapat sampai 2-3%)
ii. Gambaran morfologi eritrosit : mikroskopik hipokromatik, sel target, anisositosis
berat dengan makroovalositosis, mikrosferosit, polikromasi, basofilik stippling,
benda Howell-Jolly, poikilositosis dan sel target. Gambaran ini lebih kurang khas
iii. Retikulosit meningkat
iv. Complete Blood Count (CBC) : mengukur jumlah Hb dan jenis sel darah lain
(eritrosit, leukosit, trombosit). Penderita thalassemia mempunyai lebih sedikit
eritrosit sehat dan Hb dari normal (menunjukkan anemia). Penderita thalassemia
alfa atau beta minor sapat mempunyai eritrosit dengan lebih kecil dari normal
v. Badan inklusi Hb H : Untuk mendeteksi kemungkinan pembawa sifat thalassemia
atau Hb H disease
vi. Ferritin : Untuk mengetahui apakah anemia disebabkan oleh defisiensi /
kekurangan zat besi, penyakit kronik atau thalassemia
vii. Test Hb : penderita mengukur tipe Hb dalam sampel darah. Penderita thalassemia
mempunyai masalah pada rantai protein globin alfa atau beta pada Hb
health.allrefer.com home.kku.ac.th
Diagnosis Banding :
Kriteria Anemia Anemia Trait Anemia
Defisiensi Penyakit Thalassemia Sideroblastik
Besi Kronik
MCV Menurun Menurun/N Menurun Menurun/N
Elektroforesis N N Hb A2 N
Hb meningkat
2.8. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
1. Pemberian iron chelating agent (desferoxamine): diberikan setelah kadar
feritin serum sudah mencapai 1000 mg/l atau saturasi transferin lebih 50%,
atau sekitar 10-20 kali transfusi darah. Desferoxamine, dosis 25-50 mg/kg
berat badan/hari subkutan melalui pompa infus dalam waktu 8-12 jam dengan
minimal selama 5 hari berturut setiap selesai transfusi darah.
2. Pemberian obat kelasi besi atau pengikat zat besi (nama dagangnya Desferal)
secara teratur dan terus-menerus akan mengatasi masalah kelebihan zat besi.
Obat kelasi besi (Desferal) yang saat ini tersedia di pasaran diberikan melalui
jarum kecil ke bawah kulit (subkutan) dan obatnya dipompakan secara
perlahan-lahan oleh alat yang disebut “syringe driver.” Pemakaian alat ini
diperlukan karena kerja obat ini hanya efektif bila diberikan secara perlahan-
lahan selama kurang lebih 10 jam per hari. Idealnya obat ini diberikan lima
hari dalam seminggu seumur hidup.
3. Vitamin C 100-250 mg/hari selama pemberian kelasi besi, untuk
meningkatkan efek kelasi besi.
4. Asam folat 2-5 mg/hari untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
5. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang
umur sel darah merah
2. Bedah
Splenektomi, dengan indikasi:
1. Limpa yang terlalu besar, sehingga membatasi gerak penderita, menimbulkan
peningkatan tekanan intraabdominal dan bahaya terjadinya ruptur
2. Hipersplenisme ditandai dengan peningkatan kebutuhan transfusi darah atau
kebutuhan suspensi eritrosit (PRC) melebihi 250 ml/kg berat badan dalam satu
tahun. Imunisasi pada penderita ini dengan vaksin hepatitis B, vaksin H,
influensa tipe B, dan vaksin polisakarida pneumokokus serta dianjurkan
profilaksis penisilin.
3. Transplantasi sumsum tulang telah memberi harapan baru bagi penderita
thalasemia dengan lebih dari seribu penderita thalasemia mayor berhasil
tersembuhkan dengan tanpa ditemukannya akumulasi besi dan
hepatosplenomegali. . Transplantasi sel induk adalah satu-satunya pengobatan
yang dapat menyembuhkan thalassemia. Namun, memiliki kendala karena
hanya sejumlah kecil orang yang dapat menemukan pasangan yang baik antara
donor dan resipiennya serta donor harus dalam keadaan sehat.
3. Suportif
Transfusi darah
Transfusi yang dilakukan adalah transfusi sel darah merah. Terapi ini
merupakan terapi utama bagi orang-orang yang menderita thalassemia sedang atau
berat. Ttransfusi darah harus dilakukan secara teratur karena dalam waktu 120 hari
sel darah merah akan mati dan untu mempertahankan kadar Hb selalu sama atau 12
g/dl. Khusus untuk penderita beta thalassemia intermedia, transfusi darah hanya
dilakukan sesekali saja, tidak secara rutin. Sedangkan, untuk beta thalassemia mayor
(Cooley’s Anemia) harus dilakukan secara teratur (2 atau 4 minggu sekali).
Pemberian darah dalam bentuk PRC (packed red cell), 3 ml/kg BB untuk setiap
kenaikan Hb 1 g/dl.
Efek samping transfusi darah adalah kelebihan zat besi dan terkena penyakit yang
ditularkan melalui darah yang ditransfusikan. Setiap 250 ml darah yang ditransfusikan
selalu membawa kira-kira 250 mg zat besi. Sedangkan kebutuhan normal manusia
akan zat besi hanya 1 – 2 mg per hari. Pada penderita yang sudah sering mendapatkan
transfusi kelebihan zat besi ini akan ditumpuk di jaringan-jaringan tubuh seperti hati,
jantung, paru, otak, kulit dan lain-lain. Penumpukan zat besi ini akan mengganggu
fungsi organ tubuh tersebut dan bahkan dapat menyebabkan kematian akibat
kegagalan fungsi jantung atau hati.
Penderita thalassemia mayor biasanya lebih mudah untuk terkena infeksi dibanding
anak normal, bahkan tanpa diberikan transfusi. Beberapa tahun lalu, 25% pasien
yang menerima transfusi terekspose virus hepatitis B. Saat ini, dengan adanya
imunisasi, insidens tersebut sudah jauh berkurang. Virus Hepatitis C (HCV)
merupakan penyebab utama hepatitis pada remaja usia di atas 15 tahun dengan
thalassemia. Infeksi oleh organisme opurtunistik dapat menyebabkan demam dan
enteriris pada penderita dengan iron overload, khususnya mereka yang mendapat
terapi khelasi dengan Deferoksamin (DFO). Demam yang tidak jelas penyebabnya,
sebaiknya diterapi dengan Gentamisin dan Trimetoprim-Sulfametoksazol.
2.9. Pencegahan
Pecegahan thalassemia dilakukan dengan:
A. Penapisan pembawa sifat thalassemia dan diagnosis prenatal
B. Penapisan pembawa thalassemia beta lebih berguna jika dikerjakan dengan
indeks SDM, MCV dan MCH turun dinilai konsentrasi HbA2nya. Masalah
timbul pada penapisan individu dengan pembawa sifat thalassemia alfa
bersamaan dengan thalassemia alfa
C. Di Indondesia, pencegahan Thalassemia beta mayor dikaji oleh Departemen
Kesehatan melalui program “Health Technology Assesesment” beberapa butir
rekomendasi, sebagai hasil kajian diusulkan dalam prevalensi thalassemia
(termasuk uji saring, teknik, strategi pelaksanaan dan aspek medikolegal,
psikososial dan agama).
a. Edukasi
Edukasi masyarakat tentang penyakit thalassemia memegang peranan yang
sangat penting dalam program pencegahan.Masyarakat harus diberi pengetahuan
tentang penyakit yang bersifat genetik dan diturunkan, terutama tentang thalassemia
dengan frekuensi kariernya yang cukup tinggi di masyarakat.Pendidikan genetika
harus diajarkan di sekolah, demikian pula pengetahuan tentang gejala awal
thalassemia. Media massa harus dapat berperan lebih aktif dalam menyebarluaskan
informasi tentang thalassemia, meliputi gejala awal, cara penyakit diturunkan dan cara
pencegahannya. Program pencegahan thalassemia harus melibatkan banyak pihak
terkait. Sekitar 10% dari total anggaran program harus dialokasikan untuk penyediaan
materi edukasi dan pelatihan tenaga kesehatan.
b. Skrining Karier
Skrining massal dan konseling genetika telah berhasil di Italia, Yunani dan
tempat yang memiliki fekuensi gen thalassemia tinggi.Skrining pada populasi
(skrining prospektif) dikombinasikan dengan diagnostik pranatal telah menurunkan
insidens thalassemia secara dramatis.Skrining thalassemia ditujukan untuk menjaring
individu karier thalassemia pada suatu populasi, idealnya dilakukan sebelum memiliki
anak.Skrining ini bertujuan untuk mengidentifikasi individu dan pasangan karier, dan
menginformasikan kemungkinan mendapat anak dengan thalassemia dan pilihan yang
dapat dilakukan untuk menghindarinya. Target utama skrining adalah penemuan β-
dan αo thalassemia, serta Hb S, C, D, E. Skrining dapat dilakukan di sekolah, klinik
dokter keluarga, klinik keluarga berencana, klinik antenatal, saat pranikah, atau pada
saat bayi baru lahir. Pada daerah dengan risiko tinggi dapat dilakukan program
skrining khusus pranikah atau sebelum memiliki anak.Pendekatan genetik klasik
dalam mendeteksi karier berdasarkan penelusuran silsilah keluarga dianggap kurang
efektif dibanding dengan skrining populasi. Bila ada individu yang teridentifikasi
sebagai karier, maka skrining pada anggota keluarga yang lain dapat dilakukan.
Skrining silsilah genetik khususnya efektif pada daerah yang sering terjadi
perkawinan antar kerabat dekat.Metode pemeriksaan thalassemia yang definitif dan
akurat meliputi pemeriksaan kualitatif HbA2, HbF, rasio sintesis rantai globin dan
analisis DNA untuk mengetahui mutasi spesifik.Namun, semua pemeriksaan ini
mahal.Pasien thalassemia selalu mengalami anemia hipokrom (MCH < 26 pg) dan
mikrositik (MCV < 75 fl), karenanya kedua kelainan ini tepat digunakan untuk
pemeriksaan awal karier thalassemia. Kemungkinan anemia mikrositik akibat
defisiensi besi harus disingkirkan melalui pemeriksaan porfirin bebas eritrosit, feritin
serum atau kadar besi serum, dengan total iron-binding capacity.
c. Konseling genetika
Informasi dan konseling genetika harus tersedia ditempat skrining karier
dilakukan.Tenaga kesehatan tidak boleh memaksa orang untuk menjalani skrining dan
harus mampu menginformasikan pada peserta skirining bila mereka teridentifikasi
karier dan implikasinya.Prinsip dasar dalam konseling adalah bahwa masing-masing
individu atau pasangan memiliki hak otonomi untuk menentukan pilihan, hak untuk
mendapat informasi akurat secara utuh, dan kerahasiaan mereka terjamin penuh. Hal
yang harus diinformasikan berhubungan dengan kelainan genetik secara detil,
prosedur obstetri yang mungkin dijalani dan kemungkinan kesalahan diagnosis
pranatal. Informasi tertulis harus tersedia, dan catatan medis untuk pilihan konseling
harus tersimpan. Pemberian informasi pada pasangan ini sangat penting karena
memiliki implikasi moral dan psikologi ketika pasangan karier dihadapkan pada
pilihan setelah dilakukan diagnosis pranatal.Pilihan yang tersedia tidak mudah, dan
mungkin tiap pasangan memiliki pilihan yang berbeda-beda.Tanggung jawab utama
seorang konselor adalah memberikan informasi yang akurat dan komprehensif yang
memungkinkan pasangan karier menentukan pilihan yang paling mungkin mereka
jalani sesuai kondisi masing-masing.
d. Diagnosis Pranatal
Diagnosis pranatal meliputi skrining karier thalassemia saat kunjungan
pranatal pada wanita hamil, yang dilanjutkan dengan skrining karier pada suaminya
bila wanita hamil tersebut teridentifikasi karier.Bila keduanya adalah karier, maka
ditawarkan diagnosis pranatal pada janin serta pengakhiran kehamilan bila ada risiko
gen thalassemia homozigot.Saat ini, program ini hanya ditujukan pada thalassemia β+
dan βO yang tergantung transfusi dan sindroma Hb Bart’s hydrops.
Diagnosis pranatal dapat dilakukan antara usia 8-18 minggu
kehamilan.Metode yang digunakan adalah identifkasi gen abnormal pada analisis
DNA janin. Pengambilan sampel janin dilakukan melalui amniosentesis atau biopsi
vili korialis (VCS/ villi chorealis sampling).
Biopsi vili korialis lebih disukai, karena bila dilakukan oleh tenaga ahli,
pengambilan sampel dapat dilakukan pada usia kehamilan yang lebih dini, yaitu pada
usia gestasi 9 minggu. Namun WHO menganjurkan biopsi vili korialis pada usia
gestasi 10- 12 minggu, karena pada usia kurang dari 10 minggu ditemukan risiko
malformasi janin. Seluruh prosedur pengambilan sampel janin harus dilakukan oleh
ahli fetomaternal dengan panduan USG kualitas tinggi.Risiko terjadinya abortus pada
biopsi villi korialis sekitar 1-2% bila dilakukan oleh tenaga ahli. Sedangkan tindakan
amniosentesis, yaitu mengambil cairan amnion, umumnya efektif dilakukan pada usia
kehamilan > 14 minggu. Hal ini dikarenakan untuk menjaring sel-sel janin yang baru
lepas dalam jumlah cukup ke dalam cairan amnion. Teknik ini relatif lebih mudah,
namun mempunyai kelemahan pada usia kehamilan yang lebih besar.
Teknik lain yang juga sudah dikembangkan adalah isolasi darah janin (fetal
nucleated red blood cell) sebagai sumber DNA janin dari darah perifer ibu. DNA
janin dianalisis dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Untuk mutasi
thalassemia, analisis dilakukan dengan Southern blot analysis, pemetaan gen (gene
mapping), dan restriction fragmen length polymorphism (RFLP) analysis.Seiring
dengan munculnya trauma akibat terminasi kehamilan pada ibu hamil dengan janin
yang dicurigai mengidap thalassemia mayor, saat ini sedang dikembangkan diagnosis
pranatal untuk thalassemia β sebelum terjadinya implantasi janin dengan polar body
analysis.
Metode pengakhiran kehamilan yang digunakan tergantung dari usia gestasi.
Pada umumnya dibedakan menjadi 2 metode: operatif dan medisinalis. Dengan
standar prosedur yang sesuai, kedua metode ini, baik operatif maupun medisinalis,
mempunyai efektivitas yang baik dalam pengakhiran kehamilan. Namun demikian
beberapa praktisi kebidanan seringkali mendasarkan pilihan metode pada usia
kehamilan. Pada usia gestasi kurang dari 13 minggu, metode standar pengakhiran
kehamilan adalah ―suction method ―. Setelah 14 minggu, aborsi dilakukan dengan
induksi prostaglandin.15 Metode aborsi lainnya yang bisa dilakukan adalah kombinasi
antara medisinalis dan cara operatif.
(1) Bahwa pembawa sifat thalassemia itu tidak merupakan masalah baginya;
(2) Bentuk thalassemia mayor mempunyai dampak mediko-sosial yang besar,
penanganannya sangat mahal dan sering diakhiri kematian;
(3) Kelahiran bayi thalassemia dapat dihindarkan.
2.10. Komplikasi
Jantung dan Penyakit Hati
Transfusi darah secara teratur merupakan perawatan standar untuk
thalassemia.Akibatnya, zat besi dapat tertimbun dalam darah.Hal ini dapat merusak
organ dan jaringan, terutama jantung dan hati.Penyakit jantung yang disebabkan oleh
kelebihan zat besi adalah penyebab utama kematian pada orang yang memiliki
thalassemia.Penyakit jantung termasuk juga gagal jantung, aritmia (detak jantung
tidak teratur), dan serangan jantung.
Infeksi
Di antara orang yang memiliki thalassemia, infeksi adalah penyebab utama
penyakit dan penyebab paling umum kedua kematian.Orang yang telah dibuang limpa
mereka berada pada risiko infeksi lebih tinggi, karena mereka tidak lagi memiliki
organ untuk melawan infeksi ini.
Osteoporosis
Banyak orang yang memiliki thalassemia memiliki masalah tulang, termasuk
osteoporosis.Ini adalah suatu kondisi di mana tulang menjadi lemah dan rapuh dan
mudah patah.
2.11 Prognosis
Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada
umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan
tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan
meninggal karena hemosiderosis, sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent
penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap
terlambat. (Sunarto, 2000)
Pasien yang tidak memperoleh transfusi darah adekuat, akan sangat buruk.
Tanpa transfusi sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun, bila
dipertahankan pada Hb rendah selama masih kecil. Mereka bisa meninggal dengan
infeksi berulang-ulang bila berhasil mencapai pubertas mereka akan mengalami
komplikasi akibat penimbunan besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat
transfusi tapi kurang mendapat terapi khelasi.
DAFTAR PUSTAKA