Anda di halaman 1dari 88

ANALISIS JURNAL

“FAKTOR RESIKO INFEKSI SALURAN KEMIH”

Dosen Pengampu : Ns. Usman M.kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 1

EPIPHANA DESI I1031151001 AGUNG NUR I1031151010

DIAN SUSANTI I1031151002 SELVY R I1031151011

LOLA PRIANTI I1031151003 FATHUR M I1031151012

FRANCISCA C.V I1031151004 NOVARA Q I1031151013

NATALIA M.P I1031151005 CINTYAKARIN I1031151014

ANNISSA PUSPA I1031151006 ZAKIAH AMAR I1031151015

DWI ASNI S I1031151007 DESY A I1031151016

CINDI LARUNA I1031151009 JAMILAH I1031151017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah system perkemihan tentang analisis jurnal
tentang infeksi saluran kemih menggunakan format PICO.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah system perkemihan tentang


analisis jurnal tentang infeksi saliran kemih ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Pontianak, September 2017

Tim penyususn
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Umum...............................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Definisi..........................................................................................................3

B. Etiologi..........................................................................................................3

C. Epidemiologi.................................................................................................4

D. Manifestasi Klinis.........................................................................................5

E. Patofisiologi..................................................................................................6

G. Penatalaksanaan Farmakologi/Non Farmakologi.......................................10

H. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................10

I. Komplikasi..................................................................................................12

BAB III..................................................................................................................14

ANALISIS PICO...................................................................................................14

A. Analisis PICO 1..........................................................................................14

B. Analisis PICO 2..........................................................................................25

C. Analisis PICO 3..........................................................................................37

D. Analisis PICO 4..........................................................................................55


E. Analisis PICO 5..........................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA............................................Error! Bookmark not defined.


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui usia tua merupakan usia di mana seseorang
memiliki kerentanan penyakit dengan kesempatan yang besar. Banyak penyakit
seperti penyakit kardiologi, penglihatan dan penyakit lainnya yang selalu dapat
mengancam pada orang dengan usia tua. Tak jarang juga dengan penyakit
infeksi, usia tua memiliki kerentanan yang besar terhadap kasus ini.
(Akram,2016)
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian disebabkan oleh penyakit
infeksi. Infeksi saluran Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang paling
umum didapat di RS yang mengakibatkan angka morbiditas dan mortalitas yang
signifikan. Infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di
negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi paling
sering di tangani pada fasilitas kesehatan. (Akram, 2016)
Kejadian ISK lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki
dikarenakan faktor klinis seperti perbedaan anatomi, efek hormonal dan pola
perilaku. Perempuan lebih sering terkena ISK daripada laki-laki karena uretra
wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah menuju kandung
kemih, selain itu juga karena letak saluran kemih perempuan lebih dekat dengan
rektal sehingga mempermudah kuman-kuman masuk ke saluran kemih,
sedangkan pada laki-laki disamping uretranya yang lebih panjang juga karena
adanya cairan prostat yang memiliki sifat bakterisidal sebagai pelindung
terhadap infeksi oleh bakteri.
Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan karena adanya
mikroorganisme pada saluran kemih, termasuk kandung kemih, prostat, ginjal
dan saluran pengumpulan. Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri,
meskipun kadang-kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi ISK.
Penyebab utama lebih dari 85% kasus ISK adalah basil-basil gram negatif yang

1
merupakan penghuni normal saluran cerna, biasanya yang tersering adalah E.
coli, diikuti oleh proteus, klebsiella, dan enterobacter. Streptococcus faecalis
yang juga berasal dari saluran cerna, stafilokokus dan hampir semua bakteri dan
jamur juga dapat menyebabkan ISK bawah dan ginjal. (Rani, 2004)
Berdasarkan latar belakang ini lah kelompok sangat tertarik membuat
tinjauan teori tentang Infeksi saluran kemih dan juga jurnal terkait penyakit
tersebut yang akan di lampirkan pada tulisan ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka kelompok merumuskan
masalah yang dapat di rincikan sebagai berikut:
1. Bagaimana analisa jurnal yang baik terkait infeksi saluran kemih (ISK)?

C. Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori dari infeksi saluran kemih dan analisis jurnal
mengenai infeksi saluran kemih.

D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari infeksi saluran kemih.
2. Mengetahui etiologi dari infeksi saluran kemih.
3. Mengetahui perjalanan penyakit dari infeksi saluran kemih.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari infeksi saluran kemih.
5. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk infeksi saluran kemih.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari infeksi saluran kemih.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Berdasarkan ada tidaknya komplikasi, ISK dibagi menjadi ISK simpleks
dan kompleks. ISK simpleks/ sederhana/uncomplicated UTI adalah terdapat
infeksi padasaluran kemih tetapi tanpa penyulit (lesi) anatomis maupun
fungsional saluran kemih.ISK kompleks/ dengan komplikasi/complicated UTI
adalah terdapat infeksi pada saluran kemih disertai penyulit (lesi) anatomis
maupun fungsional saluran kemih misalnya sumbatan muara uretra, refluks
vesikoureter, urolithiasis, parut ginjal, buli-bulineurogenik, dan sebagainya
(Zorc , 2005).
Berdasarkan letaknya, ISK dibagi menjadi ISK atas dan bawah. ISK atas
adalah infeksi pada parenkim ginjal atau ureter, lazimnya disebut sebagai
pielonefritis. ISK bawah adalah infeksi pada vesika urinaria (sistitis) atau uretra.
Batas antara atas dan bawah adalah vesicoureteric junction (Kiddoo, 2005).

B. Etiologi
Menurut Akram (2007), Sekitar 50% ISK disebabkan Escherichia coli,
penyebab lain adalah Klebsiella, Staphylococcus aureus, coagulase-negative
staphylococci, Proteusdan Pseudomonas sp. dan bakteri gram negatif lainnya.
Terdapat beberapa faktor predisposisi terjadinya ISK kompleks, diantaranya
adalah:
1. Outflow obstruction:
a. Striktur uretra
b. Pelviureteric junction
c. Posterior urethral valves
d. Bladder neck obstruction
e. Batu/tumor
f. Neuropathic bladder
g. Kista ginjal

3
2. Benda asing:
a. Indwelling catheter
b. Batu
c. Selang nefrostomi
3. Kelainan ginjal:
a. Parut ginjal
b. Refluks vesikoureter
c. Displasia ginjal
d. Ginjal dupleks
4. Metabolik:
a. Imunosupresi
b. Gagal ginjal
c. Diabetes

C. Epidemiologi
Epidemiologi ISK pada anak bervariasi sangat luas dan dipengaruhi
beberapa faktor diantaranya adalah usia, jenis kelamin, sampel populasi, metode
pengumpulan urin, kriteria diagnosis dan kultur. Umur dan jenis kelamin
merupakan faktor yang paling penting. Insidens tertinggi adalah pada satu tahun
pertama kehidupan yaitu sekitar 1%, kemudian menurun terutama pada anak
laki-laki. Pada masa neonatus, bakteriuri ditemukan sebanyak 1% dan lebih
banyak pada bayi laki-laki (2-4 kali). Prevalens ISK pada bayi baru lahir kurang
bulan sekitar 2,9% sedangkan pada bayi cukup bulan sekitar 0,7%. ISK lebih
sering terjadi pada anak usia prasekolah yaitu sekitar 1-3% dibandingkan dengan
usia sekolah sekitar 0,7-2,3%. Selama masa remaja, baik perempuan maupun
laki-laki sama-sama berisiko tinggi mengalami ISK (Raszka , 2003).
Dalam suatu penelitian, insidens ISK pada 6 tahun pertama kehidupan
adalah sekitar 6,6% anak perempuan dan 1,8% anak laki-laki. Sedangkan pada 3
bulan pertama postnatal, ISK paling sering terjadi pada anak laki-laki terutama
yang belum disirkumsisi. Prevalens ISK pada anak perempuan usia 1-5 tahun

4
adalah 3% dan usia sekolah 1%, sedangkan pada anak laki-laki usia sekolah
0,03%(Raszka , 2003).
Beberapa keadaan yang merupakan faktor risiko terjadinya ISK
kompleks seperti ureteropelvic junction obstruction adalah kelainan obstruksi
yang paling sering terjadi pada anak, dimana anak laki-laki lebih sering
dibandingkan dengan anak perempuan (2:1), sedangkan ureterokel dan ureter
ektopik lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki,
posterior urethral valves terjadi pada 1 dari 8000 anak laki- laki dan refluks
vesikoureter (RVU) sekitar 1% pada anak. Hampir 50% anak dengan kelainan
anatomi atau fungsi saluran kemih terdeteksi pada saat pertama kali menderita
ISK (Raszka , 2003).

D. Manifestasi Klinis
1. Uretritis (uretra) biasanya memperlihatkan gejala :
a. Mukosa merah dan edema
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent
c. Ada ulserasi pada uretra
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik
e. Adanya nanah awal miksi
f. Nyeri pada awal miksi
g. Kesulitan untuk memulai miksi
h. Nyeri pada abdomen
2. Sistitis (Kandung Kemih) biasanya memperlihatkan gejala :
a. Disuria (nyeri waktu berkemih)
b. Peningkatan frekuensi berkemih
c. Perasaan ingin berkemih
d. Adanya sel –sel darah putih dalam urin
e. Nyeri punggung bawah atau suprapubic
f. Demam yang disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah
3. Pielonefritis akut (ginjal) biasanya memperlihatkan gejala :
a. Demam

5
b. Menggigil
c. Nyeri pinggang
d. Disuria

Secara umum manifestasi klinis pada infeksi saluran kemih :

a. Anyang – anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar.
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih, cokelat, atau kemerahan dan baunya sangat menyengat.
c. Warna air seni kental/ pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
d. Nyeri pada pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah rusuk , mual atau muntah).
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh –
sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
g. Pada neonatus usia 2 bulan, gejalanya dapat meneyerupai infeksi atau sepsis
berupa demam, apatis, berat badan tidak naik muntah, mencret, anoreksia
problem minum dan sianosis.
h. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia.
Pada anak besar gejalanya lebih khas seperti sakit saat kencing, frekuensi
kencing meningkat, nyeri perut atau pinggang, mengompol, anayang –
anyangan (polakisuria) dan bau kencing yang menyengat. (Raszka , 2003).

E. Patofisiologi
Sebagian infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan
virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang
disebabkan oleh Escheria Coli, suatu organisme yang ditemukan di daerah anus.
Organisme – organisme lain yang juga menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah golngan Proteus,Klebsiella,Pseudomonas enterokok, Staphylococus. Pada
kebanyakan kasus organism tersebut dapat dapat mencapai kandung kemih saja
atau dapat pula merambat ke atas melalui ureter sampai ke ginjal. Organism juga

6
dapat sampai di ginjal melalui aliran darah atau aliran getah bening, tetapi cara
ini di anggap jarang terjadi. Tekanan dari aliran kemih menyebabkan saluran
kemih normal dapat mengeluarkan bakteri yang ada sebelum bakteri tersebut
sempat menyerang mukosa. Mekanisme pertahanan lainnya adalah kerja
antibakteri yang dimiliki oleh selaput lender uretra, sifat bakterisidal dari cairan
prostat pada pria, dan sifat fagositik epitel kandung kemih. Meskipun ada
mekanisme pertahanan seperti ini, infeksi tetap mungkin terjadi dan
kemungkinan ini berkaitan dengan factor predisposisi.
Obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis, ginjal dan ureter.
Hal ini mengakibatkan atrofi hebat pada parenkim ginjal. Keadaan ini disebut
hidronefrosis. Di samping itu , obstruksi yang terjadi di kandung kemih sering
disertai refluks vesikoureter dan infeksi ada ginjal. Penyebab umum obstruksi
adalah jaringan parut ginjal atau uretra, batu, neoplasma, hipertrofi prostat,
kelainan congenital pada leher kandung kemih dan uretra serta penyimpanan
uretra.
ISK sering terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya adalah uretra
wanita lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih . Faktor lain yang berperan meningkatkan ISK pada
wanita yaitu kecendrungan menahan urin, perubahan pH dan flora vulva dalam
siklus menstruasi serta iritasi kulit lubang uretra pada wanita sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek menigkatkan kemungkinan
miroorganisme yang menempel sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses
ke kandung kemih. Wanita hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang
dipengaruhi oleh progesterone, termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga
mereka cenderung menahan urin di bagian – bagian tersebut. Uterus pada
kehamilan juga dapat menghambat aliran urin pada keadaan – keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mucus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mucus
ini memiliki fungsi sebagai anti mikroba. Pada kedua jenis kelamin, proteksi
terhadap ISK terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai

7
antibakteri. Pengidap diabetes juga beresiko mengalami ISK berulang karena
tingginya kadar glukosa dalam urin, fungsi imun menurun, dan peningkatan
frekuensi kandung kemih neorogenik. Individu yang mengalami cedera korda
spinalis atau mengunakan kateter urin untuk berkemih juga mengalami risiko
infeksi (Nian dan Widayati, 2017).
Dapat ditemukan dalam urin laki – laki dan perempuan steril karena
dapat dipertahankan jumlah dan frekuensi kencingnya. Utero distal merupakan
tempat kolonisasi mikroorganisme nonpathogenic fastidious gram-positive dan
negative. Dapat ditemukan hamper semua ISK diakibatkan oleh invasi
mikroorganisme ascending dari uretra ke dalam kandung kemih bisa juga sampai
ginjal. Proses ini mempermudah refluks vesikoureter (Ahmad Fakhruddin,
2013).
Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat jarang ditemukan, dapat
dimungkinkan akibat lanjut dari bakteriemia. Lokasi infeksi lanjutan bisa
dijumpai pada ginjal sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat
Stafilokokus aureus. Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis
(stafilokokus aureus) dikenal Nephritis Lohlein. Beberapa peneliti melaporkan
pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi hematogen dari infeksi
sistemik gram negatif (Rani, 2016; Zorc, 2005; Nurarif,2015).

8
F. Pathway (Rani, 2016; Zorc, 2005; Nurarif,2015).

Akumulasi etiologi dan


factor resiko (infeksi, Makanan terkontaminasi Jaringan parut total
mikroorganisme, mikroorganisme masuk lewat
penggunaan steroid mulut
dalam jangka anjang,
usia lanjut, anomaly
saluran kemih,cidera Obstruksi saluran kemih
HCL (lambung)
ISK, riwayat ISK) yang bermuara ke vesika
urinarius

Hidup Tidak hidup

Usus terutama pleg


player Resiko infeksi Peningkatan tekanan VU

Kuman mengeluarkan Penebalan dinding VU


endotoksin Mati

Penurunan kontraksi otot


Bakterimia primer Difagosit VU

Tidak difagosit Procesia pada kulit Kesulitan berkemih


dan tidak hipertermi

Bakteremia sekunder Pembuluh darah Retensi urin


kapiler

Hipotalamus Ureter Reinteraksi abdominal

Menekan termoreguler Iritasi ureteral Obstruksi

Hipertermi Oliguria Mual muntah

Peradangan Gangguan eliminasi


urin Kekurangan volume
cairan
Peningkatan Depresi saraf
9 perifer
frekuensi/dorongan
kontraksi uretral
Nyeri
G. Penatalaksanaan Farmakologi/Non Farmakologi
1. Non Farmakologi
a. Istirahat
b. Diet ; perbanyak vitamin A dan C untuk mempertahankan epitel
saluran kemih
2. Farmakologi
a. Antibiotic antara lain, cefotaxime, ceftriaxon, kotrimoxsazol,
trimetroprim, fluoroquinolon, amoksisklin, doksisiklin,
aminoglikosid.
b. Bila terdapat tanda – tanda urosepsis dapat diberikan impinem atau
kombinasi penisilin dan aminoglikosida.
c. Untuk ibu hamil dapat diberikan amoksilin, nitrofurantoin atau
sefalosporin.
d. Pasien dengan pielonefritis akut harus di rawat di rumah sakit dan
diberikan terapi antibiotic perenteral serta pemeriksaan lanjut. Bila
gejala tidak berkurang, dilakukan USG ginjal untuk mengetahui
apakah terdapat obstruksi.
e. Intervensi pembedahan bila terjadi obstruksi. (Nuari, 2017)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Urinalisis
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler.
Penyakit nongromeluler seperti batu saluran kemih dan infeksi
saluran kemih.

10
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang
tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin.
c. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal
d. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
e. Bakteriologis
Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan
urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan
positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna sesuai kriteria Catteli.
f. Tes Kimiawi
Beberapa tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya
bakteriuria, di antaranya yang paling sering dipakai adalah tes
reduksi griess nitrate. Dasarnya adalah sebagian besar mikroba
kecuali enterococci mereduksi nitrat.
g. Tes Plat – Celup (Dip-Slide)
Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa
lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi
permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan
tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi

11
urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung
plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu
37°C selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman
dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan
kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000
dan 10.000.000 dalam tiap mL urin yang diperiksa. Cara ini
mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya
adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
h. Radiologis dan Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor
predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos
abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan
pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CTScan.
(Thessy, 2001)

I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, okstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang multisitem,
gangguan fungsi ginjal. (Rani, 2004)
.

12
13
BAB III
ANALISIS PICO
A. Analisis PICO 1
Problem :
Jurnal : Risk Factor of Urinary Tract Infection in Older Man
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah 60 sampel. 30 dari pasien yang tidak
mengenakan kateter dan 30 lagi dari pasien yang mengenakan kateter untuk mengetahui
penyebab dari infeksi saluran kemih pada orang lanjut usia (> 60 tahun).

Intervention :
Jurnal : Risk Factor of Urinary Tract Infection in Older Man
Penelitian ini menggunakan penelitian yang menggunakan sampel urine dari responden
Respondennya berupa pria dengan usia >60 tahun yang menggunakan kateter mau pun
tidak sedang menggunakan kateter. Pengumpulan data ini menggunakan random sampling
dan sampel yang digunakan berada di daerah Spanyol
Comparison :
Jurnal : Risk Factor of Urinary Tract Infection in Older Man
Infeksi saluran kemih pada pria tanpa kateter termasuk jarang di antara pria yang lebih
muda dari 60 tahun, namun resiko meningkat secara substansial ketika laki-laki berusia 60
tahun atau lebih. kejadian yang dilaporkan di masyarakat adalah 0,9-2,4 kasus per 1000
orang di antara mereka yang lebih muda dari 55 tahun dan 7,7 kasus per 1000 orang di
antara mereka yang 85 tahun atau lebih tua.Usia tua adalah yang paling penyebab umum
dari bakteremia pada pria tua. Ketika seseorang menua, gejala menurunnya fungsi tubuh
jangka panjang semakin meningkat, termasuk fungsi ginjal terganggu, yang akhirnya
memicu obstruksi saluran kemih. Jadi kesimpulannya usia pria yang lebih dari 60 tahun dan
menggunakan kateter lebih rentan terkena infeksi saluran kemih dari pada yang tidak
menggunakan kateter karena bakteriuria yang memicu hal tersebut.

14
Out Come:
Jurnal : Risk Factor of Urinary Tract Infection in Older Man
Berdasarkan hasil beberapa jurnal didapatkan bahwa ISK (infeksi Saluran Kemih) adalah
penyakit yang lebih sering diderita orang yang berumur lanjut usia 50 – 69 tahun dengan
intensitas wanita lebih sering mengalami ISK. ISK teruma disebabkan oleh metabolisme
tubuh yang tidak kuat dalam mengatasi bakteri Escherichiacoli. sehingga tubuh rentan
untuk terkesa ISK. Factor yang menyebabkan ISK adalah selain pemasangan kateter tetap,
juga ditentukan oleh jenis kelamin, batu saluran kemih, dan diabetes melitus.

15
Analisis Jurnal 1
No Bagian Hasil Teori Kesimpulan
1 Judul Risk Factor of Urinary Tract Infection in Older Man Judul dicetak dengan huruf Tidak Sesuai
besar/kapital, dicetak tebal (bold)
dengan jenis huruf Times New
Roman font 12, spasi tunggal
dengan jumlah kata maksimum 15
[ CITATION ARi08 \l 1033 ]
2 Nama Penulis Anthony J. Schaeffer, M.D., and Lindsay E. Nicolle, Nama penulis ditulis di bawah Sesuai
M.D. judul, tidak boleh disingkat,
diawali dengan huruf kapital,
tanpa diawali dengan kata ”oleh”,
urutan penulis adalah penulis
pertama diikuti oleh penulis
kedua, ketiga dan seterusnya
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
3 Abstract Tujuan: Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui faktor  Abstract ditulis dalam bahasa Sesuai
resiko infeksi saluran kemih pada pria jenis kelamin dan Inggris yang kemudian pada
usia seseorang bagian bawah disertai dengan
Desain Studi: Penelitian ini menggunakan penelitian bahasa indonesia, berisi
yang menggunakan sampel urine dari responden. tentang inti
Respondennya berupa pria dengan usia >60 tahun yang permasalahan/latar belakang

16
menggunakan kateter mau pun tidak sedang penelitian, cara
menggunakan kateter. Dalam penelitian ini sampel yang penelitian/pemecahan
diambil adalah 60 sampel. 30 dari pasien yang tidak masalah, hasil yang diperoleh
mengenakan kateter dan 30 lagi dari pasien yang serta kesimpulan. Jumlah kata
mengenakan kateter. Pengumpulan data ini menggunakan dalam abstract tidak lebih dari
random sampling dan sampel yang digunakan berada di 250 kata.
daerah Spanyol.  Disajikan dengan rata kiri dan
rata kanan, disajikan dalam
Hasil : Infeksi saluran kemih pada pria tanpa kateter
satu paragraph, dan ditulis
termasuk jarang di antara pria yang lebih muda dari 60
tanpa menjorok (indent) pada
tahun, namun resiko meningkat secara substansial ketika
awal kalimat.
laki-laki berusia 60 tahun atau lebih. Kejadian yang
Abstract dilengkapi dengan
dilaporkan di masyarakat adalah 0,9-2,4 kasus per 1000
Keywords yang maksimum terdiri
orang di antara mereka yang lebih muda dari 55 tahun dan
atas 5 kata kunci yang menjadi
7,7 kasus per 1000 orang di antara mereka yang 85 tahun
inti dari uraian abstraksi. Kata
atau lebih tua. Usia tua adalah yang paling penyebab
Keywords dicetak tebal (bold)
umum dari bakteremia pada pria tua. Ketika seseorang
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
menua, gejala menurunnya fungsi tubuh jangka panjang
semakin meningkat, termasuk fungsi ginjal terganggu,
yang akhirnya memicu obstruksi saluran kemih.

Kesimpulan: Di antara pria lanjut usia yang menjalani

17
pemasangan kateter nyaris 60% diantaranya juga
menderita komplikasi ISK. Kateter dapat ditetapkan
sebagai faktor resiko
Kata Kunci: urinary tract infection , risk factor, catheter

4 Pendahuluan Populasi yang lebih tua sering memiliki kondisi kesehatan Pendahuluan mencakup latar Sesuai
yang menurun, seperti diabetes mellitus, yang berkaitan belakang atas isu atau
dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. kondisi permasalahan serta urgensi dan
ini dipelajari dalam urologi, dan kemudian ditemukan rasionalisasi kegiatan (penelitian
seperti inkontinensia atau retensi urin, memfasilitasi atau pengabdian). Tujuan kegiatan
akuisisi bakteriuria karena eksposur meningkat menjadi dan rencana pemecahan masalah
intervensi seperti catheterization. Namun, studi prospektif disajikan dalam bagian ini.
tidak menunjukkan hubungan antara volume urin residu Tinjauan pustaka yang relevan
dan bacteriuria atau sering kencing dengan infeksi saluran dan pengembangan hipotesis (jika
kencing pada pria lanjut usia. Prediksi yang paling ada) dimasukkan dalam bagian ini
mendekati adalah bakteriuria asimtomatik merupakan [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
penanda cacat fungsional, termasuk inkontinensia,
imobilitas, dan dementia.

Organisme gram-negatif diisolasi dari 60 sampai 80%


dari sampel dari pria tua yang hidup di masyarakat dan
memiliki infeksi salurang kencing. Dari penelitian

18
ditemukan E. coli adalah organisme yang paling umum;
lainnya Enterobacteriaceae seperti Klebsiella pneumonia
dan Proteus mirabilis ditemukan lebih jarang sebagai
penyebab infeksi. Dalam penelitian yang dilakukan di
Spanyol, pria lebih mungkin dibandingkan perempuan
untuk telah menambah spektrum strain beta-laktamase
terisolasi dari urin; usia yang lebih tua dan tinggal di
rumah jompo juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
strains. Strain beta lactamase yang terisolasi dari urin
merupakan salah satu penyebab munculnya infeksi
saluran kemih berkepanjangan
5 Metode Penelitian ini menggunakan penelitian yang Metode penelitian menjelaskan Sesuai
Penelitian menggunakan sampel urine dari responden. rancangan kegiatan, ruang lingkup
Respondennya berupa pria dengan usia >60 tahun yang atau objek, bahan dan alat utama,
menggunakan kateter mau pun tidak sedang tempat, teknik pengumpulan data,
menggunakan kateter. Dalam penelitian ini sampel yang definisi operasional variable
diambil adalah 60 sampel. 30 dari pasien yang tidak penelitian, dan teknik analisis
mengenakan kateter dan 30 lagi dari pasien yang [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
mengenakan kateter. Pengumpulan data ini menggunakan
random sampling dan sampel yang digunakan berada di
daerah Spanyol
6. Hasil Infeksi saluran kemih pada pria tanpa kateter termasuk hasil adalah menyajikan hasil Sesuai

19
Penelitian jarang di antara pria yang lebih muda dari 60 tahun, utama secara objektif, tanpa
namun resiko meningkat secara substansial ketika laki- interpretasi dalam suatu susunan
laki berusia 60 tahun atau lebih. Kejadian yang dilaporkan logis dan teratur menggunakan
di masyarakat adalah 0,9-2,4 kasus per 1000 orang di bahan ilustratif (tabel, gambar,
antara mereka yang lebih muda dari 55 tahun dan 7,7 teks). Ringkasan analisis statistic
kasus per 1000 orang di antara mereka yang 85 tahun atau dapat dibuat dalam bentuk teks
lebih tua. Usia tua adalah yang paling penyebab umum atau gambar yang relevan. Hasil
dari bakteremia pada pria tua. Ketika seseorang menua, menyajikan temuan utama dalam
gejala menurunnya fungsi tubuh jangka panjang semakin hipotesis [ CITATION ARi08 \l
meningkat, termasuk fungsi ginjal terganggu, yang 1033 ].
akhirnya memicu obstruksi saluran kemih.

7. Pembahasan Jurnal ini mengira jika pria usia tua akan berbeda dengan menginterpretasikan hasil yaitu Sesuai
pria usia muda dalam bidang metabolisme, pria usia tua apa yang telah diketahui tentang
cenderung memperoleh kelainan struktural dan fungsional subjek penyelidikan tersebut, dan
dari saluran kemih yang mengganggu proses berkemih menjelaskan pemahaman baru
normal. Kelainan yang paling umum adalah benigna terhadap masalah yang
prostatic hyperplasia, yang dapat menyebabkan infeksi dukemukakan dengan
saluran kemih karena obstruksi dan aliran urin turbulen. memperhatikan hasil yang
Populasi yang lebih tua sering memiliki kondisi kesehatan diperoleh [ CITATION ARi08 \l
yang menurun, seperti diabetes mellitus, yang berkaitan 1033 ].

20
dengan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. kondisi
ini dipelajari dalam urologi, dan kemudian ditemukan
seperti inkontinensia atau retensi urin, memfasilitasi
akuisisi bakteriuria karena eksposur meningkat menjadi
intervensi seperti catheterization. Namun, studi prospektif
tidak menunjukkan hubungan antara volume urin residu
dan bacteriuria atau sering kencing dengan infeksi saluran
kencing pada pria lanjut usia. Prediksi yang paling
mendekati adalah bakteriuria asimtomatik merupakan
penanda cacat fungsional, termasuk inkontinensia,
imobilitas, dan dementia.
Organisme gram-negatif diisolasi dari 60 sampai 80%
dari sampel dari pria tua yang hidup di masyarakat dan
memiliki infeksi salurang kencing. Dari penelitian
ditemukan E. coli adalah organisme yang paling umum;
lainnya Enterobacteriaceae seperti Klebsiella pneumonia
dan Proteus mirabilis ditemukan lebih jarang sebagai
penyebab infeksi. Dalam penelitian yang dilakukan di
Spanyol, pria lebih mungkin dibandingkan perempuan
untuk telah menambah spektrum strain beta-laktamase

21
terisolasi dari urin; usia yang lebih tua dan tinggal di
rumah jompo juga dikaitkan dengan peningkatan risiko
strains. Strain beta lactamase yang terisolasi dari urin
merupakan salah satu penyebab munculnya infeksi
saluran kemih berkepanjangan.

8. Kesimpulan Kontribusi bakteri atau virus selain uropathogens diakui Kesimpulan berisi rangkuman Sesuai
infeksi saluran kemih pada pria tidak jelas. Apakah singkat atas hasil penelitian dan
bakteri mengakses saluran kemih transmucosally dari pembahasan [ CITATION ARi08
rektum atau dengan migrasi uretra retrograde juga tidak \l 1033 ].
diketahui. Evaluasi urologi yang paling efektif dari pria
dengan infeksi saluran kemih tidak pasti. Durasi
minimum pengobatan antimikroba untuk sistitis atau
pielonefritis pada pria belum ditentukan. Manfaat dan
risiko terapi supresif jangka panjang untuk prostatitis
berulang kronis memerlukan studi lebih lanjut.

8. penghargaan Penulis tidak mengucapkan terima kasih jika di dalam penyelidikan Tidak sesuai
(Acknowledge) tersebut penulis memperoleh
suatu bantuan penting dalam hal

22
pemikiran, perancangan atau
pelaksanaan pekerjaan atau
memperoleh bahan-bahan dari
seseorang. penghargaan
9. Daftar Pustaka 1.Nicolle LE. Urinary tract infections bagian rujukan atau literature Sesuai
in the elderly. Clin Geriatr Med 2009; 25: yang dikutip menyajikan suatu
423-36. daftar rujukan yang benar-benar
2. Rowe TA, Juthani-Mehta M. Diagnosis dikutip dalam karya tulis dan
and management of urinary tract infection disusun secara alfabetis
in older adults. Infect Dis Clin [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
North Am 2014; 28: 75-89.
10 Kesimpulan Dari hasil analisis jurnal diatas dapat dikatakan bahwa jurnal tersebut layak dan sesuai untuk dijadikan
. Akhir referensi

23
24
B. Analisis PICO 2
Problem :
Jurnal : Faktor Resiko Akibat Rasionalitas Penggunaan Antibiotic pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu
Kelompok sampel yang diambil adalah 5 kriteria dari rasional pengobatan dari yaitu
sebanyak 57 responden dari RSUD Undata Palu dengan masalah rasionalitas frekuensi
penggunaan antibiotik pada pasien Infeksi Saluran Kemih Sebagai Faktor Resiko (ISK).

Intervention :
Jurnal : Faktor Resiko Akibat Rasionalitas Penggunaan Antibiotic pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara metode
retrospektif dengan melihat data rekam pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK). Metode
rerospektif adalah data yang menunjukkan pada catatan medis, mencari mundur sampai
waktu peristiwanya terjadi di masa lalu. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan medis di RSUD Undata Palu.

Comparison :
Jurnal : Faktor Resiko Akibat Rasionalitas Penggunaan Antibiotic pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu
Hasil penelitian data rekam pasien menunjukkan gejala dan tanda yang
mengindikasikan adanya infeksi mikroorganisme pada pasien terutama pada saluran
kemih seperti : demam, hematuria dan flank pain sehingga pasien perlu diterapi dengan
antibiotik. Obat-obat antibiotik efektif dalam pengobatan infeksi karena toksisitas
selektifnya yaitu kemampuan obat tersebut membunuh mikroorganisme yang
menginvasi pejamu tanpa merusak sel. Penggunaan antibiotik harus didasarkan
beberapa faktor antara lain: gambaran klinik penyakit infeksi, kultur urin, efek terapi
antibiotik dan status imun pasien. Sebanyak 3,5% pasien mendapatkan terapi obat yang
tidak tepat indikasi karena tidak mendapatkan antibiotik yang seharusnya diberikan
pada pasien dengan diagnosa infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik pada pasien ISK di
RSUD Undata Palu tahun 2012 belum dapat dikatakan rasional, karena kriteria

25
pengobatan rasional meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan
tepat durasi belum tepat 100%.

Out Come :
Jurnal : Faktor Resiko Akibat Rasionalitas Penggunaan Antibiotic pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu
Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari 57 responden dengan menggunakan
metode rerospektif didapatkan hasil rasionalitas pengobatan adalah sebagai berikut tepat
indikasi 96,5%, tepat obat 66,7%, tepat dosis 53%, tepat frekuensi pemberian antibiotik
53% dan tepat durasi penggunaan antibiotik 49,4%. Jadi penggunaan antibiotik pada
pasien ISK di instalasi rawat inap RSUD Undata palu tahun 2012 belum dapat
dikatakan rasional sebagai penghambat faktor resiko.

26
Analisis Jurnal 2
No Bagian Hasil Teori Kesimpulan
1 Judul Faktor Resiko Akibat Rasionalitas Penggunaan Judul dicetak dengan huruf Tidak sesuai
Antibiotic pada Pasien Infeksi Saluran Kemih di Instalasi besar/kapital, dicetak tebal
Rawat Inap RSUD Undata Palu (bold) dengan jenis huruf
Times New Roman font 12,
spasi tunggal dengan jumlah
kata maksimum 15
[ CITATION ARi08 \l 1033 ]
.
2 Nama Penulis Aldy Wijaya Febrianto, Alwiyah Mukaddas, Inggrid Nama penulis ditulis di Sesuai
bawah judul, tidak boleh
disingkat, diawali dengan
huruf kapital, tanpa diawali
dengan kata ”oleh”, urutan
penulis adalah penulis
pertama diikuti oleh penulis
kedua, ketiga dan seterusnya
[ CITATION ARi08 \l 1033 ]
.
3 Abstract TUJUAN: Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui  Abstract ditulis dalam Sesuai
rasionaltitas penggunaan antibiotic pada pasien infeksi bahasa Inggris yang

27
saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu kemudian pada bagian
bawah disertai dengan
PESERTA: Jenis penelitian yang akan digunakan dalam bahasa indonesia, berisi
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan tentang inti
secara retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien permasalahan/latar
infeksi saluran kemih (ISK) yang menjalani rawat inap di belakang penelitian, cara
RSUD Undata Palu . penelitian/pemecahan
HASIL: Hasil rasionalitas pengobatan yang didapatkan masalah, hasil yang
adalah sebagai berikut : tepat indikasi 96,5%, tepat obat diperoleh serta
66,7%, tepat dosis 53%, tepat frekuensi pemberian antibiotik kesimpulan. Jumlah kata
53% dan tepat durasi penggunaan antibiotik 49,4%. dalam abstract tidak lebih
dari 250 kata
KESIMPULAN: Penggunaan antibiotik pada pasien ISK di [ CITATION ARi08 \l
instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012 belum 1033 ].
dapat dikatakan rasional sehingga bisa memicu kekambuhan  Disajikan dengan rata kiri
dan ketidaktuntasan pengobatan dan rata kanan, disajikan
dalam satu paragraph, dan
Kata kunci: ditulis tanpa menjorok
Rasionalitas penggunaan antibiotik, Infeksi saluran kemih (indent) pada awal
kalimat
[ CITATION ARi08 \l

28
1033 ].
 Abstract dilengkapi
dengan Keywords yang
maksimum terdiri atas 5
kata kunci yang menjadi
inti dari uraian abstraksi.
Kata Keywords dicetak
tebal (bold) [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
4 Pendahuluan Data penelitian epidemologi klinik melaporkan 25-35% Pendahuluan mencakup latar Sesuai5
perempuan dewasa pernah mengalami Infeksi saluran kemih belakang atas isu atau
(ISK). Perempuan umumnya empat sampai lima kali lebih permasalahan serta urgensi
mungkin terinfeksi ISK dibandingkan pria (Sotelo & dan rasionalisasi kegiatan
Westney, 2003). Antibiotik merupakan golongan obat yang (penelitian atau pengabdian).
paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya Tujuan kegiatan dan rencana
kejadian infeksi bakteri. Di negara berkembang 30-80% pemecahan masalah disajikan
penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. dalam bagian ini. Tinjauan
Dari persentase tersebut 20-65% penggunaannya dianggap pustaka yang relevan dan
tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat pengembangan hipotesis (jika
menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak ada) dimasukkan dalam
dikehendaki (Lestari dkk., 2011). bagian ini [ CITATION ARi08 \l

29
Penggunaan obat yang rasional diartikan sebagai tepat 1033 ].
diagnosis penyakit, meresepkan obat yang tepat, pasien yang
sesuai, dengan indikasi yang tepat, dalam dosis yang adekuat
untuk durasi yang cukup, dengan rute dan lama pemberian
yang sesuai, dengan harga paling rendah, dan informasi yang
tepat serta waspada efek samping (Ambwani dkk., 2006)
Berdasarkan laporan pola penyakit dari unit rekam medik
RSUD Undata Palu tercatat pada tahun 2010 penyakit ISK
dengan jumlah kasus sebanyak 93 pasien, 2011 jumlah kasus
sebanyak 126 pasien dan 2012 jumlah kasus meningkat
menjadi 130 pasien. Pengunaan antibiotik yang tidak sesuai
dengan standar tujuan terapi akan merugikan baik secara
klinis maupun ekonomi. Oleh karena itu perlu dilakukan
penelitian tentang rasionalitas penggunaan antibiotik pada
pasien infeksi saluran kemih (ISK) di instalasi rawat inap
RSUD Undata Palu tahun 2012. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik
meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi
dan durasi pemberian pada pasien ISK di instalasi rawat inap
RSUD Undata Palu tahun 2012.
5 Metode Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini Metode penelitian Sesuai

30
Penelitian merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara menjelaskan rancangan
retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien infeksi kegiatan, ruang lingkup atau
saluran kemih (ISK) yang menjalani rawat inap di RSUD objek, bahan dan alat utama,
Undata Palu . Pengumpulan data dengan melihat data rekam tempat, teknik pengumpulan
medik pasien ISK untuk menjelaskan atau memberikan data, definisi operasional
gambaran karakteristik setiap variabel penelitian meliputi: variable penelitian, dan
Karakteristik pasien, Karakteristik klinis dan Rasionalitas teknik analisis [ CITATION
penggunaan obat. Penelitian deskriptif yang dikerjakan ARi08 \l 1033 ].
secara retrospektif dengan melihat data rekam medik pasien
ISK untuk menjelaskan atau memberikan gambaran
karakteristik setiap variabel penelitian meliputi: Karakteristik
pasien, Karakteristik klinis dan Rasionalitas penggunaan
obat.

6. Hasil Karakteristik Pasien hasil adalah menyajikan hasil Sesuai


Penelitian Pasien perempuan lebih rentan menderita penyakit ISK utama secara objektif, tanpa
dibandingkan dengan pasien laki-laki. penyebabnya adalah interpretasi dalam suatu
karena uretra perempuan lebih pendek sehingga susunan logis dan teratur
mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung menggunakan bahan ilustratif
kemih yang letaknya dekat dengan daerah perianal (tabel, gambar, teks).
(Sukandar, 2009). Ringkasan analisis statistic

31
Karakteristik Klinis dapat dibuat dalam bentuk
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 57,9% pasien ISK teks atau gambar yang
mengidap penyakit penyerta dan 42,1% pasien ISK yang relevan. Hasil menyajikan
menjalani rawat inap tanpa ada penyakit penyerta. Hal ini temuan utama dalam
menunjukan sebagian besar pasien mengalami ISK dengan hipotesis [ CITATION ARi08 \l
komplikasi penyakit lain. ISK dengan komplikasi adalah 1033 ].
suatu keadaan infeksi yang diperburuk dengan adanya
penyakit lainnya.
Jenis Antibiotik
Jenis-jenis antibiotik yang digunakan adalah siprofloksasin
52,4%, seftriakson 37,8%, efotaksim 3,7%, sefadroksil
dengan 2,4%, klindamisin 1,2%, fosfomisin 1,2% dan
kanamisin 1,2%. Siprofloksasin merupakan antibiotik yang
banyak digunakan sebagai terapi pada pasien ISK.
Siprofloksasin merupakan obat pilihan kedua
Penggunaan antibiotik pada pasien ISK dapat dikatakan
rasional, karena kriteria pengobatan rasional meliputi tepat
indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat frekuensi dan tepat
durasi .

7. Pembahasan Dari 57 data yang diteliti terdapat 17 pasien (29,8%) yang Menginterpretasikan hasil Sesuai

32
berjenis kelamin laki-laki dan 40 pasien (70,2%) yang yaitu apa yang telah diketahui
berjenis kelamin perempuan. Pengumpulan data dengan tentang subjek penyelidikan
melihat data rekam medik pasien ISK untuk menjelaskan tersebut, dan menjelaskan
atau memberikan gambaran karakteristik setiap variabel pemahaman baru terhadap
penelitian. Penelitian tersebut pada akhirnya mendapatkan masalah yang dukemukakan
hasil berupa Lama rawat inap pasien ISK yaitu 1-3 hari dengan memperhatikan hasil
29,8%, 4-6 hari 52,6% dan pasien dengan lama rawat inap yang diperoleh [ CITATION
=7 hari 17,5%. Secara umum kondisi pasien ISK tanpa ARi08 \l 1033 ].
komplikasi membaik setelah penggunaan terapi antibiotik 3
hari.
Hasil penelitian menunjukkan pasien yang menjalani rawat
inap 4-6 hari paling dominan hal ini disebabkan sebagian
besar pasien mengalami ISK dengan komplikasi yang
memperparah infeksi sehingga memperlama proses
penyembuhan dan pemberian terapi antibiotic. Sebagian
besar pasien ISK pulang dalam keadaan membaik dengan
tanda dan gelaja yang dirasakan sudah mulai berkurang serta
tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit.

8. Kesimpulan Tidak ada kesimpulan Kesimpula nberisi rangkuman Tidak sesuai


singkat atas hasil penelitian

33
dan pembahasan
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].

9. penghargaan Tidak ada ucapan terimakasih jika di dalam penyelidikan Tidak Sesuai
(Acknowledge) tersebut penulis memperoleh
suatu bantuan penting dalam
hal pemikiran, perancangan
atau pelaksanaan pekerjaan
atau memperoleh bahan-
bahan dari seseorang.
penghargaan [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
9. Daftar Pustaka Ambwani, S., Mathur, A.K., 2006, Rational Drug Use, bagian rujukan atau literature Sesuai
Health Administrator XIX. yang dikutip menyajikan
Cooper H. D., Krainik J. A., Lubner J. S., et. al., 2007, suatu daftar rujukan yang
Washington Manual(TM) of Medical Therapeutics, The, benar-benar dikutip dalam
32nd Edition, Department of Medicine, Washington karya tulis dan disusun secara
University School of Medicine. Published by Lippincott alfabetis [ CITATION ARi08 \l
Williams & Wilkins. Endriani R., Andriani F., & Alfina D., 1033 ].
2009, Pola Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi Saluran
Kemih (ISK) Terhadap Antibakteri di Pekanbaru, Jurnal
Natur Indonesia, Universitas Riau, Pekanbaru.

34
10. Kesimpulan Dari hasil analisis jurnal diatas dapat dikatakan bahwa jurnal tersebut layak dan sesuai untuk dijadikan
Akhir referensi

35
C. Analisis PICO 3
Problem :
Jurnal : Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada
Pemasangan Kateter Uretra menetap di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Penelitian ini di laksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam.
sebanyak 53 orang pada tahun 2012 dan 54 orang pada tahun 2013 dengan ,masalah ISK
karena pemasangan kateter dengan mempertimbangkan kriteria Inklusi dan Eksklusi maka
sample dalam penelitian ini berjumlah 25 orang.

Intervention :
Jurnal : Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada
Pemasangan Kateter Uretra menetap di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Analitik yaitu
merupakan penelitian yang melakukan analisa dinamika korelasi antara dua variable,
dengan rancangan cross sectional yaitu pengumpulan data atau observasi dilakukan
seakligus bersamaan antara variable independent dengan variable dependent. Pengumpulan
data dilakukan dengan mendapatkan data primer yaitu data yang didapat dari wawancara
dengan pasien dan data sekunder yaitu data yang didapat dari hasil rekam medic Rumah
Sakit Umum Deli Serdang tentang angka kejadian infeksi saluran kemih yang terpasang
kateter tahun 2013-2015

Comparison :
Jurnal : Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada
Pemasangan Kateter Uretra menetap di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan yang telah ada di bab sebelumnya dapat
disimpulkan bahwa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada
Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015

36
Karakteristik responden yang didapat dari hasil penelitian bahwa mayoritas responden yang
berumur 31-35 tahun sebanyak 10 orang, mayoritas responden yang berpendidikan SMP
sebanyak 13 orang, dan responden yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 15 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden bahwa mayoritas responden memiliki
pemasangan kateter uretra baru sebanyak 7 orang (28,0%), dan responden yang memiliki
pemasangan kateter uretra lama sebanyak 10 orang (40,0%). dan responden yang memiliki
pemasangan kateter uretra sangat lama sebanyak 8 orang (32,0%). Berdasarkan hasil
penelitian dari 25 responden bahwa responden yang memiliki Infeksi Saluran Kemih terjadi
sebanyak 18 orang 72,0%), dan responden dengan Infeksi Saluran Kemih tidak terjadi yaitu
7 orang (28,0%).

Out Come :
Jurnal : Faktor Resiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada
Pemasangan Kateter Uretra menetap di Rumah Sakit Umum Deli Serdang Lubuk Pakam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi


Saluran Kemih Pada Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di RSUD Deli Serdang Lubuk
Pakam Tahun 2015. dengan nilai p value 0,011 (a < 0,05), didapatkan bahwa pemasangan
Kateter menetap akan menimbulkan ISK (Infeksi saluran Kemih) terutama pada perempuan
karena panjang uretra perempuan yang pendek.

37
Analisis Jurnal 3
No Bagian Hasil Teori Kesimpulan
1 Judul FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN Judul dicetak dengan huruf Tidak Sesuai
DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN besar/kapital, dicetak tebal (bold)
KEMIH PADA PEMASANGAN KATETER dengan jenis huruf Times New
URETRA MENETAP DI RUMAH SAKIT UMUM Roman font 12, spasi tunggal
DAERAH dengan jumlah kata maksimum 15
DELI SERDANG LUBUK PAKAM [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
TAHUN 2015

2 Nama Penulis Surya Dharma , Nur Mala Sari Nama penulis ditulis di bawah Sesuai
judul, tidak boleh disingkat, diawali
dengan huruf kapital, tanpa diawali
dengan kata ”oleh”, urutan penulis
adalah penulis pertama diikuti oleh
penulis kedua, ketiga dan
seterusnya [ CITATION ARi08 \l
1033 ].
3 Abstract TUJUAN: Untuk mengetahui Faktor-faktor yang  Abstract ditulis dalam bahasa Sesuai
Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih Inggris yang kemudian pada
Pada Pemasangan Kateter Uretra Menetap di Rumah bagian bawah disertai dengan
Sakit Umum Daerah Deli Serdang tepatnya untuk bahasa indonesia, berisi tentang

38
mengetahui adakah hubungan lama terpasang kateter inti permasalahan/latar
dengan kejadian infeksi saluran kemih. belakang penelitian, cara
penelitian/pemecahan masalah,
PESERTA: Pasien infeksi saluran kemih di RSU Deli hasil yang diperoleh serta
Serdang kesimpulan. Jumlah kata dalam
HASIL: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor- abstract tidak lebih dari 250
Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran kata.
Kemih Pada Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di  Disajikan dengan rata kiri dan
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015. dengan rata kanan, disajikan dalam satu
nilai p value 0,011 (α < 0,05). paragraph, dan ditulis tanpa
menjorok (indent) pada awal
KESIMPULAN: Dari hasil distribusi frekuensi dapat kalimat.
dilihat hasil dengan menggunakan lembar observasi Abstract dilengkapi dengan
bahwa responden yang memiliki bahwa responden yang Keywords yang maksimum terdiri
memiliki Infeksi Saluran Kemih terjadi sebanyak 18 atas 5 kata kunci yang menjadi inti
orang 72,0%), dan responden dengan Infeksi Saluran dari uraian abstraksi. Kata
Kemih tidak terjadi yaitu 7 orang (28,0%). Berdasarkan Keywords dicetak tebal (bold)
hasil penelitian tersebut bahwa seseorang yang [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
mengalami pemasangan kateter terlalu lama akan mudah
terinfeksi dan apabila pasien dalam keadaan terlalu aktif
maka makin cepat pula rasa sakit yang dirasakan di

39
tempat pemasangan.
Kata Kunci : factor of infection factor, isk, catheter
installation
4 Pendahuluan Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan Pendahuluan mencakup latar Sesuai
memasukkan selang kedalam kandung kemih yang belakang atas isu atau
bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin. permasalahan serta urgensi dan
Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang rasionalisasi kegiatan (penelitian
menyelamatkan jiwa,khususnya bila traktus urinarius atau pengabdian). Tujuan kegiatan
tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi. dan rencana pemecahan masalah
Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada disajikan dalam bagian ini.
pasien dengan indikasi lain,yaitu: untuk menentukan Tinjauan pustaka yang relevan dan
jumlah urin sisa dalam kandung kamih setelah pasien pengembangan hipotesis (jika ada)
buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang dimasukkan dalam bagian ini
menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drinase [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
pascaoperasi pada kandung kemih,daerah pagina atau
prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau
pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit
berat (Smelzter,2010).
Menurut WHO, Infeksi saluran kemih (ISK) adalah
penyakit infeksi yang kedua tersering pada tubuh
sesudah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta

40
kasus dilaporkan pertahun. Infeksi ini juga lebih sering
dijumpai pada wanita dari pada laki-laki (BPSI, 2010).
Kateter urin merupakan suatu tindakan dengan
memasukkan selang kedalam kandung kemih yang
bertujuan untuk membantu mengeluarkan urin.
Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan yang
menyelamatkan jiwa, khususnya bila traktus urinarius
tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi.
Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada
pasien dengan indikasi lain, yaitu: untuk menentukan
jumlah urin sisa dalam kandung kemih setelah pasien
buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang
menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drainase
pascaoperasi pada kandung kemih, daerah vagina atau
prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau
pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit berat
(Smelzter, 2010).
kateterisasi kandung kemih adalah dengan memasukkan
selang pelastik atau karet melalui uretra kedalam
kandung kemih. Kateter memungkinkan mengalirnya
urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu

41
mengontrol perkemiha atau atau klien yang mengalami
obstruksi (Potter, dkk, 2010).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di
sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu
sendiri,akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi
penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi
pada anak perempuan dan wanita. Salah satu
penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih (Corwin, 2009).
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak
perempuan dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminasi lebuh muda memproleh akses ke kandung
kemih, uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel di lubang uretra
(Corwin,2009). Perbandingan kejadian infeksi saluran
kemih antara perempuan dan laki-laki 9:1(Betz,dkk,

42
2009)
Hampir 10 juta yang datang ke dokter untuk
memeriksakan kesehatannya adalah pasien infeksi
saluran kemih (ISK). Wanita 50 kali lebih banyak dari
pada laki-laki. 1 dari 5 wanita mengalami ISK
dibandingkan pria, perempuan lebih rentan terinfeksi
saluran kemih.Penyebabnya adalah saluran uretra
(saluran yang menghubungkan kantung kemih ke
lingkungan luar tubuh) perempuan lebih pendek (sekitar
3-5 cm).Berbeda dengan uretra pria yang panjang,
sepanjang penisnya, sehinggakuman sulit masuk (Toto
Suharyanto, 2009).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi yang
mengenai ginjal, ureter, kantung kencing, atau urethra.
Semakin dekat ke ginjal (semakin atas), maka makin
serius tingkat infeksinya. ISK bagian atas mengenai
ginjal disebut pyelonefritis, bagian bawah mengenai
kantung kencing (cystitis) dan urethra (urethritis). ISK
dapat dibagi menjadi simpel dan complicated. Simpel
bila hanya mengenai organ system saluran kemih tanpa
meyebar ke seluruh tubuh, sementara complicated bila

43
disebabkan oleh kelainan anatomis dan sudah menyebar
ke bagian lain dari tubuh.
ISK lebih sering terjadi pada dewasa (hanya terjadi 1-
2% pada anak-anak). Tapi pada anak lebih serius dan
lebih bahaya. Menjadi alasan 7 juta kunjungan ke dokter
di AS. Merupakan kelompok infeksi kedua tersering
setelah infeksi saluran pernafasan. Lebih sering terjadi
pada wanita dari pada pria, karena saluran urethra
wanita lebih pendek. 40% dan 12% pria pernah
mengalami ISK selama hidupnya. ISK yang tidak
diobati sering menjadi pyelonefritis, sampai dengan
gagal ginjal. 1-3% pasien pyelonefritis meninggal
(Indrak Muhtadi, 2012).
Infeksi saluran kemih yang sering di temukan terhitung
6 sampai 8 juta kunjungan klinik setiap tahun. Mayoritas
kasus didominasi oleh wanita.1dari 10 orang di amerika
serikat mengalami infeksi saluran kemih semasa
hidupnya ,wanita 50 kali lebih banyak dari pada pria
(suharyono, dkk,2009).
Tindakan pemasangan kateter membantu pasien yang
tidak mampu mengontrol perkemihan atau pasien yang

44
mengalami obstruksi. Namun tindakan ini bisa juga
menimbulkan masalah lain seperti infeksi, trauma pada
uretra, dan menurunnya rangsangan berkemih.
Menurunnya rangsangan berkemih terjadi akibat
pemasangan kateter dalam waktu yang lama
mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan
berkontraksi sehingga pada akhirnya kandung kemih
akan kehilangan tonusnya. Apabila hal ini terjadi dan
kateter dilepas, maka otot detrusor mungkin tidak dapat
berkontraksi dan pasien tidak dapat mengontrol
pengeluaran urinnya (Smelzter, 2010).
Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di
Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk
Pakam, kejadian infeksi saluran kemih sebanyak 54
orang dengan jumlah pasien wanita sebanyak 35 orang
(13 pada lansia, 22 pada dewasa usia 25-54 tahun) dan
dengan jumlah laki-laki sebanyak 19 orang. Kejadian
infeksi saluran kemih diatas didampingi oleh diagnosa
yang lain diantaranya adalah retensi urine
(inkontinensia urine), Cystitis, hematuria, batu saluran
kemih dan seluruhnya dengan penggunaan kateter

45
uretra.
Dari uraian diatas peneliti memandang perlu untuk
melakukan penelitian bagaimana hubungan pemasangan
kateter uretra terhadap infeksi saluran kemih pada pasien
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deli Serdang.
5 Metode Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Metode penelitian menjelaskan Sesuai
Penelitian adalah Deskriptif Analitik yaitu merupakan penelitian rancangan kegiatan, ruang lingkup
yang melakukan analisa dinamika korelasi antara dua atau objek, bahan dan alat utama,
variable, dengan rancangan cross sectional yaitu tempat, teknik pengumpulan data,
pengumpulan data atau observasi dilakukan seakligus definisi operasional variable
bersamaan antara variable independent dengan variable penelitian, dan teknik analisis
dependent. Penelitian ini di laksanakan di Rumah Sakit [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam. Adapun
alasan peneliti memilih lokasi ini dengan pertimbangan
karena adanya masalah ISK di Rumah Sakit Umum Deli
Serdang sebanyak 53 orang pada tahun 2012 dan 54
orang pada tahun 2013, selain itu lokasi penelitian tidak
jauh dari kampus sehingga memudahkan dalam
pelaksanaan penelitian dan Rumah Sakit Umum Deli
Serdang Lubuk Pakam adalah salah satu tempat praktek
mahasiswa/I keperawatan. Waktu pelaksanaan penelitian

46
ini dilaksanakan mulai bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus 2015.

6. Hasil Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan chi hasil adalah menyajikan hasil Sesuai
Penelitian square diperoleh hasil nilai p (p value) = 0,011 ( p < α= utama secara objektif, tanpa
0,05) sehingga dapat dinyatakan bahwa hipotesa interpretasi dalam suatu susunan
alternatif diterima yaitu terdapat Faktor-Faktor Yang logis dan teratur menggunakan
Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada bahan ilustratif (tabel, gambar,
Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di RSUD Deli teks). Ringkasan analisis statistic
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 dapat dibuat dalam bentuk teks atau
Infeksi saluran kemih sering terjadi pada anak gambar yang relevan. Hasil
perempuan dan wanita. Salah satu penyebabnya adalah menyajikan temuan utama dalam
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri hipotesis [ CITATION ARi08 \l
kontaminasi lebuh muda memproleh akses ke kandung 1033 ].
kemih, uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel di lubang uretra.
Perbandingan kejadian infeksi saluran kemih antara
perempuan dan laki-laki 9:1.
Dari hasil distribusi frekuensi dapat dilihat hasil dengan
menggunakan lembar observasi bahwa responden yang
memiliki bahwa responden yang memiliki Infeksi

47
Saluran Kemih terjadi sebanyak 18 orang 72,0%), dan
responden dengan Infeksi Saluran Kemih tidak terjadi
yaitu 7 orang (28,0%). Berdasarkan hasil penelitian
tersebut bahwa seseorang yang mengalami pemasangan
kateter terlalu lama akan mudah terinfeksi dan apabila
pasien dalam keadaan terlalu aktif maka makin cepat
pula rasa sakit yang dirasakan di tempat pemasangan.

7. Pembahasan Hubungan Infeksi Pada Pemasangan Kateter Uretra menginterpretasikan hasil yaitu apa Sesuai
Menetap di RSUD deli serdang lubuk pakam yang yang telah diketahui tentang subjek
diamati meliputi pemasangan kateter uretra baru, penyelidikan tersebut, dan
pemasangan kateter uretra lama, pemasangan kateter menjelaskan pemahaman baru
uretra sangat lama. Kateter urin merupakan suatu terhadap masalah yang
tindakan dengan memasukkan selang kedalam kandung dukemukakan dengan
kemih yang bertujuan untuk membantu mengeluarkan memperhatikan hasil yang
urin. Pemasangan kateter urin dapat menjadi tindakan diperoleh [ CITATION ARi08 \l
yang menyelamatkan jiwa,khususnya bila traktus 1033 ].
urinarius tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan
urinasi.
Tindakan pemasangan kateter juga dilakukan pada
pasien dengan indikasi lain,yaitu: untuk menentukan

48
jumlah urin sisa dalam kandung kamih setelah pasien
buang air kecil, untuk memintas suatu obstruksi yang
menyumbat aliran urin, untuk menghasilkan drinase
pascaoperasi pada kandung kemih,daerah pagina atau
prostat, atau menyediakan cara-cara untuk memantau
pengeluaran urin setiap jam pada pasien yang sakit
berat. Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi
di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu
sendiri,akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi
penyebabnya. Infeksi bakteri tersering disebabkan oleh
Escherichia coli. Infeksi saluran kemih sering terjadi
pada anak perempuan dan wanita. Salah satu
penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek
sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh
akses ke kandung kemih.
Karakteristik responden yang didapat dari hasil
penelitian bahwa mayoritas responden yang berumur 31-
35 tahun sebanyak 10 orang, mayoritas responden yang
berpendidikan SMP sebanyak 13 orang, dan responden

49
yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 15 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden bahwa
mayoritas responden memiliki pemasangan kateter
uretra baru sebanyak 7 orang (28,0%), dan responden
yang memiliki pemasangan kateter uretra lama sebanyak
10 orang (40,0%). dan responden yang memiliki
pemasangan kateter uretra sangat lama sebanyak 8 orang
(32,0%). Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden
bahwa responden yang memiliki Infeksi Saluran Kemih
terjadi sebanyak 18 orang 72,0%), dan responden
dengan Infeksi Saluran Kemih tidak terjadi yaitu 7 orang
(28,0%).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada
Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015. dengan nilai p
value 0,011 (α < 0,05).
8. Kesimpulan Berdasarkan hasil uji statistik dan pembahasan yang Kesimpulan berisi rangkuman Sesuai
telah ada di bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa singkat atas hasil penelitian dan
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Infeksi pembahasan [ CITATION
Saluran Kemih Pada Pemasangan Katetr Uretra Menetap ARi08 \l 1033 ].

50
Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015
a. Karakteristik responden yang didapat dari hasil
penelitian bahwa mayoritas responden yang berumur 31-
35 tahun sebanyak 10 orang, mayoritas responden yang
berpendidikan SMP sebanyak 13 orang, dan responden
yang berjenis kelamin laki laki sebanyak 15 orang.
b. Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden bahwa
mayoritas responden memiliki pemasangan kateter
uretra baru sebanyak 7 orang (28,0%), dan responden
yang memiliki pemasangan kateter uretra lama sebanyak
10 orang (40,0%). dan responden yang memiliki
pemasangan kateter uretra sangat lama sebanyak 8 orang
(32,0%).
c. Berdasarkan hasil penelitian dari 25 responden bahwa
responden yang memiliki Infeksi Saluran Kemih terjadi
sebanyak 18 orang 72,0%), dan responden dengan
Infeksi Saluran Kemih tidak terjadi yaitu 7 orang
(28,0%).
d. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada
Pemasangan Katetr Uretra Menetap Di RSUD Deli

51
Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015. dengan nilai p
value 0,011 (α < 0,05).

8. penghargaan Tidak ada Ucapan Terimakasih jika di dalam penyelidikan tersebut Tidak Sesuai
(Acknowledge) penulis memperoleh suatu bantuan
penting dalam hal pemikiran,
perancangan atau pelaksanaan
pekerjaan atau memperoleh bahan-
bahan dari seseorang.
penghargaan [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
9. Daftar Pustaka Betz, CL, 2009. Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 5. bagian rujukan atau literature yang Sesuai
Buku Kedikteran EGC, Jakarta dikutip menyajikan suatu daftar
rujukan yang benar-benar dikutip
Corwin, E, 2009. Buku Fatofisiologi, Edisi Revisi. Buku dalam karya tulis dan disusun
Kedokteran EGC, Jakarta. secara alfabetis [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
Hassan, R, 2009. Ilmu kesehatan anak. Infomedika,
Jakarta

10 Kesimpulan Dari hasil analisis jurnal diatas dapat dikatakan bahwa jurnal tersebut layak dan sesuai untuk dijadikan
. Akhir referensi

52
D. Analisis PICO 4
Problem :
Jurnal : Faktor Resiko Pola Kuman dan Sensitifitas Anti Mikroba pada Penderita Infeksi
Saluran Kemih
Data diperoleh didapatkan merupakan rekam medis pasien ISK berdasarkan hasil kultur
dan tes sensitivitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011. Dari
data yang berjumlah 359 kasus hanya terdapat 79 kasus yang termasuk dalam kriteria
inklusi dan terdiri dari 41 perempuan (51,90%) dan 38 laki-laki (48,10).

Intervention :
Jurnal : Faktor Resiko Pola Kuman dan Sensitifitas Anti Mikroba pada Penderita Infeksi
Saluran Kemih
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Yang
memiliki kriteria inklusi adalah pasien ISK rawat inap yang memiliki data pemeriksaan
kultur, tes sensitivitas dan urinalisis dengan hasil pemeriksaan berupa kuman tumbuh saat
dirawat inap, sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien ISK yang memiliki data kultur
kuman tidak tumbuh

Comparison :
Jurnal : Faktor Resiko Pola Kuman dan Sensitifitas Anti Mikroba pada Penderita Infeksi
Saluran Kemih
Pada penelitian ini menunjukan Berdasarkan hasil kultur kuman diperoleh bahwa golongan
kuman terbanyak yang menyebabkan ISK adalah kuman gram negatif (62%), kemudian
kuman gram positif (28%), dan yang terakhir fungi (10 %), sedangkan jenis kuman yang
menyebabkan. kuman penyebab ISK terbanyak adalah kuman Escherichia coli, kemudian
kuman P s e u d o m o n a s a e r u g i n o s a , k u m a n Staphylococcus coagulase negatif,
dan kuman Klebsiella pneumonia. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Refdanita dkk.(2004), yang menyatakan bahwa kuman penyebab ISK
terbanyak adalah kuman gram negatif dengan jenis kuman terbanyak adalah Pseudomonas
sp., kemudian Klebsiella sp., dan Escherichia coli.

53
Menunjukan antimikroba yang masih peka terhadap bakteri gram negatif adalah amikasin
(96,4%), imipenem (94%), netilmicin (81,5%), dan fosfomicin (78,6%). Penelitian
Kurniawan dkk.(2011), melaporkan antimikroba yang masih peka pada bakteri gram
negatif penyebab ulkus diabetik adalah meropenem (72,73%)

Out Come :
Jurnal : Faktor Resiko Pola Kuman dan Sensitifitas Anti Mikroba pada Penderita Infeksi
Saluran Kemih
Berdasarkan hasil penelitian kultur kuman diperoleh bahwa golongan kuman terbanyak
yang menyebabkan ISK adalah kuman gram negatif (62%), kemudian kuman gram positif
(28%), dan yang terakhir fungi (10 %), sedangkan jenis kuman yang menyebabkan ISK.
Jenis kuman penyebab ISK terbanyak adalah kuman Escherichia coli, kemudian kuman P s
e u d o m o n a s a e r u g i n o s a , k u m a n Staphylococcus coagulase negatif, dan kuman
Klebsiella pneumonia.
Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Refdanita
dkk.(2004), yang menyatakan bahwa kuman penyebab ISK terbanyak adalah kuman gram
negatif dengan jenis kuman terbanyak adalah Pseudomonas sp., kemudian Klebsiella sp.,
dan Escherichia coli.

54
Analisis Jurnal 4
No Bagian Hasil Teori Kesimpulan
1 Judul FAKTOR RESIKO POLA KUMAN DAN Judul dicetak dengan huruf Sesuai
SENSITIVITAS ANTIMIKROBA besar/kapital, dicetak tebal
PADA INFEKSI SALURAN KEMIH (bold) dengan jenis huruf Times
New Roman font 12, spasi
tunggal dengan jumlah kata
maksimum 15 [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
2 Nama Penulis Syafada, Fenty Nama penulis ditulis di bawah Sesuai
judul, tidak boleh disingkat,
diawali dengan huruf kapital,
tanpa diawali dengan kata
”oleh”, urutan penulis adalah
penulis pertama diikuti oleh
penulis kedua, ketiga dan
seterusnya [ CITATION
ARi08 \l 1033 ].
3 Abstract TUJUAN: untuk mengetahui pola kuman bakteri gram  Abstract ditulis dalam Sesuai
negatif dan gram positif serta sensitivitasnya terhadap bahasa Inggris yang
antimikroba untuk mempercepat kesembuhan pada pasien kemudian pada bagian
ISK. bawah disertai dengan

55
PESERTA: Data diperoleh dari rekam medis pasien ISK bahasa indonesia, berisi
berdasarkan hasil kultur dan tes sensitivitas di Instalasi tentang inti
Rawat Inap Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011, permasalahan/latar belakang
dengan kriteria inklusi adalah pasien ISK rawat inap yang penelitian, cara
memiliki data pemeriksaan kultur, tes sensitivitas dan penelitian/pemecahan
urinalisis dengan hasil pemeriksaan berupa kuman masalah, hasil yang
tumbuh saat dirawat inap, sedangkan kriteria eksklusinya diperoleh serta kesimpulan.
adalah pasien ISK yang memiliki data kultur kuman tidak Jumlah kata dalam abstract
tumbuh. tidak lebih dari 250 kata.
HASIL: Berdasarkan hasil kultur kuman diperoleh  Disajikan dengan rata kiri
bahwa golongan kuman terbanyak yang menyebabkan dan rata kanan, disajikan
ISK adalah kuman gram negatif (62%), kemudian kuman dalam satu paragraph, dan
gram positif (28%), dan yang terakhir fungi (10 %)kuman ditulis tanpa menjorok
penyebab ISK terbanyak adalah kuman Escherichia coli, (indent) pada awal kalimat.
kemudian kuman pseudomonas aeruginosa dan kuman Abstract dilengkapi
Staphylococcus coagulase negatif, dan kuman Klebsiella denganKeywords yang
pneumonia. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil maksimum terdiri atas 5 kata
penelitian yang dilakukan oleh Refdanita dkk.(2004), kunci yang menjadi inti dari
yang menyatakan bahwa kuman penyebab ISK terbanyak uraian abstraksi. Kata Keywords
adalah kuman gram negatif dengan jenis kuman dicetak tebal (bold)
terbanyak adalah Pseudomonas sp., kemudian Klebsiella [ CITATION ARi08 \l 1033 ].

56
sp., dan Escherichia coli.
antimikroba yang masih peka terhadap bakteri gram
negative adalah amikasin (96,4%), imipenem (94%),
netilmicin (81,5%), dan fosfomicin (78,6%). Penelitian
Kurniawan dkk.(2011), melaporkan antimikroba yang
masih peka pada bakteri gram negatif penyebab ulkus
diabetik adalah meropenem

KESIMPULAN : golongan kuman terbanyak penyebab


ISK adalah gram negatif yaitu Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan kuman Klebsiella
pneumonia. Kuman gram positif yang terbanyak adalah
Staphylococcus coagulase negatif. Antimikroba yang
masih peka terhadap kuman gram negatif adalah;
amikasin, imipenem, netilmicin, dan fosfomicin.
Antimikroba yang masih peka terhadap kuman gram
positif adalah nitrofurantoin, vancomicin, imipenem dan
cefuroxime.

Kata Kunci : Urinary Tract Infection, antimicrobial,

57
and sensitivity bacterial pattern.
4 Pendahuluan Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan karena adanya Pendahuluan mencakup latar Sesuai
mikroorganisme pada saluran kemih, termasuk kandung belakang atas isu atau
kemih, prostat, ginjal dan saluran pengumpulan. Sebagian permasalahan serta urgensi dan
besar ISK disebabkan oleh bakteri, meskipun kadang- rasionalisasi kegiatan (penelitian
kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi atau pengabdian). Tujuan
ISK (Fish, 2009). kegiatan dan rencana pemecahan
Penyebab utama lebih dari 85% kasus ISK adalah basil- masalah disajikan dalam bagian
basil gram negatif yang merupakan penghuni normal ini. Tinjauan pustaka yang
saluran cerna, biasanya yang tersering adalah E. coli, relevan dan pengembangan
diikuti oleh proteus, klebsiella, dan enterobacter. hipotesis (jika ada) dimasukkan
Streptococcus faecalis yang juga berasal dari saluran dalam bagian ini [ CITATION
cerna, stafilokokus dan hamper semua bakteri dan jamur ARi08 \l 1033 ].
juga dapat menyebabkan ISK bawah dan ginjal (Alpers,
2005).
Prevalensi dan insidensi ISK lebih banyak pada
perempuan daripada laki-laki, hal ini dikarenakan faktor
klinis seperti perbedaan anatomi, efek hormonal dan pola
perilaku (Astal, 2009).
Perempuan lebih sering terkena ISK daripada laki-laki
karena uretra wanita lebih pendek sehingga bakteri

58
kontaminan lebih mudah menuju kandung kemih, selain
itu juga karena letak saluran kemih perempuan lebih
dekat dengan rektal sehingga mempermudah kuman-
kuman masuk ke saluran kemih, sedangkan pada laki-laki
disamping uretranya yang lebih panjang juga karena
adanya cairan prostat yang memiliki sifat bakterisidal
sebagai pelindung terhadap infeksi oleh bakteri
(Zand Rountree dan Walton, 2003 dan Corwin, 2008).
Kunci diagnosa ISK biasanya didasarkan pada gejala dan
pemeriksaan adanya mikroorganisme dalam urine.
Kriteria umum untuk diagnosis ISK adalah adanya bakteri
lebih dari 100.000 CFU (unit kolonisasi) bakteri/mililiter
urine (Porth dan Matfin, 2009).
Terapi pada penyakit infeksi saluran kemih menggunakan
antimikroba yang sesuai dengan agen penyebabnya. Pada
penelitian tentang penggunaan antibiotika di berbagai
bagian rumah sakit, ditemukan 30- 80% tidak didasarkan
pada indikasi (Hadi, 2009).
Penggunaan antimikroba yang tidak rasional dapat
memberikan berbagai dampak negatif, seperti timbulnya
efek samping atau toksisitas yang tidak perlu,

59
mempercepat terjadinya resistensi, menyebarluasnya
infeksi dengan kuman yang lebih resisten, terjadinya
risiko kegagalan terapi, bertambah beratnya penyakit dan
bertambah lamanya pasien sakit, serta meningkatkan
biaya pengobatan (Munaf, 2008).
Hasil penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia
(AMRIN-Study) terbukti dari 2494 individu di
masyarakat, 43% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik antar lain: ampisilin (34%),
kotrimoksazol (29%), dan kloramfenikol (25%). Hasil
penelitian 781 pasien yang dirawat di rumah sakit
didapatkan 81% Escherichia coli resisten terhadap
berbagai jenis antibiotik, yaitu ampisilin (73%),
kotrimoksazol (56%), kloramfenikol (43%),
siprofloksasin (22%), dan gentamisin (18%)
(Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Pola kuman penyebab ISK dan sensitivitas kuman
terhadap antimikroba dan akan berperan dalam
keberhasilan pengobatan ISK. Berdasarkan dua hal
tersebut, dapat dipilih cara dan antimikroba mana yang
harus digunakan untuk pengobatan ISK. Dalam hal ini

60
antimikroba yang digunakan yang efektif untuk
menghambat pertumbuhan atau membunuh mikroba
patogen. Pola kuman dan sensitivitasnya terhadap
antimikroba penting untuk disampaikan hasilnya secara
berkala khususnya untuk antimikrobia yang bersifat
resisten, agar dapat diketahui oleh klinisi, karena pola
kuman mengalami perubahan di tempat dan waktu yang
berbeda sehingga perlu dilakukan analisis pola dan
sensitivitas kuman terhadap antimikroba yang selalu
diperbarui (up to date) (Raharjo dan Susalit, 2006 dan
Darmadi, 2008).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola kuman
bakteri gram negatif dan gram positif serta sensitivitasnya
terhadap antimikroba pada pasien ISK.
5 Metode Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif evaluatif Metode penelitian menjelaskan Sesuai
Penelitian yang bersifat retrospektif. Data diperoleh dari rekam rancangan kegiatan, ruang
medis pasien ISK berdasarkan hasil kultur dan tes lingkup atau objek, bahan dan
sensitivitas di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit “X” alat utama, tempat, teknik
Yogyakarta tahun 2011, dengan kriteria inklusi adalah pengumpulan data, definisi
pasien ISK rawat inap yang memiliki data pemeriksaan operasional variable penelitian,
kultur, tes sensitivitas dan urinalisis dengan hasil dan teknik analisis [ CITATION

61
pemeriksaan berupa kuman tumbuh saat dirawat inap, ARi08 \l 1033 ].
sedangkan kriteria eksklusinya adalah pasien ISK yang
memiliki data kultur kuman tidak tumbuh.

6. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil kultur kuman diperoleh bahwa hasil adalah menyajikan hasil Sesuai
golongan kuman terbanyak yang menyebabkan ISK utama secara objektif, tanpa
adalah kuman gram negatif (62%), kemudian kuman interpretasi dalam suatu susunan
gram positif (28%), dan yang terakhir fungi (10 %)kuman logis dan teratur menggunakan
penyebab ISK terbanyak adalah kuman Escherichia coli, bahan ilustratif (tabel, gambar,
kemudian kuman pseudomonas aeruginosa dan kuman teks).Ringkasan analisis statistic
Staphylococcus coagulase negatif, dan kuman Klebsiella dapat dibuat dalam bentuk teks
pneumonia. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil atau gambar yang relevan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Refdanita dkk.(2004), menyajikan temuan utama dalam
yang menyatakan bahwa kuman penyebab ISK terbanyak hipotesis [ CITATION ARi08 \l
adalah kuman gram negatif dengan jenis kuman 1033 ].
terbanyak adalah Pseudomonas sp., kemudian Klebsiella
sp., dan Escherichia coli.
antimikroba yang masih peka terhadap bakteri gram
negative adalah amikasin (96,4%), imipenem (94%),
netilmicin (81,5%), dan fosfomicin (78,6%). Penelitian
Kurniawan dkk.(2011), melaporkan antimikroba yang

62
masih peka pada bakteri gram negatif penyebab ulkus
diabetik adalah meropenem

7. Pembahasan Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan karena adanya menginterpretasikan hasil yaitu Sesuai
mikroorganisme pada saluran kemih, termasuk kandung apa yang telah diketahui tentang
kemih, prostat, ginjal dan saluran pengumpulan. Sebagian subjek penyelidikan tersebut,
besar ISK disebabkan oleh bakteri, meskipun kadang- dan menjelaskan pemahaman
kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi baru terhadap masalah yang
ISK (Fish, 2009). Penyebab utama lebih dari 85% kasus dukemukakan dengan
ISK adalah basil-basil gram negatif yang merupakan memperhatikan hasil yang
penghuni normal saluran cerna, biasanya yang tersering diperoleh [ CITATION
adalah E. coli, diikuti oleh proteus, klebsiella, dan ARi08 \l 1033 ].
enterobacter.
Streptococcus faecalis yang juga berasal dari saluran
cerna, stafilokokus dan hamper semua bakteri dan jamur
juga dapat menyebabkan ISK bawah dan ginjal Pasien
yang didiagnosis ISK di rumah sakit “X” di Yogyakarta
tahun 2011 berjumlah 359 kasus, namun yang masuk
dalam kriteria inklusi hanya sebanyak 79 kasus yang
terdiri dari 41 perempuan dan 38 laki-laki. Prevalensi dan
insidensi ISK lebih banyak pada perempuan daripada

63
laki-laki, hal ini dikarenakan faktor klinis seperti
perbedaan anatomi, efek hormonal dan pola perilaku
Kunci diagnosa ISK biasanya didasarkan pada gejala dan
pemeriksaan adanya mikroorganisme dalam urine.
Kriteria umum untuk diagnosis ISK adalah adanya bakteri
lebih dari 100.000 CFU (unit kolonisasi) bakteri/mililiter
urine.
Dari penelitian ditemukan golongan kuman terbanyak
penyebab ISK adalah gram negatif yaitu Escherichia coli,
Pseudomonas aeruginosa, dan kuman Klebsiella
pneumonia. Kuman gram positif yang terbanyak adalah
Staphylococcus coagulase negatif. Antimikroba yang
masih peka terhadap kuman gram negatif adalah;
amikasin, imipenem, netilmicin, dan fosfomicin.
Antimikroba yang masih peka terhadap kuman gram
positif adalah nitrofurantoin, vancomicin, imipenem dan
cefuroxime.

8. Kesimpulan  Tidak ada kesimpulan Kesimpulan berisi rangkuman Tidak Sesuai


singkat atas hasil penelitian dan
pembahasan [ CITATION

64
ARi08 \l 1033 ].

8. penghargaan Tidak ada ucapan terimakasih jika di dalam penyelidikan Tidak Sesuai
(Acknowledge) tersebut penulis memperoleh
suatu bantuan penting dalam hal
pemikiran, perancangan atau
pelaksanaan pekerjaan atau
memperoleh bahan-bahan dari
seseorang. Penghargaan
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
9. Daftar Pustaka Alpers, C. E., 2005, Ginjal, dalam Kumar, V., (Ed.), bagian rujukan atau literature Sesuai
Robbins & Contran Pathologic Basic of Disease, yang dikutip menyajikan suatu
7th Edition, diterjemahkan oleh Luaman, Y. R., daftar rujukan yang benar-benar
Frans D., Leo, R., (editor) , hal. 1017, EGC, dikutip dalam karya tulis dan
Jakarta. disusun secara alfabetis
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
Astal, Z. Y. E., 2009, Ciprofloxacin Resistence Among
Uropathogen, in Khan A. U., Current Trends in
Antibiotic Resistance in Infectious Diseases, I.K.
International Publishing House, New Delhi,
pp.112.

65
Corwin, E. J., 2008, Handbook of Pathophysiology, 3rd
Edition, diterjemahkan oleh Nike Budhi Subekti,
Egi Komara Yudha (editor), hal. 718, EGC,
Jakarta.

10. Kesimpulan Dari hasil analisis jurnal diatas dapat dikatakan bahwa jurnal tersebut layak dan sesuai untuk dijadikan
Akhir referensi

66
E. Analisis PICO 5
Problem:
Jurnal : Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido
Tolitolo Tahun 2012
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien penyakit dalam di bagian rawat inap
RSU Mokopido Tolitoli tahun 2012 yang tercatat dalam Rekam Medik. Jumlah populasi
pasien penyakit dalam di bagian rawat inap adalah 3.253 orang. Kasus dalam penelitian ini
adalah pasien infeksi saluran kemih dan kontrol dalam penelitian ini adalah pasien yang
tidak mengalami infeksi saluran kemih di bagian rawat inap RSU Mokopido Toli-toli tahun
2012.

Intervention:
Jurnal : Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido
Tolitolo Tahun 2012
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Non Random Sampling menggunakan teknik
Purposive Sampling. Sampel yaitu responden (pasien) di bagian penyakit dalam yang
pernah dirawat terhitung mulai bulan Januari-Desember tahun 2012. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara memilih sampel dalam bentuk berpasangan (matching). Besar
sampel dalam penelitian ini adalah 60 kasus ditentukan dengan menggunakan Tabel
Lemeshow, dengan tingkat kemaknaan 5%, OR=2, derajat kepercayaan (CI) 95%,
sedangkan untuk sampel control (yang tidak menderita ISK) akan ditetapkan berdasarkan
banyaknya

Comparison:

Jurnal : Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido
Tolitolo Tahun 2012

Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan (risiko
tinggi) lebih banyak yang menderita ISK yaitu 32 orang (69,6%), dibanding yang tidak

67
menderita ISK yaitu 14 orang (37,8%). Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-
laki (risiko rendah) lebih banyak yang tidak menderita ISK yaitu 28 orang (30,4%),
dibanding yang menderita ISK yaitu 46 orang (62,2%).

Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR =
3,755 (1,714-8,227), hal ini berarti responden yang berjenis kelamin perempuan berisiko
3,755 kali lebih besar untuk menderita ISK dibandingkan responden yang berjenis kelamin
laki-laki. Karena OR >1, maka jenis kelamin merupakan factor risiko terhadap kejadian
infeksi saluran kemih.

Out Come:
Jurnal : Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido
Tolitolo Tahun 2012

Berdasarkan hasil penelitian yang diambil dari semua pasien penyakit dalam di bagian
rawat inap RSU Mokopido Tolitoli tahun 2012 yang tercatat dalam Rekam Medik. Jumlah
populasi pasien penyakit dalam di bagian rawat inap adalah 3.253 orang. Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara Non Random Sampling menggunakan teknik Purposive
Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 60 kasus ditentukan dengan
menggunakan Tabel Lemeshow, dengan tingkat kemaknaan 5%, OR=2, derajat
kepercayaan (CI) 95%, sedangkan untuk sampel control (yang tidak menderita ISK) akan
ditetapkan berdasarkan banyaknya sampel kasus, atau dengan perbandingan kasus : kontrol
= 1 :1. Jadi total keseluruhan adalah 120 sampel.

Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan (risiko
tinggi) lebih banyak yang menderita ISK yaitu 32 orang (69,6%), dibanding yang tidak
menderita ISK yaitu 14 orang (37,8%). Sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-
laki (risiko rendah) lebih banyak yang tidak menderita ISK yaitu 28 orang (30,4%),
dibanding yang menderita ISK yaitu 46 orang (62,2%).

Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR =
3,755 (1,714- 8,227), hal ini berarti responden yang berjenis kelamin perempuan berisiko

68
3,755 kali lebih besar untuk menderita ISK dibandingkan responden yang berjenis kelamin
laki-laki. Karena OR >1, maka jenis kelamin merupakan factor risiko terhadap kejadian
infeksi saluran kemih.

69
Analisis Jurnal 5

No Bagian Hasil Teori Kesimpulan


1 Judul FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH Judul dicetak dengan huruf Sesuai
DI BAGIAN RAWAT INAP besar/kapital, dicetak tebal (bold)
RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2012 dengan jenis huruf Times New
Roman font 12, spasi tunggal dengan
jumlah kata maksimum 15
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
2 Nama Penulis Hermiyanti Nama penulis ditulis di bawah judul, Sesuai
tidak boleh disingkat, diawali dengan
huruf kapital, tanpa diawali dengan
kata ”oleh”, urutan penulis adalah
penulis pertama diikuti oleh penulis
kedua, ketiga dan seterusnya
[ CITATION ARi08 \l 1033 ].
3 Latar Tujuan : Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih di  Abstract ditulis dalam bahasa Tidak Sesuai
Belakang Bagian Rawat Inap RSU Mokopido Tolitolo Tahun Inggris yang kemudian pada
2012 bagian bawah disertai dengan
Desain Studi : Jenis penelitian yang digunakan bahasa indonesia, berisi tentang
dalam penelitian ini adalah penelitian epidemiologi inti permasalahan/latar belakang
observasional analitik dengan menggunakan metode penelitian, cara

70
case control study (kasus kontrol). Penelitian ini penelitian/pemecahan masalah,
dilaksanakan di Ruang Rekam Medik RSU hasil yang diperoleh serta
Mokopido Tolitoli pada tanggal 22 April sampai kesimpulan. Jumlah kata dalam
dengan 30 April tahun 2013. Populasi dalam abstract tidak lebih dari 250
penelitian ini adalah semua pasien penyakit dalam di kata.
bagian rawat inap RSU Mokopido Tolitoli tahun  Disajikan dengan rata kiri dan
2012 yang tercatat dalam Rekam Medik. Jumlah rata kanan, disajikan dalam satu
populasi pasien penyakit dalam di bagian rawat inap paragraph, dan ditulis menjorok
adalah 3.253 orang.Pengambilan sampel dilakukan (indent) pada awal kalimat.
dengan cara Non Random Sampling menggunakan  Abstract dilengkapi dengan
teknik Purposive Sampling. Sampel yaitu responden Keywords yang maksimum
(pasien) di bagian penyakit dalam yang pernah terdiri atas 5 kata kunci yang
dirawat terhitung mulai bulan Januari-Desember menjadi inti dari uraian abstraksi.
tahun 2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Kata Keywords tidak dicetak
memilih sampel dalam bentuk berpasangan tebal (bold) [ CITATION
(matching). Besar sampel dalam penelitian ini adalah ARi08 \l 1033 ].
60 kasus
Hasil : Hasil analisis menunjukkan bahwa responden
yang menderita batu saluran kemih (risiko tinggi)
lebih banyak yang menderita ISK yaitu 26 orang
(86,7%), dibanding yang tidak menderita ISK yaitu 4

71
orang (37,8%). Sedangkan responden tidak menderita
batu saluran kemih (risiko rendah) lebih banyak yang
tidak menderita ISK yaitu 34 orang (13,3%),
dibanding yang menderita ISK yaitu 56 orang
(62,2%). Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan
Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR =
10,706 (3,439- 33,329), hal ini berarti responden
yang menderita Batu Saluran Kemih berisiko 10,706
kali lebih besar untuk menderita ISK dibandingkan
responden yang tidak menderita Batu SaluranKemih.
Karena OR > 1, maka batu saluran kemih merupakan
faktor risiko terhadap kejadian ISK.

