Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN

Disusun Oleh :

MUHAMAD FAZRUL ZIKRI


RIKA FEBRIYANTI
HOLILAH

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS CENDEKIA ABDITAMA
2023
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah SISTEM PERKEMIHAN tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PIELONEFRITIS” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang
diberikan pembimbing.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah
perubahan yang lebih baik di kemudian hari.

Tangerang, 14 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................

BAB II KONSEP DASAR....................................................................................

BAB III P E N U T UP ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia


tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas
sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di
Amerika Serikat (Stamm,1998). Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada
jika terdapat bakteriuria bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen
105 ml pada urin pancaran tengah yang dikumpulkan pada cara yang
benar).
Abnormalitas dapat hanya berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria
asimtomatik) atau bakteriuria dapat disertai infeksi simtomatikndari
struktur-struktur traktus urinarius/ UTI umumnya dibagi dalam dua sub
kategori besar: UTI bagian bawah (uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI
bagian atas (pielonefritis akut). Sistitisakut (infeksivesika urinaria) dan
pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan interstisium ginjal) adalah infeksi
yang paling berperan dalam menimbulkan morbilitas tetapi jarang berakhir
sebagai gagal ginjal progresif.
Pielonefritis merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung
kemih melalui uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20%
sampai 25% curah jantung, bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui
aliran darah; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana
katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik
(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur,
hiperplasia prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang
lain. Pielonefritis dapat akut dan kronis.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pielonefritis?


2. Apa etiologi dari pielonefritis?
3. Bagaimana manifestasi klinis pielonefritis?
4. Apa saja klasifikasi pielonefritis?
5. Apas saja maca-macam pielonefritis
6. Bagaimana penatalaksanaan pielonefritis secara medis dan
keperawatan?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu sebagai proses


pembelajaran mahasiswa dalam memahami gangguan perkemihan khusunya
tentang pielonefritis serta penatalaksanaannya. Tujuan khusus dari
pembuatan makalah ini yaitu untuk memahami defenisi, etiologi,
manifestasi klinis, klassifikasi, penatalaksanaan medis dan keperawatan serta
asuhan keperawatan pielonefritis.
BAB II KAJIAN TEORI
2.1. Definisi Pieloneritis

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat


infeksi bakteri. Infeksi dapat berawal di traktus
urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar
ke ureter, atau karna infeksi yang dibawah
darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi traktus
urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar
prostat, batu
ginjal, atau defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis. (Sloane,
2003)

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan


jaringaninterstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth,
2002).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secarahematogen atau retrograde aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002)
2.2. Klasifikasi

Pyelonefritis dibagi menjadi 2 macam yaitu :

1) Pyelonefritis akut.

Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi


berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru.20 % dari
infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.
Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini
akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atau
dikaitkan dengan selimut.abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal dan
pada taut kortikomedularis.Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus
serta glomerulus terjadi.
2) Pyelonefritis kronik.

Pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat


juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal ginjal) yang kronik. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang –ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan
pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan
Pyelonefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2.3. Etiologi

1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle


pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85%
dari infeksi.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal
atau pembesaran prostat
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan

5. DM

6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi. Pada


saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh
penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai
penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau
pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke
dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal.

2.4. Manifestasi Klinis


1. Manifestasi Klinis Akut
Pasien pielonefritis akut mengalami demam dan menggigil, nyeri
panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan
adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran
urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.
Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibody
bakteri dalam urin. ( Selimut antibody bakteri dalam medulla renali;
ketika bakteri diekskresikan kedalam urin, tesimunofluoresen dapat
mendeteksi selimut antibody tersebut).
Ginjal pasien pielonefritis akut biasanya membesar disertai
infiltrasi intersitisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortiko medularis. Pada akhirnya, atrofi dan
kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Ketika pielonefritis menjadi
kronis, ginjal membentuk jaringan parut, berkontraksi dan tidak
berfungsi. . Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal parah atau
memperbaikikondisi pasien, maka diberikan terpi suportifdan antibiotik.

2. Manifestasi Klinis Kronik


Pasien pielonefritis kronik biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali
terjadi eksaserbasi. Tanda-tanda utama mencangkup keletihan, sakit
kepala, nafsu makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan dan
kehilangan berat badan. . Adanya serangan pielonefritis akut yang
berulang-ulang biasanya tidak mempinyai gejala yang spesifik. Ginjal
mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan
jaringan parut progresif diginjal, pada akhirnya disertai gagal ginjal.

2.5. Patofsiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih
dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, streptocus fecalis,
pseudomas aeruginosa, dan staphilococus aureus adalah bakteri paling
umum yang menyebabkan pielonefritis akut.
E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut,
inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan
medulla mengembang dan multiple abses. Kalik dan pelvis gij juga akan
berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghasilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang dari pielonefritis akut.
Ginjal mengalami perubahan degenerative dan menjadi kecil serta atripic.
Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

1. Akut
Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi.
Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai
dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi
streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pylonefritis akut
biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran
kemih bagian bawah kea rah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi
ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimur antibody
bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal
dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena factor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pielonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.
Pembagian pielonefritis.
Pielonefritis akut sering ditemukan pada wanita hamil, basanya
diawali denganhidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
karena yang membesar.

2.6. Penatalaksanaan
Pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakterimia dan memerlukan
terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parenterialdiberikan selama 24
sampai 48 jam sampai pasien afebris (suhu tubuh mengalami penurunan
dibanding keadaan sebelumnya). Pada waktu tersebut, agens oral dapat
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedkit kritis akan afektif apabila
ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih
lama daripada sistitis.
Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin., nitrofurantoin
atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dapat digunakan untuk
menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang terganggu akan mempengaruhi ekskreasi agens antimikrobial dan
kebutuhanpemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik bagi ginjal.

a. Penatalaksanaan medis
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
 Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat
antimikrobia seperti trimethrobial-sulfamethoxazole ( TMF-
SMZ, septra),gentamycin, dengan atau tanpa ampiciin,
cephalosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
 Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologo tambahan antispasmodicdan anticholinergicseperti
oxybutynin (ditropan) dan propanthelinen (pro-banthine)
 Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjalsecara progresif.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
 Mengkajiwayat obat-obatan, dan alergi.
 Monitor vital sign
 Melakuka pmeriksaan fisik
 Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien
 Mngumulkan specimen urin segar untuk urinalisis
 Memantau input dan output cairan
 Mengevaluasi hasil teslaoratorium (BUN, creatinin,serum electrolytes)
 Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti
prosedur pengobatan, karena pada kasus kronis, pengobatan
bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pn
berkecil hati

2.7. Pemeriksaan Penunjang
1) Whole blood : Pemeriksaan darah engkap
2) Urinalisis: Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel
dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur
mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi
(bakteri, virus)
3) USG dan Radiologi : Membantu menemukan adanya batu ginjal,
kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
4) BUN
5) Creatinin
6) Serum electrolytes

2.8. Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan


infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai beberapa bulan atau
tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal, pasien
dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti
adanya infeksi tidak terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadar kreatinin serum dan hitung
darah pasien dipantau durasinya pada terapi jangka panjang.

2.9. Komplikasi.
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut.
➢ Nekrosis papilla ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medulla akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papilla
ginjal, terutama pada penderita diabetes militus atau pada tempat
terjadinya obstruksi.
➢ pielonefritis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan
system kaliks mengalami supresi, sehingga ginjal mengalami
peregangan akibat adanya pus.
➢ abses perinefrik pada waktu infeksi mencapai kapsula gimjal, dan
meluas kedalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai-urea, yangmengakibatkan terbentuknya batu).
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
Wanita mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi
dibandingkandengan pria.
2. Keluhan utama
Pasien mungkin mengeluh nyeri panggul, disuria, demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih. Demam
menggigil.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Mungkin pasien sebelumnya terkena penyakit obstruksi traktus
urinarius, tumorkandung kemih, batu urinarius, infeksi saluran kemih.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mungkin keluarga pasien ada yang terkena penyakit pielonefritis
sebelumnya,atau terkena penyakit infeksi saluran kemih.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi makanan : anor eksi a
b. Pola eliminasi
BAB : mungkin tidak ada gangguan atau kelainan BAK :
disuria dan poliuria
c. Pola kebiasaan
Mungkin mengalami gangguan karena nyeri pada panggul,
malaise
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tekanan darah : Meningkat
Nadi : normal/meningkat
Respirasi : Normal meningkat
Temperature : Meningkat
Musculoskeletal : Kelemahan otot/malaises
Integument : Pucat, odema

B. Diagnose keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan


refleks spasme ototsekunder akibat gangguan viseral ginjal
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandungkemih ataupun traktus urinarius lain.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
d. Gangguan pola tidur dan istirahat berhubungan dengan nyeri
yang dirasakanpasien.
e. Kurangnya pengetahuan tantang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatanberhubungan dengan kurangnya sumber
informasi.

C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunderakibat gangguan viseral ginjal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri
berkurang atauhilang.
Kriteria hasil
➢ Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

➢ Tanda vital dalam batas normal

No Intervensi Rasiona
l
1. Tentukan lokasi dan karakteristik pasien mungkin tidak secara
ketidaknyamanan perhatikan verbalmelaporkan nyeri dan
isyarat verbal dan non verbal ketidaknyamanan secara langsung.
seperti meringis.

2. Berikan waktu istirahat yang klien dapat istirahat dengan


cukup dan tingkat aktivitas yang tenangdan dapat merilekskan otot-
dapat di toleran. otot.
3. Observasi tanda-tandavital untuk menentukan
intervensiselanjutnya.
4. Anjurkan minum banyak 2-3 liter untuk membantu klien
jika tidak ada kontra indikasi. dalamberkemih.
5. Berikan perawatan perineal untuk mencegah kontaminasi uretra
6. Berikan alnalgesik sesuai analgesic dapat memblok lintasan
kebutuhan dan evaluasi nyeri.
keberhasilannya.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandungkemih ataupun traktus urinarius lain.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola
eliminasi dalambatasnormal (3-4x/hari).
kriteria standar
➢ Pola eliminasi normal (3-4x/hari)
No Intervensi Rasional

1. Ukur dan catat urin setiap kali untuk mengetahui adanya


berkemih. perubahan warna dan
mengetahui input/output.

2. Anjurkan untuk berkemih setiap untuk mencegah terjadinya


2-3 jam. penumpukan urine dalam vesika
urinaria.

3. Palpasi kandung kemih setiap4 untuk mengetahui adanya


jam. distensi kandung kemih

4. Bantu klien kekamar kecil, untuk memudahkan klien dalam


memakai pispot/urinal berkemih.

5. Awasi pemeriksaan laboratorium peninggian BUN mengidikasi


disfungsi ginjal.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pielonefritis adalah inflamasi ginjal akibat infeksi bakteri. Infeksi dapat


berawal di traktus urinaria bawah (kandung kemih) dan menyebar ke
ureter, atau karna infeksi yang dibawah darah dan limfe ke ginjal. Obstruksi
traktus urinaria terjadi akibat pembesaran kelenjar prostat, batu ginjal, atau
defek kongenital yang memicu terjadinya pielonefritis.
Terdapat 2 klasifikasi pielonefritis, yakni: Pielonefritis Akut dan
Pielonefritis kronis. Berdasarkan tanda gejala yang biasa ditemukan pada
pasien pielonefritis adalah mengalami demam dan menggigil, nyeri
panggul, nyeri tekan pada sudut kostovertebral ( CVA ), lekositosis, dan
adanya bakteri dan sel darah putih dalam urin. Selain itu, gejala saluran
urinarius bawah seperti disuria dan sering berkemih umumnya terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Silvy, A Price. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC


Sjamsuhidjajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi SaluranKemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI

Anda mungkin juga menyukai