Anda di halaman 1dari 18

KONSEP DASAR PYLONEFRITIS

A. Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang
sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1
sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat
menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan
jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002:
1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas
organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih
(urine) ke luar tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen
ginjal, antara lain yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
Pielonefritis kronis
Pyelonefritis akut
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang

berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari
saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi
fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut
antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi
interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan
pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus
serta glomerulus terjadi.Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit
ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi
saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena
saluran kemih bagian bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan lakilaki, dan saluran kemihnya terletak berdekatan dengan vagina dan anus,
sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal.
Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia
di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus
dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran
kemih.
2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis
karena

faktor

lain

juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga


seperti

obstruksi

saluran

kemih

dan

refluk

urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen


akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun
membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang
berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang
gawat.Pembagian PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada
wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

B. Etiologi
1 .Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah
oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan
ureter di tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada
aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air
kemih dari kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi ginjal.
C. Patofisiologi
Umumnya

bakteri

seperti

Eschericia

coli,

Streptococus

fecalis,

Pseudomonas aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal


dari luar tubuh yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat
ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan
kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan
dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal
juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri
lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih
yang mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.

Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang


tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis
ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan
scarring. Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut.
Ginjal mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika
destruksi nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat
disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada
beberapa kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa
nyeri berkemih dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang
desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat
infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu
atau kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
a. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,
nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.

Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan
bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
b. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga kedua
ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
Adanya keletihan.
Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal
ginjal.
Ketidaknormalan kalik dan adanya luka pada daerah korteks.
Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan.
Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk memperkuat diagnosis pielonefritis adalah:
1. Whole blood
2. Urinalisis
3. USG dan Radiologi: USG dan rontgen bisa membantu menemukan
adanya batu ginjal, kelainan struktural atau penyebab penyumbatan air
kemih lainnya
4. Creatinin
5. Serum Electrolytes
6. Biopsi ginjal
7.Pemeriksaan IVP : Pielogram intravena (IVP) mengidentifikasi
perubahan atau abnormalitas struktur

F. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada
area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal,
terutama pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya
obstruksi.

2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya
pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari
hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002:
1437).

G. Penatalaksanaan Medik
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali
terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes
atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan
sebagainya.Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial
seperti trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin
dengan atau tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro)
selama 14 hari
Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi

tambahan

antispasmodic

dan

anticholinergic

oxybutinin (Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)

seperti

Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal


secara progresif.
Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
Monitor Vital Sign
Melakukan pemeriksaan fisik
Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
Memantau input dan output cairan.
Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur
pengobatan. Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan
memakan banyak biaya yang dapat membuat pasien berkecil hati.

H. Pencegahan
Untuk membantu perawatan infeksi ginjal, berikut beberapa hal yang harus
dilakukan:
a. minumlah banyak air (sekitar 2,5 liter ) untuk membantu pengosongan
kandung kemih serta kontaminasi urin.
b. Perhatikan makanan (diet) supaya tidak terbentuk batu ginjal

c.

banyak istirahat di tempat tidur

d.

terapi antibiotika

Untuk mencegah terkena infeksi ginjal adalah dengan memastikan tidak pernah
mengalami infeksi saluran kemih, antara lain dengan memperhatikan cara
membersihkan setelah buang air besar, terutama pada wanita. Senantiasa
membersihkan dari depan ke belakang, jangan dari belakang ke depan. Hal tersebut
untuk mencegah kontaminasi bakteri dari feses sewaktu buang air besar agar tidak
masuk melalui vagina dan menyerang uretra. Pada waktu pemasangan kateter harus
diperhatikan kebersihan dan kesterilan alat agar tidak terjadi infeksi.
Tumbuhan obat atau herbal yang dapat digunakan untuk pengobatan infeksi ginjal
mempunyai khasiat sebagai antiradang, antiinfeksi, menurunkan panas, dan diuretik
(peluruh kemih). Tumbuhan obat yang dapat digunakan, antara lain :
Kumis kucing (Ortthosiphon aristatus)
Meniran (Phyllanthus urinaria)
Sambiloto (Andrographis paniculata)
Pegagan (Centella asiatica)
Daun Sendok (Plantago major)
Akar alang-alang (Imperata cyllindrica)
Rambut Jagung (Zea mays)
Krokot (Portulaca oleracea)
Jombang (Taraxacum mongolicum)
Rumput mutiara(Hedyotys corymbosa)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PYLONEFRITIS


A.

PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
B Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga
menyebabkan infeksi
c. Riwayat penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti
ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan

3. Pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx
tentang pencegahan
B. Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan
karena gelisah dan nyeri.
C. Pola eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
d. Pola aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang
kadang datang

4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
TD : normal / meningkat
Nadi : normal / meningkat
Respirasi : normal / meningkat
Temperatur : meningkat
b. Data focus
Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi : Suhu tubuh meningkat

DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.

Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada ginjal.

b.

Hipertermi berhubungan dengan respon imunologi terhadap infeksi.

c.

Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau


nokturia) yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.

d.
e.

Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada ginjal.


Kecemasanyang berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
proses penyakit, metode pencegahan, dan instruksi perawatan di rumah.

f.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.

INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan : Infeksi yang berhubungan dengan adanya


bakteri pada ginjal

Tujuan : tidak terjadi infeksi pada ginjal

Kreteria hasil : klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi, tandatanda vital normal.
Intervensi
Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan Tanda
lapor jika suhu diatas 38,50 C
Catat karakteristik urine

Rasional
vital menandakan

adanya

perubahan di dalam tubuh


Untuk
mengetahui/mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangan

dari hasil yang diharapkan.


Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter Untuk mencegah stasis urine
jika tidak ada kontra indikasi
Monitor pemeriksaan ulang urine kultur Mengetahui

seberapa

jauh

efek

dan sensivitas untuk menentukan respon pengobatan terhadap keadaan penderita.


terapi
Anjurkan pasien untuk mengosongkan Untuk

mencegah

adanya

distensi

kandung kemih secara komplit setiap kali kandung kemih


kemih.

Berikan perawatan perineal, pertahankan Untuk


agar tetap bersih dan kering.

menjaga

kebersihan

menghindari bakteri yang membuat


infeksi uretra

Diagnosa Keperawatan : Perubahan pola eliminasi urine (disuria,


dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan infeksi
pada ginjal.

dan

Tujuan : Pola eliminasi baik


Kreteria Hasil : Pola eliminasi klien membaik, tidak terjadi tanda-tanda

gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)


Intervensi
Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Rasional
Untuk mengetahui adanya perubahan
warna dan untuk mengetahui input/out

put
Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 Untuk

mencegah

jam

penumpukan

urine

Palpasi kandung kemih tiap 4 jam

urinaria.
Untuk mengetahui

terjadinya
dalam

vesika

adanya

distensi

kandung kemih.
Bantu klien ke kamar kecil, memakai Untuk memudahkan klien di dalam
pispot/urinal
berkemih.
Bantu klien mendapatkan posisi berkemih Supaya klien

tidak

sukar

untuk

yang nyaman
berkemih.
Dorong meningkatkan pemasukan cairan peningkatan hidrasi membilas bakteri.
Observasi perubahan status mental:, akumulasi
sisa
uremik
dan
perilaku atau tingkat kesadaran
Kolaborasi:

Awasi-

laboratorium;

ketidakseimbangan

elektrolit

dapat

menjadi toksik pada susunan saraf pusat


pemeriksaan Asam urin menghalangi tumbuhnya

elektrolit,

BUN, kuman. Peningkatan masukan sari buah

kreatininRasional: pengawasan terhadap dapt berpengaruh dalm pengobatan


disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk infeksi saluran kemih.
memelihara

asam

urin:-

tingkatkan

masukan sari buah berri dan berikan obatobat untuk meningkatkan asam urin

Diagnosa Keperawatan : Nyeri yang berhubungan dengan infeksi pada


ginjal

Tujuan : nyeri pada ginjal berkurang


Kreteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi
panggul
Intervensi

Rasional

Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang Rasa sakit yang hebat menandakan
memperberat atau meringankan nyeri
adanya infeksi
Berikan waktu istirahat yang cukup dan Klien dapat istirahat dengan tenang dan
tingkat aktivitas yang dapat di toleran.
dapat merilekskan otot-otot
Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika Untuk membantu klien dalam berkemih
tidak ada kontra indikasi
Berikan obat analgetik sesuai dengan Analgetik memblok lintasan nyeri
program terapi
Pantau
haluaran

urine

perubahan

baud

warna,

terhadap untuk
an

mengidentifikasi

indikasi

pola kemajuan atau penyimpangan dari hasil

berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 yang diharapkan


jam dan pantau hasil urinalisis ulang
Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1- membantu

mengevaluasi

tempat

10) penyebaran nyeri


obstruksi dan penyebab nyeri
Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan meningkatkan relaksasi, menurunkan
punggung, lingkungan istirahat
tegangan otot.
Bantu atau dorong penggunaan nafas membantu
mengarahkan
berfokus relaksasi
Berikan perawatan perineal
Kolaborasi:
Konsul
dokter

kembali

perhatian dan untuk relaksasi otot.


untuk mencegah kontaminasi uretra
bila Temuan- temuan ini dapat memeberi

sebelumnya kuning gading-urine kuning, tanda kerusakan jaringan lanjut dan


jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla perlu pemeriksaan luas
berkemih

berubah,

sring

berkemih

dengan jumlah sedikit, perasaan ingin


kencing,

menetes

setelah

berkemih.

Nyeri menetap atau bertambah sakit

Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan respon


imunologi terhadap infeksi

Tujuan : tidak terjadi hipertermi

Kreteria hasil : suhu tubuh klien normal.


Intervensi
Pantau suhutubuh klien

Rasional
Tanda vital dapat menandakan adanya

perubahan di dalam tubuh.


Suhu ruangan dan jumlah selimut harus

Pantau suhu lingkungan

diubah untuk mempertahankan suhu


mendekati normal
Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk Mengurangi demam
pemberian antipiretik

dengan

aksi

sentralnya pada hipotalamus

Diagnosa Keperawatan : Kecemasan yang berhubungan dengan


kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode pencegahan, dan
instruksi perawatan di rumah.

tujuan : Kecemasan berkurang

Kreteria Hasil : Klien mengatakan rasa cemasnya berkurang


Intervensi
Kaji tingkat kecemasan

Untuk

Rasional
mengetahui berat

ringannya

klien

kecemasan klien
untuk Agar klien mempunyai semangat dan

mengungkapkan perasaannya

mau empati terhadap perawatan dan

Beri

kesempatan

pengobatan
Beri support pada klien
Beri dorongan spiritual

Agar

klien

kembali

menyerahkan

Beri penjelasan tentang penyakitnya

sepenuhnya kepada Tuhan YME


Agar klien mengerti sepenuhnya tentang
penyakit yang dialaminya

Diagnosa Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,


prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber
informasi.

Tujuan : klien mengerti mengerti mengenai pemyakitnya

Krteteria hasil : klien menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.


Intervensi
Rasional
Kaji ulang prose pemyakit dan memberikan pengetahuan dasar dimana
harapan yang akan datang

pasien dapat membuat pilihan beradasarkan

informasi.
Berikan informasi tentang: sumber pengetahuan apa yang diharapkan dapat
infeksi, tindakan untuk mencegah mengurangi
penyebaran,

jelaskna

ansietas

dan

m,embantu

pemberian mengembankan kepatuhan klien terhadap

antibiotic, pemeriksaan diagnostic: rencan terapetik.


tujuan, gambaran singkat, persiapan
ynag

dibutuhkan

sebelum

pemeriksaan, perawatan sesudah


pemeriksaan
Pastikan pasien atau orang terdekat instruksi
telah

menulis

perawatan

perjanjian

lanjut

dan

verbal

dapat

dengan

mudah

untuk dilupakan

instruksi

tertulis untuk perawatn sesudah


pemeriksaan
Instruksikan

pasien

untuk Pasien sering menghentikan obat mereka,

menggunakan obat yang diberikan, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan


inum

sebanyak

kurang

lebih menolong membilas ginjal. Asam piruvat

delapan gelas per hari khususnya dari


sari buah berri.

sari

buah

berri

membantu

mempertahankan keadaan asam urin dan

mencegah pertumbuhan bakteri


Berikan kesempatan kepada pasien Untuk
mendeteksi
isyarat
untuk mengekspresikan perasaan kemungkinan
dan

masalah

pengobatan

tentang

rencana membantu

ketidakpatuhan

mengembangkan

rencana terapeutik.

indikatif
dan

penerimaan

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk

perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa,


Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Enggram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan

Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.

Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI

Price,Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit:

pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter Anugrah.


Edisi: 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi

Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI


Comments

Anda mungkin juga menyukai