Anda di halaman 1dari 6

TUMOR WILMS

Bambang Permono, IDG Ugrasena, Mia Ratwita Andarsini

BATASAN
Tumor Wilms adalah tumor ganas embrional ginjal yang berasal dari metanefros.
Nama lain tumor ini adalah nefroblastoma atau embrioma renal.

EPIDEMIOLOGI
Tumor wilms merupakan tumor ganas ginjal yang terbanyak pada bayi dan
anak. Sekitar 80% tumor ini terjadi pada anak di bawah 6 tahun, dengan puncak
insidens pada umur 2-4 tahun. Tumor Wilms dapat juga dijumpai pada neonatus.
Tumor Wilms terhitung 6% dari seluruh penyakit keganasan pada anak.
Insiden penyakit ini hampir sama di setiap negara, karena tidak ada perbedaan
ras, iklim dan lingkungan, yaitu diperkirakan 8 per 1 juta anak di bawah umur 15
tahun. Perbandingan insiden laki-laki dan perempuan hampir sama. Lokasi tumor
biasanya unilateral, lebih sering di sebelah kiri, bisa juga bilateral (sekitar 5%).

ETIOLOGI
Tumor Wilms berasal dari proliferasi patologik blastema metanefron akibat
tidak adanya stimulasi yang normal dari duktus metanefron untuk menghasilkan tubuli
dan glomeruli yang berdiferensiasi baik. Perkembangan blastema renalis untuk
membentuk struktur ginjal terjadi pada umur kehamilan 8-34 minggu. Sehinga
diperkirakan bahwa kemampuan blastema primitif untuk merintis jalan ke arah
pembentukan tumor Wilms, apakah sebagai mutasi germinal atau somatik, itu terjadi
pada usia kehamilan 8-34 minggu.
Sekitar 1,5% penderita mempunyai saudara atau anggota keluarga lain yang
juga menderita tumor Wilms. Hampir semua kasus unilateral tidak bersifat keturunan
yang berbeda dengan kasus tumor bilateral. Sekitar 7-10% kasus Tumor Wilms
diturunkan secara autosomal dominan. Mekanisme genetik yang berkaitan dengan
penyakit ini, belum sepenuhnya diketahui. Pada penderita sindrom WAGR (tumor
Wilms, aniridia, malformasi genital dan retadasi mental) memperlihatkan adanya
delesi sitogenetik pada kromosom 11, daerah p13. Pada beberapa penderita,
ditemukan gen WT1 pada lengan pendek kromosom 11, daerah p13. Gen WT1 secara

PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 104
spesifik berekspresi di ginjal dan dikenal sebagai faktor transkripsi yang diduga
bertanggung jawab untuk berkembangnya tumor Wilms.

PATOLOGI
Tumor Wilms tersusun dari jaringan blastema metanefrik primitif. Disamping
itu tumor ini sering mengandung jaringan yang tidak biasanya terdapat pada
metanefron normal, misalnya jaringan tulang, tulang rawan dan epitel skuamous.
Gambaran histologik yang sangat beragam merupakan suatu ciri dari tumor Wilms.
Gambaran klasik tumor Wilms bersifat trifasik, termasuk sel epitel blastema dan
stroma. Berdasarkan korelasi histologis dan klinis, gambaran histopatologik tumor
Wilms dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok, yaitu tumor risiko rendah
(favourable), tumor risiko sedang dan tumor risiko tinggi (unfavourable).

Stadium
The National Wilms Tumor Study (NWTS) membagi 5 stadium tumor Wilms, yaitu :
Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini dapat di
reseksi dengan lengkap.
Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan sekitar
ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe para-
aortal. Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,
peritoneum dan lain-lain.
Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak dan tulang.

Sebelum diberikan kemoterapi, ada beberapa evaluasi yang harus dilakukan :


1. Anamnesa : apakah ada keluarga yang menderita willms tumor, penyakit yang
menyertai, riwayat keluarga untuk kanker, kelainan kongenital, tumor jinak.
2. Diagnosa fisik : tekanan darah, berat badan, tinggi badan, hepar, lien, pembesaran
kelenjar getah bening, massa abdomen (tempat dan ukuran).

PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 105
Anomali : hemihipertropi, genitalia external abnormal (hipospadia, criptosidism,
duplikasi ureteral, ektopik ginjal), stigmata dari sindroma beckwith-wiedeman :
aniridia, hamartroma.
3. Data laboratorium
Darah lengkap, fungsi ginjal, fungsi hati, alkali phosphatase, LDH dan VMA.
Radiologi : foto thoraks (PA dan lateral), IVP, USG, CT Scan abdomen dengan
kontras.
Pengobatan tumor wilms terdiri dari operasi (pembedahan), kemoterapi dan
radioterapi.

GEJALA KLINIK
Tumor dalam perut (tumor abdomen) merupakan gejala tumor Wilms yang
paling sering (75-90%), yang sebagian besar diketahui pertama kali oleh orang
tua atau keluarga penderita. Kadang-kadang ditemukan secara kebetulan oleh seorang
dokter pada saat melakukan pemeriksaan fisik. Tumor Wilms dapat membesar sangat
cepat, yang dalam beberapa keadaan disebabkan karena terjadinya perdarahan.
Hematuri (makroskopis) terdapat pada sekitar 25% kasus, akibat infiltrasi
tumor ke dalam sistem kaliks. Hipertensi ditemukan pada sekitar 60% kasus, diduga
karena penekanan tumor atau hematom pada pembuluh-pembuluh darah yang
mensuplai darah ke ginjal, sehingga terjadi iskemi jaringan yang akan merangsang
pelepasan renin, atau tumor sendiri mengeluarkan renin. Gejala lain berupa anemia,
penurunan berat badan, infeksi saluran kencing, demam, malaise dan anoreksia. Pada
beberapa penderita dapat ditemukan nyeri perut yang bersifat kolik, akibat adanya
gumpalan darah dalam saluran kencing. Tumor Wilms tidak jarang dijumpai bersama
kelainan kongenital lainnya, seperti aniridia, hemihipertrofi, anomali saluran kemih
atau genitalia dan retardasi mental.

DIAGNOSIS
Diagnosis tumor Wilms berdasarkan atas :
- gejala klinik
- pemeriksaan radiologik (IVP dan USG), laboratorium LDH
- dipastikan dengan pemeriksaan histopatologik jaringan tumor
Dengan pemeriksaan IVP tampak distorsi sistem pielokalises (perubahan bentuk
sistem pielokalises) dan sekaligus pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui fungsi
PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 106
ginjal. USG merupakan pemeriksaan non invasif yang dapat membedakan tumor solid
dengan tumor yang mengandung cairan. Dengan pemeriksaan USG, tumor Wilms
nampak sebagai tumor padat di daerah ginjal. Hasil pemeriksaan laboratorium yang
penting yang menunjang untuk tumor Wilms adalah kadar lactic dehydrogenase
(LDH) meninggi dan Vinyl mandelic acid (VMA) dalam batas normal.

Terapi
Modalitas pengobatan tumor Wilms terdiri dari, operasi (pembedahan),
kemoterapi dan radioterapi. Pada tumor stadium I dan II dengan jenis sel favorable,
dilakukan operasi dengan kombinasi kemoterapi dactinomycin dan vincristin tanpa
pemberian radiasi abdomen. Tumor stadium III dengan jenis sel favorable diberikan
pengobatan pembedahan dengan kombinasi daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin
disertai radiasi abdomen. Untuk tumor stadium IV dengan jenis sel favorable,
diberikan kombinasi daktinomisin, vinkristin dan doksorubisin. Penderita ini
mendapat pula radiasi abdomen dan paru bila sudah ada penyebaran ke dalam jaringan
paru. Pada kasus stadium II sampai IV dengan jenis sel anaplastik (unfavorable)
diberikan pengobatan pembedahan dengan kombinasi daktinomisin, vinkristin dan
doksorubisin ditambah siklofospamid. Pada penderita ini menerima pula radiasi
abdomen dan paru.

Prognosis
Beberapa faktor menentukan prognosis, yaitu ukuran tumor, gambaran histopatologik,
umur penderita dan stadium atau tingkat penyebaran tumor. Mereka yang mempunyai
prognosis yang baik adalah penderita yang mempunyai ukuran tumor masih kecil,
tingkat diferensiasi sel tinggi secara histopatologik, stadium masih dini atau belum ada
metastasis dan umur penderita di bawah dua tahun.

PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 107
PROTOKOL NEFROBLASTOMA
STADIUM I (Intermediate Grade and Aplasia)

Nama : ............... BB/TB/LPT: .... kg..... cm


Umur/tanggal lahir : ............... No. CM :................
Jenis Kelamin : ..........................................

Alamat : ..........................................

PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 108
DAFTAR PUSTAKA
1. Aron BS. Wilm’s tumor a clinical study of eighty-one patients. Cancer, 1974; 33 :
637-46.
2. Breslow N, Olsham A, Beckwith JB, Green DM. Epidemiology of Wilm’s Tumor.
MPO, 1993; 21 : 172-181.
3. Cassady JR, Tefft M, Filler RM. Consideration in the radiation therapy of Wilm’s
tumor. Cancer, 1973; 32 : 598-607.
4. Chintagumpala MM, Steuber CP. Nephroblastoma. Dalam : Mc Millan JA,
penyunting. Oski’s pediarics principles and practice. Edisi ke-3. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins; 1999. h. 515-7.
5. Cowell JK, Wadey RB, Buckle BB, Pritchard J. The aniridia-Wilm’s tumor
association : molecular and genetic analysis of chromosome deletions on the short
arm of chromosome 11. Hum Genet, 1989; 82 : 123-6.
6. De Camargo B, Weitzman S. Nephroblastoma. Dalam : Voute PA, Kalifa C, Barret
A, penyunting. Cancer in children : clinical management. Edisi ke-4. New York :
Oxford; 1998. h. 259-73.
7. Ehrlich RM, Goodwin WE. The surgical treatment of nephroblastoma (Wilm’s
tumor). Cancer, 1973; 32 : 1145-9.
8. Lanzkowsky P. Wilm’s Tumor. Dalam : Manual of pediatric hematology and
oncology. Edisi ke-2. New York : Churchill Livingstone; 1995. h. 437-51.
9. Madden SL, Cook DM, Morris JF, Gashler A, Sukhatme VP, Rauscher FJ.
Transcriptional repression mediated by the WT1 Wilms tumor gene product.
Science, 1991; 253 : 1550-3.
10. Schwartz CE, Haber DE, Stanton VP, Strong LC, Skolnick MH, Housman DE.
Familial predisposition to Wilms tumor does not segregate with the WT1 gene.
Genomics, 1991; 10 : 927-30.

PDT – Bag./SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya 109

Anda mungkin juga menyukai