Anda di halaman 1dari 36

1

ASPEK PSIKOSOSIAL-SPIRITUAL-
KULTURAL PERAWATAN PALIATIF

https://www.google.com/search?safe=strict&biw

Ns. Agustine Ramie, M.Kep


2

Masalah Psikososial Pada Pasien Terminal

50%: Pasien

30%: Pasangannya

25%: Keluarga lainnya


3
4

Aspek Psikologis
5

Aspek Psikologis
Aspek psikologis merupakan reaksi seperti
depresi, stress, kecemasan yang dialami penderita
dan keluarga.
Peran perawat paliatif  memberikan asuhan
keperawatan
Tujuan  mencegah dan meringankan
penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan
kualitas hidup, dan memberikan dukungan kepada
keluarga.
6

Aspek Psikologis
Aspek psikologis pada pasien terminal  dpt
berlanjut gangguan jiwa berat
Atasi melalui pendekatan interdisipliner. Sebagai
contoh  jika ada masalah sulit tidur  mungkin
perlu obat tidur yg dikolaborasikan
Konseling perlu diberikan untuk pasien dan
keluarga agar masalah psikologis bisa diatasi
(Courtney, Edwards, Stephan, O'Reilly, dan Duggan, 2003).
7

Masalah psikologis muncul akibat:


Ketidakmampuan dan penurunan fungsi biologis dan sosial
akibat perubahan fisik
 Wajah, ekspresi, kerontokan rambut
 Penurunan berat badan
 Tremor
 Kurang kontrol berkemih dan b.a.b
 Nyeri berat
 Muntah

Juga akibat stres karena pengobatan

Konsep diri terganggu


8

Tahapan reaksi psikologis saat mengetahui


diagnosis penyakit terminal (E.Kubler-Ross, 1998)
• Denial
• Marah
• Menawar
• Depresi
• Menerima
9

Tahap shock & penyangkalan


Kenapa ?
• Tidak semua pasien siap mati ( ± 70 % ketakutan)
• Breaking bad news tidak tepat
• Masih dalam taraf produktif

Perlu upaya2 agar tidak menyakitkan pasien


10

Tahap shock & penyangkalan


• Reaksi pertama  terkejut, tidak percaya, terpukul dan
menyangkal bahwa kehilangan itu benar-benar terjadi.
• Secara sadar maupun tidak sadar  menolak semua fakta
yang dialami.
• Merasa hidupnya tidak berarti lagi, keadaan terguncang
dan pengingkaran
• Tidak mampu berpikir untuk keluar dari masalahnya.
• Tidak siap untuk menerima kondisinya (Kozier, 2004).
• Reaksi fisik: keletihan, kelemahan, pucat, mual, diare,
sesak napas, detak jantung cepat, menangis, gelisah. 
Kondisi ini dapat berlangsung selama beberapa menit
sampai beberapa tahun (Suliswati, 2005)
11

Tahap marah

Kenapa marah ?
• Kecewa proses kehidupan tidak berjalan sesuai dengan
keinginannya.
• “substitution mechanism” (mencari kambing
hitam/kesalahan orang lain)
• Bahaya !!
 proyeksi emosinya ke orang lain (tim medis, keluarga,
kenalan dan bahkan kepada Tuhan
 proyeksi ke diri sendiri (self-destructive)
12

Tahap marah

Pada kondisi ini individu tidak memerlukan nasihat, baginya


nasihat adalah sebuah bentuk pengadilan (judgement) yang
sangat membuatnya menjadi lebih terganggu.
Reaksi fisik yang sering terjadi pada tahap ini  wajah
merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur dan tangan
mengepal
Sikap perawat  tetap bersikap tenang, penuh perhatian,
tidak terprovokasi untuk beradu argumentasi saling
menyalahkan

