Pembimbing
Sarini,S.kep.Ners
Disusun Oleh
Nopi sapitri
Rika wulandari
Sofiyah soleh
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikanrahmat-
Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Dalam
makalah ini penulis membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN AKIBAT INFEKSI SALURAN KEMIH.Karena itu penulis
sangat membutuhkan masukan-masukan agar makalah yang dibuat ini bisa menambah
pengetahuan penulis dan pembaca. Sesungguhnya makalah ini masih jauhdari
kesempurnaan. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
ini,mohon sekiranya dimaafkan
DAFTAR ISI
Halaman Judul
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................i
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar belakang.....................................................................................
Rumusan masalah................................................................................
2.1Definisi.................................................................................................
2.2Etiologi.................................................................................................
2.3Patofisiologi.........................................................................................
2.4Manifestasi klinis.................................................................................
2.5Pemeriksaan diagnostik.......................................................................
2.6Penatalaksanaan...................................................................................
2.7Masalah keperawatan...........................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan
berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter, 2005).
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik
umum, walaupun bermacam-macam antimikroba sudah tersedia luas di pasaran (Sukandar,
2014).Saluran kemih terdiri dari uretra, kandung kemih, ureter dan ginjal. Normalnya saluran
kemih diatas uretra adalah steril. Berbagai mekanisme pertahanan mekanik dan psikologi yang
membantu menjaga sterilitas dan pencegahan terhadap infeksi saluran kemih. Namun, jika
terjadi infeksi di saluran kemih, maka urin dapat mengandung bakteri (Price & Wilson,
2006).Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur.Wanita
lebih sering menderita infeksi daripada pria. Angka kejadian bakteriuria padawanita meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual. Wanita yang tidak menikah angka
kejadian ISK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah (Tessy, 2001).
Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa
pernah mengalami ISK selama hidupnya (Sukandar, 2014). Sebanyak 50-60% dari wanita akan
mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Wanita postmenopause yang
mengalami sekali ISK setiap tahun mencapai 10%. Pria mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih
rendah yaitu 5 per 10.000 per tahun (Schollum, 2009).
B. Rumusan masalah
BAB 11
A. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah penyakit akibat adanya organisme asing ataupun patogen
seperti bakteri yang masuk dan tumbuh ke dalam saluran kemih, yang termasuk ginjal, ureter,
kandung kemih dan urethra.
B. Etiologi
Etiologi:Infeksi pada salah satu bagian dari sistem urine, ginjal, kandung kemih, atau
uretra.Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Infeksi ini biasanya terjadi pada
kandung kemih atau uretra, sedangkan infeksi yang lebih serius memengaruhi ginjal.
C. Manifestasi klinis
D. Patofisiologi
Patofisiologi ISK melalui jalur limfatik sangat jarang terjadi dengan bukti kejadian yang sedikit.
Sedangkan jalur ascending adalah yang paling sering.
Pada sebagian besar kasus ISK, infeksi awal bermula dari uretra lalu ke kandung kemih melalu
jalur ascending. Infeksi yang naik dan berkelanjutan ke ureter dan ginjal merupakan jalur utama
penyebab infeksi pada parenkim ginjal. Hal ini memberikan penjelasan yang logis terhadap
tingkat kejadian ISK yang lebih tinggi pada wanita, dimana saluran uretra wanita yang lebih
pendek dibandingkan pria akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi saluran kemih.
Kemunculan bakteri pada kandung kemih tidak selalu mengarah kepada infeksi yang
berkelanjutan dan bergejala. Interaksi antara inang, bakteri patogen dan faktor lingkungan
menentukan apakah invasi jaringan dan infeksi yang bergejala akan terjadi
Faktor Inang
Individu memiliki mekanisme pertahanan untuk menghalangi akses bakteri ke saluran kemih,
yaitu aliran urin yang tinggi, frekuensi berkemih yang sering, efek baterisidal dari mukosa
kandung kemih, sekresi protein yang berikatan dengan adhesi fimbrial pada dinding bakteri,
dan respon inflamasi yang dimediasi oleh PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan sitokin.
Hubungan seksual
Pemakaian spermisida yang akan meningkatkan pH vagina dan bersifat toksik terhadap flora
normal juga meningkatkan pengikatan E. coli terhadap sel epitel vagina
Pada wanita post menopause, defisiensi estrogen menyebabkan perubahan flora vagina,
seperti lactobacilli protektif yang merupakan flora normal dan akan digantikan
dengan E.coli dan uropatogen lainnya.
Pada wanita tertentu dengan antigen p1 dalam darah, ditemukan reseptor sel epitelial yang
dapat berikatan dengan E.coli sehingga memudahkan terjadinya invasi dan kolonisasi bakteri.
Bakteri Patogen
E.coli memiliki faktor virulensi berupa fimbrae (P fimbrae dan tipe-1 fimbrae) yang bersifat
spesifik berikatan dengan sel uroepitelial, hal tersebut meningkatkan patogenitas bakteri untuk
menginvasi dan menginfeksi saluran kemih.
Beberapa bakteri uropatogen gram negatif yang dapat menyebabkan ISK adalah Proteus
mirabilis dan Klebsiela sp yang juga mampu menempel atau berikatan pada sel periuretral dan
vaginal.
Pada individu dengan kelainan struktural dari saluran kemih ataupun pada pemakaian kateter,
beberapa organisme dengan patogenitas yang rendahpun dapat menyebabkan infeksi pada
saluran kemih.
Faktor lingkungan
Ekologi vagina merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya ISK. Kolonisasi flora
saluran pencernaan (biasanya E. coli) pada introitus vagina dan area periuretral merupakan
tahap awal yang penting dalam terjadinya ISK.
Setiap kondisi yang menyebabkan stasis urin ataupun obstruksi akan menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya ISK, seperti; refluks vesikoureteral, obstruksi ureteral sekunder
akibat hipertrofi prostat, neurogenic baldder, operasi pengalihan urin, batu saluran kemih, dan
pemasangan kateter urin.
Adanya benda asing seperti batu atau kateter urin akan membuat perlukaan pada mukosa
saluran kemih sehingga memudahkan kolonisasi bakteri dan membentuk biofilm yang
persisten.
E. Pathway
F. Pemeriksaan diagnostik
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) adalah eradikasi infeksi, mencegah
komplikasi dan menghilangkan gejala pada pasien. Pengobatan dini direkomendasikan untuk
mengurangi risiko progresi penyakit ke arah yang lebih berat. Penelitian menunjukkan bahwa
hasil ISK yang mendapat terapi antibiotik jauh lebih baik dibandingkan terapi plasebo. Pilihan
dari penatalaksanaan ISK bergantung pada jenis ISK tersebut, simpleks atau rumit.
Terapi antibiotik yang adekuat untuk ISK sangatlah penting untuk mencegah kegagalan terapi
dan peningkatan dari resistensi antibiotik. Pemilihan antibiotik harus berdasarkan dari:
spektrum dan pola kerentanan uropatogen, kemanjuran pada indikasi tertentu pada studi
klinikal, harga, ketersediaan obat, tolerabilitas dan efek yang merugikan.
Terapi Sistitis
Pada sistitis simpleks (ISK bagian bawah) respon sangat baik terhadap terapi antibiotik oral.
Berikut adalah beberapa regimen terapi yang efektif untuk sistitis simple yang akut pada
wanita. [6]
Terapi Pielonefritis
Pilihan regimen terapi harus mampu mengeradikasi organisme kausatif dan mampu mencapai
level terapi dalam darah secara cepat. Golongan Fluoroquinolone dikontraindikasikan terhadap
ibu hamil. [4,6,20-23]
Amoxicillin 500 mg 2 kali sehari peroral, atau 3 kali 250mg oral) selama 5-7 hari
Amoxicillin-clavulanate 500/125 mg 2 kali sehari peroral selama 3-7 hari 250/125 mg 3 kali
sehari peroral selama 5-7 hari.
Sulfonamid harus dihindari pemakaiannya pada trimester awal dan pada menjelang kelahiran
dikarenakan efek teratogenik dan kemungkinan kernicterus. Fluoroquinolone (ciprofloxacin,
levofloxacin, norfloxacin) dihindari dikarenakan kemungkinan efek pada pertumbuhan kartilago
fetus. [4,6,24]
Anak dengan pielonefritis dapat diobati dengan antibiotik oral ataupun dengan terapi antibiotik
IV selama 2-4 hari kemudian diikuti dengan terapi antibiotik oral. Jika bakteri gram positif
dicurigai sebagai penyebab, maka terapi yang digunakan adalah aminoglikosid yang
dikombinasikan dengan ampisilin dan amoxicillin/clavulanate.
Terapi antibiotik oral yang dapat diberikan berupa; trimetoprim (TMP), trimetoprim-
sulfamethoxazole (TMP-SMX), sefalosporin, amoxicillin klavulanat dengan lama pemberian 5-7
hari pada ISK simpleks.
Untuk terapi parenteral pada anak dengan pielonefritis atau pada kasus berat yang tidak
memiliki alergi sefalosporin dapat diberikan ceftriaxone dengan dosis 75mg/kgbb IV/IM tiap 12-
24 jam sekali, namun pada pasien dengan alergi sefalosporin maka dapat diberikan gentamicin
(2.5 mg/kgbb IV/IM dosis tunggal).
Tatalaksana yang sesuai, pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan anatomi di
saluran kemih, dan follow-up dapat mencegah sekuele dalam waktu yang lama terutama pada
pasien dengan kasus yang berat, dan dapat mencegah infeksi berulang.
Pencegahan pada anak yang berisiko tinggi terkena pielonefritis dapat memakai nitrofurantoin,
TMP, sefalexin, dan sefaklor.
Terapi Urosepsis
Pasien dengan urosepsis harus didiagnosa pada tahap awal, terutama pada kasus dengan ISK
rumit. SIRS (systemic inflammatory response syndrome) dapat menjadi penanda awal dari
kaskade MOF (multi organ failure).
Terapi dari urosepsis merupakan kombinasi dari perawatan bantuan hidup yang adekuat, terapi
antibiotik yang tepat dan sesuai, terapi tambahan (simpatomimetis, hidrokortison, kontrol gula
darah), dan penanganan optimal dari gangguan saluran kemih.
Terapi inisial anitbiotik empiris harus memiliki spektrum luas dan selanjutnya disesuaikan
dengan hasil kultur. Antibiotik harus diberikan tidak lebih dari satu jam setelah asumsi klinis
dari sepsis. Antibiotik yang dapat menjadi pilihan antara lain adalah Fluoroquinolone
(ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin), aminopenisilin, sefalosporin generasi ketiga,
aminoglikosid dan kotrimoksazol (jika terbukti sensitif), dengan lama pemberian 7-14 hari atau
sampai 3-5hari setelah penurunan demam atau eliminasi dari faktor penyulitnya.
Pada <3 hari dari kegagalan terapi inisial maka dapat diberikan pilihan berikut; fluoroquinolone,
piperasilin, sefalosporin generasi 3b, carbapenem+aminoglikosid, flukonazol, dan amfoterisin
B. Pertimbangkan kombinasi dua antibitotik pada infeksi yang berat.
H. Masalah keperawatan
Buang air kecil menjadi lebih sering, tetapi jumlah urine sedikit-sedikit.