Anda di halaman 1dari 18

1

SISTEM KEGAWATDARURATAN
Cedera Medula Spinalis

Tingkat 3 Keperawatan
Kelompok
Anggota :
1. Anis Annivva
2. Dhea Kness
3. Elis Rustini
4. Fauzy Septian
5. Indah Muladiatin
6. Indriyani Sapitri
7. Kokom Komariah
8. Rika Aprilita
9. Rositoh
10. Sania Dhela Putri
11. Siska Wulandari
12. Tsara Febrilia Angeline
13. Yulianawati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG


Jl. Prabu Siliwangi (Jl. Raya Pasar Kemis) Km.3 Tangerang-Banten
Telp. (021) 592 1132 Fax (021) 592 1132
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya


kepada kita semua sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam
kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya.

Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih


kepada bapak Ns. Lutfbis, S.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Kegawatdaruratan dan semua teman-teman yang telah membantu dan
memberikan motivasi sehingga dapat terselesaikannya tugas ini.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini.


Sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang, November 2016

Penulis

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh suatu
sebab keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, vertebra, jatuh dari pohon, dan
penyebab utama terjadinya fraktur pada vertebra spinalis/thorako lumbal. Selain itu
trauma dapat terjadi karena tertimpa beban berat atau terjatuh dari ketinggian yang
menyebabkan gerakan fleksi yang hebat, sedangkan kompresi fraktur terjadi kerena
hiperektensi. Akibatnya vertebra spinalis akan mengalami cidera dan mengakibatkan
disfungsi neuromuskuler pada daerah yang cidera.
Berdasarkan data rekam vertebra RS Kustati bulan Juli-Desember pada tahun
2004 didapatkan pasien dengan ganguan 1ertebra1eletal sebanyak 566 kasus, dari
bermacam-macam kasus tersebut, kasus vertebrata thorakal sebanyak 8 orang
(1,23%), sedangkan pada tahun 2005 bulan Januari-Juli sebanyak 323 kasus
gangguan muskoskeletal terdapat 7(2,16%) kasus fraktur vertebra thorokal yang
mengalami fraktur thorokal.
Peningkatan dari 2004 s/d 2005 ini disebabkan karena peningkatan
kecelakaan lalu lintas, karena kurangnya peran serat masyarakat yang masih belum
sadar akan tertib berlalu lintas dijalan raya, walaupun pemakaian sabuk pengaman
dan helm digalakkan, sehingga kecelakaan belum dapat dijegah. Juga kurangnya
pengaman saat berolahraga dan kurangnya pengetahuan untuk memakai pelindung
saat bekerja.
Antara usia 35-50% dari seluruh wanita usia di atas 50 tahun setidakknya
satu mengidap fraktur vertebral. Di AS, 700.000 fraktur vertebra terjadi pertahun,
tapi hanya sekitar 1/3 yang diketahui. Dalam urutan kejadian 9.704 wanita usia 68,8
tahun pada studi selama 15 tahun, didapatkan 324 wanita sudah menderita fraktur
vertebral pada saat mulai dimasukkan kedalam penelitian; 18.2% berkembang pada
saat mulai di masukkan ke dalam penelitian; 18. 2% berkembang menjadi fraktur
1ertebra, tapi risiko meningkat hingga 41.4% pada wanita yang sebelumnya telah
terjadi fraktur veterbra .

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI . ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang . 1
B. Rumusan Masalah . 2
C. Tujuan Penulisan . 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi . 3
B. Etiologi . 3
C. Manifestasi Klinik . 6
D. Pathway . 7
E. Komplikasi . 7
F. Pemeriksaan Penunjang . 7
G. Penatalaksanaan . 8
H. Asuhan Keperawatan . 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .... 13
B. Saran . 13

DAFTAR PUSTAKA iii


LAMPIRAN

ii
2

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu definisi CMS ?


2. Apa penyebab dari CMS?
3. Bagaimana manifestasi dari CMS ?
4. Bagaimana perjalanan penyakit / pathway dari CMS?
5. Apa komplikasi dari CMS?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada CMS?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada CMS?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada CMS?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui CMS ?


2. Untuk mengetahui penyebab dari CMS?
3. Untuk mengetahui manifestasi dari CMS ?
4. Untuk mengetahui perjalanan penyakit / pathway dari CMS?
5. Untuk mengetahui a komplikasi dari CMS?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada CMS?
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada CMS?
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada CMS?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Medula spinalis merupakan satu kumpulan saraf-saraf yang terhubung ke
susunan saraf pusat yang berjalan sepanjang kanalis spinalis yang dibentuk
oleh tulang vertebra.
Ketika terjadi kerusakan pada medula spinalis, masukan sensoris,
gerakan dari bagian tertentu dari tubuh dan fungsi involunter seperti
pernapasan dapat terganggu atau hilang sama sekali. Ketika gangguan
sementara ataupun permanen terjadi akibat dari kerusakan pada medula
spinalis, kondisi ini disebut sebagai cedera medula spinalis.

B. Etiologi
Cedera medula spinalis dapat dibagi menjadi dua jenis:
1. Cedera medula spinalis traumatic
a. Cedera fleksi-rotasi, dislokasi dan fraktur dislokasi
Sejauh ini, cedera medulla spinalis yang paling banyak terjadi adalah
cedera fleksi. Ketika kepala membentur roda kemudi atau kaca depan,
tulang belakang terdorong hingga mengalami hiperfleksi akut. Rupture
ligament posterior menyebabkan dislokasi tulang belakang kearah
depan. Pembuluh darah yang membawa nutrisi dapat rusak, hingga
menyebabkan terjadinya iskemia tulang belakang. Tulang belakang
servikal, biasanya ditingkat C5-6, adalah yang paling sering terkena
cedera fleksi. Pada tulang belakang bagian lumbal-toraksik, jenis
cedera ini paling sering terjadi pada level T12-L1.
b. Cedera hiperekstensi
Cedera hiperekstensi terjadi akibat jatuh saat dagu membentur objek
dan kepala terpelanting kebelakang. Ligamentum anterior mengalami
rupture, disertai fraktur elemen posterior badan vertebral.

3
4

Hiperekstensi tulang belakang terhadap ligamentum flavum dapat


menyebabkan kontusi kolom dorsal dan dislokasi vertebra posterior.

Transeksi komplet pada tulang belakang dapat terjadi setelah cedera


hiperekstensi, meskipun jarang. Klien yang mengalami lesi komplet
pada tulang belakang tidak selalu mengalami transeksi. Lesi komplet
pada tulang belakang menyebabkan hilangnya semua gerakan volunter
dan sensasi dibawah lesi, serta hilangnya fungsi refleks dalam segmen
tulang belakang yang terisolasi.
5

c. Cedera kompresi
Cedera kompresi sering disebabkan oleh jatuh atau lompatan dimana
seseorang mendarat langsung dengan kepala terlebih dahulu, sacrum
atau kaki. Kekuatan benturan menimbulkan fraktur pada tulang
vertebra dan fragmen menimbulkan kompresi pada tulang belakang.
Diskus dan fragmen tulang dapat didorong ke tulang belakang pada
saat benturan. Lumbal dan toraksik bagian bawah adalah wilayah yang
paling sering terkena cedera setelah dapak kompresi ketika orang
tersebut menderat dengan kaki terlebih dahulu. Jika orang tersebut
mendarat dengan kepala terlebih dahulu (seperti ketika menyelam ke
air yang dangkal), cedera yang terjadi adalah pada tulang belakang
servikal. Sekitar 50% dari cedera ini megakibatkan lesi nonkomplet.
Lesi nonkomplet ini terjadi jika beberapa traktur spinal tetap utuh.
d. Cedera servikal
Ada tiga jenis fraktur yang hanya terjadi pada tulang belakang servikal
:
Fraktur prosesus odontoid (proyeksi superior pada C2) dapat utuh,
tanpa gerakan yang terdeteksi, atau dapat bergeser, dengan gerakan
dan jebakan tulang belakang
Fraktur algojo (hangman fraktur) adalah fraktur bilateral pada
pedikel C2, yang memisahkan elemen posterior dari badan vertebra
Fraktur Jefferson melibatkan pecahnya cincin C1. Kanal tulang
belakang biasanya melebar
2. Cedera medula spinalis non traumatik, terjadi ketika kondisi kesehatan
seperti penyakit, infeksi atau tumor mengakibatkan kerusakan pada
medula spinalis, atau kerusakan yang terjadi pada medula spinalis yang
bukan disebabkan oleh gaya fisik eksternal. Gangguan-gangguan tersebut
meliputi hal sebagai berikut :
a. Spondilosis servikal dengan mielopati (penyempitan kanal tulang
belakang dengan cedera progresif untuk tulang belakang dan akar)
b. Myelitis (infeksi atau noninfeksi)
c. Osteoporosis yang menyebabkan fraktur kompresi pada tulang
belakang
d. Siringomielia (kavitasi pusat pada tulang belakang)
e. Tumor, baik infiltrative maupun kompresif
f. Penyakit pembuluh darah, biasanya infark atau perdarahan
6

C. Manifestasi Klinis
1. Antara C1-C5
Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
2. Antara C5-C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang
lemah; kehilangan refleks brachioradialis
3. Antara C6-C7
Paralisis kaki, pergelangan dan tangan, tapi pergerakan bahu dan fleksi
siku masih bisa dilakukan; kehilangan reflek bisep
4. Antara C7-C8
Paralisis kaki dan tangan
5. C8-T1
Horners syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis), paralisis kaki
6. Antara T11-t12
Paralisis otot-otot kaki
7. Caudea equine
Hiporeflex atau paresis extermitas bawah, biasanya nyeri dan usually pain
and hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bledder
8. S3-S5 atau conus medullaris pada L1
Kehilangan control bowel dan bledder secara total

D. Pathway
Terlampir

E. Komplikasi
Autonomic dysreflexia
Terjadinya adanya lesi diatas T6 dan cervical.
Bradikardi, hipertensi paroksimal, berkeringat banyak,sakit kepala
berat, nasal stuffness.
Fungsi seksual
Impotensi, menurunnya sensasi dan kesulitan ejakulasi, pada wanita
kenikmatan seksual berubah

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X spinal, Menentukan lokasi dan jenis cedera tulan (fraktur,
dislokasi), unutk kesejajaran, reduksi setelah dilakukan traksi atau
operasiCT Scan, Menentukan tempat luka / jejas, mengevaluasi ganggaun
structural
7

2. MRI, Mengidentifikasi adanya kerusakan saraf spinal, edema dan


kompresi
3. Mielografi, Untuk memperlihatkan kolumna spinalis (kanal vertebral) jika
factor putologisnya tidak jelas atau dicurigai adannya dilusi pada ruang
sub anakhnoid medulla spinalis (biasanya tidak akan dilakukan setelah
mengalami luka penetrasi).
4. Foto ronsen torak, memperlihatkan keadan paru (contoh : perubahan pada
diafragma, atelektasis)
5. Pemeriksaan fungsi paru (kapasitas vita, volume tidal) : mengukur volume
inspirasi maksimal khususnya pada pasien dengan trauma servikat bagian
bawah atau pada trauma torakal dengan gangguan pada saraf frenikus /otot
interkostal).
6. GDA : Menunjukan kefektifan penukaran gas atau upaya ventilasi

G. Penatalaksanaan
Konservativ dan simptomatis
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
4. Immobilisasi
cervical collar
Baringkan penderita dalam posisi terlentang (supine) pada tempat /
alas yang keras
5. Stabilisasi medis
Periksa vital signs
Pasang nasogatric tube
Pasang kateter urin
Segera normalkan vital sign (pertahankan)
6. Mempertahankan posisi normal vertebra (spinal aligment)
Operatif (dekompresi dan stabilisasi spinal)
Rehabilitasi
8

H. Asuhan Keperawatan
Diagnosis yang sering muncul
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Penurunan Curah Jantung
3. Nyeri Akut

NO Diagnosis Kriteria hasil dan Indikator Intervensi NIC


Keperawatan NOC
NANDA
1. Ketidakefektifan Domain 2 : Fisiologis - Domain 2 :
bersihan jalan kesehatan Fisiologis :
nafas Kelas E : Cardiopulmonary Kompleks
- Domain 4 : 0415 : Status pernapasan - Kelas K :
Aktivitas / Istirahat Manajemen
- Kelas 4 : Setelah dilakukan tindakan Pernapasan
Cardiopulmonary keperawatan selama 15 menit - 3160 :
00032 : / lebih Manajemen
Ketidakefektifan Kriteria hasil yang Udara
bersihan jalan napas
diharapkan :
9

041502 : Respiratory Aktivitas :


rhythm Pastikan
041513 : Sianosis (2-4) kebutuhan oral /
041626 : Dengkur (1-3) tracheal
suctioning
Auskultasi suara
napas sebelum
dan sesudah
suctioning
Informasikan
pada klien dan
keluarga tentang
suctioning
Minta klien
napas dalam
sebelum suction
dilakukan
Berikan O2
dengan
menggunakan
nasal untuk
memfasilitasi
suction
nasotrakeal
Gunakan alat
yang steril
setiap
melakukan
tindakan
Monitor status
oksigen pasien
Ajarkan
10

keluarga
bagaimana cara
melakukan
suction
Hentikan
suction dan
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2
2. Penurunan Curah Domain 2 kesehatan fisiologi Domain 2 :
Jantung Kelas E jantung paru fisiologis komplek
Domain 4 0414 status jantung paru lanjutan
Aktivitas/Istirahat Setelah dilakukan tindakan Kelas N :

Kelas 4 Respon keperawatan selama 31-45 managemen perfusi


Kardiovaskuler/Pul menit. jaringan

monal Kriteria hasil yang 4040 perawatan


diharapkan : jantung
041401 tekanan darah Pastikan tingkat
sistol aktivitas pasien
041402 tekanan darah yang tidak
diastole membahayakan
041405 irama jantung curah jantung
041406 tingkat Monitor
pernapasan distritmia
jantung
termasuk
gangguan ritme
dan konduksi
jantung
Monitor vital
11

sign secara rutin


Monitor sesak
nafas,kelelahan,
takipneu dan
ortopneu
Catat tanda dan
gejala
penurunan
curah jantung
3. Nyeri Akut Domain IV. Kesehatan Domain 1.
Domain 12. pengetahuan dan perilaku Fisiologi : dasar
Kenyamanan Kelas Q. kesehatan perilaku Kelas E. promosi
Kelas 1. 1605. Kontrol nyeri kenyamanan fisik
Kenyamanan Mampu mengontrol nyeri 1400. Manajemen
fisik (2-4) nyeri
Melaporkan bahwa nyeri Intervensi :
00132. Nyeri
berkurang dengan Lakukan
Akut
menggunakan manajemen pengkajian
nyeri (2-3) nyeri secara
Menyatakan rasa nyaman komprehensif
setelah nyeri berkurang termasuk
(2-4) lokasi,
karakteristik,
durasi,
frekuensi,
kualitas, dan
factor prepitasi
Observasi
reaksi
nonverbal dari
ketidaknyaman
an
Ajarkan teknik
nonfarmakologi
: mengatur
nafas dalam
Tingkatkan
istirahat
Berkolaborasi :
berikan
analgetik untuk
12

mengurangi
nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma merupakan keadaan dimana individu mengalami cidera oleh
suatu sebab keran kecelakaan baik lalu lintas, olahraga, vertebra, jatuh dari
pohon, dan penyebab utama terjadinya fraktur pada vertebra spinalis/thorako
lumbal. Selain itu trauma dapat terjadi karena tertimpa beban berat atau
terjatuh dari ketinggian yang menyebabkan gerakan fleksi yang hebat,
sedangkan kompresi fraktur terjadi kerena hiperektensi. Akibatnya vertebra
spinalis akan mengalami cidera dan mengakibatkan disfungsi neuromuskuler
pada daerah yang cidera.

B. Saran
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan kasus, kesimpulan diatas penulis
memberikan sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat meningkatkan atau
menambah referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa
yang akan membahas materi yang sama.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan terutama yang berkaitan dengan
informasi penyakit sistitis.

13
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2.


Singapore : Elsevier
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC):
Elsevier Mosby
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification
2015-2017: Publishing: NANDA International
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier
Mosby

iii
Lampiran pathway
Kecelakaan mobil, industry, terjatuh, olahraga, menyelam, luka tusuk / tembak, tumor

Kerusakan medulla spinalis

Hemoragi

Serabut-serabut membengkak/hancur

Trauma medulla spinalis

Spasme otot paravertebralis, Gangguan fungsi rectum kerusakan kerusakan


Iritasi serabut saraf dan vesika urinaria T1-T12 C5

Perasaan nyeri, Kehilangan inervasi HR menurun


Ketidaknyamanan Inkontinensia Otot intercostal
Inkintinensia
Urin usus Batuk Penurunan
Fungsional
Nyeri Akut Curah
Ketidakefektifan Jantung
Bersihan Jalan Nafas
Kerusakan L1 kerusakan L2-5 gangguan funsi rektum
Dan fesika urinaria
Ketidakmampuan Paraplegia paralisis
Ejakuasi
Penurunan fungsi
Pergerakan sendi Inkontinensia Inkontinensia
Disfunsi seksual usus urine
Penekanan setempat fungsional
Kerusakan
Resiko Sindrom defisit mobilitas fisik
kerusakan self care
integritas
kulit

Anda mungkin juga menyukai