Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH PIELONEFRITIS

TUGAS MATA KULIAH PROMOSI KESEHATAN

Disusun Oleh:

Firdausiyah (21144010025)

Siti Nur Azizah (21144010049)

Eaz Zanuar Bagas (21144010017)

Fajrul Falah Alvindi (21144010020)

Dosen Pengampu:

Damon Wicaksi, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BONDOWOSO

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat serta karunia-nya semata , sehingga tugas mata kuliah ini dapat

terselesaikan dengan baik.Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

KMB 1 (ASKEP SISTEM PERKEMIHAN) dengan baik, yang menjadi salah satu

mata kuliah wajib di Program Studi DIII Keperawatan Universitas Bondowoso.

Penulis yakin tanpa adanya bantuan dari semua pihak, maka tugas ini tidak

akan dapat diselesaikan denganbaik. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Ibu Yuana Dwi Agustin, SKM, M Kes sebagai Ketua Program Studi

DIII Keperawatan Universitas Bondowoso;

2. Bapak Damon Wicaksi, SST, M.Kes sebagai dosen pengampu mata

kuliah KMB 1 (ASKEP SISTEM PERKEMIHAN)

3. Semoga pihak yang telah membantu pengerjaan makalah ini.

Semoga sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan

imbalan dari Allah SWT,dan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari semua pihak untuk bahan perbaikan penulisan makalah ini.

Bondowoso, 12 Agustus 222

Penulis

ii
KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB 1 Landasan Teori & WOC

1.1 Definisi...............................................................................1

1.2 Etiologi...............................................................................3

1.3 Manifestasi Klinis..............................................................5

1.4 Patofisiologi.......................................................................7

1.5 Pemeriksaan Penunjang.....................................................7

1.6 Penanganan.......................................................................8

1.7 Pencegahan.......................................................................10

1.8 Komplikasi..........................................................................11

1.9 Pathway (WOC)...................................................................12

BAB II ASKEP Teori

2.1 Pengkajian...........................................................................13

2.2 Diagnosa Keperawatan........................................................20

2.3 Intervensi............................................................................21

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................31

3.2 Saran...................................................................................31

DAFTARPUSTAKA

iii
BAB I

LANDASAN TEORI

1.1 Definisi

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya

akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1

sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat

menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada glomerulus, tubulus, dan jaringan

renal interstisial dari salah satu atau kedua ginjal (Brunner & Suddarth, 2002:

1436).

Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara

hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)

1
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas

organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih

(urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen

ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.

Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :

a. Pyelonefritis akut

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang

karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang

berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari

saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi

ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri

dalam urin.Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel

inflamasi.Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut

kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta

glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal

yang sering ditemui.Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran

kemih.Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran

kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan

saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih

cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini

juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40 tahun.

Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus dan penyakit ginjal

lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran kemih.

2
b. Pielonefritis kronis

Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga

karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk

urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen

akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat

menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun

membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses

perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang

berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian

PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya

diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena

uterus yang membesar.

1.2 Etiologi

a. Bakteri

1. Escherichis colli

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus

besar) merupakan penyebab infeksi yang sering ditemukan pada pielonefritis

akut tanpa komplikasi

a) Basilus proteus dan Pseudomonas auroginosa : Pseudomonas juga

merupakan patogen pada manusia dan merupakan penyebab infeksi pada

saluran kemih.

b) Klebsiella enterobacter : Klebsiella enterobacter merupakan salah satu

patogen menular yang umumnya menyebabkan infeksi pernapasan, tetapi

juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih

3
c) Species proteus : Proteus yang pada kondisi normal ditemukan di saluran

cerna, menjadi patogenik ketika berada di dalam saluran kemih.

d) Enterococus : Mengacu pada suatu spesies streptococus yang mendiami

saluran cerna dan bersifat patogen di dalam saluran kemih

e) Lactobacillus : Adalah flora normal di rongga mulut, saluran cerna, dan

vagina, dipertimbangkan sebagai kontaminan saluran kemih. Apabila

ditemukan lebih dari satu jenis bakteri, maka spesimen tersebut harus

dipertimbangkan terkontaminasi. Hampir semua gambaran klinis

disebaban oleh endotoksemia. Tidak semua bakteri bersifat patogen di

saluran perkemihan, tetapi semua bakteri tersebut ditemukan dalam

sampel biakan urine. Namun, bakteri-bakteri tersebut tetap merupakan

kontaminan.

b. Obstruksi urinari track : Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.

c. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih

kembali ke dalam ureter.

d. Kehamilan : Kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran

plasma efektif ke ginjal dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomerulus

dan fungsi tubuler meningkat 30-50%. Dibawah keadaan yang normal

peningkatan kegiatan penyaringan darah bagi ibu dan janin yang tumbuh

tidak membuat ginjal dan uretra bekerja ekstra. Keduanya menjadi dilatasi

karena peristaltik uretra menurun. Sebagai akibat, gerakan urin ke

kandung kemih lebih lambat. Stasis urin ini meningkatkan kemungkinan

pielonefritis.Estrogen dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi yang

terjadi pada kadung kemih yang akan naik ke ginjal. Bendungan dan atoni

4
ureter dalam kehamilan mungkin disebabkan oleh progesteron, obstipasi

atau tekanan uterus yang membesar pada ureter. Pada saluran kemih yang

sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang

akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat

masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air

kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air

kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan

kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

1.3 Manifestasi Klinis

Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat

disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada

beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa

nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.

Dapat terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang

desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat

infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu

atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.

Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit

untuk dikenali.

1). Pyelonefritis akut ditandai dengan :

1. pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal

2. Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi,

menggigil, nausea

5
3. nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya

kelemahan fisik.

4. Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.

5. Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam

beberapa hari.

6. Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau

hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya

peningkatan sel darah putih.

2). Pielonefritis kronis

Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga

kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:

1. Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak

mempunyai gejala yang spesifik.

2. Adanya keletihan.

3. Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.

4. Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,

proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.

5. Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami

gagal ginjal.

6. Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.

7. Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada

jaringan.

8. Tiba-tiba ditemukan adanya hipertensi.

6
1.4 Patofisiologi

Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas

aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar

tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke

kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan

kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan

dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada

ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis.

Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi

saluran kemih yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau

tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak

lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis

ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan

scarring. Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang dari pielonefritis

akut. Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic.

Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

1.5 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis

adalah:

a. Whole blood

b. Urinalisis

7
c. USG dan Radiologi : USG dan rontgen bisa membantu menemukan

adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air

kemih lainnya

d. BUN

e. Creatinin

f. Serum Electrolytes

g. Biopsi ginjal

h. Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi

perubahan atau abnormalitas struktur

1.6 Penanganan

Kebanyakan pasien yang menderita infeksi ginjal bisa sembuh total, asalkan

mendapatkan penanganan yang tepat. Berikut ini beberapa cara yang dilakukan

oleh dokter untuk mengobati pielonefritis.

a) Antibiotik

Umumnya, pasien pielonefritis akan dibawa ke rumah sakit dan

diberikan antibiotik yang dimasukkan lewat vena. Jika gejala sudah membaik,

dokter akan meresepkan antibiotik yang dikonsumsi lewat mulut selama 3

minggu.Setelah itu, dokter juga akan menganjurkan untuk menjalani

pengulangan kultur urine. Hal ini bertujuan untuk memastikan apakah infeksi

sudah sembuh atau belum. Jika masih ada, mungkin perlu minum antibiotik

lagi.

b) Rawat inap di rumah sakit

8
Jika infeksi ginjal sudah semakin parah, dokter mungkin akan

merekomendasikan untuk rawat inap di rumah sakit. Perawatan di rumah sakit

ini juga termasuk antibiotik dan cairan yang dimasukkan lewat vena di

lengan.Obat infeksi saluran kencing yang kambuh juga diatasi dengan

antibiotik dengan dosis rendah. Obat ini akan diberikan setiap hari selama

beberapa minggu untuk mencegah infeksi. Berapa lama pasien dirawat di

rumah sakit akan tergantung pada tingkat keparahan infeksi.Selain kedua jenis

perawatan di atas, pasien pielonefritis akibat batu ginjal mungkin akan

melakukan terapi ESWL, laser, atau pembedahan. Operasi ini dilakukan agar

batu yang menyumbat saluran urine dapat dikeluarkan.

c) Pengobatan di rumah

1. Minum air yang banyak

2. Tidak menahan kencing dalam waktu yang lama

3. Konsumsi obat sesuai anjuran dokter

d) Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan

infeksi ginjal mempunyai khasiat sebagai anti radang, anti infeksi,

menurunkan panas, dan diuretik (peluruh kemih). Tumbuhan obat yang

dapat digunakan, antara lain :

1) Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)

2) Meniran (Phyllanthus urinaria)

3) Sambiloto (Andrographis paniculata)

4) Pegagan (Centella asiatica)

5) Daun Sendok (Plantago major)

6) Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)

9
7) Rambut Jagung (Zea mays)

8) Krokot (Portulaca oleracea)

9) Jombang (Taraxacum mongolicum)

10) Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa).

1.7 Pencegahan

a. Mengosongkan kandung kemih setelah melakukan hubungan seksual atau

mengelap dari depan ke belakang setelah pergi ke kamar mandi dapat

secara signifikan mengurangi kemungkinan terkena infeksi ginjal pada

wanita.

b. Minum banyak cairan telah terbukti merupakan hal yang paling efektif

untuk mencegah infeksi saluran kemih.

c. Pada individu dengan kateter urine yang sudah lama terpasang,

penggantian kateter yang dijadwalkan secara rutin dan juga pembersihan

rutin di sekitar masuknya kateter ke dalam uretra merupakan langkah

penting dalam pencegahan infeksi saluran kemih.

d. Jika batu ginjal merupakan faktor predisposisi terhadap infeksi ginjal

berulang, maka pengangkatan batu dan mencegah pembentukan batu di

masa depan mungkin diperlukan. Individu ini dapat dirujuk ke ahli urologi

untuk evaluasi lebih lanjut dan pengambilan batu ginjal.

e. Jus cranberry dapat bermanfaat dalam mencegah infeksi ginjal. Penting

untuk dicatat bahwa buah cranberry mungkin tidak mengobati infeksi

ginjal yang ada, namun telah ditemukan sebagai tindakan pencegahan

sederhana selain tindakan lain yang tercantum di atas.

10
1.8 Komplikasi

Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi

Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)

1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah

pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila

ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat

terjadinya obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang

dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan

sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami

peregangan akibat adanya pus.

3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan

meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir

(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan

parut), hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai

organisme pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu)

(Brunner&Suddarth, 2002: 1437).

11
1.9 Pathway (WOC)

Penyebab (bakteri)

Masuk saluran kemih Masuk saluran darah

Adanya Obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh bakteri

Peradangan / infeksi ginjal

Nyeri Akut Hematuria Demam

Kurang Hipertermi
Perubahan pengetahuan
kenyamanan

Penguapan Mukosa kering


Ansietas berlebihan
Gangguan pola
tidur Risiko Nafsu
ketidakseimb makan
angan cairan berkuran
g

Defisit Nutrisi

Kelemahan
Intoleransi Aktivitas

12
BAB II

ASKEP TEORI

2.1 PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

Didalam identitas meliputi nama, jenis kelamin, alamat, pendidikan,

no.registrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan, tinggi badan, berat

badan dan tanggal MR.

2. RIWAYAT SAKIT DAN KESEHATAN

a. Keluhan utama

Keluhan utama yang sering didapatkan meliputi demam dan

menggigil, keluhan nyeri pinggang dan keluhan iritasi miksi (disuria,

hematuria, piuria, urgensi).

b. Riwayat penyakit sekarang

Riwayat peningkatan suhu tubuh disertai menggigil biasanya

dikeluhkan beberapa hari sebelum klien meminta pertolongan pada tim

kesahatan.

Untuk lebih komprehensifnya pengkajian keluhan nyeri, lakukan

pengkajian nyeri scara PQRST. Pada klien pielonefritis biasanya

didapatkan keluhan nyeri, meliputi:

- Provoking Accident : penyebab nyeri pada kostovertebrata akibat

respon peradangan pada pielum dan parenkim ginjal.

- Quality / Quantity : kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk

13
- Region / Relief : skala nyeri bervariasi pada rentang sedang

sampai berat atau 2-3 (0-4)

- Time : onset nyeri dimulai bersamaan dngan keluhan timbulnya

demam.

Kaji keluhan miksi tentang adanya nyeri saat berkemih, kemih

darah, kemih nanah dan rasa sangat ingin kencing sehingga terasa

sakit. Keadaan ini adalah akibat hiper-iritabilitas dan hiper-aktivitas

saluran kemih karena inflamasi.

c. Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah ada riwayat peyakit seperti adanya keluhan obstruksi

pada saluran kemih (yang meningkatkan kerentanan ginjal terhadap

infeksi), tumor kandung kemih, stiktur, hiperplasia prostatik benigna,

diabetes melitus.

Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu

dan adanya riwayat alergi terhadap alergi terhadap jenis obat dan

dokumentasikan.

d. Psikososiokultural

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai

respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan

peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada

klien taitu timbul seperti ketakutan akan kcacatan, rasa cemas, rasa

ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan

14
pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body image).

Adanya keluhan berupa nyeri, prognosis penyakit memberikan

manifestasi yang berbeda pada setiap klien yang mengalami

pielonefritis.

Karena klien harus menjalani rawat inap maka apakah keadaan ini

memberi dampak pada status ekonomi klien, karena biaya perawata

dan pengobatan memerlukan dan yang tidak sedikit.

3. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih,

trauma kandung kemih, infeksi saluran kemih berulang, personal

hygiene yang salah, kebiasaan menahan BAK, riwayat penyakit DM.

b. Pola Nutrisi Metabolisme

Berapa kali makan dalam sehari, berapa banyak minum dalam

sehari, komposisi makanan yang di konsumsi.

c. Pola Eliminasi

Berapa kali dalam sehari BAB/BAK, konsistensi, warna, bau khas.

d. Pola Tidur dan Istirahat

Berapa jam istirahat (siang dan malam), kualitas tidur/istirahat.

e. Pola Persepsi dan Kognitif

Nyeri supra pubik, disuria, rasa terbakar saat berkemih, spasme

kandung kemih, low back pain.

f. Pola Sistem Kepercayaan

Keyakinan yang dianut oleh pasien.

15
4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum dan TTV

Kedaaan umum klien lemah dengan tingkat kesadaran biasanya

compos mentis. Pada TTV sering didapatkan adanya perubahan; suhu

tubuh meningkat, frekuensi denyut nadi mengalami peningkatan,

frekuensi meningkat sesuai dengan peningkatan suhu tubuh dan denyut

nadi. Tekanan darah tidak terjadi perubahan signifikan kecuali adanya

penigkatan tekanan darah secara bermakna.

b. Rambut

Keadaan kepala klien ISK biasanya baik (tergantung klien) :

Warna rambut normal (hitam), rambut tidak bercabang, rambut bersih.

Pada saat di palpasi keadaan rambut klien ISK biasanya lembut, tidak

berminyak, rambut halus.

c. Mata

Keadaan mata penderita ISK biasanya normal. Mata simetris, tidak

edema di sekitar mata, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis,

pandangan tidak kabur.

d. Hidung

Normal. Simetris tidak ada pembengkakan, tidak ada secret,

hidung bersih.

e. Telinga

Normal. Telinga simetris kiri dan kanan, bentuk daun telinga

normal, tidak terdapat serumen, kebersihan telinga baik.

f. Mulut

16
Mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut bersih (lidah, gigi,

gusi).

g. Leher

I : leher simetris, tidak ada benjolan JVP, terlihat pulsasi

P : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran nodus

limfa

h. Thoraks

- Paru-paru

I : dada simetris kiri dan kanan, pergerakan dada sama, pernapasan

cepat dan dangkal, tidak ada penonjolan rusuk.

P : normal. Tulang rusuk lengkap, tidak ada nyeri tekan dan nyeri

lepas serta edema atau massa, tractil fremitus positif kiri dan

kanan.

P : suara dullness pada daerah payudara, dan suara resonan pada

intercosta.

A : normal. Tidak terdengar suara tambahan pada pernapasan

(ronchi, wheezing)

- Jantung

Biasanya klien dengan ISK normal, yaitu tidak ada terjadi

gangguan pada jantung klien (kecuali klien memiliki riwayat sakit

jantung). Teraba pulsasi pada daerah jantung klien pada intercosta

2 dan pada intercosta 3-5 tidak teraba, pada garis mid klavikula

teraba vibrasi lembut ketukan jantung, suara jantung s1 dan s2

17
terdengar seimbang pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke 5

bunyi s1 lebih dominan daripada s2.

i. Abdomen

I : perut rata, tidak ada pembesaran hepar yang di tandai dengan perut

buncit, tidak ada pembuluh darah yang menonjol pada abdomen, tidak

ada selulit.

A : bising usus terdengar

P : ada nyeri tekan pada abdomen bagian bawah akibat penekanan oleh

infeksi

P : bunyi yang dihasilkan timpani

j. Ekstremitas

Kekuatan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah baik, dapat

melakukan pergerakan sesuai perintah, tidak ada nyeri tekan atau lepas

pada ekstremitas, tidak ada bunyi krepitus pada ekstremitas.

5. Pengkajian diagnostik

a. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis disertai

peningkatan laju endapan darah, urinalisis terdapat piuria, bakteriuria,

dan hematuria. Pada pielonefritis akut yang mngenai kdua sisi ginjal

terjadi penurunan faal ginjal. Kultur urin terdapat bakteriuria dan tes

sensitivitas dilakukan untuk menentukan organisme penyebab

sehingga agens antimikrobial yang tepat.

b. Radiografi

18
Pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan

dari bayangan otot polos dan mungkin terdapat bayangan radio-opak

dan batu saluran kemih. Pada PIV terdapat bayangan ginjal mmbsar

dan trdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Perlu dibuat diagnosis

banding dengan inflamsi pada organdi sekitar ginjal antara lain:

pankreatitis, appndisitis, kolesistitis, divertikulitis, pneumonitis, dan

untuk menyelamatkan ginjal dari kehancuran.

c. USG

Pemeriksaan ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui lokasi

obstruksi di trakus urinarius; mnghilangkan obstruksi adalah penting

untuk menyelamatkan ginjal dari kehancurann.

6. Pemeriksaan penatalaksaan medik

Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih

lanjut. Penatalaksaan tersebut, meliputi:

a. Pemberian antimikroba yang sesuai dengan hasil uji sensitivitas yang

bersifat bakterisidal, dan berspektrum luas seperti golongan

aminoglikosida yang dikombinasikan dengan aminopenisilin

(ampisilin atau amoksilin), aminopenisilin dikombinasikan dengan

asam klavulanant atau sulbaktam, karboksipenisilin, sefalosporin, atau

fluroquinolone.

b. Simptomatik, untuk menurunkan keluhan nyeri dan demam.

19
2.2 Masalah Keperawatan

Pada hasil analisa yang dilakukan perawat terhadap klien dengan pielonefritis,

maka kemungkinan masalah keperawatan yang muncul, meliputi:

1. Defisit Nutrisi (D.0019)

2. Nyeri akut (D.0077)

3. Hipertermia (D.0130)

4. Ansietas (D.0080)

5. Gangguan pola tidur (D.0055)

6. Intoleransi aktivitas (D.0056)

7. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

20
2.2 INTERVENSI

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi Keperawatan

O keperawatan kriteria hasil SIKI

SDKI SLKI

1 Defisit Nutrisi Tujuan : Menejemen nutrisi : 1.03119

setelah dilakukan  Observasi


(D.0019)
tindakan 1. Identifikasi status

keperawatan selama nutrisi

3x 24 jam. 2. Identifikasi

Status nutrisi makanan yang

(L.03030) disukai

Kriteria Hasil : 3. Monitor asupan

Indikator: makanan

1. Verbalisasi 4. Monitor berat

keinginan badan

untuk  Terapeutik

meningkatka 1. Berikan makanan

n nutrisi tinggi serat untuk

meningkat mencegah

(5) konstipasi

2. Pengetahuan 2. Berikan makanan

standart tinggi kalori dan

asupan tinggi protein

21
nutrisi yang  Edukasi

tepat Ajarkan diet yang

meningkat diprogramkan

(5)  Kolaborasi

3. Frekuensi Kolaborasi dengan ahli

makan gizi untuk menentukan

membaik (5) jumlah kalori dan jenis

4. Nafsu makan nutrien yang

membaik (5) dibutuhkan,jika perlu

5. Membran

mukosa

membaik (5)

2. Nyeri akut Tujuan : Menejemen nyeri : 1.08238

setelah dilakukan  Observasi


(D.0077)
tindakan 1. Identifikasi

keperawatan selama lokasi,karakteristik

3x 24 jam pasien ,durasi,frekuensi,k

merasa nyaman dan ualitas,dan

nyerinya berkurang. intensitas nyeri

Tingkat nyeri 2. Identifikasi

( L.08066) skala nyeri

Kriteria Hasil : 3. Identifikasi faktor

22
1. Keluhan yang memperberat

nyeri dan memperingan

menurun (5) nyeri

2. Meringis 4. Identifikasi

menurun (5) pengaruh nyeri

3. Gelisah terhadap kualitas

menurun (5) hidup

4. Proses  Terapeutik

berfikir 1. Berikan tekhnik

membaik (5) nonfarmakologis

untuk mengurangi

nyeri(mis.terapi

muik,terapi

pijat,dll)

2. Kontrol

lingkungan yang

memperberat rasa

nyeri (mis.suhu

ruangan,pencahaya

an,kebisingan)

3. Pertimbangkan

jenis dan sumber

nyeri dalam

pemilihan strategi

23
meredakan nyeri

 Edukasi

1. Jelaskan

penyebab,periode,

dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3. Anjurkan monitor

nyeri secara

mandiri

3. Hipertermia Tujuan : Manajement hipertermi : 1.15506

setelah dilakukan  Observasi


(D.0130)
tindakan 1. Identifikasi

keperawatan selama penyebab

3x 24 jam demam hipertermia(mis.de

pasien berkurang. hidrasi,terpapar

Termoregulasi lingkungan panas)

(L.14134) 2. Monitor suhu

Kriteria Hasil : tubuh

1. Menggigil 3. Monitor haluan

menurun (5) urin

2. Suhu tubuh 4. Monitor

membaik (5) komplikasi akibat

3. Suhu kulit hipertermia

24
membaik (5).  Terapeutik

1. Basahi dan kipasi

permukaan tubuh

2. Lakukan

pendinginan

eksternal

(mis.kompres

dingin)

 Edukasi

Anjurkan tirah baring

4. Ansietas Tujuan : Reduksi ansietas : 1.09314

setelah dilakukan  Observasi


(D.0080)
tindakan 1. Identifikasi saat

keperawatan selama tingkat ansietas

3x 24 jam cemas berubah(mis.kondi

pasien Hilang dan si,waktu,stresor)

tidak 2. Identifikasi

memperlihatkan kemampuan

tanda-tanda gelisah mengambil

Kriteria Hasil : keputusan

Indikator: 3. Monitor tanda

1. Verbalisasi tanda

kwatir ansietas9verbal

25
terhadap dan nonverbal)

kondisi yang  Terapeutik

dihadapi 1. Temani pasien

menurun (5) untuk mengurangi

2. Perilaku kecemasan

gelisah 2. Pahami situasi

menurun (5) yang membuat

3. Konsentrasi ansietas

membaik (5) 3. Gunakan

4. (121138) pendekatan yang

nyeri (5) tenang dan

5. Pola tidur menyakinkan

membaik (5) 4. Motivasi

mengidentifikasi

situasi yang

memicu

kecemasan

 Edukasi

1. Informasikan

secara faktual

mengenai

diagnosis,pengobat

an dan prognosis

2. Anjurkan

26
mengungkapkan

perasaan dan

persepsi

5. Gangguan pola Tujuan : Dukungan tidur : 1.05174

tidur setelah dilakukan  Observasi

tindakan 1. Identifikasi pola


(D.0055)
keperawatan selama aktivitas dan tidur

3x 24 jam pasien 2. Identifikasi faktor

merasa tidur dengan pengganggu tidur(

nyenyak. fisik atau

Pola Tidur (L.05045) psikologis)

Kriteria Hasil :  Terapeutik

Indikator: 1. Modifikasi

1. Keluhan sulit lingkungan

tidur 2. Tetapkan jadwal

menurun(1) tidur rutin

2. Keluhan 3. Lakukan prosedure

sering terjaga untuk

menurun ( 1) meningkatkan

3. Kemampuan kenyamanan

beraktivitas  Edukasi

meningkat 1. Jelaskan

(1) pentingnya tidur

cukup selama sakit

27
2. Anjurkan menepati

kebiasaan waktu

tidur

3. Ajarkan faktor

faktor yang

berkontribusi

terhadap gangguan

pola tidur

6. Intoleransi Tujuan : Manajement Energi : 1.05178

aktivitas setelah dilakukan  Observasi

tindakan 1. Identifikasi
(D.0056)
keperawatan selama gangguan fungsii

3x 24 jam pasien tubuh yang

toleran aktifitas. mengakibatkan

Toleransi Aktivitas kelelahan

(L.05047) 2. Monitor kelelahan

Kriteria Hasil: fisik dan

Indikator: emosional

1. Saturasi 3. Monitor pola dan

oksigen jam tidur

meningkat 4. Monitor lokasi dan

(5) ketidaknyamanan

2. Kemudahan selama melakukan

dalam aktivitas

28
melakukan  Terapeutik

aktivitas 1. Sediakan

sehari hari lingkungan

meningkat nyaman dan

(5) rendah stimulus

3. Keluhan 2. Lakukan latihan

lelah gerak pasif dan

menurun (5) aktif

4. Perasaan  Edukasi

lemah 1. Anjurkan tirah

menurun(5) baring

2. Anjurkan

melakukan

aktivitas secara

bertahap

3. Ajarka strategi

koping untuk

mengurangi

kecemasan

7. Risiko Tujuan : Manajement cairan : 1.03098

ketidakseimba setelah dilakukan  Observasi

ngan cairan tindakan 1. Monitor status

keperawatan selama hidrasi


(D.0036)
2 x 24 jam. 2. Monitor berat

29
Keseimbangan badan sesudan dan

cairan (L.03020) sebelum dialisi

Kriteria hasil :  Terapeutik

Indikator: 1. Catat intake –

1. Asupan output dan hitung

cairan balans cairan 24

meningkat jam

(5) 2. Berikan asupan

2. Haluan urin cairan sesuai

meningakat kebutuhan

(5)

3. Kelembaban

membran

mukosa

meningkat(5)

4. Dehidrasi

menurun (5)

5. Membran

mukosa

membaik(5)

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan

interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih

melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% - 25% curah

jantung, bakteri jarang mencapai ginjal melalui darah; kasus penyebaran

secara hematogen kurang dari 3%.

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus

besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan

penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit. Infeksi biasanya berasal dari

daerah kelamin yang naik ke kandung kemih.

Pada hasil analisa yang dilakukan perawat terhadap klien dengan

pielonefritis, maka kemungkinan masalah keperawatan yang muncul antara

lain Defisit Nutrisi (D.0019), Nyeri akut (D.0077), Hipertermia (D.0130),

Ansietas (D.0080), Gangguan pola tidur (D.0055) , Intoleransi aktivitas

(D.0056) , Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)

3.2 Saran

Saran kami dalam makalah ini semoga para pembaca bisa lebih

memahami isi dari makalah ini dan dapat menerapkannya dalam melakukan

asuhan keperawatan dan membandingkan dengan referensi lainnya.

31
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria.dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: Mocomedia

Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and

classification 2018-2020. Jakarta: EGC.

https://doktersehat.com/pencegahan-dan-prognosis-infeksi-ginjal-

pyelonefritis/ https://hellosehat.com/urologi/ginjal/pielonefritis/#gref

https://id.scribd.com/doc/131550624/Makalah-Askep-Pielonefritis

https://www.academia.edu/36324308/ISI_BAB_2_and_BAB_3lp_askep_kasus_is

https://www.slideshare.net/mobile/shaniawiradika/131550624-

makalahaskeppielonefritis

https://www.google.co.id/books/edition/Klien_Gangguan_Ginjal/i9mAClWMwK

IC?hl=id&gbpv=1&dq=pielonefritis&pg=PA31&printsec=frontcover

Swanson, Elizabeth.dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi Bahasa

Indonesia. Jakarta: Mocomedia

SDKI (Standart Diagnostic Keperawatan Indonesia) edisi 1 cetakan kedua (2017)

SLKI (Standart Luaran Keperawatan Indonesia) edisi 1 cetakan kedua (2019)

SIKI (Standart Intervensi Keperawatan Indonesia) edisi 1 cetakan kedua (2018).

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45

Anda mungkin juga menyukai