Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN ANEMIA APLASTIK

1. TEORI PENYAKIT
a. Pengertian
Anemia aplastik adalah anemia dengan gagal sumsum tulang yang
ditandai dengan pansitopenia dan pada sebagian besar kasus dengan sumsum
tulang hipoplasia. ( E-Jurnal Medika Udayana, 2014)
Anemia aplastik adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi, kelainan
sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia dan sumsum tulang
hipokelular. (Young NS, 2006)
Anemia aplastik berat adalah penyakit hematologi yang jarang terjadi
yang menyebabkan insufisiensi sumsum tulang kuantitatif. (Montané E, 2008)

b. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Pada penderita anemia aplastik dapat ditemukan tiga gejala utama yaitu,
anemia, trombositopenia, dan leukopenia. Ketiga gejala ini disertai dengan
gejala-gejala lain yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Anemia biasanya ditandai dengan pucat, mudah lelah, lemah, hilang
selera makan, dan palpitasi.
- Trombositopenia, misalnya: perdarahan gusi, epistaksis, petekia, ekimosa
dan lain-lain.
- Leukopenia ataupun granulositopenia, misalnya: infeksi.
Selain itu, hepatosplenomegali dan limfadenopati juga dapat ditemukan pada
penderita anemia aplastik ini meski sangat jarang terjadi. (Samuel. 2010)
c. Pathway

Penyebab Primer ( Idiopatik , Anemia Fanconi


dan Dyskeratosis congenital
Penyebab Sekunder ( Zat kimia, Obat-obatan,
Infeksi dan Radiasi )

Depresi sumsum tulang belakang

Pansitopenia

Anemia Aplastik

Penurunan Trombosit Penurunan eritrosit Penurunan leuksit


( trombositopenia )
Sindrome anemia
System kekebalan
Pembekuan darah
tubuh menurun
tergangu
Kadar HB menurun Anoreksia
Pendarahan terjadi Mudah terkena infeksi
terus menerus
Penurunan BB menurun
komponen
pengangkut O2 dan RISIKO INFEKSI
Perdarahan mukosa,
kulit dan organ dalam Nutrisi ke sel
berkurang DEFISIT
NUTRISI

RISIKO PERFUSI PERIFER


PERDARAHAN TIDAK EFEKTIF

Tidak seimbangnya antara


suplai dan kebutuhan oksigen

INTOLERANSI
AKTIVITAS
d. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Ada dua jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis anemia
aplastik, yaitu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. (Samuel,
2010)
1. PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis penderita anemia aplastik
diperoleh:
- Pucat
- Perdarahan pada gusi, retina, hidung, dan kulit.
- Tanda-tanda infeksi, misalnya demam.
- Pembesaran hati (hepatomegali)
- Tanda anemia Fanconi, yaitu bintik Café au lait dan postur tubuh
yang pendek.
- Tanda dyskeratosis congenita, yaitu jari-jari yang aneh dan
leukoplakia.
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Tepi
o Granulosit < 500 /mm3
o Trombosit < 20.000 /mm3
o Retikulosit < 1.0 % (atau bahkan hampir tidak ada)
Pada penderita anemia aplastik ditemukan kadar retikulosit yang
sedikit atau bahkan tidak ditemukan. Sedangkan jumlah limfosit dapat
normal atau sedikit menurun. Dari ketiga kriteria darah tepi di atas,
dapat ditentukan berat tidaknya suatu anemia aplastik yang diderita oleh
pasien. Cukup dua dari tiga kriteria di atas terpenuhi, maka individu
sudah dapat digolongkan sebagai penderita anemia aplastik berat.
b. Sumsum Tulang
Hiposeluler < 25% (Pemeriksaan sumsum tulang
pemeriksaan biopsi dan aspirasi).

e. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Suportif
Transfusi darah dan platelet sangat bermanfaat, namun harus digunakan
dengan bijaksana dan baik karena dapat terjadi sensitisasi pada sel dan
imunitas humoral pasien anemia aplastik. Bila terjadi hal yang demikian,
donor diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara
kandung).
2. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik
Terapi dengan Growth factor sebenarnya tidak dapat memperbaiki
kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih dapat dijadikan pilihan
terutama untuk pasien dengan infeksi berat. Penggunaan G-CSF
(granulocyte-colony stimulating factor) terbukti bermanfaat
memulihkan neutrofil pada kasus neutropenia berat. Namun hal ini
tidak berlangsung l ma. G-CSF harus dikombinasikan dengan regimen
lain misalnya ATG/CsA untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih baik.
3. Transplantasi Sumsum Tulang (SCT, Stem Cell Transplantation)
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia
aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara
kembar ataupun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien yang
masih anak-anak.
Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih
dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok. Namun angka ini
dapat menurun bila pasien yang mendapat terapi semakin tua. Artinya,
semakin meningkat umur, makin meningkat pula reaksi penolakan
sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-
host disease.
4. Terapi imunosupresif
Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang menderita
anemia aplastik. Terapi ini dilakukan dengan konsumsi obat-obatan. Obat-
obat yang termasuk terapi imunosupresif ini antara lain antithymocyte
globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA)
dan Oxymethalone. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi melakukan
terapi transplantasi sumsum tulang, dapat melakukan terapi imunosupresif
ini. (Samuel, 2010)
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
PASIEN DENGAN ANEMIA APLASTIK
A. Pengkajian
a. Data/identitas klien
Meliputi data klien yang mencakup nama, umur, pendidikan, jenis kelamis, nomor
register, diagnosa, pekerjaan, agama, dan suku bangsa, tanggal atau jam masuk
rumah sakit.
b. Keluhan utama
Pingsan secara tiba-tiba atau penurunan kesadaran, kelemahan, keletihan berat
disertai nyeri kepala, demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
c. Pengkajian primer
1) Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
2) Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
3) Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan), kuku
mudah patah, berbentuk seperti sendok (clubbing finger), rambut kering,
mudah putus, menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.

4) Disability (status neurologi)


Sakit/nyeri kepala, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi,
insomnia, penglihatan kabur, kelemahan, keletihan berat, sensitif terhadap
dingin.
d. Pengkajian sekunder
1) Eksposure
Tidak ada jejas atau kontusio pada dada, punggung, dan abdomen.

2) Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam, hemoglobin dan
hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis anemia dapat berbeda. Biasnya
hasil lab menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi,
misal: menurun pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.

3) Head to toe
a) Daerah kepala : Konjunctiva pucat, sclera jaundice.
b) Daerah dada : Tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur, bunyi
napas wheezing.
c) Daerah abdomen : Splenomegali
d) Daerah ekstremitas : Penurunan kekuatan otot karena kelemahan, clubbing
finger (kuku sendok), perasaan dingin pada ekstremitas.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
DATA FOKUS DATA STANDAR ETIOLOGI MASALAH
- Trombosit menurun - Trombosit dalam batas Penurunan Trombosit Resiko
- Hemoglob in 5 normal Perdarahan
gr/dl - Nilai hemoglobin normal
- Lethargi - Tidak terjadi Lethargi
- Lesu - Pasien tidak lesu, mata
- Pandangan kunang- pandangan tidak kunang –
kunang kunang dan tidak nyeri
- Nyeri kepala kepala

- leukosit menurun - Leukosi dalam batas Penurunan leukosit Resiko infeksi


- Kekebalan tubuh normal
menurun - Pasien tidak mengalami
- Demam demam
- Kekebalan tubuh tidak
menurun
DS : - Klien memiliki nafsu Anoreksia Defisit Nutrisi
- Keluarga Klien makan
mengatakan bahwa - Klien dapat
klien tidak nafsu menghabiskan diet yang
makan diberikan
- Kleluarga Klien - Tidak merasa mual
mengatakan klien - Tidak mengalami
sering mual penurunan BB
DO : - Integritas kulit baik
- Mukosa mulut - IMT dalam Batasan
pasien telihat kering normal
dan pecah pecah
- BB menurun >dari
10 % dari bb
sebelum nya
- Kulit terlihat kering
- IMT p
- asien dibawah
normal

DS : - klien lebih bertenaga dan Penurunan komponen Perfusi Perifer


- Keluarga Klien bersemangat pengangkut O2 dan Tidak Efektif
mengatakan klien - klien tidak menahan nyeri Nutrisi ke sel
merasa lemah dan - tekanan darah dalam berkurang
letih Batasan normal
- Klien mengatakan - tidak mengalami
penglihatan nya takikardia
tidak jelas
- Keluarga Klien
mengatakan bahwa
klen hanya ingin
tidur
DO :
- Klien terlihat
meringis menahan
nyeri
- Klien terlihat lesu,
lemah, mengntuk
dan tonus otot
mnurun
- Tekanan darah
meningkat
- Takikardia

c. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer TIdak Efektif berhubungan dengan Penurunan komponen
pengangkut O2 dan Nutrisi ke sel berkurang
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Resiko Perdarahan
5. Resiko infeksi
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan

Hasil
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama ... x ...
Observasi
Definisi: menit diharapkan Perfusi
 Periksa sirkulasi perifer
Penurunan sirkulasi darah pada Perifer Meningkat dengan
(mis. nadi perifer, edema,
level kapiler yang dapat kriteria hasil :
pengisian kapiler, warna,
mengganggu metabolisme tubuh.  Kekuatan nadi perifer
suhu, ankle-brachial
meningkat (5)
index)
Penyebab  Penyembuhan luka
 Identifikasi faktor risiko
 Hiperglikemia meningkat (5)
gangguan sirkulasi (mis.
 Penurunan konsentrsai Sensasi meningkat
diabetes, perokok, orang
hemoglobin  Warna kulit pucat tua, hipertensi dan kadar
 Peningkatan tekanan darah menurun (5) kolesterol tinggi)
 Kekurangan volume cairan  Edema perifer menurun  Monitor panas,
 Penurunan aliran arteri (5) kemerahan, nyeri atau
dan/atau vena  Nyeri ekstremitas bengkak pada ekstremitas
 Kurang terpapar informasi menurun (5) Terapeutik
tentang factor pemberat (mis. Pasastesia menurun (5)  Hindari pemasangan infus
Merokok, gaya hidup Kelemahan otot atau pengambilan darah di
monoton, trauma, obesitas, menurun (5) area keterbatasan perfusi
asupan garam, imobilitas)  Kram otot menurun (5)  Hindari pengukuran
 Kurang terpapar informasi Bruit femoralis menurun tekanan darah pada
tentang proses penyakit (mis. (5) ekstremitas dengan
Diabetes mellitus, Nekrosis menurun (5) keterbatasan perfusi
hyperlipidemia)  Pengisian kapiler  Hindari penekanan dan
 Kurang aktivitas fisik membaik (5) pemasangan tourniquet
 Akral membaik (5) pada area yang cedera
Gejala dan Tanda Mayor  Trugor kulit membaik  Lakukan pencegahan
Subjektif (5) infeksi
-
 Tekanan darah sistolik  Lakukan perawatan kaki
Objektif
 Pengisian kapiler >3 detik membaik (5) dna kuku
 Nadi perifer menurun atau Tekanan darah diastolik  Lakukan hidrasi
tidak teraba mebaik (5) Edukasi
 Akral teraba dingin  Tekanan arteri rata-rata  Anjurkan berhenti
 Warna kulit pucat membaik (5) merokok

 Turgor kulit menurun  Indeks ankle-brachial  Anjurkan berolahraga


membaik (5) rutin
Gejala dan Tanda Minor  Anjurkan mengecek air
Subjektif mandi untuk menghindari
 Parastesia kulit terbakar

 Nyeri ekstremitas (klaudikasi  Anjurkan minum obat

intermiten) pengontrol tekanan darah

Objektif: secara teratur

 Edema  Anjurkan menggunakan

 Penyembuhan luka lambat obat penurn tekanan darah,


antikoagulan, dan penurun
 Indeks ankle-brachial<0,90
kolesterol, jika perlu
 Bruit femoral
 Anjurkan menghindari
penggunaan obat penyekat
beta
Kondisi Klinis Terkait
 Anjurkan melakukan
 Tromboflebitis
perawatan kulit yang tepat
 Diabetes mellitus
(mis. melembabkan
 Anemia
kulitkering pada kaki)
 Gagal jantung kongestif
 Anjurkan program
 Kelainan jantung kongenital
rehabilitasi vaskular
 Thrombosis arteri
 Anjurkan program diet
 Varises
untuk memperbaiki
 Thrombosis vena dalam
sirkulasi (mis. rendah
 Sindrom kompartemen lemak jenuh, minyak ikan
omega 3)
 Informasikan tanda dan
gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak
sembuh, hilangnya rasa)
Manajemen Sensasi Perifer
Observasi
 Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
 Identifikasi penggunaan
alat pengikat, prostesis,
sepatu dan pakaian
 Periksa perbedaan sensasi
tajam atau tumpul
 Periksa perbedaan sensasi
panas atau dingin
 Periksa kemampuan
mengidentifikasi lokasi
dan tekstur benda
 Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
 Monitor perubahan kulit
 Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Terapeutik
 Hindari pemakaian benda-
benda yang berlebihan
suhunya (terlalu panas
atau dingin)
Edukasi
 Anjurkan penggunaan
termometer untuk menguji
suhu air
 Anjurkan penggunaan
sarung tangan termal saat
memasak
 Anjurkan memakai sepatu
lembut dan bertumit
rendah
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
2. Defisit Nutrisi (D.0019) Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
Definisi: keperawatan selama .... Observasi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk X .... jam menit diharapkan  Identifikasi status nutrisi
memenuhi kebutuhan status nutrisi membaik  Identifikasi alergi dan
metabolisme. dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
Penyebab:  Porsi makanan yang  Identifikasi kebutuhan
 Ketidakmampuan menelan dihabiskan (5) kalori dan jenis nutrien
makanan  Kekuatan otot  Identifikasi perlunya
 Ketidakmampuan mencerna pengunyah (5) penggunaan sela
makanan  Kekuatan otot menelan nasogastric
 Ketidakmampuan (5)  Monitor asupan makanan
mengabsorbsi nutrient  Serum albumin (5)  Monitor berat badan
 Peningkatan kebutuhan  Verbalisasi keinginan  Monitor hasil
metabolisme untuk meningkatkan pemeriksaan laboratorium
 Faktor ekonomi (mis. nutrisi (5) Terapeutik
finansial tidak mencukupi)  Pengetahuan tentang  Lakukan oral hygiene
 Faktor psikologis (mis. stres, pilihan makanan yang sebelum makan, jika perlu
keengganan untuk makan) sehat (5)  Fasilitasi menentukan
Gejala dan Tanda Mayor  Pengetahuan tentang pedoman diet (mis.
Subjektif : - pilihan minuman yang piramida makanan)
Objektif sehat (5)  Sajikan makanan secara
 Berat badan menurun  Pengetahuan tentang menarik dan suhu yang
minimal 10% di bawah standar asupan nutrisi sesuai
rentang ideal yang tepat (5)  Berikan makanan tinggi
Gejala dan Tanda Minor  Penyiapan dan serat untuk mencegah
Subjektif penyimpanan makanan konstipasi
 Cepat kenyang setelah makan yang aman (5)  Berikan makanan tinggi
 Kram/nyeri abdomen  Penyiapan dan kalori dan tinggi protein
 Nafsu makan menurun penyimpanan minuman  Berikan suplemen
Objektif yang aman (5) makanan, jika perlu
 Bising usus hiperaktif  Sikap terhadap  Hentikan pemberian
 Otot pengunyah lemah makanan/minuman makan melalui selang

 Otot menelan lemah sesuai dengan tujuan nasogastric jika asupan


kesehatan (5) oral dapat ditoleransi
 Membran mukosa pucat
 Perasaan cepat kenyang Edukasi
 Sariawan
(5)  Anjurkan posisi duduk,
 Serum albumin turun
 Nyeri abdomen (5) jika mampu
 Rambut rontok berlebihan
 Sariawan (5)  Anjurkan diet yang
 Diare
 Rambut rontok (5) diprogramkan
Kondisi Klinis Terkait
 Diare (5) Kolaborasi
 Stroke
 Berat badan (5)  Kolaborasi pemberian
 Parkinson
 Indeks Massa Tubuh medikasi sebelum makan
 Mobius syndrome
(IMT) (5) (mis. Pereda nyeri,
 Cerebral palsy
 Frekuensi makan (5) antipiretik), jika perlu
 Cleft lip
 Kolaborasi dengan ahli
 Nafsu makan (5)
 Cleft palate gizi untuk menentukan
 Bising usus (5)
 Amvotropic lateral sclerosis jumlah kalori dan jenis
 Tebal lipatan kulit trisep
 Luka bakar nutrien yang dibutuhkan,
(5)
 Kanker jika perlu
 Infeksi
 AIDS
 Penyakit Cronhn’s
3. Intoleransi Aktivitas (D.0056) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Energi (I.05178)
Definisi: keperawatan selama Observasi
Ketidakcukupan energi untuk …… x …….… maka Pola  Identifikasi gangguan
melakukan aktivitas sehari-hari. Tidur Membaik dengan fungsi tubuh yang
Penyebab kriteria hasil: mengakibatkan kelelahan
 Ketidakseimbangan antara  Kemudahan melakukan  Monitor kelelahan fisik
suplai dan kebutuhan oksigen aktivitas sehari-hari (5) dan emosional
 Tirah baring  Kecepatan berjalan (5)  Monitor pola dan jam tidur
 Kelemahan  Jarak berjalan (5)  Monitor lokasi dan
 Imobilitas  Kekuatan tubuh bagian ketidaknyamanan selama
 Gaya hidup monoton atas (5) melakukan aktivitas
Gejala dan Tanda Mayor  Kekuatan tubuh bagian Terapeutik
Subjektif bawah (5)  Sediakan lingkungan
 Mengeluh lelah  Toleransi menaiki nyaman dan rendah

Objektif tangga (5) stimulus (mis. cahaya,

 Frekuensi jantung meningkat  Keluhan lelah (5) suara, kunjungan)

> 20% dari kondisi istirahat  Dispnea saat aktivitas  Lakukan Latihan rentang
(5) gerak pasif dan/atau aktif

Gejala dan Tanda Minor  Dispnea setelah aktivitas  Berikan aktivitas distraksi
Subjektif (5) yang menenangkan

 Dispnea saat/setelah aktivitas  Aritmia saat aktivitas (5)  Fasilitasi duduk di sisi
 Merasa tidak nyaman setelah  Aritmia setelah aktivitas tempat tidur, jika tidak

beraktivitas (5) dapat berpindah atau

 Merasa lemah  Sianosis (5) berjalan

Objektif Edukasi
 Perasaan lemah (5)
 Tekanan darah berubah >20%  Frekuensi nadi (5)  Anjurkan tirah baring

dari kondisi istirahat  Anjurkan melakukan


 Warna kulit (5)
 Gambaran EKG menunjukkan  Tekanan darah (5) aktivitas secara bertahap

aritmia saat/setelah aktivitas  Saturasi oksigen (5)  Anjurkan menghubungi

 Gambaran EKG menunjukkan  Frekuensi napas (5) perawat jika tanda dan

iskemia gejala kelelahan tidak


EKG iskemia (5)
 Sianosis berkurang

Kondisi Klinis Terkait  Anjurkan strategi koping


untuk mengurangi
 Anemia
kelelahan
 Gagal jantung kongestif
Kolaborasi
 Penyakit jantung koroner
 Penyakit katup jantung  Kolaborasi dengan ahli
 Aritmia gizi tentang cara
 Penyakit paru obstruktif meningkatkan asupan
kronis (PPOK) makanan

 Gangguan metabolic
Gangguan muskuloskeletal
4. Risiko Perdarahan (D.0012) Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan
selama …..x…. menit, maka
Definisi: Observasi
risiko perdarahan menurun
Berisiko mengalami kehilangan dengan kriteria hasil:  Monitor tanda dan gejala
darah baik internal (terjadi di perdarahan
 Kelembapan membrane
dalam tubuh) maupun eksternal  Monitor nilai
mukosa meningkat (5)
(terjadi hingga ke luar tubuh). hematocrit/hemoglobin
 Kelembapan kulit
sebelum dan sesudah
Faktor Risiko:
meningkat (5)
kehilangan darah
 Aneurisma  Kognitif meningkat (5)
 Monitor tanda-tanda vital
 Gangguan gastrointestinal  Hemoptysis menurun (5) ortostatik
(mis. Ulkus lambung, polip,  Hematemesis menurun
 Monitor koagulasi ( mis.
varises) (5)
Prothrombin time (PT),
 Gangguan fungsi hati (mis.  Hematuria menurun (5) partial thromboplastin time
Sirosis hepatis)  Perdarahan anus (PTT), fibrinogen,
 Komplikasi kehamilan (mis. menurun (5) degradasi fibrin dan/ atau
Ketuban pecah sebelum  Distensi abdomen platelet)
waktunya, plasenta previa/ menurun (5)
abrupsio, kehamilan kembar)  Perdarahan vagina
Terapeutik
 Komplikasi pasca partum menurun (5)
( mis. Atoni uterus, retensi  Perdarahan pasca operasi  Pertahankan bed rest
plasenta) menurun (5) selama perdarahan
 Gangguan koagulasi  Hemoglobin membaik  Batasi tindakan invasive,
( mis.trombositopenia) (5) jika perlu
 Efek agen farmakologis  Hematocrit membaik (5)  Gunakan kasur pencegah
 Tindakan pembedahan  Tekanan darah membaik decubitus
 Trauma (5)  Hindari pengukuran suhu

 Kurang terpapar informasi rektal


tentang pencegahan  Denyut nadi apical
perdarahan membaik (5)
Edukasi
 Proses keganasan  Suhu tubuh membaik (5)
 Jelaskan tanda dan gejala
perdarahan
Kondisi klinis terkait:
 Anjurkan menggunakan
 Aneurisma kaus kaki saat ambulasi
 Koagulopati intravaskuler  Anjurkan meningkatkan
diseminata asupan cairan untuk
 Sirosis hepatis menghindari konstipasi
 Ulkus lambung  Anjurkan menghindari

 Varises aspirin atau antikoagulan

 Trombositopenia  Anjurkan meningkatkan

 Ketuban pecah sebelum asupan makanan dan

waktunya vitamin K

 Plasenta previa/abrupsio  Anjurkan segera melapor


jika terjadi perdarahan
 Atonia uterus
 Retensi plasenta
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat


pengontrol perdarahan, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
pelunak tinja, jika perlu
5. Resiko Infeksi (D.0142) Setelah diberikan asuhan Pencegahan Infeksi
Definisi : beresiko mengalami keperawatan selama … Observasi
peningkatan terserang organisme x...jam diharapkan dapat  Monitor tanda dan gejela
patogenik mengatasi Resiko Infeksi infeksi local dan sitemik
Faktor Resiko : dengan kriteria hasil: Terapeutik
 Penyakit kronis (mis. Tingkat infeksi  Batasi jumlah
Diabetes militus)  Kebersihan tangan pengunjung
 Efek prosedur invasive meningkat (5)  Berikan perawatan kulit
 Malnutrisi  Kebersihan badan pada area edema
 Peningkatan paparan meningkat (5)  Cuci tangan sebelum dan
organisme pathogen  Nafsu makan sesudah kontak dengan
lingkungan meningkat (5) pasien dan lingkungan

 Ketidakadekuatan  Demam menurun (5) pasien

pertahanan tubuh primer  Kemerahanmenurun (5)  Pertahankan kondisi

 Gangguan peristaltic  Nyeri menurun (5) aseptik pada pasien


 Bengkak menurun (5) beresiko tinggi
 Kerusakan integritas
 Vesikel menurun (5) Edukasi
kulit
 Cairan berbau busuk  Jelaskan tanda dan gejala
 Perubahan sekresi pH
menurun (5) infeksi
 Penurunan kerja
 Sputum berwarna hijau  Ajarkan cara mencuci
silialis
menurun (5) tangan dengan benar
 Ketuban pecah lama
 Drainase  Ajarkan etika batuk
 Ketuban pecah
purulenmenurun (5)  Ajarkan cara memeriksa
sebelum waktunya
 Pluria menurun (5) kondisi luka atau luka
 Merokok
 Periode malaise oprasi
 Status cairan tubuh
menurun (5)  Anjurkan meningkatkan
 Ketidakadekuatan  Periode menggigil asupan nutrisi
pertahanan tubuh menurun (5)  Anjurkan meningkatkan
sekunder  Letargi menurun (5) asupan cairan
 Penurunan  Gangguan kognitif
hemoglobin menurun (5) Kolaborasi
 Imununosupresi  Kadar sel darah putih □ Kolaborasi pemberian
 Leukopenia membaik (5) imunisasi, jika perlu
 Supresi respon  Kultur darah membaik
inflamasi (5)
 Faksinasi tidak  Kultur urine membaik
adekuat (5)
Kondisi klinis terkait :  Kultur sputum
 AIDS membaik (5)
 Luka bakar  Kultur area luka
membaik (5)
 Penyakit paru obstruktif  Kultur feses membaik
kronis (5)
 Diabetes militus
 Tindakan infasif
 Kondisi penggunaan
terapi steroid
 Penyalahgunaan obat
 Ketuban pecah sebelum
waktunya (KPSW)
 Kanker
 Gagal ginjal
 Imunosupresi
 Lymphedema
 Leukositopenia
 Gangguan fungsi hati

D. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi

E. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
(Salmah, 2002 : 157 – 164)

a) S : Data Subyektif

Data ini diperoleh melalui anamnesa.

b) O : Data Obyektif

Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.

c) A : Analisis

Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.


d) P : Penatalaksanaan

Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat


DAFTAR PUSTAKA

Montané E, Ibáñez L, Vidal X, Ballarín E, Puig R, García N, Laporte JR, Catalan Group for
Study of Agranulocytosis and Aplastic Anemia.Haematologica. 2008 Apr; 93(4):518-23.
[PMC free article] [PubMed]

Moorhead, Sue., et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby an
Imprint of Elsevier Inc.

Sembiring Samuel Pola Karta. 2010. Anemia Aplastik. MorphostLab E-BookPress . Medan –
Indonesia ( http://morbphostlab.com )

Thaha; LESTARI, AA Wiradewi; SUTIRTA YASA, I Wayan Putu. Diagnosis, Diagnosis


Differensial dan Penatalaksanaan Immunosupresif dan Terapi Sumsum Tulang pada
Pasien Anemia Aplastik. E-Jurnal Medika Udayana, [S.l.], p. 264-275, feb. 2014. ISSN
2303-1395. Available at: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/7897>. Date
accessed: 08 dec. 2017

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Young NS, Calado RT, Scheinberg P. Current concepts in the pathophysiology and treatment
of aplastic anemia. Blood. 2006;108:2509–2519. [PMC free article] [PubMed]

Anda mungkin juga menyukai