Pasien bisa meninggalkan sikap agresifnya ini dan beralih ke


tahap selanjutnya
13

Tahap tawar menawar


Kenapa tawar menawar ?
 Ada konflik diri : sadar vs mimpi
 Sebetulnya pasien sdh mulai mengerti dan menerima
realita (kematian)
 Tuhan penguasa hidup dan mati  tempat memohon
untuk perpanjang waktu hidup dibarengi dengan
janji/sumpah untuk bertobat dan berbuat baik amal
soleh
 Sesungguhnya bargaining ini tak m’berikan solusi
apapun  pasien berusaha melakukan tawar-menawar
dengan Tuhan
14

Tahap depresi
Bila usaha barter di atas gagal karena kondisinya ternyata
tidak membaik  masuk fase depresi
Kenapa ?
• Lost of love object  sadar kondisinya
• Metastase sel kanker sudah ke otak ?

Bila fisik lemah, diam, apatis  pasien mulai berduka dan


berkabung  kematian akan segera dialami.
15

Tahap pasrah/menerima
Pasrah bukan berarti putus asa
menerima kenyataan & memanfaatkan sisa hidup

Hal yang bisa dilakukan:


Menyelesaikan tugas & tanggung jawab (pesan & wasiat)
Meningkatkan kualitas beribadah

Penerimaan berarti pasien bisa bersikap realistik sesuai


dengan realita hidup tanpa disertai rasa marah dan
depresi lagi
16

Aspek sosial
17

Walaupun pasien mengalami penyakit terminal, mrk. Harus


tetap berinteraksi dengan lingkungannya.

Jika perlu mereka tetap berkontribusi dilingkungan sosial.


Kalau mereka masih bisa bekerja sebaiknya tetap bekerja
(Courtney, Stephan, O'Reilly, dan Duggan, 2003).
18

MASALAH SOSIAL

• Kehilangan pekerjaan
• Kebutuhan finansial
• Kehilangan kesempatan relationship
19

Kondisi penyakit yg semakin memburuk memicu perasaan terkucil

Pengucilan dapat terjadi melalui 2 cara:


1. Keluhan-keluhan, kesulitan pengobatan, kehilangan
energi  pasien menarik diri dari kontak sosial
2. Dihindari atau bahkan ditinggal oleh teman dan
keluarga
20

Koneksi sosial dan kekuatan mental pasien menjadi


kunci penyembuhan (Professor Matthew D)

• Interaksi sosial
dengan lingkungan
ternyata mampu
menghambat
pertumbuhan sel
kanker
21

Pasien penyakit kronis dan terminal harus belajar untuk


hidup bersama dengan penyakitnya yang tidak dapat
disembuhkan
Tidak mudah
bukan karena terlalu banyak aspek medis penyakitnya,
tetapi karena masalah sosial dan psikologis yang
disebabkan terus menerus mengalami sakit
22

Aspek Spiritual
23

Aspek Spiritual

Kemampuan pasien memahami dan menerima keadaan


penyakitnya akan mempengaruhi kesehatannya
(Courtney, Edwards, Stephan, o'Reilly, dan Duggan, 2003).

Penerimaan pasien terhadap penyakitnya dipengaruhi


oleh keadaan spiritualnya
Implikasinya  perawat harus peka terhadap apa yg
paling penting dalam kehidupan pasien
 Siapa org yg berpengaruh dalam hidup pasien.
Bagaimana respon pasien terhadap orang tersebut.
24

Apakah ada tanda - tanda spiritual distress.


Apa agama yang dianut pasien.
Lakukan pengkajian spiritual secara teratur.
Hadirkan orang - orang yang bisa memberikan kekuatan
bagi pasien (McCusker, & Ceronsky, 2013).
25

Tinjauan Spiritual/Agama Dalam Perawatan


Paliatif
Agama : sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Maha kuasa (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Peran agama dlm palliative care :
Sebagai spiritual nourishment dan pencegahan penyakit.
Sebagai mekanisme koping & faktor yg berkontribusi
dalam pemulihan pasien.
Sebagai sumber penyembuhan (healing) bagi pasien
terminal.
26

Peran perawat dalam keperawatan paliatif


dari tinjauan agama
Dossey, Keegan, dan Guzzetta (2005)
Perawat sebagai care provider harus mengintegrasikan
konsep dari technology body, mind and spirit kedalam
praktek Keperawatan.
Caranya :
1. Melalui pengkajian spiritualitas pasien dan nyeri yang
dialami pasien
2. Melalui intervensi terapeutik
3. Melalui penelitian
27

Perspektif masing-masing agama mengenai ajal dan musibah

1. Islam
Tiga manfaat musibah (sakit) ; sebagai penghapus dosa,
sebagai ujian kesabaran, tangga untuk mencapai derajat yg lebih
tinggi di sisi Allah SWT.
2. Kristen
Makna penderitaan : sebagai karunia, suatu yg bahagia, memiliki
maksud tujuan tertentu, bersifat sementara & diakhiri dg berkat.
3. Budha
Makna kematian utk menyadarkan setiap manusia akan akhir
kehidupannya, bahwa betapa tinggi pun tempatnya, apapun bantuan
teknologi atau ilmu kedokteran yang dimilikinya, pada akhirnya tetap
harus mengalami hal yang sama yaitu di dalam kubur atau menjadi
segenggam debu.
4. Hindu
Kematian adalah hal yg sangat penting yg menentukan arti kehidupan
seseorang, jadi harus selalu mengingat Tuhan menjelang ajal 
menghantarkan ke tempat yg indah dlm spiritual.
28

Indikator spiritual need


• Rasa putus asa
• Rasa menderita yang sangat kuat
• Menjauh dari Tuhan
• Marah Kepada Tuhan
• Rasa bersalah  hukuman
29

Tujuan pendampingan spiritual

• Pasien meninggal dalam iman

• Keluarga meneguhkan keimanan

• Membantu menyelesaikan tugas duniawi

• Keluarga tetap dalam iman taqwa dan sejahtera

sepeninggalnya pasien
30

Aspek Budaya
31

• Tim paliatif mengkaji dan mencoba menemukan aspek


budaya spesifik yang menjadi perhatian pada pasien dan
keluarga.

• Berkomunikasi dengan menghargai budaya pasien,


menghargai cara berkomunikasi, dan praktek - praktek
budaya dari pasien dan keluarganya (Leininger & McFarland,
2006).
32

Kajian Sosial Budaya Tentang Perawatan Paliatif


Kebudayaan adalah segala sesuatu atau tata nilai yang
berlaku dalam sebuah masyarakat yang menjadi ciri khas
dari masyarakat tersebut (Eppink, 2013).
Indonesia memiliki beragam etnis & budaya
Budaya positif pada suatu etnis mungkin dianggap
negatif oleh etnis lain
Sulit merubah perilaku yg tertanam & terinternalisasi dlm
kehidupan masyarakat.
Perlu pengetahuan mengenai budaya suatu daerah,
promosi kesehatan & meluruskan keyakinan atau budaya
yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
33

Contoh pengaruh sosial budaya dalam


kesehatan
Kepercayaan terhadap dukun
Kepercayaan terhadap hal-hal mistis
Bayi yang menderita demam atau diare berarti pertanda

bahwa bayi tersebut akan pintar berjalan.


dll
34

Bagi perawat paliatif


“Kelangsungan hidup pasien bisa menjadi lebih
singkat bukan hanya akibat dari penyakitnya, tetapi
juga bisa akibat dari kata-kata dan sikap KITA”

The American Medical Association’s First Code of medical


Ethics
35

Referensi
• Eppink, Andreas.(2013). The Eppink Model and the
Psychological Analysis of a Culture
• Kepmenkes.(2007).Kebijakan Perawatan Paliatif
• WHO. (2012). Definition of Palliative Care. [cited 2017 Apr
11]; Available from:
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/
• Dossey, Keegan, & Guzzetta. (2005). Holistic nursing a
handbook for practice. 4 th edition.
• McCusker & Ceronsky, et al. (2013). Institute for Clinical
Systems Improvement. Palliative Care for Adults.
• Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan
Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.
36

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai