OLEH:
PENDAMPING:
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Anemia merupakan suatu kondisi menurunnya jumlah sel darah merah, volume
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit yang mengakibatkan kadar oksigen dalam
tubuh tidak tercukupi. Anemia aplastik merupakan salah satu jenis anemia
normositik normokrom yang didefinisikan sebagai anemia akibat kelainan primer
pada sumsum tulang. Kelainan ini tergolong penyakit yang jarang dengan
kejadian 2-2,3 kasus/ 1 juta penduduk per tahun Penyebabnya dapat dibagi
menjadi tipe primer (kongenital atau didapat) dan tipe sekunder seperti radiasi
pengion, bahan kimia dan obat-obatan. Manifestasi klinis yang paling sering
ditemukan yaitu perdarahan, badan lemah, pusing, jantung berdebar dan demam.
Penegakan diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan darah lengkap menggunakan
hitung jenis leukosit, hitung retikulosit, dan aspirasi serta biopsi sumsum tulang.
Prognosis atau perjalanan penyakit anemia aplastik sangat bervariasi, tetapi jika
tidak dilakukan terapi pengobatan pada umumnya penyakit ini akan memberikan
prognosis yang buruk.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Umur : 65 tahun
Keluhan utama:
Pasien mengeluh pusing sejak 2 hari SMRS. Pusing dirasa tidak berputar, namun
pasien merasa sering ingin terjatuh sehingga pasien sulit berjalan ataupun berdiri.
Pusing dirasa terus menerus, tidak hilang meski pasien banyak tidur. Pasien juga
mengeluh mual namun tidak muntah. Pasien juga merasa lemas. BAB dan BAK
menurut pasien normal. Keluhan batuk pilek, demam, sesak nafas disangkal
pasien. Nafsu makan pasien relatif menurun sejak 3 hari terakhir. Keluhan
mimisan, BAB hitam, bintik kemerahan pada kulit, gusi berdarah disangkal
pasien.
Tidak ada
Tidak ada
Tanda-Tanda Vital
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Suhu : 36 OC
Kepala
Leher : trakea letak tengah, pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)
Thorax
Paru
Palpasi : vokal fremitus paru kiri = paru kanan, nyeri tekan (-)
Jantung
Abdomen
Inspeksi : datar
Perkusi : timpani
Ekstremitas : jejas (-), deformitas (-), edema (-), akral hangat, CRT <2”
V. DIAGNOSIS
Pansitopenia e.c anemia aplastik + dispepsia
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Etiologi
Secara etiologi penyakit anemia aplastik ini dapat dibagi menjadi 2 golongan
besar, yaitu:
Timbulnya anemia aplastik yang didapat pada seorang anak dapat disebabkan
oleh :
- Senyawa kimia berupa benzene yang paling terkenal dapat menyebabkan anemia
aplastik. Dan juga insektisida (organofosfat).
Jika pada seorang pasien tidak diketahui penyebab anemia aplastiknya, maka
pasien tersebut akan digolongkan ke dalam kelompok anemia aplastik idiopatik. 1,2
C. Klasifikasi
Sebagian besar anemia aplastik didapat secara patofisiologis yang ditandai oleh
destruksi spesifik yang diperantarai sel ini. Pada seorang pasien, kelainan respons
imun tersebut kadang – kadang dapat dikaitkan dengan infeksi virus atau penyakit
obat tertentu atau zat kimia tertentu. Sangat sedikit bukti adanya mekanisme lain,
seperti toksisitas langsung pada sel asal atau defisiensi fungsi faktor pertumbuhan
hematopoietik. Dan derajat destruksi sel asal dapat menjelaskan variasi perjalanan
klinis secara kuantitatif dan variasi kualitatif respon imun dapat menjelaskan
respon terhadap terapi imunosupresif. Respons terhadap terapi imunosupresif
menunjukkan adanya mekanisme imun yang bertanggung jawab atas kegagalan
hematopoietik.2
Pada hasil pemeriksaan fisik pada pasien anemia aplastik sangat bervariasi dan
pada hasil penelitian Salonder tahun 1983 ditemukan telapak tangan pada semua
pasien yang diteliti sedangkan perdarahan ditemukan pada lebih dari setengah
jumlah pasien. Hematomegali yang disebabkan oleh berbagai – macam hal
ditemukan pada sebagian kecil pasien sedangkan splenomegali tidak ditemukan.
Adanya splenomegali dan limfadenopati akan meragukan diagnosis anemia
aplastik.2
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
- Apusan Darah Tepi
G. Diagnosa
Anemia aplastik dapat muncul tiba – tiba dalam hitungan hari atau secara
perlahan (berminggu – minggu hingga berbulan-bulan). Hitung jenis darah akan
menentukan manifestasi klinis. Anemia menyebabkan kelelahan, dispnea dan
jantung berdebar – debar. Trombositopenia menyebabkan pasien mudah
mengalami memar dan pendarahan mukosa. Neutropenia meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. Pasien juga mungkin mengeluh sakit kepala dan
demam.2
H. Penatalaksanaan
1. Terapi Suportif1
Adanya terapi suportif bertujuan untuk mencegah dan mengobati terjadinya
infeksi dan pendarahan. Terapi suportif yang diberikan untuk pasien anemia
aplastik, antara lain:
- Transfusi darah
DAFTAR PUSTAKA
1. Ugrasena, IDG.Anemia Aplastik.Buku Ajar Hematologi – Onkologi Anak
IDAI.Cetakan Kedua.Badan Penerbit IDAI.Jakarta.2016.Hal:10-15.
2. Abidin Widjanarko, Aru W. Sudoyo, Hans Salonder.Anemia
Aplastik.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Edisi IV.Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.Jakarta.2016.Hal:627-633.
3. A.V. Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss.Anemia Aplastik dan Kegagalan
Sumsum Tulang.Kapita Selekta Hematologi.Edisi
IV.EGC.Jakarta.2016.Hal: 83-87.
4. Kamus Kedokteran Dorland.Edisi ke 27.Jakarta:EGC.2015
5. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Volume I.Edisi VI.EGC.Jakarta.2016.Hal: 258-260.