Anda di halaman 1dari 8

PROSEDUR PEMANTAUAN TEKANAN INTRAKRANIAL

Definisi :

Tekanan Intrakranial adalah Tekanan Ruang intrakranial yang bersumber dari 3


komponen : parenkim otak sekitar 83%, darah 6%, dan cairan serebrospinal (LCS) 11% ,
yang bersifat konstan pada orang dewasa yaitu 10 – 15 mmHg. Peningkatan TIK terjadi
jika terjadi Peningkatan volume salah satu komponen akan dikompensasi oleh penurunan
volume komponen lainnya sampai > 15 mmHg.

Indikasi :

Lesi/massa, akumulasi CSS, Gangguan vaskuler, Edema serebral (vasogenik, hidrostatik,


sitotoksik, hiper-osmolar).

Tujuan :

Pemantauan TIK dilakukan untuk mencegah terjadinya fase kompensasi ke fase


dekompensasi. mengetahui nilai CPP, yang sangat penting, dimana menunjukkan tercapai
atau tidaknya perfusi otak begitu juga dengan oksigenasi otak.

Metode Pemantauan TIK :

Metode invasif (secara langsung) menggunakan microtransducer sensor.

Metode non invasive (Pemantauan gejala klinis) :

a. Tingkat kesadaran (GCS)


b. Pemeriksaan pupil
c. Pemeriksaan motorik (perhatian khusus pada hemiparesis
d. Adanya mual atau muntah proyektil
e. Keluhan nyeri kepala
f. Vital sign (Cushing Triad).
SOP PEMERIKSAAN KESADARAN
DENGAN GLASGOW COMA SCALE (GCS)

1. Batasan
Untuk mengikuti perkembangan tingkat kesadaran dapat digunakan skala koma
Glasgow yang memperhatikan tanggapan (respon) penderita terhadap rangsang dan
memberikan nilai pada respon tersebut.
2. Tujuan
1. Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai pemeriksaanGCS
2. Menekankan pentingya tindakan pemeriksaan GCS untuk melakukan penilaian
kesadaran.
3. Mampu menerapkan tindakan ini dalam praktek klinis pada kasus-kasus dengan
gangguan system neurologi
3. Media dan Alat Bantu
Penuntun Pembelajaran
4. Metode pembelajaran
1. Demonstrasi sesuai dengan penuntubelajar
2. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
3. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor
5. Langkah Klinik Penilaian GCS
a. Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
b. Refleks verbal (V)
5 : Orientasi baik
4 : Kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan.

3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik

2 : Kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang

1 : Tidak keluar suara


c.Refleks motorik (M)

6 : Melakukan perintah dengan benar

5 : Mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukaan perintah dengan benar

4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi

3 : Hanya dapat melakukan fleksi

2 : Hanya dapat melakukan ekstensi

1 : Tidak ada gerakan


PEMERIKSAAN SARAF OPTIKUS (N. II)

Refleks Pupil
Respon cahaya langsung
1) Orang coba berdiri di hadapan pemeriksa.
2) Arahkan sinar dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan
tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya.
3) Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya.
4) Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil.
Respon Cahaya Konsensual
Jika salah satu pupil disinari, maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan
ukuran yang sama.

PEMERIKSAAN SARAF OKULOMOTORIS (N.III)


Pupil
1) Perhatikan dan bentuk dan ukuran pupil orang coba.
2) Bandingkanlah pupil kanan dan kiri orang coba.( Perbedaan pupil sebesar 1mm
masih dianggap normal)
Refleks pupil
1) Refleks cahaya langsung (bersama N. II)
2) Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)
3) Refleks pupil akomodatif atau konvergensi
a. Mintalah orang coba untuk melihat hidungnya sendiri
b. Perhatikan kontraksi kedua otot rektus medialis (konvergensi)
c. Perhatikan kontraksi otot siliaris yang ditandai dengan mengecilnya
pupil.
d. Mintalah orang coba untuk memfokuskan matanya pada suatu objek
diletakkan pada jarak 15 cm didepan.
e. Perhatikan adanya konstriksi kedua pupil (akomodasi)
PEMERIKSAAN MOTORIK

1. Batasan

Sebagian besar manifestasi objektif kelainan saraf adalah ganggguan gerak,


Untuk melihat sindrom lower motor neuron ataupun upper motor neuron dapat
dilihat dengan menilai tonus otot, kekuatan otot dan gerakan otot.

2. Tujuan

1. Memberi pengetahuan dan keterampilan mengenai pemeriksaan Motorik

2. Menekankan pentingya tindakan pemeriksaan Motorik untuk melihat


manifestasi gangguan LMN atau UMN.

3. Mampu menerapkan tindakan ini dalam praktek klinis pada kasus-kasus dengan
gangguan system neurologi

3. Media dan Alat Bantu

Penuntun Pembelajaran

4. Metode pembelajaran

1. Demonstrasi sesuai dengan penuntun belajar

2. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)

3. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistem skor

5. Langkah Klinik Pemeriksaan Motorik

1. Inspeksi sikap (Dalam posisi berdiri, duduk , berarinng dan bergerak)

2. Inspeksi bentuk (Perhatikan adanya deformitas)

3. Inspeksi ukuran dan kontur otot (atrofi atau hipertrofi) , Biasanya ukuran
ekstremitas yang lumpuhblebih pendek daripada yang sehat.
4. Inspeksi adanya gerak abnormal yang tidak dapat dikendalikan (tremor,
khorea, fasikulasi)

5. Melakukan pemeriksaan kekuatan otot dengan 2 teknik yaitu ;

a. Pasien diminta menggerakkan bagian ekstremitas & kita menahan


gerakan ini (Ekstremitas atas & bawah)

b. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas & pasien diminta menahan.


(Ekstemitas atas & bawah)

Kekuatan otot dinilai dengan menggunakan angka 0- 5 (0 = lumpuh sama


sekali dan 5 = normal).

0 : Tidak didapatkan sedikit pun kontraksi otot, lumpuh total

1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada


persendian yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

2 : Didapatkan gerakan, tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya


gravitasi

3 : Dapat melawan gaya gravitasi

4 : Disamping dapat melawan gravitasi, dapat pula mengatasi sedikit


tahanan yang diberikan

5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)


PEMANTAUAN TANDA TRIAD CUSHING
Tiga tanda gejala klinis penigkatan TIK yang khas yaitu :
1. Pantau adanya peningkatan tekanan darah (Hipertensi)
2. Pantau frekuensi nadi (adanya bradikardi)
3. Pantau pola pernapasan & frekuensi napas (ireguler)
CPP = MAP –ICP

60-100 mmHg = Sistole + 2 x diastole/3 – (10-15 mmHg)

= 190 -15 = 175 Jika lebih dari 100 maka potensial terjadi peingkatan TIK
PEMBERIAN POSISI PADA PASIEN RISIKO TIK MENINGKAT
Pemberian posisi untuk mencegah peningkatan TIK, yang perlu dipantau yaitu :
1. Tidak boleh memposisikan pasien trendelenberg
2. Tidak boleh memposisikan pasien tengkurap
3. Tidak boleh memposisikan pasien fleksi pangul extrim
4. Tidak boleh memposisikan pasien
5. Tidak boleh memposisikan pasien angulasi leher, fleksi leher
6. Tidak melakukan kontraksi isometrik
7. Mencegah terjadinya falsafah manuver

Anda mungkin juga menyukai