Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PIELONEFRITIS

Dosen : Ns. I Komang Agus Jerry W. M. Kep

OLEH :

IDA BAGUS CANDRA WIBAWA MANUABA

KP 11.18.025

STUDI D III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM IX/UDAYANA

DENPASAR

2020
LAPORAN PENDAHULUAN PIELONEFRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi PIELONEFRITIS
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal
dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002) Pielonefritis merupakan suatu
infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E.
Underwood, 2002).
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis renalis, tubula dan jaringan
interstitel. Penyakit ini terjadi akibat bakteri enterit ( paling umum adalah Escherichia coli ) yang
telah menyebar melalui kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks vesikouretral.
Penyebab lain pielonefritis mencakup okstruksi urine atau infeksi, trauma. infeksi yang berasal
dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan atau gangguan metabolic.

2. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis,
dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi
2. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat
3. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih
kembali ke dalam ureter.
4. Kehamilan
5. Kencing Manis
6. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.

Klasifikasi pielonefritis:
a. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi tidak
sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi
bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.
Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi
dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Pielonefritis akut juga berasal dari adanya
bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
b. Pyelonefritis kronis
Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang
berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal)
yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis kronis
Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis
akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
3. Klasifikasi
Klasifikasi pielonefritis:
a. Pyelonefritis akut Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi
setelah dua minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan
mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi
bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi.
Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi
dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi. Pielonefritis akut juga berasal dari adanya
bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.
b. Pyelonefritis kronis Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat menyebabkan
terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari
infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pielonefritis kronis Sering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali dengan
hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
4. Patofisiologi
Pielonefritis dapat timbul dalam bentuk akut maupun kronis. Dimana Pielonefritis akut
disebabkan oleh infeksi bakteri. Infeksi bakteri terjadi karena bakteri menjalar ke saluran kemih
dari aliran darah. Walaupun pielonefritis akut secara temporer dapat mempengaruhi fungsi renal,
jarang sekali menjadi suatu kegagalan ginjal. Pielonefritis kronis juga berasal dari infeksi bakteri,
namun juga factor - faktor lain seperi refluks urine dan obstruksi saluran kemih turut berperan.
Pielonefritis kronis merusak jaringan ginjal untuk selamanya (irreversible) akibat inflamasi yang
berulang kali dan timbulnya jaringan parut.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat. Diduga bahwa pielonefritis menjadi
diagnose yang sungguh-sungguh dari satu pertiga orang yang menderita kegagalan ginjal kronis.
Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan
penyebab dari 90% infeksi ginjal diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di
rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada saluran
kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan
membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat)
atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi ginjal. Infeksi juga
bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh lainnya melalui aliran darah.
5. Pathway
6. Penatalaksanaan
1. Pielonefritis Akut :
Pasien pielonefritis akut beresiko terhadap bakteremia dan memerlukan terapi antimikrobial
yang intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai pasien afebril. Pada waktu
tersebut, agens oral dapat diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk mencegah berkembangbiaknya
bakteri yang tersisa, maka pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan adalah infeksi kronik atau kambuhan yang
muncul sampai beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program antimikrobial awal,
pasien dipertahankan untuk terus dibawah penanganan antimikrobial sampai bukti adanya
infeksi tidak terjadi, seluruh factor penyebab telah ditangani dan dikendalikan, dan fungsi
ginjal stabil. Kadarnya pada terapi jangka panjang.
2. Pielonefritis kronik :
Agens antimikrobial pilihan di dasarkan pada identifikasi patogen melalui kultur urin,
nitrofurantion atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan digunakan untuk
menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang ketat, terutama jika medikasi
potensial toksik.

7. Manifestasi klinik
1. Gejala biasanya timbul secara tiba-tiba berupa demam, menggigil, nyeri di
punggung bagian bawah, mual dan muntah.
2. Beberapa penderita menunjukkan gejala infeksi saluran kemih bagian bawah, yaitu
sering berkemih dan nyeri ketika berkemih.
3. Bisa terjadi pembesaran salah satu atau kedua ginjal. Kadang otot perut
berkontraksi kuat.
4. Bisa terjadi kolik renalis, dimana penderita merasakan nyeri hebat yang
disebabkan oleh kejang ureter. Kejang bisa terjadi karena adanya iritasi akibat infeksi
atau karena lewatnya batu ginjal.
5. Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih
sulit untuk dikenali.
6. Pada infeksi menahun (pielonefritis kronis), nyerinya bersifat samar dan demam
hilang-timbul atau tidak ditemukan demam sama sekali. Pielonefritis kronis hanya
terjadi pada penderita yang memiliki kelainan utama, seperti penyumbatan saluran
kemih, batu ginjal yang besar atau arus balik air kemih dari kandung kemih ke dalam
ureter (pada anak kecil). Pielonefritis kronis pada akhirnya bisa merusak ginjal
sehingga ginjal tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya (gagal ginjal).

8. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi
Umum & Sistematik J. C. E. Underwood, 2002):
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah
pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama
pada penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.
2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat
sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks
mengalami supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

9. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi. 102 -103
organisme koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna pada
uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
d. Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes
simplek).
Tes- tes tambahan :
a. Urogram intravena (IVU).
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk
d. Mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


PIELONEFRITIS
1. Pengkajian
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : pekerjaan mononton, pekerjaan di masa terpajan pada lingkungan,
Keterbatsan aktivitas/imobilitas sehubungan dengan kondisi sebelumnya (contoh penyakit
tak sembuh-sembuh medulla spinalis)
2. Sirkulasi
Tanda: peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal ). Kulit hangat
dan kemerahan : pucat
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis, obstruksi kalkulus ), penurunan haluaran urine, kandung
kemih penuh, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : Oliguria, hematuria, perubahan pola berkemih
4. Makanan / Cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium
oksalat, dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup
Tanda : Distensi abdominal, penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus
ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : Melindungi, perilaku distriksi, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
6. Keamanan
Gejala : Penggunaan alcohol, dernam, menggigil
7. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis,
riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya
hiperparatiroidisnie. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol,
fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kaslium atau vitamin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA

Amin,H.(2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-


Noc Edisi Revisi jilid 2.Jogjakarta: Mediaction Publishing.

Bulecheck,G. N & Doctherman, J. M. (2008). Nursing Intervensions Classification (NIC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby – Year Book

Herdman, T. H. (2011). Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi 2012 – 2014 (NANDA). Jakarta:
EGC ( terjemahan Sumarwati, dkk, 2011)

Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition. St. Louis :
Mosby Year – Book

Morton, P.G., Fontaine, D., Hudak, C.M. & Gallo, B.M. (2012). Keperawatan Kritis: Pendekatam
Asuhan Holistik. Edisi 8. Volume 2. Terjemahan oleh Subekti, dkk. (2008). Jakarta: EGC

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Publishing

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai