BATASAN :
Anemia aplastik adalah suatu kelainan yang ditandai oleh pansitopenia pada darah tepi dan
penurunan selularitas sumsum tulang.
PATOFISIOLOGI
1. Defek sel induk hematopoetik
2. Defek lingkungan mikro sumsum tulang
3. Proses imunologi
Kurang lebih 70% penderita anemia aplastik mempunyai penyebab yang tidak jelas,
dinamakan idiopatik. Defek sel induk yang didapat (acquired) diduga disebabkan oleh obat-
obat: busulfan, kloramfenikol, asetaminofen, klorpromazina, benzenebenzol, metildopa,
penisilin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain.
Pengaruh obat-obat pada sumsum tulang diduga sebagai berikut :
Penekanan bergantung dosis obat, reversible dan dapat diduga sebelumnya (obat-
obat anti tumor)
Penekanan bergantung dosis, reversible, tetapi tidak dapat diduga sebelumnya.
Penekanan tidak bergantung dosis obat (idiosinkrasi)
Microenvironment :
Kelainan microenvironmet memegang peranan terjadinya anemia aplastik. Akibat radiasi,
pemakaian kemoterapi yang lama atau dosis tinggi, dapat menyebabkan microarchitecture
mengalami sembab yang fibrinus dan infiltrasi sel. Faktor humoral misalnya eritropoitin,
ternyata tidak mengalami penurunan.
Cell Inhibitors :
Pada beberapa penderita anemia aplastik, dapat dibuktikan adanya T-limfosit yang
menghambat pertumbuhan sel-sel sumsum tulang pada biakan.
GEJALA KLINIS :
Gejala-gejala timbul sebagai akibat dari :
Anemia : pucat, lemah, mudah lelah, dan berdebar-debar.
Leukopenia ataupun granulositopenia : infeksi bakteri, virus, jamur, dan kuman
patogen lain.
Trombositopenia : perdarahan seperti petekia, ekimosa, epistaksis, perdarahan
gusi dan lain-lain.
Hepatosplenomegali dan limfadenopati tidak lazim ditemukan pada anemia aplastik.
DIAGNOSIS BANDING
Leukemia akut
Sindroma Fanconi : anemia aplastik konstitusional dengan anomali kongenital.
Anemia Ekstren-Damashek : anemia aplastik konstitusional tanpa anomali
kongenital
Anemia aplastik konstitusional tipe II
Diskeratosis kongenital
PENATALAKSANAAN
Hindari infeksi eksogen maupun endogen, seperti:
Pemeriksaan rektal
Pengukuran suhu rektal
Tindakan dokter gigi
Pada tindakan-tindakan di atas, resiko infeksi bakteri meningkat
Simtomatik
Anemia : transfusi sel darah merah padat (PRC)
Perdarahan profus atau trombosit < 10.000/mm3 : transfusi trombosit (tiap
unit/10 kg BB dapat meningkatkan jumlah trombosit 50.000/mm3)
Transfusi trombosit untuk profilaksis tidak dianjurkan.
Transfusi leukosit (PMN)
Efek samping : panas badan, takipnea, hipoksia, sembab paru (karena timbul
anti PMN leukoaglutinin)
Kortikosteroid
Prednison 2 mg/kg BB/24 jam, untuk mengurangi fragilitas pembuluh kapiler,
diberikan selama 6-8 minggu kemudian di-tappering off.
Steroid anabolik
Nandrolon dekanoat : 1-2 mg/kg/minggu IM
Oksimetolon : 3-5 mg/kg/hari per oral
Testosteron enantat : 4-7 mg/kg/minggu IM
Testosteron propionat : ½ -2 mg/kg/hari sublingual
Diberikan selama 8 -12 minggu.
Efek samping :
Virilisme, hirsutisme, akne hebat, perubahan suara (revesibel sebagian bila
obat dihentikan).
Pemberian jangka panjang dapat menimbulkan adenoma karsinoma hati,
kolestasis.
Hepatotoksik pada pemberian sublingual
Transplantasi sumsum tulang :
PROGNOSIS
Anemia aplastik ± 80% meninggal (karena perdarahan atas infeksi). Separuhnya
meninggal dalam waktu 3-4 bulan setelah diagnosis.
Anemia aplastik ringan ± 50% sembuh sempurna atau parsial. Kematian terjadi
dalam waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
1. Epstein FH. The Pathophysiology of Acquired Anemia Aplastic. N Eng. J. Med 1997,
336 : 1365-1372.
2. Young NS. Bone Marrow Aplasia : The Pathophysiology of Acquired Aplastic Anemia.
Education Programme of The 26th Congress of The International Society of Hematology,
Singapore : ISH, 1996.
3. Young NS, Alter BP. Aplastic anemia : Acquired and Inherited. Philadelphia : WB
Saunders,1994.
4. Young NS. Pathogenesis and Pathophysiology of Aplastic Anemia Dalam. Hoffman R,
Benz EJ, Shattil SJ dkk. Penyunting. Hematology : Basic Principles and Practice, edisi
ke-2. NewYork : Churchill Livingstone, 1995 : 299-325.