Disusun Oleh :
Tiada kata yang lebih mulia selain ungkapan puji syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah SISTEM PERKEMIHAN tentang “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PIELONEFRITIS” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang
diberikan pembimbing.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna.Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dan para pembaca sehingga dapat membantu kearah
perubahan yang lebih baik di kemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.3. Tujuan
1) Pyelonefritis akut.
5. DM
2.5. Patofsiologi
Bakteri naik ke ginjal dan pelvis ginjal melalui saluran kandung kemih
dan uretra. Flora normal fekal seperti Eschericia coli, streptocus fecalis,
pseudomas aeruginosa, dan staphilococus aureus adalah bakteri paling
umum yang menyebabkan pielonefritis akut.
E. coli menyebabkan sekitar 85% infeksi. Pada pielonefritis akut,
inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan
medulla mengembang dan multiple abses. Kalik dan pelvis gij juga akan
berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghasilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul setelah periode berulang dari pielonefritis akut.
Ginjal mengalami perubahan degenerative dan menjadi kecil serta atripic.
Jika destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
1. Akut
Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi.
Inflamasi ini menyebabkan pembengkakan di daerah tersebut, dimulai
dari papilla dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cystitis, prostatitis (ascending) atau karena infeksi
streptococcus yang berasal dari darah (descending). Pylonefritis akut
biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran
kemih bagian bawah kea rah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi
ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimur antibody
bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat di jumpai pada kapsul ginjal
dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan
tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Kronis
Pielonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena factor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
Pielonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen
akibat inflamasi yang berulang kali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal
pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak
berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi
ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat.
Pembagian pielonefritis.
Pielonefritis akut sering ditemukan pada wanita hamil, basanya
diawali denganhidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter
karena yang membesar.
2.6. Penatalaksanaan
Pasien pielonefritis akut berisiko terhadap bakterimia dan memerlukan
terapi antimikrobial yang intensif. Terapi parenterialdiberikan selama 24
sampai 48 jam sampai pasien afebris (suhu tubuh mengalami penurunan
dibanding keadaan sebelumnya). Pada waktu tersebut, agens oral dapat
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedkit kritis akan afektif apabila
ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih
lama daripada sistitis.
Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada identifikasi patogen
melalui kultur urin. Jika bakteri tidak dapat hilang dari urin., nitrofurantoin
atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dapat digunakan untuk
menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang terganggu akan mempengaruhi ekskreasi agens antimikrobial dan
kebutuhanpemantauan fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik bagi ginjal.
a. Penatalaksanaan medis
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat
antimikrobia seperti trimethrobial-sulfamethoxazole ( TMF-
SMZ, septra),gentamycin, dengan atau tanpa ampiciin,
cephalosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari.
Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, dan
meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologo tambahan antispasmodicdan anticholinergicseperti
oxybutynin (ditropan) dan propanthelinen (pro-banthine)
Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan
kerusakan ginjalsecara progresif.
b. Penatalaksanaan keperawatan
Menurut babbara k. timby dan nancyE. Smith tahun 2007
Mengkajiwayat obat-obatan, dan alergi.
Monitor vital sign
Melakuka pmeriksaan fisik
Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien
Mngumulkan specimen urin segar untuk urinalisis
Memantau input dan output cairan
Mengevaluasi hasil teslaoratorium (BUN, creatinin,serum electrolytes)
Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti
prosedur pengobatan, karena pada kasus kronis, pengobatan
bertambah lama dan memakan banyak biaya yang dapat membuat pn
berkecil hati
2.7. Pemeriksaan Penunjang
1) Whole blood : Pemeriksaan darah engkap
2) Urinalisis: Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel
dan benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur
mikroskopik dapat ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi
(bakteri, virus)
3) USG dan Radiologi : Membantu menemukan adanya batu ginjal,
kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air kemih lainnya
4) BUN
5) Creatinin
6) Serum electrolytes
2.9. Komplikasi.
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut.
➢ Nekrosis papilla ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medulla akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papilla
ginjal, terutama pada penderita diabetes militus atau pada tempat
terjadinya obstruksi.
➢ pielonefritis terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang
dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan
system kaliks mengalami supresi, sehingga ginjal mengalami
peregangan akibat adanya pus.
➢ abses perinefrik pada waktu infeksi mencapai kapsula gimjal, dan
meluas kedalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan
jaringan parut), hipertensi, dan
pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai-urea, yangmengakibatkan terbentuknya batu).
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Wanita mempunyai insiden infeksi saluran kemih yang lebih tinggi
dibandingkandengan pria.
2. Keluhan utama
Pasien mungkin mengeluh nyeri panggul, disuria, demam
3. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului oleh disuria, urgensi dan sering berkemih. Demam
menggigil.
4. Riwayat penyakit masa lalu
Mungkin pasien sebelumnya terkena penyakit obstruksi traktus
urinarius, tumorkandung kemih, batu urinarius, infeksi saluran kemih.
5. Riwayat penyakit keluarga
Mungkin keluarga pasien ada yang terkena penyakit pielonefritis
sebelumnya,atau terkena penyakit infeksi saluran kemih.
6. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi makanan : anor eksi a
b. Pola eliminasi
BAB : mungkin tidak ada gangguan atau kelainan BAK :
disuria dan poliuria
c. Pola kebiasaan
Mungkin mengalami gangguan karena nyeri pada panggul,
malaise
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Tekanan darah : Meningkat
Nadi : normal/meningkat
Respirasi : Normal meningkat
Temperature : Meningkat
Musculoskeletal : Kelemahan otot/malaises
Integument : Pucat, odema
B. Diagnose keperawatan
C. Intervensi
a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme
otot sekunderakibat gangguan viseral ginjal.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam nyeri
berkurang atauhilang.
Kriteria hasil
➢ Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
No Intervensi Rasiona
l
1. Tentukan lokasi dan karakteristik pasien mungkin tidak secara
ketidaknyamanan perhatikan verbalmelaporkan nyeri dan
isyarat verbal dan non verbal ketidaknyamanan secara langsung.
seperti meringis.
5.1. Kesimpulan
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi SaluranKemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI