Anda di halaman 1dari 12

ASKEP PASIEN DENGAN TERAPI LISTRIK

By Ii Ismail S Kep

A. Pendahuluan
Bab ini merupakan pedoman untuk melakukan defibrilasi secara manual atau
menggunakan Automated External Defibrillators (AED) dan kardioversi.

American Heart Association (AHA) merekomendasikan agar defibrilasi diberikan secepat


mungkin saat pasien mengalami gambaran VT tanpa nadi atau VF, yaitu 3 menit atau
kurang untuk setting rumah sakit dan dalam waktu 5 menit atau kurang dalam setting luar
rumah sakit.

B. Defibrilator
1. Pengertian
Defibrilator adalah alat yang digunakan untuk defibrilasi dan kardioversi. Selain itu,
defibrilator juga digunakan untuk pemantauan irama jantung dan pacu jantung
transkutan ( transkutaneous pacemaker )

2. Fungsi Defibrilator
a. Memantau irama jantung
b. Defibrilasi
c. Kardioversi
d. Pacu jantung sementara

3. Alat

Jenis alat :
a. Otomatis Eksternal Defibrillators (AED)
AED adalah defibrilator yang menggunakan sistem komputer yang dapat
menganalisa irama jantung, mengisis tingkat energi defibrilasi yang sesuai dan dapat
memberikan petunjuk pada penolong dengan menggunakan perintah perintah secara
lisan untuk mengarahkan tindakan.
AED dapat memberikan petunjuk visual yang baik untuk peletakan elektroda,
elektroda itu sendiri diberi kode dengan warna warna dan gambar ilustrasi cara
pemasangannya. Petunjuk visual yang timbul berupa cahaya lampu merah, kuning
atau berkedip, lisan (suara yang dikeluarkan AED), dan instruksi tertulis dari AED
untuk menganalisa irama dan kemudian memberikan energi kepada pasien. Jika
defibrilasi tidak berhasil, lanjutkan sesuai (algoritme VF/VT tanpa nadi) jika alat,
obat-obatan dan tenaga tersedia.
AED digunakan jika korban mengalami henti jantung :
1. Tidak berespon ( terhadap suara dan tepukan bahu )
2. Tidak bernafas (tidak ada pergerakan dinding dada )
3. Nadi tidak teraba atau tanda - tanda sirkulasi lain seperti tidak ada pergerakan
tangan atau kaki.

b. Semi-Otomatis AED
1) Ada yang monophasic atau biphasic
2) Ini mirip dengan AED tetapi dapat diganti secara manual dan biasanya memiliki
tampilan EKG.
3) Alat ini lebih banyak digunakan oleh paramedis.
4) Alat ini juga memiliki kemampuan untuk kecepatan menganilis irama jantung.
c. Standar dengan monitor
1) Mungkin monophasic atau biphasic
2) Ada monitoring irama tapi tidak dapat menganalisa gambaran irama
3) Untuk pemberian terapi listrik hanya dengan cara manual.

AED Defibrilator Defibrilator


Biphasic Monophasic

4. Perbedaan antara sistem Monophasic dan Biphasic


a. Dalam sistem monophasic, arus perjalanan listrik hanya dalam satu arah - dari satu
paddle ke yang lain.
b. Dalam sistem biphasic, perjalanan arus listrik dari padle positif dan kemudian ke
padle negatif dan kembali lagi ke positip dan ini terjadi beberapa kali.
c. Guncangan Biphasic menyampaikan satu siklus setiap 10 milidetik. Dengan
demikian luka bakar dan kerusakan miokard lebih sedikit terjadi.
d. Dengan guncangan monophasic, tingkat keberhasilan shock pertama dalam serangan
jantung karena ritme shockable hanya 60%, sedangkan dengan guncangan biphasic,
ini meningkatkan sampai 90%.
e. Namun, keberhasilan defibrillator biphasic lebih baik dari defibrillator monophasic
belum secara konsisten dilaporkan.

C. Defibrilasi
1. Pengertian

Defibrilasi adalah suatu tindakan terapi dengan cara memberikan aliran listrik yang
kuat dengan metode asinkron ke jantung pasien melalui pedal atau elektroda yang
ditempatkan pada permukaan dada pasien.

Defibrilasi dini sangat penting bagi kelangsungan hidup pada Sudden Cardiac Arrest (
SCA ) untuk beberapa alasan; 1 irama yang paling sering pada awal SCA adalah
Ventrikel Fibrilasi ( VF ), 2 pengobatan untuk VF adalah defibrilasi , 3 semakin cepat
melakukan defibrilasi angka keberhasilan makin tinggi , 4 dan VF cenderung berubah
menjadi asistol dalam beberapa menit.

Tujuannya adalah untuk koordinasi aktivitas listrik jantung dan mekanisme


pemompaan, ditunjukkan dengan membaiknya cardiac output, perfusi jaringan dan
oksigenasi.

2. Indikasi

Defibrilasi merupakan tindakan resusitasi prioritas utama (rekomendasi class I) yang


ditujukan pada:

a. Ventrikel fibrilasi (VF)


1) Sering ditemukan pada kasus henti jantung (cardiac arrest)
2) Jantung tidak dapat melakukan fungsi kontraksinya (hanya bergetar saja)
3) Biasanya VF didahului dengan VT
4) Keadaan ini dapat menyebabkan kematian
5) Pertolongan DC Shock sesegera mungkin (jangan menunda tindakan ini)
6) Tindakan sama seperti pada Ventrikel Takhikardi (VT) tanpa denyut nadi
7) Karena gawatnya keadaan, DC Shock yang tersedia harus dalam keadaan
unsychronized

Ventrikel fibrilasi

b. Ventrikel takikardi tanpa nadi (VT tanpa nadi)

1) Dapat terjadi pada orang dewasa, tua ataupun pada anak muda
2) Pada anak-anak usia muda sering tidak ditemukan adanya gangguan struktur
jantung sebagai penyebab VT.
3) Pada kasus khusus dapat ditemukan pada usia muda
4) Pada usia dewasa-tua adanya gangguan struktur jantung pada VT sering
ditemukan. Sebagai contoh pada kasus Penyakit Jantung Koroner (PJK),
kardiomiopati yang dilatasi, kardimiopati hipertropik obstruktif
5) VT biasanya didahului dengan timbulnya lebih dari 3 ekstra systole dari
ventrikel yang berturutan
6) VT yang timbul dapat berupa satu bentuk RBBB ataupun LBBB
7) Dapat berlangsung dengan atau tanpa gangguan hemodinamik yang berarti
8) Ventrikel Tahikardi dengan hemodinamik yang stabil pemilihan obat-obat anti
Arithmia IV diutamakan
9) Ventrikel Tahikardi tanpa nadi paling sering ditemukan pada kasus henti
jantung
Ventrikel takikardi

Meskipun defibrilasi merupakan terapi definitive untuk VF dan VT tanpa nadi,


penggunaan defibrilasi tidak berdiri sendiri tetapi disertai dengan Resusitasi Jantung
dan Paru (RJP). Peran aktif dari penolong atau tenaga kesehatan pada saat
mendapati pasien dengan cardiac arrest, dimana sebagian besar menunjukkan VF
dan VT. Dikutip dari AHA

3. Prinsip Defibrilasi

Kejutan memberikan energi dalam jumlah banyak dalam waktu yang sangat singkat
(beberapa detik) melalui pedal positif dan negative yang ditempelkan pada dinding
dada di sternum dan di apex. aliran listrik yang sangat singkat ini akan mendepolarisasi
semua miokard, menyebabkan berhentinya aktivitas listrik jantung atau biasa disebut
asistole. Beberapa saat setelah berhentinya aktivitas listrik ini, sel-sel pace maker akan
berrepolarisasi secara spontan dan memungkinkan jantung untuk pulih kembali. Siklus
depolarisasi secara spontan dan repolarisasi sel-sel pacemaker yang reguler ini
memungkinkan jantung untuk mengkoordinasi miokard untuk memulai aktivitas
kontraksi kembali.

4. Energi

Pada defibrilator monofasik energi yang diberikan 360 joule, sedangkan pada
defibrilator bifasik 120 - 200Joule. Untuk anak-anak, energi yang diperlukan adalah 1-2
joule/kg BB, maksimal 3 j/kg BB.

5. Prosedur defibrilasi
a. Persiapan Peralatan

1) Defibrillator dengan monitor EKG dan pedalnya


2) Pastikan modus yang digunakan Asinkron
3) Jelly
4) Obat-obat Emergency (Epinephrine, amiodaron, Lidocain, SA, dll)
5) Set intubasi
6) Papan resusitasi
7) Peralatan intubasi dan suctionPeralatan pacu jantung sementara

Catatan : semua alat diatas sudah ada dalam troly emergensi

b. Prosedur Defibrilasi

1) Hidupkan defibrilator
2) Pilih paddles atau ( lead I, II, III ) tombol lead select.
3) Oleskan jeli pada paddle.
4) Pilih energi yg diperlukan, Energi yg digunakan 360 joule, untuk defibrilator
monofasik.dan 120 – 200 joule untuk defibrilator bifasik.
5) Letakan paddle pada apex dan sternum.
6) Nilai irama pada monitor, VF/VT tanpa nadi.
7) Tekan tombol pengisian energi ( charge ) pada peddle apex / pada unit
defibrilator.
8) Setelah energi tercapai, berikan aba – aba yg jelas. “Energi siap…Saya
siap….Lingkungan siap”.
9) Berikan tekanan ± 10 Kg pd paddle.
10) Nilai kembali irama EKG, bila masih VF/VT tanpa nadi tekan tombol discharge
pada kedua paddle.
11) Setelah defibrilasi segera lakukan RJP dan tahapan ACLS berikutnya.

D. Kardioversi
1. Pengertian
Pengertian, adalah merupakan tindakan pengobatan non farmakologi yang
direncanakan untuk menghentikan dysritmia/ aritmia selain Ventrikel Fibrilasi,
menggunakan aliran listrik secara singkat dengan modus sinkron.
Sinkron, yaitu energi yg diberikan jatuh beberapa detik setelah defibrilator menangkap
gelombang QRS dari EKG & waktu terjadi 0,02 – 0,04 detik setelah gelombang R.
Modus sinkron

2. Indikasi kardioversi
Tindaka kardioversi segera diberikan pada pasien yang mengalami aritmia yang tidak
setabil ditandai dengan:
a. Hipotensi
b. Penurunan kesadaran
c. Adanya tanda Shock
d. Nyeri dada
e. Gagal jantung akut

Gambaran aritmia yang dapat dilakukan kardioversi adalah:


a. Atrial Fluter
b. Atrial Fibrilasi
c. Supraventrikel takikardi
d. Ventrikel takikardi dengan nadi

Kardioversi elektif dilakukan pada takikardia supraventrikuler, fluter atrial, dan fibrilasi
atrial, yang gagal berubah ke irama sinus dengan digitalis, propranolol, adrofonium,
fenilefrin, kuinidin, atau verapanil.
Irama sinus lebih baik dari pada aritmia karena curah jantung lebih banyak dan lebih
rendah angka embolisme.

3. Energi
a. Untuk gambaran EKG dengan irama teratur QRS sempit dengan energi 50 – 100
joule.
b. Untuk gambaran EKG dengan irama tidak teratur QRS sempit dengan energi 120 –
200 joule.
c. Untuk gambaran EKG dengan irama teratur QRS lebar dengan energi 100 joule.

4. Prosedur Kardioversi

a. Persiapan Peralatan

1) Defibrillator dengan monitor EKG dan pedalnya


2) Siapkan obat propopol 1 mg/kgBB
3) Jelly
4) Obat-obat Emergency (Epinephrine, amiodaron, Lidocain, SA, dll)
5) Set intubasi
6) Papan resusitasi
7) Peralatan intubasi dan suctionPeralatan pacu jantung sementara

Catatan : semua alat diatas sudah ada dalam troly emergensi

b. Prosedur Defibrilasi

1) Pastikan Informed consent sudah di tanda tangani.


2) Letakkan pasien terlentang di atas papan resusitasi jantung.
3) Pasang elektroda monitor EKG pada dada pasien.
4) Hidupkan defibrilator
5) Pilih paddles atau ( lead I, II, III ) tombol lead select.
6) Siapkan tim di Air way, Breathing dan Circulation
7) Pastikan tombol sinkron sudah ditekan
8) Berikan obat sedative perlahan, pantau frekuensi jantung, respirasi dan tekanan
darah, ( contoh; propopol 1 mg/kgBB ).
9) Oleskan jeli pada paddle.
10) Pilih energi yg diperlukan, Untuk gambaran EKG dengan irama teratur QRS
sempit dengan energi 50 – 100 joule.Untuk gambaran EKG dengan irama tidak
teratur QRS sempit dengan energi 120 – 200 joule.Untuk gambaran EKG
dengan irama teratur QRS lebar dengan energi 100 joule.
11) Jika pasien sudah tidak sadarkan diri segera Letakan paddle pada apex dan
sternum.
12) Nilai irama pada monitor
13) Tekan tombol pengisian energi ( charge ) pada peddle apex / pada unit
defibrilator.
14) Setelah energi tercapai, berikan aba – aba yg jelas. “Energi siap…Saya
siap….Lingkungan siap”.
15) Berikan tekanan ± 10 Kg pd paddle.
16) Nilai kembali irama EKG, kemudian tekan tombol discharge pada kedua paddle.
17) Setelah kardioversi jika gambaran EKG membaik segera evaluasi Air way,
Breathing, Circulation
18) Jika pasien henti jantung lakukan tahapan BHD dilanjutkan ACLS

E. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua, yaitu : pengkajian primer
dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan
terlebih dahulu melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah
yang mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.
Tahapan pengkajian primer meliputi : A: Airway, mengecek jalan nafas dengan tujuan
menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing, mengecek pernafasan
dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C: Circulation,
mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D: Disability, mengecek status
neurologis; E: Exposure, enviromental control, buka baju penderita tapi cegah
hipotermia (Holder, 2002).
Pada pasian yang dilakukan defibrilasi dimana pasien sudah mengalami henti jantung
dan henti nafas, pengkajian dimulai dari Pengenalan awal, Circulation, Air way dan
Brething yang dilakukan dengan cepat dan mungkin dilanjutkan dengan bantuan hidup
lanjut.
Menurut American Heart Association (2010), Dalam rantai keberhasilan di jelaskan
bahwa pengenalan awal pada pasien yang mengalami kegawatan akan menentukan
kecepatan dalam melakukan bantuan hidup dasar, pemberian defibrilasi, bantuan hidup
lanjut dan monitoring yang terintegrasi, sehingga pasien dapat segera ditangani dengan
cepat dan dapat meningkatkan tingkat keberhasilan.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat pada pasien yang dilakukan tindakan defibrilasi atau
kardioversi yang dikutif dari Panduan Penulisan Dx Kep,NOC,NIC –UAP-2011 adalah:

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Penurunan curah jantung NOC : NIC :
b/d gangguan irama jantung, Cardiac Pump Evaluasi adanya nyeri dada
stroke volume, pre load dan effectiveness
afterload, kontraktilitas Circulation Status Catat adanya disritmia jantung
jantung. Vital Sign Status Catat adanya tanda dan gejala
DO/DS: Tissue perfusion: perifer penurunan cardiac putput
- Aritmia, takikardia, Setelah dilakukan asuhan
bradikardia Monitor status pernafasan yang
selama………penurunan
- Palpitasi, oedem kardiak output klien menandakan gagal jantung
- Kelelahan teratasi dengan kriteria Monitor balance cairan
- Peningkatan/penurunan JVP hasil:
- Distensi vena jugularis Monitor respon pasien terhadap efek
- Kulit dingin dan lembab Tanda Vital dalam
pengobatan antiaritmia
- Penurunan denyut nadi rentang normal
(Tekanan darah, Nadi, Atur periode latihan dan istirahat untuk
perifer
respirasi) menghindari kelelahan
- Oliguria, kaplari refill
lambat Dapat mentoleransi Monitor toleransi aktivitas pasien
- Nafas pendek/ sesak nafas aktivitas, tidak ada Monitor adanya dyspneu, fatigue,
- Perubahan warna kulit kelelahan tekipneu dan ortopneu
- Batuk, bunyi jantung S3/S4
- Kecemasan Tidak ada edema paru, Anjurkan untuk menurunkan stress
perifer, dan tidak ada
asites Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Tidak ada penurunan Monitor VS saat pasien berbaring,
kesadaran duduk,
atau berdiri
AGD dalam batas
normal Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
Tidak ada distensi vena
leher Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas
Warna kulit normal
Monitor jumlah, bunyi dan irama
jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban
kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari
pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi
stress
Kelola pemberian obat anti aritmia,
inotropik, nitrogliserin dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas
jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk
mencegah trombus perifer
Minimalkan stress lingkungan
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
Faktor keturunan, Krisis - Koping kecemasan)
situasional, Stress, perubahan Setelah dilakukan asuhan Gunakan pendekatan yang
status kesehatan, ancaman selama ……………klien menenangkan
kematian, perubahan konsep kecemasan teratasi dgn Nyatakan dengan jelas harapan
diri, kurang pengetahuan dan kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
hospitalisasi
Klien mampu Jelaskan semua prosedur dan apa
DO/DS: yang dirasakan selama prosedur
mengidentifikasi dan
- Insomnia Temani pasien untuk memberikan
- Kontak mata kurang mengungkapkan gejala
keamanan dan mengurangi takut
- Kurang istirahat cemas
Berikan informasi faktual mengenai
- Berfokus pada diri sendiri Mengidentifikasi, diagnosis, tindakan prognosis
- Iritabilitas mengungkapkan dan Libatkan keluarga untuk
- Takut menunjukkan tehnik mendampingi klien
- Nyeri perut untuk mengontol Instruksikan pada pasien untuk
- Penurunan TD dan denyut cemas menggunakan tehnik relaksasi
nadi
Vital sign dalam batas Dengarkan dengan penuh perhatian
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur normal Identifikasi tingkat kecemasan
- Gemetar Postur tubuh, ekspresi Bantu pasien mengenal situasi yang
- Anoreksia, mulut kering menimbulkan kecemasan
wajah, bahasa tubuh
- Peningkatan TD, denyut Dorong pasien untuk
dan tingkat aktivitas
nadi, RR mengungkapkan perasaan, ketakutan,
menunjukkan
- Kesulitan bernafas persepsi
berkurangnya
- Bingung Kelola pemberian obat anti
kecemasan
- Bloking dalam pembicaraan cemas:........
- Sulit berkonsentrasi
Dikutif dari http://istanakeperawatan.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-cardiac-
arrest.html

Anda mungkin juga menyukai