Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Pembimbing

Sarini,S.kep.Ners

Disusun Oleh

Nopi sapitri

Rika wulandari

Sofiyah soleh

Widya setya Azzahra

PENDIDIKAN ASUHAN ASISTEN KEPERAWATAN

SMK SEHATI KARAWANG

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikanrahmat-
Nya kepada penulis, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Dalam
makalah ini penulis membahas tentang ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN AKIBAT INFEKSI SALURAN KEMIH.Karena itu penulis
sangat membutuhkan masukan-masukan agar makalah yang dibuat ini bisa menambah
pengetahuan penulis dan pembaca. Sesungguhnya makalah ini masih jauhdari
kesempurnaan. Oleh karena itu, jika terdapat kesalahan dalam penulisan makalah
ini,mohon sekiranya dimaafkan
DAFTAR ISI

Halaman Judul

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................i

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar belakang.....................................................................................

Rumusan masalah................................................................................

BAB 2 KONSEP DASAR TEORITIS

2.1Definisi.................................................................................................

2.2Etiologi.................................................................................................

2.3Patofisiologi.........................................................................................

2.4Manifestasi klinis.................................................................................

2.5Pemeriksaan diagnostik.......................................................................

2.6Penatalaksanaan...................................................................................

2.7Masalah keperawatan...........................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan
berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter, 2005).
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik
umum, walaupun bermacam-macam antimikroba sudah tersedia luas di pasaran (Sukandar,
2014).Saluran kemih terdiri dari uretra, kandung kemih, ureter dan ginjal. Normalnya saluran
kemih diatas uretra adalah steril. Berbagai mekanisme pertahanan mekanik dan psikologi yang
membantu menjaga sterilitas dan pencegahan terhadap infeksi saluran kemih. Namun, jika
terjadi infeksi di saluran kemih, maka urin dapat mengandung bakteri (Price & Wilson,
2006).Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria maupun wanita dari semua umur.Wanita
lebih sering menderita infeksi daripada pria. Angka kejadian bakteriuria padawanita meningkat
sesuai dengan bertambahnya usia dan aktifitas seksual. Wanita yang tidak menikah angka
kejadian ISK lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang sudah menikah (Tessy, 2001).
Data penelitian epidemiologi klinik melaporkan hampir 25-35% semua perempuan dewasa
pernah mengalami ISK selama hidupnya (Sukandar, 2014). Sebanyak 50-60% dari wanita akan
mengalami ISK setidaknya satu kali dalam hidup mereka. Wanita postmenopause yang
mengalami sekali ISK setiap tahun mencapai 10%. Pria mempunyai insidensi ISK yang jauh lebih
rendah yaitu 5 per 10.000 per tahun (Schollum, 2009).

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah:Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,


maka dapat dirumuskan masalah bagaimana ketepatan penggunaan antibiotik pada pasien
infeksi saluran kemih di Instalasi Rawat Inap RSPAU dr. S Hardjolukito Yogyakarta Tahun 2014
dengan parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis menggunakan standar
acuan IDSA Guideline tahun 2011 dan Guidelines for management of serve and sepsis shock
tahun 2004, dalam buku Dipiro tahun 2008.

BAB 11

A. Definisi
Infeksi saluran kemih adalah penyakit akibat adanya organisme asing ataupun patogen
seperti bakteri yang masuk dan tumbuh ke dalam saluran kemih, yang termasuk ginjal, ureter,
kandung kemih dan urethra.

B. Etiologi

Etiologi:Infeksi pada salah satu bagian dari sistem urine, ginjal, kandung kemih, atau
uretra.Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada wanita. Infeksi ini biasanya terjadi pada
kandung kemih atau uretra, sedangkan infeksi yang lebih serius memengaruhi ginjal.

C. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis:infeksi saluran kemih juga bergantung pada lokalisasi infeksi dan umur


penderita. Infeksi saluran kemih atas pielonefritis yang paling sering dijumpai, ditandai dengan
adanya demam, nyeri perut atau pinggang, mual, muntah, kadang-kadang disertai diare.

D. Patofisiologi

Patofisiologi:Patofisiologi infeksi saluran kemih (ISK) umumnya melibatkan infeksi bakteri


yang dapat terjadi melalui jalur ascending atau hematologi dan limfatik.  E.Coli adalah bakteri
yang paling umum untuk menyebabkan infeksi seluran kemih.

Patofisiologi ISK melalui jalur hematogen melibatkan mikroorganisme seperti Staphylococcus


aureus, Candida sp., Salmonella sp. dan Mycobacterium tuberculosis, yang menyebabkan
infeksi primer ditempat lain pada tubuh manusia. Ginjal merupakan lokasi yang sering
ditemukan abses pada pasien dengan bakterimia atau endokarditis yang disebabkan oleh
bakteri gram positif, Staphylococcus Aureus

Patofisiologi ISK melalui jalur limfatik sangat jarang terjadi dengan bukti kejadian yang sedikit.
Sedangkan jalur ascending adalah yang paling sering.

Pada sebagian besar kasus ISK, infeksi awal bermula dari uretra lalu ke kandung kemih melalu
jalur ascending. Infeksi yang naik dan berkelanjutan ke ureter dan ginjal merupakan jalur utama
penyebab infeksi pada parenkim ginjal. Hal ini memberikan penjelasan yang logis terhadap
tingkat kejadian ISK yang lebih tinggi pada wanita, dimana saluran uretra wanita yang lebih
pendek dibandingkan pria akan memudahkan bakteri untuk menginfeksi saluran kemih.

Kemunculan bakteri pada kandung kemih tidak selalu mengarah kepada infeksi yang
berkelanjutan dan bergejala. Interaksi antara inang, bakteri patogen dan faktor lingkungan
menentukan apakah invasi jaringan dan infeksi yang bergejala akan terjadi

Faktor Inang
Individu memiliki mekanisme pertahanan untuk menghalangi akses bakteri ke saluran kemih,
yaitu aliran urin yang tinggi, frekuensi berkemih yang sering, efek baterisidal dari mukosa
kandung kemih, sekresi protein yang berikatan dengan adhesi fimbrial pada dinding bakteri,
dan respon inflamasi yang dimediasi oleh PMN (polymorphonuclear leukocytes) dan sitokin.

Faktor predisposisi pada wanita usia muda adalah:

Anatomi uretra yang pendek

Hubungan seksual

Tidak berkemih setelah berhubungan seksual

Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang terpasang di serviks

Pemakaian spermisida yang akan meningkatkan pH vagina dan bersifat toksik terhadap flora
normal juga meningkatkan pengikatan E. coli terhadap sel epitel vagina

Pada wanita post menopause, defisiensi estrogen menyebabkan perubahan flora vagina,
seperti lactobacilli protektif yang merupakan flora normal dan akan digantikan
dengan E.coli dan uropatogen lainnya.

Pada wanita tertentu dengan antigen p1 dalam darah, ditemukan reseptor sel epitelial yang
dapat berikatan dengan E.coli sehingga memudahkan terjadinya invasi dan kolonisasi bakteri.

Bakteri Patogen

E.coli memiliki faktor virulensi berupa fimbrae (P fimbrae dan tipe-1 fimbrae) yang bersifat
spesifik berikatan dengan sel uroepitelial, hal tersebut meningkatkan patogenitas bakteri untuk
menginvasi dan menginfeksi saluran kemih.

Beberapa bakteri uropatogen gram negatif yang dapat menyebabkan ISK adalah Proteus
mirabilis dan Klebsiela sp yang juga mampu menempel atau berikatan pada sel periuretral dan
vaginal.

Staphylococcus saprophyticus (bakteri gram positif) memiliki potensi lebih tinggi untuk


menyebabkan infeksi pada saluran kemih dibandingkan dengan Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidirmidis. Hal tersebut disebabkan kemampuanya dalam
berikatan dengan sel uroepitelial.

Pada individu dengan kelainan struktural dari saluran kemih ataupun pada pemakaian kateter,
beberapa organisme dengan patogenitas yang rendahpun dapat menyebabkan infeksi pada
saluran kemih.
Faktor lingkungan 

Ekologi vagina merupakan faktor penting yang mempengaruhi terjadinya ISK.  Kolonisasi flora
saluran pencernaan (biasanya E. coli) pada introitus vagina dan area periuretral merupakan
tahap awal yang penting dalam terjadinya ISK.

Setiap kondisi yang menyebabkan stasis urin ataupun obstruksi akan menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya ISK, seperti; refluks vesikoureteral, obstruksi ureteral sekunder
akibat hipertrofi prostat, neurogenic baldder, operasi pengalihan urin, batu saluran kemih, dan
pemasangan kateter urin.

Adanya benda asing seperti batu atau kateter urin akan membuat perlukaan pada mukosa
saluran kemih sehingga memudahkan kolonisasi bakteri dan membentuk biofilm yang
persisten. 

E. Pathway
F. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa ISK adalah urinalisis


berupa tes dipstick urin, dan kultur urin. Pada tes dipstik urin, hasil positif dari nitrit
menunjukkan kecurigaan terhadap ISK dikarenakan Enterobactericeae merupakan grup
mikroorganisme yang dapat merubah nitrat menjadi nitrit.

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan:Penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) berbeda-beda pada wanita, pria,


dan anak-anak karena masing-masing memiliki kecenderungan etiopatogenesis yang berbeda
sehingga memerlukan terapi yang berbeda pula.

Tujuan penatalaksanaan infeksi saluran kemih (ISK) adalah eradikasi infeksi, mencegah
komplikasi dan menghilangkan gejala pada pasien. Pengobatan dini direkomendasikan untuk
mengurangi risiko progresi penyakit ke arah yang lebih berat.  Penelitian menunjukkan bahwa
hasil ISK yang mendapat terapi antibiotik jauh lebih baik dibandingkan terapi plasebo.  Pilihan
dari penatalaksanaan ISK bergantung pada jenis ISK tersebut, simpleks atau rumit.

Terapi antibiotik yang adekuat untuk ISK sangatlah penting untuk mencegah kegagalan terapi
dan peningkatan dari resistensi antibiotik.  Pemilihan antibiotik harus berdasarkan dari:
spektrum dan pola kerentanan uropatogen, kemanjuran pada indikasi tertentu pada studi
klinikal, harga, ketersediaan obat, tolerabilitas dan efek yang merugikan. 

Terapi Sistitis

Pada sistitis simpleks (ISK bagian bawah) respon sangat baik terhadap terapi antibiotik oral.
Berikut adalah beberapa regimen terapi yang efektif untuk sistitis simple yang akut pada
wanita. [6]

Tabel 3 Pilihan Antibiotik Pada Sistitis

Obat dan dosisEfikasi klinis, %Efikasi bakterial, %Efek samping

Nitrofurantoin,2x100mg, selama 5-7hari

84-9586-92Mual, sakit kepala

TMP-SMX,2x160-800mg, selama 3 hari

90-10091-100Ruam, urtikaria, mual, muntah, gangguan hematologi

Fosfomycin,3g dosis tunggal, serbuk

70-9178-83Diare, mual, sakit kepala

Pivmecillinam, 2x400mg, selama 3-7 hari


55-8274-84Mual, muntah, diareGolongan Fluoroquinolone, selama 3 hari85-9581-98Mual,
muntah, diare, sakit kepala, mengantuk, insomnia

Golongan β-Lactams, selama 5-7hari

79-9874-98Diare, mual, muntah, rash, urtikaria

Terapi Pielonefritis 

Pilihan regimen terapi harus mampu mengeradikasi organisme kausatif dan mampu mencapai
level terapi dalam darah secara cepat. Golongan Fluoroquinolone dikontraindikasikan terhadap
ibu hamil.  [4,6,20-23]

Tabel 4 Terapi Pielonefritis

Terapi oral pada kasus ringan – sedang pielonefritis simpleAntibiotikDosis harianLama


terapiCiprofloxacin500-750mg 2x17-10 hariLevofloxacin500mg 1x17-10 hariLevofloxacin750mg
1x15 hariTerapi alternatif (efektif secara klinis bukan mikrobiologi)Cefpodoxime proxetil200mg
2x110 hariCeftibuten400mg 1x110 hariDiberikan hanya bila patogen diketahui rentan terhadap
antibiotik berikut (Bukan terapi empiris)Kotrimoksazol160/800mg 2x114 hariCo-
amoxiclav0.5/0.125 gr 3x114 hari

Terapi ISK pada kehamilan 

Terapi lini pertama ISK pada kehamilan adalah:

Nitrofurantoin monohydrate/macrocrystals 100 mg 2 kali sehari peroral selama 5-7 hari.

Amoxicillin 500 mg 2 kali sehari peroral, atau 3 kali 250mg oral) selama 5-7 hari

Amoxicillin-clavulanate 500/125 mg 2 kali sehari peroral selama 3-7 hari 250/125 mg 3 kali
sehari peroral selama 5-7 hari.

Cephalexin 500 mg 2 kali sehari peroral selama 3-7 hari

Sulfonamid harus dihindari pemakaiannya pada trimester awal dan pada menjelang kelahiran
dikarenakan efek teratogenik dan kemungkinan kernicterus.  Fluoroquinolone (ciprofloxacin,
levofloxacin, norfloxacin) dihindari dikarenakan kemungkinan efek pada pertumbuhan kartilago
fetus.   [4,6,24]

Terapi ISK pada anak

Terapi ISK pada anak memiliki empat tujuan utama;


mengeliminasi gejala dan bakteriuria pada episode akut,

mencegah skar ginjal,

mencegah ISK berulang,

megoreksi lesi urologi.

Anak dengan pielonefritis dapat diobati dengan antibiotik oral ataupun dengan terapi antibiotik
IV selama 2-4 hari kemudian diikuti dengan terapi antibiotik oral. Jika bakteri gram positif
dicurigai sebagai penyebab, maka terapi yang digunakan adalah aminoglikosid yang
dikombinasikan dengan ampisilin dan amoxicillin/clavulanate.

Terapi antibiotik oral yang dapat diberikan berupa; trimetoprim (TMP), trimetoprim-
sulfamethoxazole (TMP-SMX), sefalosporin, amoxicillin klavulanat dengan lama pemberian 5-7
hari pada ISK simpleks.

Untuk terapi parenteral pada anak dengan pielonefritis atau pada kasus berat yang tidak
memiliki alergi sefalosporin dapat diberikan ceftriaxone dengan dosis 75mg/kgbb IV/IM tiap 12-
24 jam sekali, namun pada pasien dengan alergi sefalosporin maka dapat diberikan gentamicin
(2.5 mg/kgbb IV/IM dosis tunggal).

Tatalaksana yang sesuai, pemeriksaan radiologi untuk menilai adanya kelainan anatomi di
saluran kemih, dan follow-up dapat mencegah sekuele dalam waktu yang lama terutama pada
pasien dengan kasus yang berat, dan dapat mencegah infeksi berulang.

Pencegahan pada anak yang berisiko tinggi terkena pielonefritis dapat memakai nitrofurantoin,
TMP, sefalexin, dan sefaklor.

Penggunaan kloramfenikol, sulfonamid, tetrasiklins, rifampisin, amfoterisin B dan kuinolon pada


anak harus dihindari.  [4,15, 25-27]

Terapi ISK Rumit (Dengan Penyulit) 

ISK rumit/ complicated banyak terjadi pada sekumpulan individu dengan berbagai kelainan


struktural dan fungsional pada saluran kemih. Berbagai kelainan dan individu juga memiliki
kerentanan terhadap antibiotik yang berbeda pula sehingga terapi untuk ISK rumit harus
disesuaikan terhadap hasil kultur urin.

Xanthogranulomatous pyelonephritis ditatalaksana dengan nefrektomi

Pada emphysematous pyelonephritis dapat dilakukan drainase perkutan sebagai inisial terapi,


selanjutnya bila diperlukan dapat dilakukan nefrektomi
Nekrosis papilar dengan obstruksi memerlukan intervensi untuk membebaskan obstruksi dan
menyelamatkan fungsi renal  [4,6]

Terapi Urosepsis 

Pasien dengan urosepsis harus didiagnosa pada tahap awal, terutama pada kasus dengan ISK
rumit. SIRS (systemic inflammatory response syndrome) dapat menjadi penanda awal dari
kaskade MOF (multi organ failure).

Terapi dari urosepsis merupakan kombinasi dari perawatan bantuan hidup yang adekuat, terapi
antibiotik yang tepat dan sesuai, terapi tambahan (simpatomimetis, hidrokortison, kontrol gula
darah), dan penanganan optimal dari gangguan saluran kemih.

Terapi inisial anitbiotik empiris harus memiliki spektrum luas dan selanjutnya disesuaikan
dengan hasil kultur. Antibiotik harus diberikan tidak lebih dari satu jam setelah asumsi klinis
dari sepsis.  Antibiotik yang dapat menjadi pilihan antara lain adalah Fluoroquinolone
(ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin), aminopenisilin, sefalosporin generasi ketiga,
aminoglikosid dan kotrimoksazol (jika terbukti sensitif), dengan lama pemberian 7-14 hari atau
sampai 3-5hari setelah penurunan demam atau eliminasi dari faktor penyulitnya.

Pada <3 hari dari kegagalan terapi inisial maka dapat diberikan pilihan berikut; fluoroquinolone,
piperasilin, sefalosporin generasi 3b, carbapenem+aminoglikosid, flukonazol, dan amfoterisin
B.  Pertimbangkan kombinasi dua antibitotik pada infeksi yang berat.

H. Masalah keperawatan

Nyeri di perut bagian bawah atau panggul.

Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil.

Tidak bisa menahan rasa ingin buang air kecil.

Buang air kecil menjadi lebih sering, tetapi jumlah urine sedikit-sedikit.

Anda mungkin juga menyukai