Dosen Pengampu:
Di Susun Oleh:
NIM: 144012254
TK: 2B
2023/2024
DAFTAR ISI
A. Definisi ...................................................................................................................................2
B. Etiologi ...................................................................................................................................2
C. Patofisiologi ...........................................................................................................................3
G. Klasifikasi ...........................................................................................................................11
H. Komplikasi ..........................................................................................................................12
I. PATHWAY ..........................................................................................................................13
1. Pengkajian ........................................................................................................................14
4. Implementasi ....................................................................................................................23
5. Evaluasi ............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
1
A. Definisi
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan / atau hitung eritrosit lebih
rendah dari nilai normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl (normal : 14 - 16
g/dl) dan Ht < 40 % (normal : 40 - 48 vol %) pada pria atau Hb < 12 g/dl (normal : 12 -
14 g/dl) dan Ht < 37% (normal : 37- 43 vol %) pada wanita (Mnsjoer, 2019).
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass)
dan atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa
oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer ( penurunan oxygen carrying
capacity) ( Lubis, 2018).
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin
yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh
(Handayani & Haribowo, 2018).
B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
2
C. Patofisiologi
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah
bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal
< 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). (Smeltzer & Bare.
2020 : 935 ).
Tanda dan Gejala yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai
sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf)
yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus), pica, serta
perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas
pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah
mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala
ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera
(warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
3
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala
terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan
jantung.(Price ,2019:256-264)
Manifestasi klinis
4
System persyarafan Sakit kepala, pusing, tinnitus, mata
berkunang-kunang, kelemahan otot,
irritable, lesu perasaan dingin pada
ekstremitas.
Gejala khas yang menjadi ciri dari masing-masing jenis anemia adalah sebagai berikut :
1. Anemia defisiensi besi: disfagia, atrofi papil lidah, stomatitis angularis.
2. Anemia defisisensi asam folat: lidah merah (buffy tongue)
3. Anemia hemolitik: ikterus dan hepatosplenomegali.
4. Anemia aplastik: perdarahan kulit atau mukosa dan tanda-tanda infeksi.
(Bakta, 2020:15)
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Hemoglobin (Hb)
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada
pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sederhana
seperti Hb sachli, yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I
dan III.
5
b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung
dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31
pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.
c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)
MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan
membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom <
30%.
3. Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer
Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan
menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti,
sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah dapat
dilihat pada kolom morfology flag.
6
6. Besi Serum (Serum Iron = SI)
Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah
cadangan besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum
karena variasi diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang
rendah ditemukan setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi
kronis, syok, pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai
kombinasi dengan parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.
F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama dari terapi anemia adalah untuk identifikasi dan perawatan karena
penyebab kehilangan darah,dekstruksi sel darah atau penurunan produksi sel darah
merah.pada pasien yang hipovelemik:
1. pemberian tambahan oksigen, pemberian cairan intravena,
2. resusitasi pemberian cairan kristaloid dengan normal salin.
3. tranfusi kompenen darah sesuai indikasi
(Catherino,2018:416)
Evaluasi Airway, Breathing, Circulation dan segera perlakukan setiap kondisi yang
mengancam jiwa. Kristaloid adalah cairan awal pilihan.
7
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2018)
Acute anemia akibat kehilangan darah:
1. Pantau pulse oksimetri, pemantau jantung, dan Sphygmomanometer.
2. Berikan glukokortikoid serta agen antiplatelet (aspirin) sesuai indikasi.
3. Berikan 2 botol besar cairan intravena dan berikan 1-2 liter cairan kristaloid dan juga
pantau tanda-tanda dan gejala gagal jantung kongestif iatrogenik pada pasien..
4. Berikan plasma beku segar (FFP), faktor-faktor koagulasi dan platelet, jika
diindikasikan.
5. Pasien dengan hemofilia harus memiliki sampel terhadap faktor deficiency yang
dikirim untuk pengukuran.
6. Pasien hamil dengan trauma yang ada kecurigaan terhadap adanya Feto-transfer
darah ibu harus diberikan imunoglobulin Rh-(Rhogam) jika mereka Rh negatif.
7. Setelah pasien stabil, mulailah langkah-langkah spesifik untuk mengobati penyebab
pendarahan.
(Daniel, direvisi tanggal 22 Oktober 2009)
Terapi yang diberikan pada pasien dengan anemia dapat berbeda-beda tergantung dari
jenis anemia yang diderita oleh pasien. Berikut ini beberapa terapi yang diberikan pada
pasien sesuai dengan jenis anemia yang diderita:
1. Anemia Deficiensi Besi
Setelah diagnosa ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi berupa:
8
penyakit jantung anermik dengan ancaman payah jantung, anemia yang sangat
simtomatik, dan pada penderita yang memerlukan peningkatan kadar
hemoglobin yang cepat.dan jenis darah yang diberikan adalah PRC untuk
mengurangi bahaya overload. Sebagai premediasi dapat dipertimbangkan
pemberian furosemid intravena. (Bakta, 2003:36)
2. Anemia Akibat Penyakit Kronis
Dalam terapi anemia akibat penyakit kronik, beberapa hal yang perlu mendapat
perhatian adalah:
a. Jika penyakit dasar daat diobati dengan baik, anemia akan sembuh dengan
sendirinya.
b. Anemia tidak memberi respon pada pemberian besi, asam folat, atau vitamin
B12.
c. Transfusi jarang diperlukan karena derajaat anemia ringan.
d. Sekarang pemberian eritropoetin terbukti dapat menaikkan hemoglobin, tetapi
harus diberikan terus menerus.
e. Jika anemia akibat penyakit kronik disertai defisiiensi besi pemberian preparat
besi akan meningkatkan hemoglobin, tetapi kenaikan akan berhenti setelah
hemoglobin mencapai kadar 9-10 g/dl. (Bakta, 2003:41)
3. Anemia Sideroblastik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pengobatan anemia sideroblastik adalah:
a. Respon terhadap terapi: retikulosit mulai naik hari 2-3 dengan puncak pada hari
7-8. Hb harus naik 2-3 g/dl tiap 2 minggu. Neuropati biasanya dapat membaik
tetapi kerusakan medula spinalis biasanya irreverrsible. (Bakta, 2003:48)
b. Untuk deficiensi asam folat, berikan asam folat 5 mg/hari selama 4 bulan.
c. Untuk deficiensi vitamin B12: hydroxycobalamin intramuskuler 200 mg/hari,
9
atau 1000 mg diberikan tiap minggu selama 7 minggu. Dosis pemeliharaan 200
mg tiap bulan atau 1000 mg tiap 3 bulan.
5. Anemia Perniciosa
Sama dengan terapi anemia megaloblastik pada umumnya maka terapi utama untuk
anemia pernisiosa adalah:
10
G. Klasifikasi
11
5. Anemia Aplastik.
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah.
Hal ini bisa karena kongenital namun jarang terjadi.
H. Komplikasi
12
I. PATHWAY
13
J. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Biasanya klien dengan anemia datang ke Rumah Sakit dengan keluhan pusing,
lelah, lemas, pucat, akral dingin, mual dan muntah, badan terasa letih.
Keletihan, kelemahan, malaise umum, kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih
banyak, sesak napas, depresi, sakit kepala, nyeri mulut dan lidah, kesulitan
menurun.
Riwayat anemia dalam keluarga, kanker, jantung, hepatitis, DM, asma, penyakit
f. Pemeriksaan Fisik
3) Tanda - tanda vital: Tekanan darah menurun, frekuensi nadi meningkat, nadi
4) TB dan BB pasien.
14
5) Kepala: Kesimetrisan, warna rambut, kebersihan kepala, bentuk rambut,
11) Thoraks:
P: Sonor
12) Abdomen: Pembesaran hati, nyeri, bising usus, dan bias dibawah normal.
13) Genetalia: Pada laki - laki apaah testus turun ke dalam skrotum dan pada
14) Integumen: Akral, mukosa terlihat pucat dan kering, kulit kering.
15) Ekstremitas: Warna kuku, membran mukosa, nyeri ekstremitas, tonus otot.
15
g. Pemeriksaan Penunjang
2. Diagnosa Keperawatan
hemoglobin).
16
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan ini sesuai dengan Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) serta
tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2019) pada
pasien anemia yaitu :
a. Diagnosa 1 : Perfusi Perifer Tidak Efektif (SDKI D0009)
Intervensi Perawatan Sirkulasi (SIKI 1.02079)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Setelah dilakukan Periksa sirkulasi perifer (Nadi, Mengetahui sirkulasi
tindakan keperawatan edema,pengisian perifer
2x24 jam, maka kapiler,warna,suhu)
perfusi perifer
meningkat
Lakukan Hidrasi Mencukupi cairan dalam
Dengan kriteria hasil :
a. kelemahan otot tubuh
menurun b. turgor kulit
membaik c. tekanan anjurkan program diit untuk mendapatkan nutrisi yang
sistolik membaik memperbaiki sirkulasi tepat sesuai dengan
d. Tekanan diastolic kebutuhannya.
membaik.
