Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ PYELONEPHRITIS”

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3 :

1. ADELLIA YULIANA MAHARANI (P07120120047)


2. AFFANDI HIDAYAT (P07120120049)
3. AMALIA RACHMAWATY (P07120120050)
4. LULUK DWI RAHMAYANTI (P07120120068)
5. VANI FARISKI (P07120120089)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN MATARAM

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MATARAM

T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa senantiasa kita ucapkan. Atas
rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita kelak.

Makalah “ PYELONEPHRITIS ” disusun guna memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah di poltekkes kemenkes mataram. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang materi pielonerpritis.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku dosen mata kuliah.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah mengenai” PIELONEPHRITIS” ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini
bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin

Wassalamualaikum wr wb

Mataram, 16 Agustus 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 1
C. TUJUAN ..................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN KASUS

A. Pengertian .................................................................................................. 3
B. klasifikasi .................................................................................................... 3
C. Etiologi........................................................................................................ 3-4
D. Manifestasi klinis ........................................................................................ 4-5
E. Patofisiologi pielonepritis .......................................................................... 5
F. Pemeriksaan penunjang ............................................................................. 5-6
G. Komplikasi .................................................................................................. 6-7
H. Penatalaksanaan ......................................................................................... 7-8
I. Pencegahan ................................................................................................ 8

BAB III KASUS

A. Asuhan keperawatan……………………………………………………..9-15

BAB IV PENUTUP

B. KESIMPULAN........................................................................................... 16
C. SARAN ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pyelonephritis, disebut juga sebagai pielonefritis, adalah suatu kondisi penyakit infeksi
pada saluran kemih bagian atas, khususnya pada bagian parenkim dan pelvis ginjal.
Etiologi utama penyebab pyelonephritis adalah Escherichia coli.
Pyelonephritis biasanya berawal dari infeksi saluran kemih bagian bawah yang tidak
tertatalaksana dengan baik, sehingga infeksi menjalar sampai ke ginjal. Terdapat sekitar
10–25 juta kasus pyelonephritis setiap tahunnya di dunia.
Diagnosis pyelonephritis biasanya ditandai dengan adanya nyeri tumpul pada bagian
pinggang (flank pain), mual dan muntah, dan demam. Diagnosis pyelonephritis
ditegakkan berdasarkan hasil kultur urine.
Penatalaksanaan pyelonephritis dimulai dengan penentuan apakah pasien harus dirawat
inap atau tidak. Pasien yang tidak memiliki indikasi klinis rawat inap dapat diobservasi di
IGD selama 24 jam untuk dilihat apakah ada perbaikan klinis. Pasien yang menunjukkan
perbaikan klinis dapat dipulangkan. Sebaliknya, pasien yang tidak menunjukkan
perbaikan klinis atau menunjukkan tanda-tanda seperti dehidrasi dan instabilitas
hemodinamik harus dirawat inap.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Pyelonephritis ?
2. Bagaimana Klasifikasi Pyelonephritis ?
3. Apa Etiologi Pyelonephritis ?
4. Apa Manifestasi Klinis Pyelonephritis ?
5. Apa Patofisiologi Pyelonephritis ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Pyelonephritis ?
7. Apa Komplikasi Pyelonephritis ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Pyelonephritis ?
9. Bagaimana Pencegahan Pyelonephritis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Pyelonephritis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi Pyelonephritis.
3. Untuk mengetahui etiologi Pyelonephritis.
4. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Pyelonephritis.
5. Untuk mengetahui Patofisiologi Pyelonephritis.
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Pyelonephritis.
7. Untuk mengetahui Komplikasi Pyelonephritis.
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Pyelonephritis.
9. Untuk mengetahui Pencegahan Pyelonephritis.

2
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Definisi
Pyelonephritis atau infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih,yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi
baik di pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata
wanita lebih sering menderita infeksi daripada pria.
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain:
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut letaknya
a) ISK bawah
• Perempuan (sistitis: presentasi klinis infeksi kandung kemih disertai
bakteriuria bermakna)
• Sindrom uretra akut (SUA): presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis bakterialis.
• Laki-laki sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b) ISK atas
• Pielonefritis akut (PNA): proses infeksi parenkim ginjal yang disebabkan
infeksi bakteri.
• Pielonefritis kronis (PNK): kemungkinan akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
C. Etiologi
ISK terjadi tergantung banyak factor seperti usia, gender, prevalensi, bakteriuria dan
factor predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Berikut menurut mikroorganisme dan usia:

3
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
• Escherichia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple).
• Pseudomonas, proteus, klebsiella: penyebab ISK complicate.
• Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.
2. Prevalensi penyebab ISK pada lanjut usia, antara lain:
• Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kursng efektif.
• Mobilitas menurun.
• Nutrisi yang kurang baik.
• Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral.
• Adanya hambatan pada aliran urin.
• Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
D. Manifestasi Klinis
Gejala yang sering muncul pada pielonefritis akut adalah nyeri pada pinggang,
demam atau menggigil yang menandakan infeksi telah mencapai ginjal (diiringi rasa
nyeri dibawah belakang rusuk, mual atau muntah). Pasien juga dapat mengalami rasa
ingin buang air kecil terus-menerus meskipun sudah dicoba untuk berkemih namun tidak
ada air kemih yang keluar, terasa sakit saat kencing dan airnya bisa berwarna putih,
cokelat atau kemerahan dan baunya sangat menyengat, warna air kencingnya pekat/kental
seperti air teh kadang kemerahan bila ada darah,
Pada pemeriksaan didapatkan nyeri tekan pada kostovertebrel (CVA), urin
berwarna keruh atau hematuria dengan bau yang tajam. Ginjal pasien pielonefritis
biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai
pada kapsul ginjal dan pada taut kartiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat menyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik, muntah, mencret, problem minum dan
sianosis (kebiruan). Sedangkan pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar
naik (anoreksia). Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti mengeluh sakit saat
kencing, frekuensi kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anyang-
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyenngat.

4
Pielonefritis kronis terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua
ginjal perlahan-lahan menjadi rusak Ketika pielonefritis menjadi kronis, ginjal
membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak berfungsi. Pielonefritis kronis biasanya
tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencakup keletihan,
sakit kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat
badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan jaringan parut progresif di
ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.

E. Patofisiologi Pielonefritis
Pielonefritis disebabkan oleh bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal. Bakteri
biasanya berasal dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah
(uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang
menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian
menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri
pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan pasca tindakan
bedah urologis. Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau
obstruksi saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau
tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim.
Korteks dan medula dapat membesar dan terbentuk multipel abses. Kalik dan pelvis
ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal
mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrofi. Jika destruksi nefron
meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
Laboratorium
• Darah lengkap: leukositosis
• BUN, kreatinin, serum elektrolit

5
• Analisa urin rutin: bakteri, peningkatan sel darah putih, eritrosit dalam urin
• Kultur urin (gold standard): ditemukan kolonisasi patogen penyebab
b. Pencitraan
• USG dan Radiologi: USG dan rontgen bisa membantu menemukan adanya batu
ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
• Pemeriksaan IVP: Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau
abnormalitas struktur
c. Biopsi ginjal

G. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut
1. Nekrosis papila ginjal.
Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area medula akan terganggu dan
akan diikuti nekrosis papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada
tempat terjadinya obstruksi.

2. Fionefrosis.
Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali dengan ginjal.
Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga
ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3. Abses perinefrik.
Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke dalam jaringan perirenal,
terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai urea, yang
mangakibatkan terbentuknya batu). Peradangan kronis pada kandung kemih yang
berlanjut dan tidak sembuh-sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung
kemih.

H. Penatalaksanaan

6
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh tuntas.
Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali terutama
pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes atau adanya
sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan sebagainya.
Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun 2007:
1. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat analgetik dan antipiretik.
Contoh: paracetamol, NSAID
2. Mengeradikasi patogen dengan antimikrobial seperti trimethroprim-sulfamethoxazole
(kotrimoksazol), gentamycin dengan atau tanpa ampicilin, golongan cephalosporin,
atau floroquinolon selama 7-10 hari.
3. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa nyaman,
dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat farmakologi
tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin (Ditropan) dan
propantheline (Pro-Banthine)
4. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal secara
progresif.
5. Tatalaksana nonfarmakologis berupa istirahat yang cukup, perbanyak minum air dan
vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel saluran kemih.

Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal
mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik
(peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain:

a) Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)


b) Meniran (Phyllanthus urinaria)
c) Sambiloto (Andrographis paniculata)
d) Pegagan (Centella asiatica)
e) Daun Sendok (Plantago major)
f) Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
g) Rambut Jagung (Zea mays)
h) Krokot (Portulaca oleracea)
i) Jombang (Taraxacum mongolicum)

7
j) Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)

Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith tahun


2007:

a. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.


b. Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, laju pernapasan, suhu)
c. Melakukan pemeriksaan fisik
d. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urin pasien
e. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
f. Memantau input dan output cairan.
g. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
h. Memberikan dorongan semangat pada pasien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yang dapat membuat pasien berkecil hati.

I. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus
dilakukan:
• Minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan kandung
kemih serta kontaminasi urin.
• Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal
• Banyak istirahat di tempat tidur

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara
membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut
untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak
masuk melalui vagina dan menyerang uretra.Pada waktu pemasangan kateter harus
diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.

8
BAB III
KASUS

Seorang pasien bernama Tn. A dengan umur 46 tahun datang ke rumah sakit kota mataram
pada tanggal 17 november 2019 dengan keluhan demam sejak 2 hari yang lalu dan nyeri saat
BAK, urine keluar sedikit sedikit. Berdasarkan hasil pemeriksaan nyeri dirasakan dibagian perut
serta pada panggul, seperti terbakar. Skala nyeri 4 (1-10). Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat
nyeri tekan pada daerah suprapubik dan terdapat distensi abdomen, TTV : TD : 130/90 mmHg,
N : 89 x/mnt, RR : 20 /mnt, S : 38 ⁰ c.

A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 46 Tahun
Agama : islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh

Pengelompokan Data Subjektif (DS) dan Data Objektif (DO)

Data Subjektif (DS) Data Objektif (DO)


• Pasien mengeluh demam • S : 38⁰C
• pasien mengatakan nyeri pada saat TD : 107x/menit
berkemih N : 103x/menit
• pasien mengatakan nyeri saat RR : 19x/menit
berkemih hingga pasien sering
menahan kencing - P : nyeri dirasakan saat ingin
berkemih. Nyeri berkurang saat
berbaring nyeri bertambah saat
beraktifitas
- Q : nyeri terasa seperti terbakar
- R : nyeri dirasakan pada daerah
suprapubic
- S : scala nyeri 4
T : nyeri dirasakan saat ingin bak

- Klien tampak menahan kencing


- Terdapat distensi kandung kemih

9
B. ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. A Jenis kelamin : Laki - laki

Umur : 46 tahun

NO SIMPTOM ETIOLOGI PROBLEM


1 DS : - Pasien mengeluh Bakteri esherichia coli Hipertermi
demam
DO :
- S : 38⁰C
- TD : 107x/menit Saluran kemih
- N : 103x/menit
- RR : 19x/menit
Inflamasi

Reaksi antigen antibody

Hipertermi
2 DS : pasien mengatakan nyeri Bacteri E.cols Nyeri akut
pada saat berkemih
DO :
- P : nyeri dirasakan
saat ingin berkemih.
Nyeri berkurang saat Saluran kemih
berbaring nyeri
bertambah saat
beraktifitas ISK
- Q : nyeri terasa
seperti terbakar
- R : nyeri dirasakan
pada daerah Disuria
suprapubic
- S : scala nyeri 4
- T : nyeri dirasakan
saat ingin bak Nyeri akut
3 DS : pasien mengatakan nyeri Bacteri E. cols Gangguan eliminasi
saat berkemih hingga pasien urine

10
sering menahan kencing
DO :
- Klien tampak Saluran kemih
menahan kencing
- Terdapat distensi
kandung kemih
ISK

Gangguan eliminasi urine

11
NO HARI NO.DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
TGL/JAM
1 17 I Setelah 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
november dilakukan 2. Anjurkan perkembanga
2019 tindakan keluarga pasien
keperawatan pasien untuk 2. Menurunkan
selama 1X24 jam kompres air suhu tubuh
diharapkan hangat pasien
masalah 3. Anjurkan 3. Memberikan
hipertermi dpat menggunakan rasa nyaman
teratasi dengan pakaian yang 4. Menurunkan
criteria hasil : menyerap suhu tubuh
- Pasien keringat secara
tidak 4. Kolaborasi farmakologi
mengeluh pemberian
demam antiprretik
- S : 36,5⁰C
2 17 II setelah dilakukan 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
november tindakan 2. Berikan perkembangan
2019 keperawatan lingkungan pasien
selama 1X24 jam yang nyaman 2. Agar pasien
diharapkan 3. Ajarkan merasa nyaman
masalah nyeri teknik 3. Mengurangi
akut dapat distraksi nyeri secara
teratasi dengan 4. Kolaborasi nonfarmakologi
criteria hasil : pemeriksaan 4. Mengurangi
- Pasien analgetik nyeri secara
tampak farmakologi
nyaman
- Skala
nyeri
berkuran
g
3 17 III Setelah 1. Kaji TTV 1. Mengetahui
november dilakukan 2. Anjurkan perkembangan
2019 tindakan selama pasien minum pasien
1X24 jam yang cukup 8 2. Memenuhi
diharapkan gelas/hari kebutuhan
masalah 3. Monitor cairan pasien
gangguan eliminasi 3. Mengetahui
eliminasi urine urine pola eliminasi
dapat teratasi (frekuensi pasien
dengan criteria volume 4. Agar pasien
hasil : warna bau) dapat
- Pasien 4. Ajarkan mengetahui
tidak pasien proses penyakit
merasa mengenal yang ia alami
nyeri saat tanda tanda

12
berkemih infeksi
saluran kemih

C. DIAGNOSA
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan Pasien mengeluh
demam, S : 38⁰C
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada saat berkemih Klien tampak menahan kencing erdapat distensi
kandung kemih
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kandung kemih ditandai dengan
tampak menahan kencing, terdapat distensi kandung kemih

D. INTERVENSI

E. IMPLEMENTASI
NO HARI/TGL/JA NO IMPLEMENTASI RESPON HASIL PARAF
M DX
1 18 I 1. Mengkaji TTV 1. Hasil TTV :
november 2. Menganjurkan - TD : 130/80mmHg
2019 keluarga pasien - N : 70x/menit
untuk kompres air - S : 37,5⁰C
hangat - RR : 18x/menit
3. Menganjurkan 2. Pasien dikompres
menggunakan dengan air hangat
pakaian yang 3. Pasien tmpak lebih
menyerap keringat nyaman
4. Berkolaborasi 4. S : 37,5⁰C
memberikan
parasetamol
3x500mg

2 18 II 1. Mengkaji TTV 1. Hasil TTV :


november 2. Memberikan - TD : 130/80mmHg
2019 lingkungan yang - N : 70x/menit
nyaman - S : 37,5⁰C
3. Mengajarkan teknik - RR : 18x/menit

13
distraksi 2. Lingkungan
4. Berkolaborasi pasien nyaman,
pemberian analgetik bersih dan tidak
ada keributan
3. Pasien tampak
melakukan teknik
distraksi menarik
nafas dalam
4. Pasien
mengatakan nyeri
berkurang
3 18 III 1. Mengkaji TTV 1. Hasil TTV :
november 2. Mengnganjurkan - TD : 130/80mmHg
2019 pasien minum yang - N : 70x/menit
cukup 8 gelas/hari - S : 37,5⁰C
3. Memonitor - RR : 18x/menit
eliminasi urine 2. Pasien minum
(frekuensi volume kurang lebih 8
warna bau) gelas/hari
4. Mengajarkan pesien 3. Pasien
mengenal tanda berkemih 4x
tanda infeksi saluran sehari dengan
kemih volume
kurang lebih
300cc
4. Pasien tmpak
mengerti
terhadap apa
yang di
jelskan

F. EVALUASI
NO HARI TGL/JAM NO.DX EVALUASI PARAF
1 19 november 2019 S : pasien mengatakan
demamnya sudah
menurun
O:
- TD : 130/80
mmHg
- N : 70x/menit
- S : 37,5⁰C
- RR : 18x/menit
A : masalah teratas

14
P : intervensi
dihentikan

2 19 november 2019 S : pasien mengatakan


nyeri berkurang
O : skala nyeri 2 (1-10)
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
3 19 november 2019 S : pasien mengatakan
sudah bisa kencing
dengan lancar
O : pasien berkemih 4x
sehari
A : masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan

15
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pyelonephritis atau infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih,yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih dapat terjadi baik di
pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering
menderita infeksi daripada pria. Jadi pyelonephritis ini sangat berbahaya dan tentu saja mari kita
sama-sama saling menjaga pola hidup sehat.

B. SARAN

Sebagai masyarakat yang peduli akan kesehatan, mari kita sama-sama melestarikan dan menjaga
hidup sehat. Dan tentu saja makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan
karendahan hati saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan untuk kelengkapan
makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Butcher Howard K, et al. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Ke Tujuh Bahasa
Indonesia Edited By Intansari Nurjannah. Yogyakarta : Macomedia.

17

Anda mungkin juga menyukai