Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULAUN PADA An.

D DENGAN
ANEMIA DI RUANGAN IGD ANAK
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR

DISUSUN OLEH:
SANDY BRITADINATA, S. Kep
NIM 22.04.010

CI INSTITUSI CI LAHAN

(……………….....………..) (…………………………)

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Definisi
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah yang berfungsi
membawa oksigen mengalami penurunan untuk memenuhi kebutuhan
fisiologi tubuh. Kebutuhan fisiologi spesifik bervariasi pada manusia dan
bergantung pada usia, jenis kelamin, dan tahap ketinggian tempat tinggal
dari permukaan laut (Wijoyono, 2018).
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia
pada darah tepi dan penurunan selularitas sumsum tulang. Anemia aplastik
merupakan keadaan yang disebakan berkurangnya sel darah dalam tepi,
akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang.
Aplasia hanya mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia
9anemia hipoplastik) yang hanya mengenai sistem granulopoetik saja
disebut agranulositosis (penyakit Schultz), sedangkan yang mengenai
sistem trombopoetik disebut amegakariositik trombositiponik purpura
(ATP).
Anemia aplastic merupakan slah satu jenis anemia yang ditandai
dengan adanya pansitopenia (deficit sel darah pada jaringan tubuh). Defisit
sel darah pada sumsum tulang ini disebabkan karena kurangnya sel induk
pluripotent sehingga sumsum tulang gagal membentuk sel-sel darah.
Kegagalan sumsum tulang ini disebabkan banyak faktor. Mulai dari
induksi obat, virus, sampai paparan bahan kimia. Istilah lain dari anemia
aplastik yang sering digunakan antara lain anemia hipoplastik, anemia
refrakter, hipositemia progresif, anemia aregeneratif, aleukia homoragika,
panmielofisis dan anemia paralitik toksik.
B. Etiologi
Penyebab hampir Sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat
idopatik dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun ada
faktor-faktor yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit anemia
aplastik ini. Faktor-faktor penyebabnya yang dimaksud antara lain:
a. Faktor genetik
Kelompok ini sering dinamakan anemia aplastic konstitusional dan
Sebagian besar diturunkan menurut hukum mendel meliputi:
 Anemia fanconi
 Diskeratosis bawaan
 Anemia aplastic konstitusional tanpa kelainan kulit atau tulang
 Sindrom aplastik parsial
 Sindrom pearson
 Sindrom dubowits dan lain-lain
Diduga penyakit-penyakit ini memiliki kaitan dengan kegagalan
sumsum tulang yang mengakibatkan terjadinya pansitopenia (defisit sel
darah).

b. Zat kimia
Anemia aplastik dapat terjadi atas dasar hipersensitivitas atau dosis
obat berlebihan. Zat-zat kimia yang sering menjadi penyebab anemia
aplastic misalnya benzene, arsen, insektisida, dan lain-lain. Zat-zat
kimia tersebut biasanya terhirup ataupun terkena (secara kontak kulit)
pada seseorang.

c. Obat-obatan
Obat seperti kloramfenikol diduga dapat menyebabkan anemia
aplastic. Misalnya pemebrian kloramfenikol pada bayi sejak berumur 2-
3 bulan akan menyebabkan anemia aplastik setelah berumur 6 tahun.
America medical association juga telah membuat daftar obat-obat yang
dimaksud antara lain: azathioprine, karbamazepine, inhibitor carbonic
anhydrase, kloramfenikol, ethosuksimide, indomethasin,
immunoglobulin limfosit, penisilamine, probenesid, quinacrine, obat-
obat sulfonamide, sulfonylurea, obat-obat thiazide, thrimethadione.
Pengaruh obat-obat pada sumsum tulang diduga sebagai berikut:
 Penekanan bergantung dosis obat, reversible dan dapat diduga
sebelumnya (obat-obat anti tumor)
 Penekanan bergantung dosis, reversible, tetapi tidak dapat diduga
sebelumnya
 Penekanan tidak bergantung dosis obat (idiosinkrasi)
d. Infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anemia aplastik sementara atau
permanen. Infeksi virus termasuk EBV, sitomegalivirus, herpers
varisela zoster dan virus hepatitis.
e. Radiasi
Radiasi juga dianggap sebagai penyebab anemia aplastik ini karena
dapat mengakibatkan kerusakan pada sel induk ataupun menyebabkan
kerusakan pada lingkunga sel induk. Contoh radiasi yang dimaksud
antara lain pajanan sinar X yang berlebihan ataupun jatuhan radioaktif
(misalnya dari ledakan bom nuklir). Paparan oleh radiasi berenergi
tinggi ataupun sedang yang berlangsung lama dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang akut dan kronis maupuan anemia aplastic.
f. Kelainan imunologik
Zat anti terhadap sel-sel hemopoetik dan lingkungan mikro dapat
menyebabkan anemia aplastic.
g. Anemia aplastic pada keadaan/penyakit lain
h. Kelompok idiopatik
Besarnya tergantung pada usaha mencari faktor etiologi
C. Patofisiologi
Anemia aplastic disebabkan oleh penurunan sel precursor dalam sum-
sum tulang dan pengganti sum-sum tulang dengan lemak. Dapat terjadi
secara kongenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik (tanpa penyebab
yang jelas) dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan
kehamilan dapat mencetuskannya atau dapat pula disebabkan oleh obat,
bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan
aplasia sum-sum tulang meliputi benzene dan turunan benzene (misalnya
perekat pesawat terbang), obat anti tumor seperti nitrogen mustard,
antimetabolit, termasuk methotrexate dan 6-merkaptopurin dan bahan
toksik seperti arsen anorganik.
Dalam berbagai keadaan, anemia aplastic terjadi saat obat atau bahan
kimia masuk dalam jumlah toksik. Namun, pada beberapa orang dapat
timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Apabila pajanannya
segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan penyembuhan yang
segera dan sempurna.
Apapun bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda
hipoplasia muuncul, maka depresi sum-sum tulang akan berkembang
sampai titik dimana terjadi kegagalan sempurna dan irreversible, disinalah
pentingnya pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang
mendapat pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang
dapat menyebabkan anemia aplastic.
D. Manifestasi Klinis
Anemia aplastic biasanya khas yaitu:
1. Kelemahan
2. Pucat
3. Sesak napas pada saat latihan
Apabila granulosit juga terlibat, paisen biasanya mengalami demam,
faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda
fisik selain pucat dan pperdarahan kulit, biasanya tidak jelas.
E. Evaluasi diagnostik
Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sum-sum tulang, aspirasi
jumlah sum-sum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah.
Maka perlu dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan
elemen sum-sum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas
mungkin terjadi pada sel stem,precursor granulosis, eritrosis, dan
trombosit, akibatnya terjadi pansitopenia (defiseinse semua elemen sel
darah).
F. Penatalaksanaan
1. Transplantasi sum-sum tulang
Transplantasi sum-sum tulang ini dapat dilakukan pada pasien anemia
aplastik jika memiliki donor yang cocok HLA-nya (misalnya saudara
kembar ataupun saudara kandung). Terapi ini sangat baik pada pasien
yang masih anak-anak.
2. Terapi imuunosupresif
Terapi imuunosepresif dapat dijadikan pilihan bagi mereka yang
menderita anemia aplastic. Terapi ini dilakukan dengan konsumsi obat-
obatan, seperti antithymocyte globulin (ATG) atau antilymphocyte
globulin (ALG), siklosporin A(CsA) dan oxymethalone.
Oxymethalone juga memiliki efek samping diantaranya, retensi garam
dan kerusakan hati. Orang dewasa yang tidak mungkin lagi melakukan
terapi transplantasi sum-sum tulang, dapat melakukan terapi
imuunosupresif ini.
3. Terapi suportif
Berperan sangat penting dalam penatalaksanaan anemia aplastic.
Pasien disokong dengan transfusi sel darah merah dan taarombosit
secukupnya untuk mengatasi gejala.
PATHWAY

- Kelemahan
- Pucat
- Demam ANEMIA
- Pusing

Trombositopenia Eritropoesis menurun Kerusakan sel induk

Perdarahan Suplai eritrosis ke jaringan menurun Gangguan lingkungan


mukosa pada mikro
kulit
Penurunan Mekanisme imunologi
Suplai oksigen ke
pengisisan
Gangguan jaringan menurun
kapiler
integritas Sel induk hemopoetik
kulit Lemah dan mudah lelah
Perfusi perifer
tidak efektif Sel induk hemopoetik
Intoleransi aktivitas
Pansitopenia

Sistem kekebalan
tubuh

Risiko Infeksi Mudah infeksi

Reaksi peradangan

Hipertermia Peningkatan suhu Mengubah set point pada


tubuh hipotalamus
DIAGNOSA KEPERAWATAN:
1. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan
sirkulasi darah pada level kapiler.

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis


A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas/Data demografi
Berisi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, tempat tinggal sebagai
gambaran kondisi lingkungan dan keluarga, dan keterangan lain
mengenai identitas pasien
b. Keluhan utama
Pasien anemia sering mengalami gejala: demam, lemah, pusing,
dan wajah pucat.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.
Keluhan utama membantu menyusun prioritas untuk intervensi
medis maupun keperawatan
d. Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada Riwayat penyakit anemia atau penyakit lainnya
e. Pemeriksaan Fisik
1) keadaan umum
Inspeksi : bentuk tubuh, pola pernapasan, emosi/perasaan
Palpasi : suhu dan kelembaban kulit, edema, denyut dan
tekanan arteri
Perkusi : batas-batas organ jantung dengan sekitarnya
Auskultasi : bising yang bersifat meniup (blowing) di apeks,
menjalar ke aksila dan mengeras pada ekspirasi
Bunyi jantung 1 lemah karena katup tidak
menutup sempurna
Bunyi jantung II yang jelas karena pengisapan
yang cepat dari atrium ke ventrikel pada saat
distol
f. Tanda-Tanda Vital :
Pemeriksaan tanda vital secara umum terdiri atas nadi, frekuensi
pernapasan, tekanan darah, dan suhu tubuh.
1) Pemeriksaan persistem
B1 (Breath) : dyspnea, orthopnea, paraxymal nocturnal
dyspnea
B2 (Blood) : thriil sistolik di apeks, hanya terdengar bising
sistolik di apeks, buyi jantung 1 melemah
B3 (Brain) : pucat, sianosis
B4 (Bladder) : output urin menurun
B5 (Bowel) : nafsu makan menurun, BB menurun
B6 (Bone) : lemah
2) Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan dengan mengabil sampel sum-sum tulang dari
tulang panggul
DAFTAR PUSTAKA

Dewani Prasasti, A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anemia Aplastik


Dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Perifer Di Ruangan Marjan
Bawah Rsud Dr Slamet Garut.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi Dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai