Anda di halaman 1dari 17

A.

DEFINISI

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit
lebih rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl
(normal : 14 – 16 g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 – 48 vol %) pada pria atau Hb <
12 g/dl (normal : 12 – 14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita
(Mnsjoer, 2001).
Anemia aplastik adalah penyakit yang disebabkan terhentinya pembuatan sel
darah oleh sum-sum tulang (kerusakan sumsum tulang) (Sylvia,2005). Anemia
aplastik adalah keadaan yang disebabkan berkurangnya sel hematopoetik dalam
darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hematopoetik dalam sumsum tulang (Arif,2005).

B. ETIOLOGI
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat idiopatik
dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada faktor-faktor yang di
duga dapat memicu terjadinya penyakit anemia aplastik ini. Faktor-faktor penyebab
yang dimaksud antara lain :
a. Faktor kongenital (genetik)
Sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikrosefali,
strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Zat Kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis obat berlebihan.
Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia aplastik misalnya benzen,
arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut biasanya terhirup ataupun
terkena (secara kontak kulit) pada seseorang.
c. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia aplastik. America
edical Association juga telah membuat daftar obat-obat yang dapat menimbulkan
anemia aplastik. Obat-obat yang dimaksud antara lain Azathioprine,
Karbamazepine, Kloramfenikol, Ethosuksimide, Indomethasin, Imunoglobulin
limfosit, Penisilamine, Probenesid, Quinacrine, Obat-obat sulfonamide,
Sulfonilurea, Obat-obat thiazide, Trimethadione.
d. Radiasi
Radiasi dianggap penyebab enemia aplastik karena dapat mengakibatkan kerusakan
pada sel induk atau lingkungan sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud adalah
pajanan sinar X yang berlebihan, paparan oleh radiasi berenergi tinggi ataupun
sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kegagalan sumsum tulang akut
dan kronis sehingga terjadi anemia aplastik.
e. Kelainan Imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat menyebabkan
anemia aplastik.
(Mansjoer, 2005).

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia Aplastik  Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan
Berat <30% sel hematopoietik residu, dan
 Dua dari tiga kriteria berikut :
- netrofil < 0,5x109/l
- trombosit <20x109 /l
- retikulosit < 20x109 /l

Anemia Aplastik Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil


Sangat Berat <0,2x109/l

Anemia Aplastik Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat
Bukan Berat atau sangat berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular
dan memenuhi dua dari tiga kriteria berikut :
- netrofil < 1,5x109/l
- trombosit < 100x109/l
- hemoglobin <10 g/dl

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara
mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau
muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah
munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa
menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan kelumpuhan anak atau serangan jantung.
(Price ,2000:256-264).

Manifestasi klinis

Area Manifestasi klinis


Keadaan umum Pucat, penurunan kesadaran, keletihan
berat , kelemahan, nyeri kepala, demam,
dipsnea, vertigo, sensitive terhadap
dingin, BB turun.
Kulit Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit
pucat, sianosis, kulit kering, kuku rapuh,
koylonychia, clubbing finger, CRT > 2
detik, elastisitas kulit munurun,
perdarahan kulit atau mukosa (anemia
aplastik)
Mata Penglihatan kabur, jaundice sclera,
konjungtiva pucat.
Telinga Vertigo, tinnitus Mulut Mukosa licin dan
mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi,
atrofi papil lidah, glossitis, lidah merah
(anemia deficiency asam folat)
Paru – paru Dipsneu, takipnea, dan orthopnea
Kardiovaskuler Takikardia, lesu, cepat lelah, palpitasi,
sesak waktu kerja, angina pectoris dan
bunyi jantung murmur, hipotensi,
kardiomegali, gagal jantun
Gastrointestinal Anoreksia, mual-muntah,
hepatospleenomegali (pada anemia
hemolitik)
Muskuloskletal Nyeri pinggang, sendi
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot,
irritable, lesu perasaan dingin pada
ekstremitas.

E. PATOFISIOLOGI

Penyebab anemia aplastik adalah faktor kongenital, faktor didapat antara lain :
bahan kimia, obat, radiasi, imunologik. Apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda
hipoplasia muncul, maka depresi sumsum tulang akan berkembang sampai titik
dimana terjadi kegagalan sempurna dan ireversibel. Abnormalitas mungkin terjadi
pada sel stem, prekusor granulosit, eritrosit dan trombosit, akibatnya terjadi
pansitopenia.
Pansitopenia adalah menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan
trombosit. Penurunan sel darah ( anemia ) ditandai dengan menurunnya tingkat
hemoglobin dan hematokrit. Penurunan sel darah merah ( Hemoglobin )
menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dikirimkan ke jaringan, biasanya
ditandai dengan kelemahan, kelelahan, dispnea, takikardia, ekstremitas dingin dan
pucat. Kelainan kedua setelah anemia yaitu leukopenia atau menurunnya jumlah sel
darah putih (leukosit) kurang dari 4500-10000/mm, penurunan sel darah putih ini
akan menyebabkan agranulositosis dan akhirnya menekan respon inflamasi. Respon
inflamasi yang tertekan akan menyebabkan infeksi dan penurunan system imunitas
fisis mekanik dimana dapat menyerang pada selaput lendir, kulit, silia, saluran nafas
sehingga bila selaput lendirnya yang terkena maka akan mengakibatkan ulserasi dan
nyeri pada mulut serta faring, sehingga mengalami kesulitan dalam menelan dan
menyebabkan penurunan masukan diet dalam tubuh.
Kelainan ketiga setelah anemia dan leukopenia yaitu tromositopenia,
trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit dibawah 100.000/mm3.
akibat dari trombositopenia antara lain ekimosis, ptekie, epistaksis, perdarahan
saluran kemih, perdarahan susunan saraf dan perdarahan saluran cerna. Gejala dari
perdarahan saluran cerna adalah anoreksia, nausea, konstipasi, atau diare dan
stomatitis ( sariawan pada lidah dan mulut ) perdarahan saluran cerna dapat
menyebabkan hematemesis melena. Perdarahan akibat trombositopenia
mengakibatkan aliran darah ke jaringan menurun.

F. PATHWAY ANEMIA

Terhentinya pembuatan sel darah

oleh sum-sum tulang

Pansitopenia : menurunnya sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit

kerusakan transport O2 agranulositosis

Menekan respon inflamasi

Metabolisme Menurun

penurunan system imunitas

ATP yang dihasilkan

menurun Resti Infeksi

ulserasi dan nyeri pada mulut


serta faring, anoreksia, diare
Energi menurun

Resti nutrisi kurang dari kebutuhan


Kelemahan, kelelahan
Intoleransi aktivitas Perfusi perifer tidak efektif

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Perlu pemeriksaan darah tepi untuk mengetahui Hb, eritrosit, dan hematocrit. Pada
anemia defisiensi besi, kadar Hb kurang dari 10gr/dl dan eritrosit menurun.
Eritrosit berbentuk mikrositik hipokromik (kecil dan pucat). Sedangkan pada
defisiensi asam folat dan vitamin B12 , bentuk sel darahnya adalah makrositik.

H. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan medis
1) Terapi Kausal : Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen
penyebab. Hindarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang
tidak diketahui. Akan tetapi hal ini sulit dilakukan karena etiologinya tidak
jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2) Terapi Suportif : Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang
timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk terapinya sebagai berikut, :
a) Untuk mengatasi infeksi
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotic yang tepat dan
adekuat. Tranfusi granulosit konsertat diberikan pada sepsis berat.
b) Usaha untuk mengatasi anemia
Berikan tranfusi Packed Red Cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/ atau
tanda payah jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb
sebesar 9-10 gr % tidak perlu sampai normal karena akan menekan
eritropoesis internal.
c) Usaha untuk mengatasi perdarahan. Berikan tranfusi konsertat trombosit
jika terdapat perdarahan mayor atau trombosit < 20.000 mm3.
3) Terapi untuk memperbaiki sum-sum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sum-sum tulang :
a) Anabiotik sterod dapat diberikan oksimetolon atau stanal dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek fungsi terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek
samping yang dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
b) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah.

4) Terapi definitive
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang.
a) Terapi imonusupresif : Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau
anti-thymocyte globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis. Terapi
imonusupresif lain, yaitu pemberian metilprednison dosis tinggi.
b) Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang merupakan terapi definitif yang
memberikan haraapan kesembuhan, tetapi biayanya mahal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA ANEMIA

A. PENGKAJIAN

Pengkajian data-data focus yang sering dialami/terjadi pada bayi dan balita
yang mengalami anemia terutama defisiensi.

1. Usia
Anak yang mengalami defisiensi Fe biasanya berusia antara 6-24 bulan dan
pada masa pubertas . Pada usia tersebut kebutuhan Fe cukup tinggi, karena
digunakan untuk pertumbuhan.
2. Pucat
a. Pada anemia pascaperdarahan, kehilangan darah sekitar 12-15% akan
menyebabkan pucat, dan juga takikardi. Kehilangan darah yang cepat dapat
menimbulkan reflek cardiovascular secara fisiologis.
b. Pucat pada anemi hemolistik terjadi karena penghancuran sel darah merah
sebelum waktunya. Secara normal, sel darah merah akan hancur dalam
waktu 120 hari, untuk selanjutnya membentuk sel darah baru
c. Pada anemia aplastic, pucat terjadi karena terhentinya pembentukan sel
darah pada sumsum tulang. Hal ini terjadi karena sumsum tulang mengalami
kerusakan.

Warna pucat ini dilihat pada telapak tangan, dasar kuku, konjungtiva, dan
mukosa bibir. Cara sederhana adalah dengan membandingkan telapak tangan anak
dengan telapak tangan petugas atau orang tuanya.

3. Mudah lelah/lemah
Berkurangnya kadar oksigen dalam tubuh mengakibatkan keterbatasan energy
yang dihasilkan oleh tubuh, sehingga anak kelihatan lesu, kurang bergairah,
dan mudah lelah.
4. Pusing kepala
Karena pasokan aliran darah ke otak berkurang.
5. Nadi cepat
Peningkatan denyut nadi sering terjadi, terutama pada perdarahan yang
mendadak karena merupakan kompensasi dari reflek cardiovaskuler
6. Eliminasi urine
Adanya perdarahan yang hebat dapat mengakibatkan penurunan aliran darah
ke ginjal sehingga produksi urine menurun
7. Gangguan pada system saraf
Anemia defisiensi vitamin B12 dapat menimbulkan gangguan pada system
saraf sehingga timbul keluhan seperti kesemutan (gringgingen), ekstremitas
lemah.
8. Gangguan saluran cerna
Pada anak yang anemia sering timbul keluhan nyeri perut, mual, muntah, dan
penurunan nafsu makan.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan, Luaran, dan Intervensi Keperawatan yang mungkin
muncul pada anak dengan anemia adalah :

No Diagnosis Luaran Intervensi


A. MANAJEMEN
1. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan ENERGI
berhubungan dengan intervensi 1. Observasi
- Identifkasi gangguan
ketidakseimbangan keperawatan fungsi tubuh yang
suplai dan kebutuhan selama 3x 24 jam mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
oksigen ditandai toleransi aktifitas dan emosional
dengan : meningkat ditandai - Monitor pola dan jam
tidur
dengan kriteria - Monitor lokasi dan
Subyektif : mengeluh ketidaknyamanan selama
hasil :
lelah, melakukan aktivitas

1.frekuensi nadi2. Terapeutik


Obyektif : frekuensi - Sediakan lingkungan
meningkat
denyut jantung nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
meningkat lebih dari 2. saturasi oksigen suara, kunjungan)
20 % dari istirahat meningkat - Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
3. kemudahan yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
aktifitas sehari – tempat tidur, jika tidak
hari meningkat dapat berpindah atau
berjalan

3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

B. TERAPI AKTIVITAS
1. Observasi
- Identifikasi defisit tingkat
aktivitas
- Identifikasi kemampuan
berpartisipasi dalam
aktifitas tertentu
- Identifikasi sumber daya
untuk aktivitas yang
diinginkan

2. Terapeutik
- Fasilitasi memilih
aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai
kemampuan fisik,
psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan
aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
- Fasilitasi pasien dan
keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan
aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik
rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan
diri), sesuai kebutuhan.

3. Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas
fisik sehari-hari, jika perlu
- Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan
aktivitas fisik, sosial,
spiritual, dan kognitif,
dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
- Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai

4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapi
okupasi dalam
merencanakan dan
memonitor program
aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau
program aktivitas
komunitas, jika perlu

2. Keletihan berhubungan Setelah dilakuan A. Edukasi Aktifitas


dengan kondisi intervensi 1. Observasi
fisiologis (anemia) keperawatan 3 x - Identifikasi kesiapan
ditandai dengan: 24 jam Tingkat dan kemampuan
subyektif : merasa keletihan menurun menerima informasi
kurang tenaga, ditandai dengan : 2. Terapeutik
1.Tenaga - Sediakan materi dan
obyektif : tidak mampu
meningkat media pengaturan
mempertahankan
2.Kemampuan aktifitas dan istirahat
aktifitas rutin.
aktifitas rutin - Jadwalkan pemberian
meningkat Pendidikan kesehatan
3.Motivasi - Berikan kesempatan
meningkat bertanya
3. Edukasi
- Jelaskan pentingnya
aktifitas fisik
- Ajarkan target aktifitas
fisik

B. MANAJEMEN
ENERGI
1. Observasi
- Identifkasi gangguan
fungsi tubuh yang
mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik
dan emosional
- Monitor pola dan jam
tidur
- Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas

2. Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak
pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
- Fasilitas duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan

3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan

4. Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan A. Perawatan Sirkulasi


efektif berhubungan intervensi 1. Observasi
dengan penurunan keperawatan 3 x - Periksa sirkulasi perifer
konsentrasi 24 jam perfusi - Identifikasi faktor risiko
hemoglobin ditandai perifer meningkat gangguan sirkulasi
dengan : ditandai dengan : 2. Terapeutik
1. Denyut nadi - Hindari pemasangan
Obyektif. : warna kulit
perifer infus/pengambilan darah
pucat, turgor kulit
meningkat di area keterbatasan
menurun, akral dingi,
2. Warna kulit perfusi.
pengisian kapiler lebih
pucat menurun - Lakukan pencegahan
dari 3 detik
3. Pengisian infeksi
kapiler 3. Edukasi
meningkat - Anjurkan perawatan
kulit yang tepat
- Anjurkan diet yang tepat
B. Manajemen Cairan
1. Observasi
- Monitor status hidrasi
- Monitor hasil laborat
2. Terapeutik
- Catat intake output
- Berikan cairan intravena
jika perlu
A. IMPLEMENTASI
Untuk mencapai keriteria hasil, semua rencana iintervensi dapat
diimplementasikan sesuai target luaran. Implementasi sesuai rencana intervensi
dapat berupa observasi, Terapeutik/Mandiri, Edukasi, dan kolaborasi.
B. EVALUASI
Setiap selesai melakukan implementasi, dilakukan evaluasi dengan melihat
apakah luaran sudah tercapai sesuai target.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nursalam M.Nurs, dkk, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Salemba
Medika,Jakarta (Hal:124 – 133)
2. J. Hockenberry, David Wilson, Eight Edition. Essentials of Pediatric Nursing,
Amerika (Hal:824)
3. L. Wong, 2003, Edisi 4, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, EGC, Jakarta
(Hal: 536-538)
4. Handayani, Andi Sulistyo, Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan
Hematologi, Salemba Medika, Jakarta
5. Dongoes. 1999 hal 578
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai