KERACUNAN ALKOHOL
OLEH
KELOMPOK 8
Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “ Asuhan
Keperawatan Gawat Darurat Keracunan Alkohol ” dengan tepat waktu.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Tim penulis
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut grain
alcohol; dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini
disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada
minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan
alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah
etanol.
1
methanol dengan kadar 38-84% (Suaramerdeka, 2014). Di Bali sendiri telah
terjadi kasus keracunan di beberapa kabupaten yang diantaranya Kabupaten
Buleleng dan Bangli. Di Buleleng pada awal Januari 2014 telah terjadi kasus
keracunan arak methanol sebanyak 55 orang yang 3 orang diantaranya meninggal
dunia. Di Kabupaten Bangli sendiri, menurut informasi yang diberikan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi Bali pada bulan September 2012 terdapat 41 kasus keracunan
dan belum lagi kasus –kasus yang belum terekspos (Pemerintah Provinsi Bali,
2012).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
2
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Umum
3
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
4
35 gram alkohol menyebabkan penurunan kemapuan untuk menduga jarak dan
kecepatan serta menimbulkan euphoria. Alkohol sebanyak 75-80 gram akan
menimbulkan gejala keracunan akut dan 250-500 gram alkohol dapat merupakan
takaran fatal. Sebagai gambaran dapat dikemukan di sini kadar alkohol darah dari
konsumsi 35 gram alkohol dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
A=CxPxR
R = Konstanta (0,007)
2.2 Penyebab
5
Alkohol tidak sama halnya dengan makanan. Tubuh memerlukan waktu
beberapa jam untuk mencerna makanan sedangkan alkohol diserap dengan cepat
oleh tubuh – jauh lebih cepat dibandingkan sebagian besar nutrisi lainnya.Dan
dibutuhkan lebih banyak waktu bagi tubuh untuk menyingkirkan alkohol yang
dikonsumsi.
Kebanyakan alkohol diproses oleh hati, dan secara umum, hati kita
membutuhkan sekitar satu jam untuk memproses (memetabolisme) alkohol dalam
satu minuman. Satu minuman didefinisikan sebagai berikut:
12 ons (355 mililiter) bir biasa (dengan kadar alkohol sekitar 5 persen)
8-9 ons (237-266 mililiter) malt minuman keras (dengan kadar alkohol sekitar
7 persen)
5 ons (148 mililiter) anggur (dengan kadar alkohol sekitar 12 persen)
1,5 ons (44 mililiter) 80 minuman keras (dengan kadar alkohol sekitar 40)
Minuman yang dicampur mungkin berisi lebih dari satu porsi alkohol dan
akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dimetabolisme tubuh.
Kebingungan
Muntah
Kejang
Bernapas lambat (kurang dari delapan napas per menit)
Bernapas tidak teratur (selang waktu lebih dari 10 detik antara setiap napas)
Kulit biru-biruan atau kulit pucat
6
Suhu tubuh rendah (hipotermia)
Pingsan (tidak sadar) dan tidak dapat dibangunkan
2.4 Patofisiologi
Alkohol dapat larut sempurna dalam air, dan dapat masuk ke dalam hampir
semua sel, kecuali adiposit, & bersifat toksik pada semua jenis sel. Metabolisme
alkohol menghasilkan aldehid, yang juga bersifat larut dalam air dan sangat
toksik. Alkohol dan aldehid menyebabkan gangguan pada hampir semua proses
biokimia dalam tubuh.
7
Efek utama keracunan alkohol adalah depresi susunan saraf pusat. Gejala
yang timbul sangat tergantung pada kadar alkohol dalam darah (BAC = Blood
alcohol concentration). Pada kadar alkohol darah > 300 mg/dl, risiko depresi
napas dan henti jantung meningkat. Kematian dapat terjadi pada kadar alkohol >
500mg/dl.
Setelah ingesti peroral, metanol, etanol dan etilen glikol diserap secara
cepat oleh mukosa saluran cerna dan mecapai kadar puncak dalam plasma setelah
30-60 menit. Selanjutnya akan mengalami metabolisme di hepar dan kemudian
dieksresi terutama melalui ginjal.
