Anda di halaman 1dari 5

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

No. Dokumen
01./RSU- No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT UMUM ..... 1/5
CND/SAK/VII/2015
CUT NYAK DHIEN
LANGSA
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
19 Juli 2015 Direktur RSU. Cut Nyak Dhien
STANDAR Langsa
PROSEDUR
OPERASIONAL
Dr. Yusuf, MM
Suatu standar dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
Pengertian (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium

Sebagai pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan


Tujuan keperawatan pada pasien dengan kejang demam

Setiap perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan


Kebijakan pada pasien dengan kejang demam sesuai dengan standar

A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas
Biasanya terjadi pada anak dibawah 5 tahun
b. Manifestasi Klinis
Kejang kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media
akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam dan berlangsung singkat.
Manifestasi Kejang demam sederhana (simple fibrile
convulsion)
Prosedur - Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
- Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15
menit.
- Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali
- Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya
demam
- Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
- Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
c. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis,
termasuk tumor otak, trauma, bekuan darah pada otak,
meningitis, ensefalitis, gangguan elektrolit, gangguan
metabolik, uremia, overhidrasi, dan anoksia serebral.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

No. Dokumen
01./RSU- No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT UMUM ..... 2/5
CND/SAK/VII/2015
CUT NYAK DHIEN
LANGSA
Lepasnya muatan listrik yang sedemikian besarnya hingga
meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya
dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
mengakibatkan terjadinya kejang.

Kejang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak


berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (lebih 15 menit) biasanya
disertai apnea, sehingga kebutuhan O2 dan energi untuk
kontraksi otot skeletal tidak tercukupi (hipoxia) sehingga
menimbulkan terjadinya asidosis.

Etiologi sebagian kejang diketahui, sebagian lagi merupakan


idiopati (tidak diketahui etiologinya):
Intrakranial
- Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik
- Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid,
subdural, atau intra ventrikular
- Infeksi : Bakteri, virus, parasit
- Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom
zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.
Prosedur
Ekstra kranial
- Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesemia, gangguan elektrolit (Na dan K)
- Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
- Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam
amino, ketergantungan dan kernikterus.

Idiopatik

d. Fokus Pengkajian
- Observasi lamanya kejang dan gambaran kejadiannya.
Setiap episode kejang mempunyai karakteristik yang
berbeda misal adanya halusinasi (aura ), motor efek
seperti pergerakan bola mata , kontraksi otot lateral
harus didokumentasikan termasuk waktu kejang dimulai
dan lamanya kejang.
- Riwayat penyakit juga memegang peranan penting untuk
mengidentifikasi faktor pencetus kejang untuk
pengobservasian sehingga bisa meminimalkan
kerusakan yang ditimbulkan, diantaranya sianosis, tanda
vital tidak normal atau depresi dengan penurunan nadi
dan pernafasan
- Integritas ego : stressor eksternal / internal yang
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

No. Dokumen
01./RSU- No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT UMUM ..... 3/5
CND/SAK/VII/2015
CUT NYAK DHIEN
LANGSA
berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan,
peka rangsangan.
- Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan tekanan
kandung kemih dan tonus spinkter
- Makanan / cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual
dan muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang,
kerusakan jaringan lunak, gusi atau gigi
- Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma
kepala dan infeksi serebra
- Riwayat jatuh / trauma kejang
- Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum,
perubahan tonus / kekuatan otot. Gerakan involunter
- Sirkulasi : peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak
normal atau depresi dengan penurunan nadi dan
pernafasan.
- integritas ego : stressor eksternal/internal yang
berhubungan dengan keadaan san atau penanganan,
peka rangsangan.
- eliminasi : inkonsistensia episodic, peningkatan
tekaankendung kemih dan tonus spinker.
Prosedur - Makanan/cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual
dan muntah yang berhubungan dengan aktivitas
kejang,kerusakan jaringan lunak, gusi atau gigi.
- Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat trauma
kepala dan infeksi serebra Riwayat jatuh/trauma.

B. Diagnosa Keperawatan Yang Lazim


1. Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan
kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..cidera/trauma
tidak terjadi
Kriteria hasil
DS :
DO : (Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan
pengobatan, meningkatkan keamanan lingkungan)

Intervensi
a. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang.
b. Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah
kejang.
c. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
d. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah
kejang.
e. Lindungi klien dari trauma atau kejang.
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

No. Dokumen
01./RSU- No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT UMUM ..... 4/5
CND/SAK/VII/2015
CUT NYAK DHIEN
LANGSA
f. Berikan kenyamanan bagi klien.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
compulsan

2. Resiko tinggi terhadap inefektif bersihan jalan nafas b/d


kerusakan neuromuskular

- sekresi mukosa tidak ada,


- RR dalam batas normal
Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..Inefektifnya


bersihan jalan napas tidak terjadi

Kriteria hasil
DS: -
DO: - Jalan napas bersih dari sumbatan,
a. suara napas vesikuler,
b. sekresi mukosa tidak ada.
c. RR dalam batas normal
Prosedur
Intervensi
a. Observasi tanda-tanda vital,
b. Atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler.
c. Lakukan penghisapan lendir,
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi

3. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..aktivitas
kejang tidak berulang
Kriteria hasil
DS :
DO : Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal
Intervensi
a. Kaji factor pencetus kejang.
b. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien.
c. Observasi tanda-tanda vital.
d. Lindungi anak dari trauma.
e. Berikan kompres dingin pada daerah dahi dan ketiak.

4. Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi


Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..pengetahuan
keluarga meningkat
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN KEJANG DEMAM

No. Dokumen
01./RSU- No. Revisi Halaman
RUMAH SAKIT UMUM ..... 5/5
CND/SAK/VII/2015
CUT NYAK DHIEN
LANGSA
Kriteria hasil
DS :
DO :
- Keluarga mengerti proses penyakit kejang demam,
- Keluarga tidak bertanya lagi tentang penyakit,
perawatan dan kondisi pasien
Prosedur
Intervensi
a. Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga pasien
b. Jelaskan pada keluarga tentang penyakit kejang demam
melalui penkes.
c. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal
yang belum dimengerti.
d. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien.

Unit terkait Ruang Rawat / Departemen terkait

Anda mungkin juga menyukai