Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT PELAKSANA TERHADAP

PENCEGAHAN PASIEN YANG TERINFEKSI COVID-19 DI


PUSKESMAS BANTENG SELAYAR

OLEH :

WARHAMNI ARPIN

NIM : 119501707

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)
FAMIKA MAKASSAR
2020

BAB I
PENDAHUUAN
A. Latar belakang

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang


menyebabkan penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih
parah, seperti middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan severe
acute respiratory syndrome  (SARS)., Sebagian besar coronavirus adalah
virus yang tidak berbahaya. Virus corona pada manusia pertama kali
ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung pasien yang terkena flu
biasa (common cold). Virus ini diberi nama berdasarkan struktur mirip
mahkota di permukaannya. “Corona” dalam bahasa Latin berarti “halo”
atau “mahkota”. Dua coronavirus pada manusia, yaitu OC43 dan 229E,
adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya sebagian flu biasa.
Penyakit SARS, MERS, dan covid-19 yang selama ini menjadi
pandemi saat ini disebabkan oleh tipe coronavirus lain. Coronavirus
merupakan virus zoonosis, artinya virus ini menyebar dari hewan ke
manusia.

Investigasi menunjukkan bahwa virus corona penyebab SARS


(SARS-CoV) ditularkan dari musang ke manusia. Pada wabah MERS,
hewan yang menyebarkan coronavirus MERS-CoV ke manusia adalah
unta dromedaris. Sementara itu, coronavirus yang menyebabkan
COVID-19 (SARS-CoV-2) diduga kuat berasal dari trenggiling.
Penyebaran coronavirus sama seperti virus yang penyebab flu lainnya,
yakni dari batuk dan bersin, atau dari sentuhan orang yang terinfeksi.
Virus ini juga dapat menular apabila Anda menyentuh barang yang
terkontaminasi, lalu menyentuh hidung, mata, dan mulut tanpa mencuci
tangan. Hampir semua orang pernah terinfeksi virus corona setidaknya
sekali seumur hidupnya, biasanya terjadi pada anak-anak. Meskipun
umumnya muncul pada musim gugur dan dingin, coronavirus juga bisa
muncul di Indonesia yang beriklim tropis.
Coronavirus adalah virus yang memiliki banyak jenis. Namanya
biasanya dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang
disebabkan dan seberapa jauh penyebarannya.

Sejauh ini ada enam jenis virus corona yang diketahui menginfeksi
manusia. Empat di antaranya adalah:

 229E
 NL63 
 0C43 
 HKU1 

Dua jenis sisanya adalah coronavirus yang lebih langka, yakni


MERS-CoV penyebab penyakit MERS dan SARS-CoV penyebab
SARS. Pada awal Januari 2020, pemerintah Tiongkok melaporkan
kasus infeksi coronavirus jenis baru yang menyebabkan gejala mirip
pneumonia. Virus tersebut tidak memiliki kesamaan dengan tipe
coronavirus mana pun. Virus tersebut mulanya dikenal sebagai novel
coronavirus 2019 (2019-nCoV). Setelah melewati berbagai
pengamatan dan penelitian, 2019-nCoV secara resmi berganti nama
menjadi SARS-CoV-2. SARS-CoV-2 penye bab COVID-19 dicurigai
menular dari hewan kelelawar dan ular ke manusia. Akan tetapi, pada
akhir Januari, virus ini juga telah dikonfirmasi menular dari manusia ke
manusia.

Covid-19 merebak ke seluruh dunia, Pada 11 Januari lalu,


kematian pertama akibat coronavirus dilaporkan di China. Delapan bulan
selepas penyakit itu dikenal pasti, yang muncul di Wuhan pada
desember 2019, dunia kini merekodkan lebih sejuta kematian. Virus
Sars-CoV-2 yang menyebabkan penyakit dikenali sebagai COVID-19 itu
merebak dengan cepat di China, terutama di bandar Wuhan. Dalam
masa sebulan negara itu mencatatkan 1,000 kematian. Jumlah itu lebih
buruk daripada jumlah kematian akibat sindrom pernafasan akut, SARS
sebelum itu, yang menular di Asia pada 2002 ke 2003 yang
mengorbankan 774 nyawa.
Filipina mencatatkan kes pertamanya pada 2 Februari lalu,
dan Hong Kong, dua hari selepas itu, diikuti Jepun dan Perancis masing-
masing pada 13 dan 14 Februari. Pada Februari, kes melonjak.
Menjelang 11 Mac, ketika Pertubuhan Kesihatan Sedunia (WHO)
mengisytiharkan COVID-19 sebagai "pandemik", sebanyak 4,500
kematian sudah dicatatkan di seluruh dunia, di 30 negara dan wilayah.
Dua pertiga kes masih di China, namun Itali (800 kematian) dan Iran
(300 kematian) menyaksikan peningkatan kes, yang kemudian
membawa kematian.
Jumlah mereka yang maut setiap hari di Eropah dan Amerika Syarikat
(AS) meningkat dengan cepat sehingga pertengahan April, mencapai
kemuncak pada minggu kedua, masing-masing lebih 4,000 dan 2,700
kematian setiap hari.

Hari ini, AS kekal sebagai negara yang paling teruk dengan


lebih 200,000 kematian dicatatkan. Pada skala global, minggu kematian
yang terburuk adalah pada 13 hingga 19 April lalu, apabila lebih 7,460
kematian akibat COVID-19 dilaporkan secara rasmi setiap hari. Ketika itu,
jumlah kematian di seluruh dunia meningkat kepada hampir 170,000
orang, atau dua kali ganda daripada yang dilaporkan pada 31 Mac.

Sejak awal Jun, jumlah kematian setiap hari secara


puratanya meningkat kira-kira 5,000 kes. Pada Jun, pusat wabak itu
beralih ke Amerika Latin dan Caribbean. Dari 15 Julai hingga 15 Ogos,
jumlah kematian yang direkodkan di wilayah itu tidak jatuh di bawah
purata 2,500 kes sehari. Hanya selepas itu, ia mula menurun secara
berperingkat, mencapai purata 1,900 kematian sehari pada minggu lalu.
Brazil menjadi negara yang mencatatkan kematian paling tinggi selepas
AS dengan lebih 140,000 kematian. Dengan mengambil kira saiz populasi,
Peru (975 kematian per sejuta penduduk) dan Bolivia (671), adalah antara
negara yang paling teruk terjejas di seluruh dunia, berserta negara Eropah
seperti Belgium (861) dan Sepanyol (668).

Di Asia, yang mana jumlah kematian kurang 100 kes sehari


sehingga pertengahan April, angka itu kemudian semakin meningkat.
Benua itu mencatatkan lebih 1,000 kematian sehari dan hampir
berterusan sejak 20 Julai dan menghampiri 1,500 kes (1,407 purata kes
sejak dua minggu lalu).

India menjadi negara yang paling terjejas, dengan


merekodkan lebih 90,000 kematian setakat ini. Jumlah kes juga kembali
melonjak di Eropah, meningkatkan kebimbangan mengenai kemungkinan
berlakunya gelombang kedua. Kes baharu di benua itu adalah kira-kira 20
peratus lebih tinggi minggu lalu berbanding minggu sebelumnya dan
jumlah kematian meningkat kepada 28 peratus. Kematian juga kembali
meningkat di Asia Barat (kira-kira 330 kes dalam masa dua minggu lalu,
peningkatan kira-kira 18 peratus). Berdasarkan statistik rasmi, Afrika
adalah yang paling kurang terjejas berbanding benua lain, jumlah
kematian menurun sejak Ogos (kurang 200 kes sehari pada pertengahan
September, selepas kemuncak kira-kira 400 kes pada awal Ogos).

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan bahwa


penanganan setiap pasien yang terkonfirmasi Covid-19 berbeda-beda
sesuai dengan gejala yang dialami. Hal itu karena ada pasien tidak
bergejala, gejala ringan, sedang, hinga gejala berat. "Penanganan pasien
yang konfirmasi positif Covid-19 ini berdasarkan gejala berat atau ringan.
Tidak semua pasien pelayanannya sama," kata Plt Dirjen Pelayanan
Kesehatan Kemenkes Abdul Kadir dikutip dari siaran persnya, Minggu
(18/10). Dia menjelaskan bahwa biasanya pasien positif Covid-19 yang
tidak bergejala akan diimbau untuk isolasi mandiri di rumah atau di Rumah
Sakit (RS) Darurat. Isolasi minimal 10 hari sejak ditegakkan diagnosis.
Setelah isolasi 10 hari maka pasien dinyatakan selesai isolasi. Untuk
pasien positif corona dengan gejala sakit ringan-sedang, diimbau untuk
isolasi mandiri di rumah, RS Darurat, Rumah Sakit, atau RS Rujukan
Covid-19. Menurut Kadir, pasien gejala ringan-sedang harus menjalani
isolasi minimal 10 hari sejak munculnya gejala.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneitian


merasa tertarik untuk meneliti tentang “hubungan pengetahuan perawat
pelaksana terhadap pencegahan pasien yang terinfeksi covid-19 di
puskesmas benteng selayar”
B. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dirumuskan


pertanyaan peneliti “pengaruh pengetahuan perawat pelaksana terhadap
pencegahan pasien yang terinfeksi covid-19 di puskesmas benteng
selayar”

C. Tujuan penelitaN
1.Manfaat teoritis

hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam ilmu


keperawatan manajemen untuk memberikan informasi kesehatan
kepada perawat dalam upaya pencegahan covid-19

2.Manfaan praktis

a. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga bagi


peneliti khususnya dalam peningkatan wawasan dalam bidang
penelitian serta menambah pengetahuan terhadap pencegahan
covid-19
b. Manfaat bagi responden

Diharapkan mampu mengetahui dan menambah pengetahuan


terhadap pencegahan covid-19

c. Manfaan bagi instansi

Dapat digunakan sebagai acuan serta masukan bagi puskesmas


untuk meningkatkan dan mengetahui tentang pencegahan covid-19

d. Manfaat bagi institusi

Penelitian ini dapat memberikan informasi dalam ilmu bidang


keperawatan manajemen dengan menambah kepustakaan di bidang
ilmu keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang pencegahan covid-19

1. Pengertian

Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar dari virus yang menyebabkan


penyakit, mulai dari flu biasa hingga penyakit yang lebih parah, seperti middle
East Respiratory Syndrome (MERS) dan severe acute respiratory syndrome
(SARS)., Sebagian besar coronavirus adalah virus yang tidak berbahaya. Virus
corona pada manusia pertama kali ditemukan pada tahun 1960 dalam hidung
pasien yang terkena flu biasa (common cold). Virus ini diberi nama berdasarkan
struktur mirip mahkota di permukaannya. “Corona” dalam bahasa Latin berarti
“halo” atau “mahkota”. Dua coronavirus pada manusia, yaitu OC43 dan 229E,
adalah yang bertanggung jawab atas terjadinya sebagian flu biasa. Penyakit
SARS, MERS, dan covid-19 yang selama ini menjadi pandemi saat ini
disebabkan oleh tipe coronavirus lain. Coronavirus merupakan virus zoonosis,
artinya virus ini menyebar dari hewan ke manusia.

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan


yang berperan besar menentukan pelayanan kesehatan. Keperawatan sebagai
profesi dan perawat sebagai tenaga professional dan bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan yang
dimiliki secara mandiri maupun bekerjasama dengan anggota kesehatan lainnya
(Depkes RI, 2012).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengetahuan perawat


terhadap pasien yang terinfeksi covid-19

Menurut (Keith Davis dalam Iksan Kadir 2014) ‘’faktor yang mempengaruhi p

encapain kinerja adalah faktor kemampuan (ability)dan faktor motivasi

(motivation)yang merumuskan bahwa :

 Human performance = Ability+ Motivation


 Motivation = Attitude + Situation

 Ability = Knowledge + Skill

a. Faktor kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan


potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill) Artinya, pegawai yang
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatanya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan sehari-
hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh
karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya ( the right man in the right place, the man on the right job

b. Faktor motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (Attitude) seorang pegawai dalam


menghadapi situasi (Situation)kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi
(tujuan kerja)

1. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai


untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal.
2. Sikap mental seseorang pegawai harus sikap mental yang siap secara
psikofisik (siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang
pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama
dan target kerja yang akan dicapai mampu memanfaatkan, dan
menciptakan situasi kerja.
3. Sikap mental yang siap psikofisik terbentuk karena pegawai mempunyai
“MODAL dan KREATIF”. Modal merupakan singkatan dari M = Mengolah,
O = Otak, D = Dengan, A = Aktif, L = Lincah, sedangkan Kreatif Singkat
dari K = Keinginan maju, R = Rasa ingin tahu tinggi, E = Energik, A =
Analisis Sistematik, T = Terbuka dari kekurangan, I = Inisiatiif tinggi dan P
= Pikiran luas. Dengan demikian, pegawai tersebut mampu mengolah
otak dengan aktif dan linack, memiliki keinginan maju, rasa ingin tahu
tinggi, energik, analisis sistematik, terbuka untuk menerima pendapat,
inisiatif tinggi, dan pikiran luas terarah.
Dalam masa pandemi COVID-19 ini kebutuhan akan tenaga perawat
terus meningkat mengingat tingginya risiko perawat yang meninggal dunia
karena terinfeksi COVID-19 selama melaksanakan tugasnya merawat pasien di
rumah sakit. Tenaga perawat merupakan tenaga medis terbanyak dibandingkan
dokter, namun PPNI menyatakan bahwa ketersediaan perawat untuk merawat
pasien terinfeksi masih sangat kurang terutama untuk menghadapi puncak
penyebaran COVID-19 (Arief, 2020).
Indonesia sebenarnya masih memiliki kelebihan tenaga perawat, yang
belum termanfaatkan pada fasilitas kesehatan yang ada (puskesmas dan rumah
sakit). Jumlah perawat yang sudah teregistrasi (sebagai anggota) pada PPNI, per
2 September 2019 sebanyak 532.040 dan ini masih bisa bertambah karena
belum semua perawat sudah teregistrasi sebagai anggota PPNI
(https://gustinerz.com/inilah-jumlah-perawat-indonesia-saat-ini/. Dengan
demikian, masih terjadi pemanfaatan yang kurang (under utilized) disamping
belum tercapainya target rasio pemerintah diatas (untuk tahun 2019). Distribusi
pemanfaatan tenaga perawat di Indonesia juga belum merata dan sebanding
dengan jumlah penduduk di tiap provinsi. Dari 34 provinsi hanya 16 provinsi di
Indonesia yang sudah mencapai rasio yang direkomendasikan WHO
(180/100.000 penduduk). DKI Jakarta, Kalimantan Timur dan Kepulauan Bangka
Belitung merupakan tiga provinsi dengan rasio tertinggi. DKI Jakarta merupakan
provinsi dengan rasio tertinggi, mencapai 221. Tiga provinsi dengan rasio
terendah adalah Jawa Barat, Banten dan Lampung dengan rasio terendah di
Lampung, hanya sebesar 48 (Kementrian Kesehatan, 2017).
Under utilized pemanfaatan tenaga perawat dapat menjadi salah satu
faktor pendorong untuk perawat Indonesia mencari pekerjaan di luar negeri. Di
negara-negara ASEAN, migrasi tenaga perawat ini memang difasilitasi
melalui ASEAN Economic Community 2025 Blueprint yang menyepakati
mobilitas tenaga kerja terampil, termasuk tenaga perawat, diantara negara-
negara-negara anggota ASEAN (ASEAN Secretariat). Pada saat pandemi
COVID-19 ini dapat diharapkan bahwa kebutuhan tenaga perawat di negara-
negara ASEAN, terutama negara dengan infeksi virus tinggi, akan meningkat.
Migrasi perawat Indonesia untuk bekerja diluar negari ini juga didukung
kenyataan bahwa kualitas lulusan Sekolah Perawat Indonesia cukup dihargai di
negara tujuannya. Mereke bekerja sebagai perawat di rumah sakit maupun
sebagai perawat orang tua di rumah dan juga rumah sakit (caregiver). Bebarapa
alasan utama yang menarik perawat Indonesia untuk bekerja diluar negeri
adalah mendapatkan pengalaman kerja di luar negeri; pengembangan karier
yang lebih baik; gaji yang lebih besar dan dapat meningkatkan keahlian (Raharto
and Noveria, 2020). Di Indonesia, penghargaan masyarakat terhadap tenaga
perawat juga masih dirasakan kurang, sebagai contoh yang diberitakan dalam
masa pandemic COVID-19 ini, adanya perawat yang ‘diusir’ dari tempat kost nya
karena diketahui merawat pasien terinfeksi di tempat kerjanya di rumah sakit.

Mencermati kondisi perawat Indonesia diatas, beberapa kebijakan yang


dapat diusulkan kepada pemerintah adalah memanfaatkan ketersediaan tenaga
perawat dengan merekrutnya untuk bekerja pada rumah sakit yang
diperuntukkan merawat pasien COVID-19, untuk mengatasi kekurangan
terutama di daerah-daerah dengan rasio perawat-penduduk yang masih rendah.
Kemudian pemerintah perlu memberikan pelatihan khusus perawatan pasien
COVID-19, karena ini tentunya memerlukan keahlian khusus dibandingkan
dengan perawatan pasien biasa di rumah sakit. Selain itu perlu memberikan
insentif lebih untuk perawat yang merawat pasien COVID-19 terutama mereka
yang berada/direkrut dan ditempatkan di daerah-daerah dengan rasio
perawat/penduduk masih rendah. Tugas mereka di sini tentunya lebih berat
karena masih kurangnya tenaga perawat. Mencermati peningkatan kebutuhan
tenaga perawat di Indonesia, utamanya dalam masa pandemi COVID-19 yang
belum dapat dipastikan berakhirnya, kebijakan penempatan perawat Indonesia
diluar negeri dapat ditinjau kembali. Tentunya dengan menyiapkan kompensasi
yang sesuai dengan pendapatan perawat di luar negeri.
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Keragka konsep penelitian

 menjaga jarak dari orang yang batuk, dan tidak menyentuh wajah dengan
tangan yang tidak bersih adalah langkah yang disarankan untuk mencegah
penyakit ini. Disarankan untuk menutup hidung dan mulut dengan tisu atau siku
yang tertekuk ketika batuk. Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) dan Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan kepada
orang-orang yang menduga bahwa mereka telah terinfeksi untuk
memakai masker bedah dan mencari nasihat medis dengan memanggil dokter
dan tidak langsung mengunjungi klinik. Masker juga direkomendasikan bagi
mereka yang merawat seseorang yang diduga terinfeksi tetapi tidak untuk
digunakan masyarakat umum. Belum ada vaksin atau obat antivirus khusus untuk
COVID-19; tata laksana yang diberikan meliputi pengobatan terhadap gejala,
perawatan suportif, dan tindakan eksperimental.Angka fatalitas kasus
diperkirakan antara 1–3%.

Berdasarkan dasar pemikiran variabel tersebut, maka dibuat

skema pola variabel sebagai berikut:

Independen Dependen

Perawat
Hubungan pengetahuan pelaksana

Keterangan :

: : Variabel Independen

: : variabel Dependen
: Penghubung antar variabel

A. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.

1. Pengetahuan perawat

pengetahuan merupakan bagian merencanakan,mengarahkan,

membimbing, mengajar, mengopservasi, mendorong, memperbaiki,

mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus.

- Kriteria Objektif

Baik : Jika responden menjawat dengan total skor

> 50 % dari pertanyaan yang diajukan .

Kurang baik : Apabila responden tidak mampu menjawab dengan benar

< 50 % dari pertanyaan yang diajukan.

2. Kinerja Perawat

Kinerja perawat adalah hasil kerja yang dilakukan oleh perawat

dilihat dari asuhan keperawatan yaitu : pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

- Kriteria Objektif

Baik : Jika responden menjawab dengan total skor

> 50 % dari pertanyaan yang diajukan .

Kurang baik : apabila responden tidak mampu menjawab dengan benar

< 50 % dari pertanyaan yang diajukan.


B. Hipotesis Penelitian

Ada hubungan pengetahuan perawat pelaksana terhadap pasien yang

terinfaksi covid-19 di PUSKESMAS BENTENG SELAYAR

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuantitatif analitik dengan pendekatan cross-sectional study yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan perawat pelaksana

terhadap pasien yang terinfeksi covid-19 DI PUSKESMAS BENTENG

SELAYAR

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

penelitian untuk mempelajari dan ditarik kesimpulannya. (Sugiono,

2011). Populasi dalam penelitian ini adalah 40 perawat yang ada

puskesmas benteng selayar

2. Sampel

Jumlah sampel dari populasi di atas sebanyak 40 Perawat.Teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling

dimana pengambilan sampel dengan cara acak yaitu tanpa


memperhatikan starata yang ada dalam anggota populasi dengan

kriteria sebagai berikut :

a.Kriteria inklusi :

1) Perawat yang bersedia menjadi responden

2) Perawat yang bekerja di puskesmas benteng selayar

3) Perawat yang berada ditempat pada saat penelitian

b. Kriteria eksklusi

1) Perawat yang tdak bersedia menjadi responden

2) Perawat yang sedang sakit

3) perawat yang sedang mengikuti pendidikan

4) Perawat yang sedang cuti

C. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

a. Instrumen dalam penelitian ini untuk variabel independen

“hubungan pengetahuan” dengan menggunakan Lembar Observasi.

b. Instrumen dalam penelitian ini untuk variabel dependen“perawat

pelaksana” adalah Lembar kuisioner.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di puskesmas benteng selayar

b.Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan sekitar juni-juli 2021

D. Analisis Data

1. Analisi Univariat

Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskrisikan setiap variabel penilitian. Pada umumnya analisis ini

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.

Tabel 1

Tabel Kontogensi 2x2

Variabel Variabel Dependen Jumlah


Kategori 1 Kategori 2
Independen
Kategori 1 A B a+b

Kategori 2 C D a+c

Jumlah a+c b+d a+b+c+d


Sumber : Soekidjo, 2003

2. Analisis Bivariat

Di lakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan

dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variabel tersebut.

Menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan yang di pakai


adalah α = 0,05 dengan menggunakan rumus chi- square (Dahlan.M,

2017)

( 0−E ) ❑2
x 2= ∑
E

Keterangan :

x2 : Nilai chi-square test

0: Nilai obaservasi

E: Nilai yang diharapkan

∑: Jumlah data

Penilaian:

1. Apabila X2 Hitung > X2 Tabel, maka Hₒ ditolak atau H ͣ

diterima, artinya ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

2. Apabila X2 Hitung ≤ X2 Tabel, maka Hₒ diterima atau H ͣ

ditolak, artinya tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen

E. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui tehnik kuisioner tentang faktor yang

di teliti dan di pandu oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap untuk data primer terkait

masalah yang diteliti dan diperoleh dari diklt dan rekan medik

puskesmas benteng selayar

F. Pengolah Data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dilakukn pengolahan data

dengan menggunakan komputerisasi (SPSS). Adapun tahap

pengelolaan data adalah sebagai berikut.

1. Editing, yaitu untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah terisi

lengkap / masih kurang lengkap.

2. Coding, yaitu mengklasifikasi jawaban dari resonden menurut

macamnya dengan memberi kode pada masing –masing jawaban

menurut item pada kosioner.

3. Tabulasi, untuk memudahkan analisis data yang dapat

dikelompokkan dalam tabel menurut sifat masing-masing variabel

dengan menggunakan tabel sederhana ataupun tabel silang.

G. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat rekomendasi

dari institusinya dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi

atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika

yang meliputi:

1. Informet consent (lembar persetujuan)

2. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi disertai judul penelitian. Bila

subyek, maka peneliti tidak akan memaksakan kehendak dan tetap

menghormati hak-hak subyek.

3. Anonymity (tanpa nama)

4. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

5. Konfodentiality (kerasiaan)

6. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti


20

Anda mungkin juga menyukai