8
Sebagian besar golongan alkohol akan diekresi lewat ginjal, etilen glikol
sebesar 20%, etanol sebesar 2-5% dan metanol sebesar 2%, sedangan 3% metanol
dieksresi lewat paru.
1. Tindakan Emergensi
a. Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi
b. Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas
spontan atau pernapasan tidak adekuat.
c. Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki
perfusi jaringan.
2. Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi
hendaknya usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda
usaha-usaha penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan.
3. Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
9
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam. Pada koma derajat sedang hingga
berat tindakankumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi
pnemonia.
4. Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi
Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi (muka merah,mulut
kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema
paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal (Suzanne C.
Brenda G.2011).
10
BAB 3
3.1 Pengkajian
3.1.1 Pengkajian Keperawatan Gawat Darurat
Pengkajian di fokuskan pada masalah yang mendesak seperti jalan
nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa, adanya gangguan asam basa,
keadaan status jantung, dan status kesadaran
Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan berapa lama
diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus
keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
Keluhan utamanya biasanya mual terus menerus seperti hendak
muntah namun tidak dapat memuntahkan isi perutnya. Nyeri kepala di
kedua sisi kepala seperti tertindih benda berat terus menerus yang tidak
dipengaruhi perubahan posisi tubuh, nafsu makan menurun.
1. Pemeriksaan Primer :
Primary survey menyediakan evaluasi yang sistematis,
pendeteksian dan manajemen segera terhadap komplikasi akibat
trauma parah yang mengancam kehidupan. Tujuan dari Primary
survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang
dilakukan pada primary survey antara lain (Fulde, 2009) :
11
Exposure dengan kontrol lingkungan
a) Pengkajian Airway
12
obstruksi lidah pada kondisi pasien tidak sadar (Wilkinson &
Skinner, 2000).
Agitasi (hipoksia)
Sianosis
Muntahan
Perdarahan
13
Gigi lepas atau hilang
Gigi palsu
Trauma wajah
Lakukan intubasi
14
Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai
kepatenan jalan nafas dan keadekuatan pernafasan pada pasien.
Jika pernafasan pada pasien tidak memadai, maka langkah-
langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan
drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open
chest injury dan ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).
15
Penilaian kembali status mental pasien.
Bag-Valve Masker
c) Pengkajian Circulation
16
hipotensi merupakan salah satu alasan yang cukup aman untuk
mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsung
mengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan
pendarahan. Penyebab lain yang mungkin membutuhkan
perhatian segera adalah: tension pneumothorax, cardiac
tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua
perdarahan eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui
paparan pada pasien secara memadai dan dikelola dengan baik
(Wilkinson & Skinner, 2000).
Regularity
17
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau
hipoksia (capillary refill).
18
Menanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada
pasien. Jika pasien diduga memiliki cedera leher atau tulang
belakang, imobilisasi in-line penting untuk dilakukan. Lakukan
log roll ketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien.
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada
pasien adalah mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan
eksternal. Setelah semua pemeriksaan telah selesai dilakukan,
tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga privasi pasien,
kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang (Thygerson, 2011).
Komponen Pertimbangan
19
peralatan airway) tetap efektif untuk
menjamin kelancaran jalan napas.
Pertimbangkan penggunaaan peralatan
dengan manfaat yang optimal dengan risiko
yang minimal.
Balance cairan
20
Disability Setelah pemeriksaan GCS pada primary
survey, perlu didukung dengan :
2. Pemeriksaan Sekunder :
Survey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap
yang dilakukan secara head to toe, dari depan hingga belakang.
Secondary survey hanya dilakukan setelah kondisi pasien mulai
stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis
riwayat pasien yang merupakan bagian penting dari pengkajian
pasien. Riwayat pasien meliputi keluhan utama, riwayat
masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat keluarga,
sosial, dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007).
21
Pengkajian riwayat pasien secara optimal harus diperoleh
langsung dari pasien, jika berkaitan dengan bahasa, budaya,
usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu,
konsultasikan dengan anggota keluarga, orang terdekat, atau
orang yang pertama kali melihat kejadian. Anamnesis yang
dilakukan harus lengkap karena akan memberikan gambaran
mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:
22
P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
23
pertanyaan yang diajukan antara lain : “dalam setahun terakhir
ini seberapa sering pasanganmu” (Emergency Nursing
Association, 2007):
24
Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10
dengan 0 tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
25
meliputi frekuensi, auskultasi
suara nafas, dan inspeksi dari
usaha bernafas. Tada dari
peningkatan usah abernafas
adalah adanya pernafasan
cuping hidung, retraksi
interkostal, tidak mampu
mengucapkan 1 kalimat
penuh.
26
1. Pemeriksaan fisik
a. Kulit kepala
Seluruh kulit kepala diperiksa. Sering terjadi pada
penderita yang datang dengan cedera ringan, tiba-tiba ada
darah di lantai yang berasal dari bagian belakang kepala
penderita. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan
wajah untuk adanya pigmentasi, laserasi, massa, kontusio,
fraktur dan luka termal, ruam, perdarahan, nyeri tekan serta
adanya sakit kepala (Delp & Manning. 2004).
b. Wajah
27
(pembengkokan) lakukan palpasi akan kemungkinan
krepitasi dari suatu fraktur.
28
emfisema subkutan, deviasi trakea, kekakuan pada leher
dan simetris pulsasi. Tetap jaga imobilisasi segaris dan
proteksi servikal. Jaga airway, pernafasan, dan oksigenasi.
Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak sekunder..
d. Toraks
29
e. Abdomen
30
f. Pelvis (perineum/rectum/vagina)
31
sakit atau terbakar dengan buang air kecil, frekuensi,
hematuria, kencing berkurang, Sebuah sampel urin harus
diperoleh untuk analisis.(Diklat RSUP Dr. M.Djamil,
2006).
g. Ektremitas
32
disebabkan oleh syaraf perifer atau iskemia. Adanya fraktur
torako lumbal dapat dikenal pada pemeriksaan fisik dan
riwayat trauma. Perlukaan bagian lain mungkin
menghilangkan gejala fraktur torako lumbal, dan dalam
keadaan ini hanya dapat didiagnosa dengan foto rongent.
Pemeriksaan muskuloskletal tidak lengkap bila belum
dilakukan pemeriksaan punggung penderita. Permasalahan
yang muncul adalah
h. Bagian punggung
33
ecchymosis, ruam, lesi, dan edema serta nyeri, begitu pula
pada kolumna vertebra periksa adanya deformitas.
i. Neurologis
34
(ganggguan pergerakan), distaksia ( kesukaran dalam
mengkoordinasi otot), rangsangan meningeal dan kaji pula
adanya vertigo dan respon sensori
Intervensi Rasional
35
atelektasis/pneumonia
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
36
Kaji pemenuhan kebutuhan nutrisi Mengetahui kekurangan nutrisi
klien klien
37
selama sakit dengan keadaan sakitnya, usia,
tinggi, berat badannya
38
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Alkohol biasanya adalah etanol atau grain alkohol. Etanol dapat dibuat dari
fermentasi buah atau gandum dengan ragi. etanol adalah salah satu obat reakreasi
(obat yang digunakan untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak
digunakan di dunia. Semua alkohol bersifat toksik (beracun), tetapi etanol tidak
terlalu beracun karena tubuh dapat menguraikannya dengan cepat.
Alkohol merupakan obat yang dapat menekan sistem saraf pusat. Bila
diminum secara terus menerus atau belebihan, minuman beralkohol seperti bir,
arak, anggur, akan menyebabkan kemampuan mental dan fisik terganggu.
Keracunan alkohol sangat berbahaya karena dapat melumpuhkan alat-alat
pernafasan sehingga menimbulkan kematian dan kebutaan.
4.2 Saran
39
Sebagai seorang perawat jika kita menemui pasien dengan masalah keracunan
alkohol maka harus dilakukan penanganan sesegera mungkin untuk menghindari
komplikasi lebih lanjut yang tidak diinginkan.
40
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/document/359027354/Gadar-Keracunan-Alkohol
https://www.academia.edu/33408302/MAKALAH_TOKSIKOLOGI_KERACUN
AN_ANTISEPIK_ALKOHOL
http://dokterpost.com/penatalaksanaan-intoksikasi-alkohol-secara-umum/
http://www.academia.edu/10950378/pengkajian_kegawatdaruratan