“Sistitis”
Tingkat 3 Keperawatan
Kelompok
Anggota :
1. Anis Annivva
2. Desi Retno N
3. Dhea Kness
4. Dodik Muranto
5. Indah Muladiatin
6. Mariska Safitri
7. Maryam Ulfah
8. Putri Ajeng Santosa
9. Putri Jati Intan A
10. Rika Aprilita
11. Syifa Desfia
12. Tsara Febrilia Angeline
13. Wahyu Surono
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah-Nya kepada kita
semua sehingga kita masih dapat melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Sholawat beserta salam kita junjungkan kepada Nabi besar Muhammad
SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada ibu
Ns. Meynur Rohmah, S.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem Perkemihan dan
semua teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi sehingga dapat
terselesaikannya tugas ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas ini. Sehingga kritik
dan saran yang sifatnya membangun, sangat kami harapkan untuk penyempurnaan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi ……………………………………………………………………. 3
B. Etiologi ……………………………………………………………………. 3
C. Manifestasi Klinik ……………………………………………………………. 3
D. Pathway ……………………………………………………………………. 3
E. Komplikasi ……………………………………………………………………. 3
F. Penatalaksanaan ……………………………………………………………. 4
G. Pemeriksaan Penunjang …….……………………………………………… 4
H. Pencegahan ……………………………………………………………………. 5
I. Asuhan Keperawatan ………….………………………………………………… 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistitis, jenis ISK (Infeksi saluran kemih) yang paling umum terjadi, adalah
inflamasi dari kandung kemih, biasanya disebabkan bakteri ascending atau pola buang air
kecil yang obstruktif yang menyebabkan aliran urin yang menurun atau resistensi urin.
(Black, 2014).
Infeksi ini ditemukan pada semua umur, pria dan wanita mulai bayi baru kahir
hingga orang tua. Wanita lebih sering mengalami sistitis disbanding pria. Kejadia sistitis
rata-rata 9,3% pada wanita diatas 65 tahun dan 2,5-11% pada pria diatas 65 tahun. Sistitis
pada neonates banyak terdapat pada laki-laki (2,7%) disbanding bayi perempuan (0,7%).
Insidensi sistitis menjadi terbalik seiring bertambahnya usia, yaitu pada masa sekolah
sistitis pada anak perempuan sekitar 3% sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insidensi sistitis
pada usia remaja wanita meningkat 3,3-5,8% yang akan terus meningkat insidensinya
pada usia lanjut. Morbiditas dan mortalitas sistitis paling banyak terjadi pada usia kurang
dari satu tahun dan usia lebih dari 65 tahun.
Sistitis merupakan masalah kesehatan yang serius karena dapat menyerang
berjuta-juta orang tiap tahunnya. Jumlah pasien sistitis mencapai 150 juta pertahun, dan di
Amerika dilaporkan 6 juta pasien dating ke dokter dengan diagnosis sistitis. Sistitis
merupakan infeksi nosocomial tersering yang mencapai kira-kira 40-60%. Sistitis
menempati urutan kedua dan masuk dalam sepuluh besar penyakit disalah satu rumah
sakit di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
1
2
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Sistitis, jenis ISK (Infeksi saluran kemih) yang paling umum terjadi, adalah inflamasi dari
kandung kemih, biasanya disebabkan bakteri ascending atau pola buang air kecil yang
obstruktif yang menyebabkan aliran urin yang menurun atau resistensi urin. (Black, 2014)
B. Etiologi
1. Bakteri penyebab ISK yang paling umum adalah organisme gram negative yang
ditemukan di usus
2. Escherichia coli mungkin menyebabkan 80% ISK
3. Klebsiella menyebabkan sekitar 5% ISK
4. Enterobacter dan proteus ditemukan pada 2% kasus
C. Manifestasi Klinis
1. Nyeri seperti terbakar saat buang air kecil (dysuria)
2. Sering buang air kecil
3. Sulit menahan
4. Buang air kecil sedikit-sedikit
5. Tidak bisa buang air kecil
6. Buang air kecil tidak tuntas
7. Urin yang keruh
8. Hematuria (darah pada urin)
9. Bacteriuria asimtomatik (bakteri pada urin) didapatkan pada 10% kasus, paling sering
pada lansia
D. Pathway
Terlampir
E. Komplikasi
1. Masalah pencernaan
2. Kandidiasis vagina
3. Pielonefritis
3
4
F. Penatalaksanaan
1. Terapi antibiotic
2. Memodifikasi diet
Makanan tertentu diketahui mengiritasi kandung kemih, seperti kafein, alcohol, tomat,
makanan pedas, cokelat dan beberapa jenis beri. Klien harus didorong untuk
menghindari iritan kandung kemih selama fase akut ISK. Jus kranberi dan asam
karbonat (vitamin C) telah digunakan untuk mengasamkan urin. Penggunaan metode
diet yang bervariasi ini sedang di teliti. Tannin proantosianidin diprediksi mengeblok
bakteri agar tidak menempel pada dinding kandung kemih, sehingga dapat
membuangnya melalui system kemih.
3. Meningkatkan asupan cairan
Untuk mengobati dan mencegah ISK, dorong klien untuk meningkatkan asupan
cairan, terutama air, jika klien tidak dibatasi asupan cairannya. Jumah yang
disarankan yaitu 3-4 L/hari.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur urin
Kultur urin adalah alat diagnostic yang pling akurat. Untuk awalnya, tes dipstick
untuk leukosit esterase dan ativitas nitrit dapat mendekteksi bateriuria, sehingga terapi
antibiotic spectrum luas dapat segera dimulai. Namun, tes dipstick tidak boleh
digunakan untuk alat diagnostic eksklusif untuk ISK. Beberapa bakteri, seperti
enterokokus, tidak mengubah nitrit menjadi nitrit positif. Oleh karena itu, kultur urin
penting untuk semua klien dengan tanda sistitis atau tes disptik positif. Tes sensitifitas
dapat menentukan antibiotic mana yang berespon terhadap bakteri tertentu.
2. Specimen urin
Specimen urin yang diambil dari kateter memberikan hasil yang lebih akurat daripada
specimen dari buang air keci langsung. Lihat fitur uji diagnostic terintegrasi untuk
informasi yang lebih banyak yang berhubungan dengan diagnostis ISK.
3. Pemeriksaan urin (urinalisis) dan pemeriksaan kimia urin
Merupakan pemeriksaan urin yang paling sering diminta oleh klinisi untuk
mendiagnosis sistitis. Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi
yaitu peningkatan jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan
adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu
sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu
fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
4. Pemeriksaan nitrit urin
Sering digunakan sebagai alternatif dari pemeriksaan kultur urin. Pemeriksaan ini
berdasarkan kenyataan bahwa sebagian besar bakteri penyebab sistitis dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit. Pemeriksaan nitrit merupakan metode diagnostik yang
5
sederhana dan cepat. Pasien yang dicurigai sistitis diambil sampel urinnya untuk
dilakukan pemeriksaan nitrit dengan dipstick test. Adanya perubahan warna
menunjukkan hasil tes positif.
5. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG kandung kemih yang sudah dilakukan, diantaranya pengukuran
tebal dinding kandung kemih untuk kasus yang berhubungan dengan kelainan pada
kandung kemih. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara
tebal dinding kandung kemih (bladder wall thickness) dengan beberapa kelainan.
Kelainan tersebut diantaranya bladder dysfucntion karena neurogenic bladder pada
muskulus detrussor, obstruksi di luar kandung kemih akibat massa atau infiltrasi
massa ke dinding kandung kemih dari organ disekitarnya atau pembesaran prostat,
kelainan kongenital dan beberapa kasus infeksi pada kandung kemih.
H. Pencegahan
Pencegahan ISK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama,
pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau
pencegahan tingkat ketiga. Tindakan pencegahan tersebut antara lain :
1. Pencegahan Primer
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya
penyakit ISK dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit ISK.
Sasarannya ditujukan kepada orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita
penyakit ISK. Kegiatan yang dilakukan meliputi promosi kesehatan, pendidikan
kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya adalah untuk menghindari
terjadinya penyakit ISK. Usahakan buang air kecil dipagi hari, buang air kecil dapat
mengeluarkan bakteri dari kandung kemih yang akan keluar bersama urin. Dianjurkan
banyak minum air putih 6-8 gelas perhari untuk mendorong bakteri keluar, jangan
menahan buang air kecil, segeralah buang air kecil saat terasa
2. Pencegahan Sekunder
Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ
yang bersangkutan :
a. Keluhan nyeri seperti terbakar pada saat buang air kecil, Sering buang air kecil,
Sulit menahan, Buang air kecil sedikit-sedikit, Tidak bisa buang air kecil, Buang
air kecil tidak tuntas, Urin yang keruh, Hematuria (darah pada urin)
b. Bacteriuria asimtomatik (bakteri pada urin) didapatkan pada 10% kasus, paling
sering pada lansia
a. Kultur urin
Kultur urin adalah alat diagnostic yang pling akurat. Untuk awalnya, tes dipstick
untuk leukosit esterase dan ativitas nitrit dapat mendekteksi bateriuria, sehingga
terapi antibiotic spectrum luas dapat segera dimulai.
b. Specimen urin
Specimen urin yang diambil dari kateter memberikan hasil yang lebih akurat
daripada specimen dari buang air keci langsung. Lihat fitur uji diagnostic
terintegrasi untuk informasi yang lebih banyak yang berhubungan dengan
diagnostis ISK.
c. Pemeriksaan urin (urinalisis) dan pemeriksaan kimia urin
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan
jumlah leukosit dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya
kandungan nitrit dalam urine. Selain itu, nilai pH urine harus diuji karena batu
sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang dari 6,0, sementara batu
fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.
d. Pemeriksaan nitrit urin
Pemeriksaan nitrit merupakan metode diagnostik yang sederhana dan cepat.
Pasien yang dicurigai sistitis diambil sampel urinnya untuk dilakukan
pemeriksaan nitrit dengan dipstick test. Adanya perubahan warna menunjukkan
hasil tes positif.
e. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG kandung kemih yang sudah dilakukan, diantaranya pengukuran
tebal dinding kandung kemih untuk kasus yang berhubungan dengan kelainan
pada kandung kemih. Kelainan tersebut diantaranya bladder dysfucntion karena
neurogenic bladder pada muskulus detrussor, obstruksi di luar kandung kemih
akibat massa atau infiltrasi massa ke dinding kandung kemih dari organ
disekitarnya atau pembesaran prostat, kelainan kongenital dan beberapa kasus
infeksi pada kandung kemih.
7
3. Pencegahan Tersier
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi sehingga tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan
intensif. Sasarannya ditujukan kepada orang yang sudah menderita penyakit ISK agar
penyakitnya tidak bertambah berat. Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan
rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang tersebut lebih memahami tentang
cara menjaga fungsi saluran kemih terutama kandung kemih yang bermasalah akibat
dari ISK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit ISK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin
sesuai dengan kemampuannya.
I. Asuhan Keperawatan
Kasus :
Ny. D 30Th datang ke RS.Sari Asih dengan keluhan sering BAK sedikit-sedikit, mengeluh
nyeri sejak 1 minggu yang lalu, nyeri seperti terbakar saat BAK dengan skala 6 di bagian
saluran kemih dan mengeluh demam. Pasien tampak meringis kesakitan dan tidak dapat
mengatur proses berkemih, Setelah dilakukan pemeriksaan TD: 120/70, S : 38,50C, R:
23, N: 100x/mnt. Leukosit : 4.500/µL
ANALISA DATA
RENCANA KEPERAWATAN
dukungan
4. Menentukan frekuensi
diperlukan untuk membuat
penilaian kenyamanan pasien
dan melaksanakan rencana
pemantauan
5. Mengendalikan factor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(misalnya, suhu, kamar,
pencahayaan, kebisingan)
6. Memilih dan menerapkan
berbagai langkah-langkah
(misalnya, farmakologi,
nonfarmakologi, interpersonal)
untuk memfasilitasi penghilang
rasa sakit, yang sesuai
7. Mendorong pasien untuk
memantau nyeri sendiri dengan
tepat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistitis adalah inflamasi dari kandung kemih yang disebabkan bakteri ascending atau
pola buang air kecil yang obstruktif yang menyebabkan aliran urin yang menurun.
Penyebab penyakit ini salah satunya adalah oranisme gram ngativ yang ditemukan di
usus.
Adapun tanda dan gejala penyakit sistitis adalah nyeri seperti terbakar saat buang air
kecil, buang air keci sedikit-sedikit bahkan sampai tidak bisa buang air kecil, urin yang
keruh dan hematuria. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien yang terkena
sistitis adalah terapi antibiotic, memodifikasi diet dan meningkatkan asupan cairan.
Penyakit lanjut yang dapat terjadi adalah masalah pencernaan, kandidiasis vagina dan
pielonefritis.
B. Saran
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan kasus, kesimpulan diatas penulis
memberikan sedikit masukan atau saran yang diharapkan dapat bermanfaat :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan agar institusi pendidikan dapat meningkatkan atau menambah
referensi, sehingga dapat membantu penulis atau mahasiswa yang akan membahas
materi yang sama.
2. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dapat
mengaplikasikan asuhan keperawatan terutama yang berkaitan dengan informasi
penyakit sistitis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Buku 2. Singapore : Elsevier
Bulechek, Gloria M, dkk. 2013. Nursing Intervention Clatification (NIC): Elsevier Mosby
Blackwell, Wiley. 2014. Nursing Diagnoses Definitions and Clatification 2015-2017:
Publishing: NANDA International
Moorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcome Clatification (NOC): Elsevier Mosby
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30750/4/Chapter%20II.pdf (dikutip pada
tanggal 15 November 2016 pukul 10.20 WIB )
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t23699.pdf (dikutip pada tanggal 15 November 2016
pukul 10.00 WIB)
http://thesis.umy.ac.id/datapublik/t23699.pdf (dikutip pada tanggal 16 November 2016
pukul 19.20 WIB )
https://www.scribd.com/doc/117885122/LP-Cystitis (dikutip pada tanggal 15 November
2016 pukul 10.20 WIB )
iii
LAMPIRAN
PATHWAY
Infeksi
Nyeri akut
Gangguan eliminasi urin