Luaran utama Perfusi
Perifer (SLKI
L.02011)
17
b. Diagnosa 2 : Pola Nafas Tidak Efektif (SDKI D0005)
Intervensi manajemen jalan nafas (SIKI 1.01011)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Setelah Hasil
dilakukan Auskultasi bunyi napas, catat Bunyi napas sering
tindakan keperawatan area yang menurun atau tidak menurun pada dasar paru
2x24 jam, maka pola ada bunyi tambahan sesuai sehubungan dengan
nafas membaik indikasi. ansietas yang dialamie
Evaluasi frekuensi pernapasan Pengenalan diri dan
dengan kriteria hasil : pasien.
dan kedalaman pengobatan ventilasi
a. Menunjukkan jalan
abnormal dapat mencegah
napas yang paten.
komplikasi.
b. Tanda - tanda Monitor adanya sianosis Menunjukkan kondisi
18
c. Diagnosa 3: Intoleransi Aktivitas
Intervensi Manajemen Energi (SIKI 1.05178)
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria
setelah Hasil
dilakukan Monitor pola dan jam tidur Menjadwalkan pola dan
intervensi jam tidur yang teratur
keperawatan selama
fasilitasi duduk, berpindah dan eminimalisir resiko jatuh
2x24 jam maka
berjalan.
ekspektasi
toleransi aktivitas Anjurkan tirah baring pasien dapat beristirahat
meningkat dengan
Kolaborasi dengan ahli gizi mendapatkan nutrisi yang
kriteria hasil : a.
sesuai dengan kebutuhan
Saturasi oksigen
energy
meningkat
b. Kemudahan
dalam melakukan
aktivitas meningkat
c. Keluhan lelah
menurun
d. Perasaan lemah
menurun
Luaran utama
Toleransi
Aktivitas (SLKI
L05047)
19
d. Diagnosa 4 : Nyeri Akut bd Agen pencedera fisiologis (SDKI D0077)
Intervensi Manajemen Nyeri (SIKI 1.08238)
Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Identifikasi lokasi, karekateristik, Mengidentifikasi secara
durasi, frekuensi, mendetail dan utuh
kualitas, intensitas nyeri. mengenai keluhan pasien.
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan Identifikasi skala nyeri dengan Mengidentifikasi tingkat
selama 2x 24 jam pengkajian PQRST. nyeri pasien
diharapkan nyeri
menurun dengan
kriteria hasil : Identifikasi respon non - verbal. Untuk mengalihkan
perhatian pasien dari rasa
a. Mampu
nyeri.
mengontrol nyeri Tentukan faktor yang dapat Untuk mengetahui apakah
dengan memperburuk nyeri. nyeri yang dirasakan klien
mengetahui berpengaruh terhadap yang
penyebab dan lainnya.
cara
untuk
mengurangi
nyeri.
b. Mampu Modifikasi lingkungan (mis. suhu Gangguan lingkungan
mengenali nyeri ruangan, pencahayaan, dan dapat merangsang dan
(skala, intensitas, kebisingan) meningkatkan tekanan
frekuensi, dan vaskuler serebral yang
tanda membuat nyeri semakin
dari nyeri). bertambah.
c. Klien Kolaborasikan dengan dokter dengan Pemberian analgetik dapat
menyatakan rasa pemberian analgetik, bila perlu membantu meredakan
nyaman setelah nyeri yang dirasakan oleh
nyeri berkurang. pasien
d. Skala nyeri
menurun sampai
tidak terasa nyeri
dengan skala 0.
luaran utama
Tingkat Nyeri
20
(SLKI L08066)
21
f. Diagnosa 6 Risiko Infeksi (SDKI D0142)
Intervensi pencegahan infeksi (SIKI 1.14539)
Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
setelah dilakukan Monitor tanda dan gejala infeksi Dapat mengetahui
intervensi keperawatan tanda dan gejala
selama Berikan perawatan kulit pada area Pencegahan infeksi
infeksi pada pasien
2x24 jam maka infeksi pada luka pasca operasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi Pasien dapat
ekspektasi resiko
mengetahui tanda dan
infeksi menurun
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka gejala
Pasieninfeksi
dapat mandiri
dengan kriteria hasil :
memeriksa tanda
a. Klien bebas
infeksi
dari tanda dan
gejala infeksi.
b. Mendeskripsi
kan proses
penularan
penyakit,
faktor yang
mempengaruh
i penularan
serta
penatalaksana
anya.
c. Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi.
d. Jumlah
leukosit dalam batas
normal.
e. Menunjukkan
perilaku hidup sehat.
22
4. Implementasi
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada
pasien sesuai dengan rencana keperawatan atau intervensi yang telah ditetapkan,
tetapi tidak menutup kemungkinan akan berbeda dari rencana yang ditetapkan
tergantung pada bagaimana kondisi pasien di lapangan. (Ndun, 2018)
5. Evaluasi
Dilaksanakan sebagai penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
dilaksanakan sesuai pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian evaluasi
keperawatan ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga
tercapai sebagaian atau timbul masalah baru (Supriyati, 2018).
23
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif. (2019). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.