1. TEORI PENYAKIT
a. Pengertian
Anemia aplastik adalah anemia dengan gagal sumsum tulang yang
ditandai dengan pansitopenia dan pada sebagian besar kasus dengan sumsum
tulang hipoplasia. ( E-Jurnal Medika Udayana, 2014)
Anemia aplastik adalah kelainan bawaan yang jarang terjadi, kelainan
sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia dan sumsum tulang
hipokelular. (Young NS, 2006)
Anemia aplastik berat adalah penyakit hematologi yang jarang terjadi
yang menyebabkan insufisiensi sumsum tulang kuantitatif. (Montané E, 2008)
Pansitopenia
Anemia Aplastik
INTOLERANSI
AKTIVITAS
d. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik
Ada dua jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis anemia
aplastik, yaitu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan laboratorium. (Samuel,
2010)
1. PEMERIKSAAN FISIS
Pada pemeriksaan fisis penderita anemia aplastik
diperoleh:
- Pucat
- Perdarahan pada gusi, retina, hidung, dan kulit.
- Tanda-tanda infeksi, misalnya demam.
- Pembesaran hati (hepatomegali)
- Tanda anemia Fanconi, yaitu bintik Café au lait dan postur tubuh
yang pendek.
- Tanda dyskeratosis congenita, yaitu jari-jari yang aneh dan
leukoplakia.
2. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Tepi
o Granulosit < 500 /mm3
o Trombosit < 20.000 /mm3
o Retikulosit < 1.0 % (atau bahkan hampir tidak ada)
Pada penderita anemia aplastik ditemukan kadar retikulosit yang
sedikit atau bahkan tidak ditemukan. Sedangkan jumlah limfosit dapat
normal atau sedikit menurun. Dari ketiga kriteria darah tepi di atas,
dapat ditentukan berat tidaknya suatu anemia aplastik yang diderita oleh
pasien. Cukup dua dari tiga kriteria di atas terpenuhi, maka individu
sudah dapat digolongkan sebagai penderita anemia aplastik berat.
b. Sumsum Tulang
Hiposeluler < 25% (Pemeriksaan sumsum tulang
pemeriksaan biopsi dan aspirasi).
e. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Suportif
Transfusi darah dan platelet sangat bermanfaat, namun harus digunakan
dengan bijaksana dan baik karena dapat terjadi sensitisasi pada sel dan
imunitas humoral pasien anemia aplastik. Bila terjadi hal yang demikian,
donor diganti dengan yang cocok HLA-nya (orang tua atau saudara
kandung).
2. Faktor-faktor pertumbuhan hematopoietik
Terapi dengan Growth factor sebenarnya tidak dapat memperbaiki
kerusakan sel induk. Namun terapi ini masih dapat dijadikan pilihan
terutama untuk pasien dengan infeksi berat. Penggunaan G-CSF
(granulocyte-colony stimulating factor) terbukti bermanfaat
memulihkan neutrofil pada kasus neutropenia berat. Namun hal ini
tidak berlangsung l ma. G-CSF harus dikombinasikan dengan regimen
lain misalnya ATG/CsA untuk mendapatkan hasil terapi yang lebih baik.
3. Transplantasi Sumsum Tulang (SCT, Stem Cell Transplantation)
Transplantasi sumsum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia
aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara
kembar ataupun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien yang
masih anak-anak.
Transplantasi sumsum tulang ini dapat mencapai angka keberhasilan lebih
dari 80% jika memiliki donor yang HLA-nya cocok. Namun angka ini
dapat menurun bila pasien yang mendapat terapi semakin tua. Artinya,
semakin meningkat umur, makin meningkat pula reaksi penolakan
sumsum tulang donor. Kondisi ini biasa disebut GVHD atau graft-versus-
host disease.
4. Terapi imunosupresif
Terapi imunosupresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang menderita
anemia aplastik. Terapi ini dilakukan dengan konsumsi obat-obatan. Obat-
obat yang termasuk terapi imunosupresif ini antara lain antithymocyte
globulin (ATG) atau antilymphocyte globulin (ALG), siklosporin A (CsA)
dan Oxymethalone. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi melakukan
terapi transplantasi sumsum tulang, dapat melakukan terapi imunosupresif
ini. (Samuel, 2010)
2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA
PASIEN DENGAN ANEMIA APLASTIK
A. Pengkajian
a. Data/identitas klien
Meliputi data klien yang mencakup nama, umur, pendidikan, jenis kelamis, nomor
register, diagnosa, pekerjaan, agama, dan suku bangsa, tanggal atau jam masuk
rumah sakit.
b. Keluhan utama
Pingsan secara tiba-tiba atau penurunan kesadaran, kelemahan, keletihan berat
disertai nyeri kepala, demam, penglihatan kabur, dan vertigo.
c. Pengkajian primer
1) Airway
Tidak ada sumbatan jalan napas (obstruksi)
2) Breathing
Sesak sewaktu bekerja, dipsnea, takipnea, dan orthopnea
3) Circulation
CRT > 2 detik, takikardi, bunyi jantung murmur, pucat pada kulit dan
membrane mukosa (konjunctiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan:
pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan), kuku
mudah patah, berbentuk seperti sendok (clubbing finger), rambut kering,
mudah putus, menipis, perasaan dingin pada ekstremitas.
2) Five intervention
Hipotensi, takikardia, dispnea, ortopnea, takipnea, demam, hemoglobin dan
hemalokrit menurun, hasil lab pada setiap jenis anemia dapat berbeda. Biasnya
hasil lab menunjukkan jumlah eritrosit menurun, jumlah retikulosit bervariasi,
misal: menurun pada anemia aplastik (AP) dan meningkat pada respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis.
3) Head to toe
a) Daerah kepala : Konjunctiva pucat, sclera jaundice.
b) Daerah dada : Tidak ada jejas akibat trauma, bunyi jantung murmur, bunyi
napas wheezing.
c) Daerah abdomen : Splenomegali
d) Daerah ekstremitas : Penurunan kekuatan otot karena kelemahan, clubbing
finger (kuku sendok), perasaan dingin pada ekstremitas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Analisa Data
DATA FOKUS DATA STANDAR ETIOLOGI MASALAH
- Trombosit menurun - Trombosit dalam batas Penurunan Trombosit Resiko
- Hemoglob in 5 normal Perdarahan
gr/dl - Nilai hemoglobin normal
- Lethargi - Tidak terjadi Lethargi
- Lesu - Pasien tidak lesu, mata
- Pandangan kunang- pandangan tidak kunang –
kunang kunang dan tidak nyeri
- Nyeri kepala kepala
c. Diagnosa Keperawatan
1. Perfusi Perifer TIdak Efektif berhubungan dengan Penurunan komponen
pengangkut O2 dan Nutrisi ke sel berkurang
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
4. Resiko Perdarahan
5. Resiko infeksi
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil
1. Perfusi Perifer Tidak Efektif Setelah dilakukan tindakan Perawatan Sirkulasi
keperawatan selama ... x ...
Observasi
Definisi: menit diharapkan Perfusi
Periksa sirkulasi perifer
Penurunan sirkulasi darah pada Perifer Meningkat dengan
(mis. nadi perifer, edema,
level kapiler yang dapat kriteria hasil :
pengisian kapiler, warna,
mengganggu metabolisme tubuh. Kekuatan nadi perifer
suhu, ankle-brachial
meningkat (5)
index)
Penyebab Penyembuhan luka
Identifikasi faktor risiko
Hiperglikemia meningkat (5)
gangguan sirkulasi (mis.
Penurunan konsentrsai Sensasi meningkat
diabetes, perokok, orang
hemoglobin Warna kulit pucat tua, hipertensi dan kadar
Peningkatan tekanan darah menurun (5) kolesterol tinggi)
Kekurangan volume cairan Edema perifer menurun Monitor panas,
Penurunan aliran arteri (5) kemerahan, nyeri atau
dan/atau vena Nyeri ekstremitas bengkak pada ekstremitas
Kurang terpapar informasi menurun (5) Terapeutik
tentang factor pemberat (mis. Pasastesia menurun (5) Hindari pemasangan infus
Merokok, gaya hidup Kelemahan otot atau pengambilan darah di
monoton, trauma, obesitas, menurun (5) area keterbatasan perfusi
asupan garam, imobilitas) Kram otot menurun (5) Hindari pengukuran
Kurang terpapar informasi Bruit femoralis menurun tekanan darah pada
tentang proses penyakit (mis. (5) ekstremitas dengan
Diabetes mellitus, Nekrosis menurun (5) keterbatasan perfusi
hyperlipidemia) Pengisian kapiler Hindari penekanan dan
Kurang aktivitas fisik membaik (5) pemasangan tourniquet
Akral membaik (5) pada area yang cedera
Gejala dan Tanda Mayor Trugor kulit membaik Lakukan pencegahan
Subjektif (5) infeksi
-
Tekanan darah sistolik Lakukan perawatan kaki
Objektif
Pengisian kapiler >3 detik membaik (5) dna kuku
Nadi perifer menurun atau Tekanan darah diastolik Lakukan hidrasi
tidak teraba mebaik (5) Edukasi
Akral teraba dingin Tekanan arteri rata-rata Anjurkan berhenti
Warna kulit pucat membaik (5) merokok
> 20% dari kondisi istirahat Dispnea saat aktivitas Lakukan Latihan rentang
(5) gerak pasif dan/atau aktif
Gejala dan Tanda Minor Dispnea setelah aktivitas Berikan aktivitas distraksi
Subjektif (5) yang menenangkan
Dispnea saat/setelah aktivitas Aritmia saat aktivitas (5) Fasilitasi duduk di sisi
Merasa tidak nyaman setelah Aritmia setelah aktivitas tempat tidur, jika tidak
Objektif Edukasi
Perasaan lemah (5)
Tekanan darah berubah >20% Frekuensi nadi (5) Anjurkan tirah baring
Gambaran EKG menunjukkan Frekuensi napas (5) perawat jika tanda dan
Gangguan metabolic
Gangguan muskuloskeletal
4. Risiko Perdarahan (D.0012) Setelah dilakukan intervensi Pencegahan Perdarahan
selama …..x…. menit, maka
Definisi: Observasi
risiko perdarahan menurun
Berisiko mengalami kehilangan dengan kriteria hasil: Monitor tanda dan gejala
darah baik internal (terjadi di perdarahan
Kelembapan membrane
dalam tubuh) maupun eksternal Monitor nilai
mukosa meningkat (5)
(terjadi hingga ke luar tubuh). hematocrit/hemoglobin
Kelembapan kulit
sebelum dan sesudah
Faktor Risiko:
meningkat (5)
kehilangan darah
Aneurisma Kognitif meningkat (5)
Monitor tanda-tanda vital
Gangguan gastrointestinal Hemoptysis menurun (5) ortostatik
(mis. Ulkus lambung, polip, Hematemesis menurun
Monitor koagulasi ( mis.
varises) (5)
Prothrombin time (PT),
Gangguan fungsi hati (mis. Hematuria menurun (5) partial thromboplastin time
Sirosis hepatis) Perdarahan anus (PTT), fibrinogen,
Komplikasi kehamilan (mis. menurun (5) degradasi fibrin dan/ atau
Ketuban pecah sebelum Distensi abdomen platelet)
waktunya, plasenta previa/ menurun (5)
abrupsio, kehamilan kembar) Perdarahan vagina
Terapeutik
Komplikasi pasca partum menurun (5)
( mis. Atoni uterus, retensi Perdarahan pasca operasi Pertahankan bed rest
plasenta) menurun (5) selama perdarahan
Gangguan koagulasi Hemoglobin membaik Batasi tindakan invasive,
( mis.trombositopenia) (5) jika perlu
Efek agen farmakologis Hematocrit membaik (5) Gunakan kasur pencegah
Tindakan pembedahan Tekanan darah membaik decubitus
Trauma (5) Hindari pengukuran suhu
waktunya vitamin K
D. IMPLEMENTASI
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi
E. EVALUASI
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
(Salmah, 2002 : 157 – 164)
a) S : Data Subyektif
b) O : Data Obyektif
c) A : Analisis
Montané E, Ibáñez L, Vidal X, Ballarín E, Puig R, García N, Laporte JR, Catalan Group for
Study of Agranulocytosis and Aplastic Anemia.Haematologica. 2008 Apr; 93(4):518-23.
[PMC free article] [PubMed]
Moorhead, Sue., et al. 2015. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Mosby an
Imprint of Elsevier Inc.
Sembiring Samuel Pola Karta. 2010. Anemia Aplastik. MorphostLab E-BookPress . Medan –
Indonesia ( http://morbphostlab.com )
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Young NS, Calado RT, Scheinberg P. Current concepts in the pathophysiology and treatment
of aplastic anemia. Blood. 2006;108:2509–2519. [PMC free article] [PubMed]