Kesimpulan : tidak ada


Kata Kunci : ISK, Jenis kelamin, Batu saluran
kemih, Diabetes
4 Pendahuluan Menurut National Kidney and Urologic Diseases Pendahuluan mencakup latar Sesuai
Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK belakang atas isu atau permasalahan
menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas serta urgensi dan rasionalisasi
atas (ISPA) dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan kegiatan (penelitian atau
per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala pengabdian). Tujuan kegiatan dan

72
usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Di rencana pemecahan masalah
negara maju diperkirakan biaya yang harus disajikan dalam bagian ini. Tinjauan
dihabiskan untuk penanganan ISK ini berkisar antara pustaka yang relevan dan
2-6 milyar dolar setiap tahunnya . Insiden ISK ini pengembangan hipotesis (jika ada)
pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada dimasukkan dalam bagian ini
wanita muda yang tidak hamil 1- 3%, sedangkan [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
pada wanita yang hamil 4-7%. Wanita lebih sering
menderita ISK dibanding pria, kira-kira 50% dari
seluruh wanita pernah menderita ISK selama
hidupnya. Bahkan wanita sering mengalami ISK
berulang yang dapat sangat mengganggu kehidupan
sosialnya.
Faktor risiko terjadinya ISK sangat terkait dengan
beberapa macam faktor, misalnya jenis kelamin,
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri, dan juga
sering terjadi karena infeksi nosokomial di tempat
mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut
diperkuat oleh banyak penelitian kejadian ISK yang
menunjukan bahwa hal-hal seperti jenis kelamin,
perilaku kesehatan dan infeksi nosocomial menjadi
faktor risiko terjadinya kejadian ISK.

73
ISK pada pria jarang terjadi, pada umumnya ISK
lebih banyak dijumpai pada wanita dibanding pada
pria kemungkinan karena uretra wanita lebih pendek
sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah
mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat
dengan daerah perianal dan vagina. Dalam setiap
tahun, 15% perempuan mengalami ISK. Kejadian
ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. ISK
di Indonesia insiden dan prevalensinya masih cukup
tinggi, pada ibu hamil/nifas 5-6%.
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit
metabolik yang banyak diderita oleh orang di dunia
yang juga berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya ISK. DM menyebabkan beberapa kelainan
di dalam system pertahanan tubuh yang
memungkinkan peningkatan risiko tinggi terkena
infeksi yang lainnya. Konsentrasi glukosa yang tinggi
di dalam urin merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan mikroorganisme pathogen. Data
laporan rekam medik di Rumah Sakit Umum
Mokopido Tolitoli menunjukkan ISK menduduki

74
urutan ke-5 dalam 10 besar penyakit rawat inap tahun
2009 dengan jumlah penderita 311 orang (11.06%)
Tahun 2010 ISK menduduki urutan ke-3 dalam 10
besar penyakit rawat inap tahun dengan jumlah
penderita 517 orang (13,64%)
Pada tahun 2011 ISK menduduki urutan ke-3 dengan
jumlah penderita 435 orang (14,25%). Sedangkan
pada tahun 2012 ISK menduduki uratan ke-5 dengan
jumlah penderita 257 orang. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor risiko kejadian infeksi
saluran kemih di Bagian Rawat Inap RSU Mokopido
Tolitoli Tahun 2012.
5 Metode Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini Metode penelitian menjelaskan Sesuai
Penelitian adalah penelitian epidemiologi observasional analitik rancangan kegiatan, ruang lingkup
dengan menggunakan metode case control study atau objek, bahan dan alat utama,
(kasus kontrol). Penelitian ini dilaksanakan di Ruang tempat, teknik pengumpulan data,
Rekam Medik RSU Mokopido Tolitoli pada tanggal definisi operasional variable
22 April sampai dengan 30 April tahun 2013. penelitian, dan teknik analisis
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
penyakit dalam di bagian rawat inap RSU Mokopido
Tolitoli tahun 2012 yang tercatat dalam Rekam

75
Medik. Jumlah populasi pasien penyakit dalam di
bagian rawat inap adalah 3.253 orang.Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara Non Random
Sampling menggunakan teknik Purposive Sampling.
Sampel yaitu responden (pasien) di bagian penyakit
dalam yang pernah dirawat terhitung mulai bulan
Januari-Desember tahun 2012. Pemilihan sampel
dilakukan dengan cara memilih sampel dalam bentuk
berpasangan (matching). Besar sampel dalam
penelitian ini adalah 60 kasus

6 Hasil Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang hasil adalah menyajikan hasil utama Sesuai
menderita batu saluran kemih (risiko tinggi) lebih secara objektif, tanpa interpretasi
banyak yang menderita ISK yaitu 26 orang (86,7%), dalam suatu susunan logis dan teratur
dibanding yang tidak menderita ISK yaitu 4 orang menggunakan bahan ilustratif (tabel,
(37,8%). Sedangkan responden tidak menderita batu gambar, teks). Ringkasan analisis
saluran kemih (risiko rendah) lebih banyak yang statistic dapat dibuat dalam bentuk
tidak menderita ISK yaitu 34 orang (13,3%), teks atau gambar yang relevan. Hasil
dibanding yang menderita ISK yaitu 56 orang menyajikan temuan utama dalam
(62,2%). Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan hipotesis [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
Confidence Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR =

76
10,706 (3,439- 33,329), hal ini berarti responden
yang menderita Batu Saluran Kemih berisiko 10,706
kali lebih besar untuk menderita ISK dibandingkan
responden yang tidak menderita Batu SaluranKemih.
Karena OR > 1, maka batu saluran kemih merupakan
faktor risiko terhadap kejadian ISK.
Tapi dapat dilihat juga jika responden yang
mengalami DM, punya resiko jauh lebih besar
daripada yang tidak DM. Hasil analisis Odds Ratio
(OR) dengan Confidence Interval (CI) 95% diperoleh
nilai OR = 2,667 (1,178- 6,034), hal ini berarti
responden yang DM berisiko 2,667 kali lebih besar
untuk menderita ISK dibandingkan responden yang
tidak DM. Karena OR > 1, maka DM merupakan
faktor risiko terhadap kejadian ISK.

7 Pembahasan Menurut National Kidney and Urologic Diseases menginterpretasikan hasil yaitu apa Sesuai
Information Clearinghouse (NKUDIC), ISK yang telah diketahui tentang subjek
menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas penyelidikan tersebut, dan
atas (ISPA) dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan menjelaskan pemahaman baru
per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala terhadap masalah yang dukemukakan

77
usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Di dengan memperhatikan hasil yang
negara maju diperkirakan biaya yang harus diperoleh [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
dihabiskan untuk penanganan ISK ini berkisar antara
2-6 milyar dolar setiap tahunnya . Insiden ISK ini
pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada
wanita muda yang tidak hamil 1- 3%,sedangkan pada
wanita yang hamil 4-7%.
Wanita lebih sering menderita ISK dibanding pria,
kira-kira 50% dari seluruh wanita pernah menderita
ISK selama hidupnya. Bahkan wanita sering
mengalami ISK berulang yang dapat sangat
mengganggu kehidupan sosialnya Data laporan
rekam medik di Rumah Sakit Umum Mokopido
Tolitoli menunjukkan ISK menduduki urutan ke-5
dalam 10 besar penyakit rawat inap tahun 2009
dengan jumlah penderita 311 orang (11.06%) . Tahun
2010 ISK menduduki urutan ke-3 dalam 10 besar
penyakit rawat inap tahun dengan jumlah penderita
517 orang (13,64%)
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian epidemiologi observasional analitik

78
dengan menggunakan metode case control study
(kasus kontrol). Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kontribusi faktor risiko terhadap ISK.
Hasil analisis menunjukkan bahwa responden yang
berjenis kelamin perempuan (risiko tinggi) lebih
banyak yang menderita ISK yaitu 32 orang (69,6%),
dibanding yang tidak menderita ISK yaitu 14 orang
(37,8%). Sedangkan responden yang berjenis
kelamin laki-laki (risiko rendah) lebih banyak yang
tidak menderita ISK yaitu 28 orang (30,4%),
dibanding yang menderita ISK yaitu 46 orang
(62,2%).
Hasil analisis Odds Ratio (OR) dengan Confidence
Interval (CI) 95% diperoleh nilai OR = 3,755 (1,714-
8,227), hal ini berarti responden yang berjenis
kelamin perempuan berisiko 3,755 kali lebih besar
untuk menderita ISK dibandingkan responden yang
berjenis kelamin laki-laki. Karena OR >1, maka jenis
kelamin merupakan factor risiko terhadap kejadian
infeksi saluran kemih.

79
8 Kesimpulan 1. Jenis kelamin merupakan faktor risiko Kesimpulan berisi rangkuman Sesuai
terhadap kejadian Infeksi Saluran Kemih singkat atas hasil penelitian dan
dimana perempuan 3,755 kali lebih berisiko pembahasan [ CITATION ARi08 \l
disbanding yang dengan laki-laki. 1033 ].
2. Batu saluran kemih merupakan faktor risiko
terhadap kejadian Infeksi Saluran Kemih
dengan besar risiko 10,706 kali lebih besar
dibanding yang tidak batu saluran kemih.
3. Diabetes melitus merupakan faktor risiko
terhadap kejadian Infeksi Saluran Kemih
dengan besar risiko 2,667 kali lebih besar
disbanding yang tidak diabetes melitus.

9 Daftar Pustaka 1.Samirah, dkk., 2006, Pola dan bagian rujukan atau literature yang Tidak Sesuai
Sensitivitas Kuman di Penderita dikutip menyajikan suatu daftar
Infeksi Saluran Kemih dalam rujukan yang benar-benar dikutip
Indonesian Journal of Clinical dalam karya tulis dan disusun secara
Pathology and Medical Laboratory, alfabetis [ CITATION ARi08 \l 1033 ].
Vol. 12, No. 3, Juli 2006: 110-113.

2. Darmadi, 2008, Infeksi Nosokomial

80
Problematika dan
Pengendaliannya. Salemba
Medika, Jakarta.

3. Ardaya Suwanto., 2007, Infeksi


Saluran kemih dalam Buku Ajar
ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga
Jilid II, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
10 Kesimpulan Dari hasil analisis jurnal diatas dapat dikatakan bahwa jurnal tersebut layak dan sesuai untuk dijadikan
Akhir referensi

81
82
REFERENSI

Akram M,. Etiology and antibiotic ressistance patterns of community-acquired urinary


tract infection. Annals of Clinical Microbiology andAntimicrobials. 2007; 6(4): 1-7
Hermiyanty. (2016). FAKTOR RISIKO INFEKSI SALURAN KEMIH DI BAGIAN
RAWAT INAP RSU MOKOPIDO TOLITOLI TAHUN 2012. Jurnal Kesehatan
Tadulako, II(2), 53-59.
Nuari,Nian Afrian; Widayati, Dhina. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan &
Penatalaksanaan Keperawatan Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.
Nurarif, Amin Huda; Kusuma, Hadi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2. Yogyakarta : Mediaction.
Rani HAA, Soegondo S, Nasir AU et al. Standar Pelayanan Medik Ilmu penyakit
Dalam. Edisi 2004. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI;2004.
Raszka WV, Khan O. Pyelonefritis. Pediatrics in Review. 2003; 26: 364-9
Rusdijas, Ramayati R. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Alatas H. Tambunan T, Trihono
PP, penyunting. Buku ajar Nefrologi anak. Jakarta: IDAI, 2002; 142-163
Tessy A, Ardaya, Suwanto. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2001
Schaeffer, A. J., & Nicolle, E. L. Urinary Tract Infections in Older Men. Urinary Tract
Infections in Older Men, VI(374), 2016 : 563-571.
Sumolang , S. A., Porotu’o , J., & Soeliongan, S. (2013). POLA BAKTERI PADA
PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH DI BLU RSUP PROF. dr. R. D. KANDOU
MANADO. Jurnal e-Biomedik (eBM), I(1), 597-601.Sukandar E. Infeksi Saluran Kemih
Pasien Dewasa. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbit IPD FK UI;2006.
Syafada, Fenty.2013. Pola Kuman Dan Sensitivitas Antimikroba Pada Infeksi Saluran
Kemih Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas, Mei 2013, Hlm. 9-13 Vol. 10 No. 1 Issn :
1693-5683

83
Widayati A, Wirawan IPE, Kurharwanti AMW. Kesesuaian Pemilihan Antibiotika
Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya Berdasarkan Parameter
Angka Lekosit Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta (Juli – Desember 2004). Yokyakarta : Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma;2005.
Zorc JJ, Kiddoo DA, Shaw KN. Diagnosis and management of pediatric urinary tract.
Clinical Microbiology Reviews. 2005;18(2): 417-22.
Darma, S., & Sari, N. M. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI
ALURAN KEMIH PADA PEMASANGAN KATETER URETRA MENETAP DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DELI SERDANG LUBUK PAKAM TAHUN 2015. Jurnal Ilmiah Nestra, IV(4), 2016;21-32.

84

Anda mungkin juga menyukai