Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

ANAK RETINOBLASTOMA
KELOMPOK 1

Abdul Aziz Ayu Maulida Erna Auliana A


Fitri Rohaina Hairun Nisa Muhammad Dandi
Rina Helmina Shintia Windy Zaid Rizkyansyah W
1 Definisi Retinoblastoma

2 Klasifikasi Retinoblastoma

3 Patofisiologi Retinoblastoma

4 Manifestasi Klinis Retinoblastoma

Penatalaksanaan Dan Pemeriksaan Penunjang


5
Retinoblastoma

6 Asauhan Keperawatan Retinoblastoma


DEFINISI RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada retina dan
biasanya menyerang anak berumur kurang dari 5 tahun. 2% dari
kanker pada masa kanak-kanak adalah retinoblastoma. Tumor ini
berasal dari jaringan retina embrional yang tumbuh secara abnormal.
KLASIFIKASI RETINOBLASTOMA

 Golongan I : Tumor soliter/multiple kurang  Tumor mata ini, terbagi atas IV


dari 4 diameter papil. Terdapat pada atau stadium, masing-masing:
dibelakang ekuator, Prognosis sangat baik  Stadium I : menunjukkan tumor masih
 Golongan II : Satu atau beberapa tumor terbatas pada retina (stadium tenang)
berukuran 4-10 diameter papil, Prognosis  Stadium II : tumor terbatas pada bola
baik. mata.
 Golongan III : Tumor ada didepan ekuator
 Stadium III : terdapat perluasan ekstra
atau tumor soliter berukuran >10 diameter okuler regional, baik yang melampaui
papil, Prognosis meragukan ujung nervus
 Golongan IV : Tumor multiple sampai ora  optikus yang dipotong saat enuklasi.
serata, Prognisis tidak baik.
 Stadium IV : ditemukan metastase jauh
 Golongan V : Setengah retina terkena benih
ke dalam otak.
di badan kaca, Prognosis buruk.
PATOGENESIS RETINOBLASTOMA
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor terdiri dari sel-sel
ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. Jika timbul dalam
lapisan inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik ) mengisi rongga kaca dan
tumbuh kearah luar ( exofitik ) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus.

Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis
sistemik dan perluasan intrakranial. Tempat metastasis Retinoblastoma yang paling
sering pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak, vertebra, kelenjar limphe
dan viscera abdomen.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda-tanda Retinoblastoma yang paling sering dijumpai adalah leukokoria (white pupillary
reflex) yang digambarkan sebagai mata yang bercahaya, berkilat, atau cat’s-eye appearance,
strabismus dan inflamasi okular.
Pada anak yang sehat dilakukan pemeriksaan
Pasien umur < 5 tahun Pasien umur > 5 tahun
sejak lahir hingga usia 3 tahun dan kepada
a) Leukokoria (54%-62%), a) Leukokoria (35%) orangtua harus ditanyakan tentang keluhan
b) Strabismus (18%-22%) b) Penurunan visus (35%) terhadap mata anak. Pemeriksaan fisik
c) Hypopion c) Strabismus (15%) termasuk evaluasi untuk refleks mata merah
d) Hyphema d) Inflamasi (2%-10%) atau kelainan mata lain hingga anak berusia 3
e) Heterochromia e) Floater (4%) tahun dan kemudian pemeriksaan tajam
f) Spontaneous globe perforation f) Pain (4%) penglihatan dapat dilakukan. Jika leukokoria
g) Proptosis diperiksa atau jika ada keraguan tentang refleks
h) Katarak merah anak harus diperiksakan ke dokter
i) Glaukoma spesialis mata dalam seminggu sekali. Tanda
j) Nystagmus kedua yang paling umum dari retinoblastoma
k) Tearing adalah strabismus.
l) Anisocoria
PENATALAKSANAAN
RETINOBLASTOMA
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah Jenis-jenis terapi yang bisa diberikan yaitu:
pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik
a. Pembedahan
untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic.
b. External beam radiotherapy (EBRT)
Jika satu mata yang terserang, pengobatan tergantung pada klasifikasi tumor:
c. Radioterapi plaque
 Golongan I atau II dengan pengobatan local (radiasi, cryotherafy,

fotokoagulasi laser). Kadang-kadang digabung dengan kemoterapi..


d. Kryo atau fotokoagulasi

 Jika tumor besar (golongan IV atau V), mata harus dienukleasi segera. e. Modalitas yang lebih baru

Mata yang tidak terkena dilakukan radiasi sinar-X dan kemoterapi. f. Kemoterapi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RETINOBLASTOMA

Diagnosis pasti retinoblastoma dapat ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomi. Karena
tindakkan biopsi merupakan kontraindikasi, maka untuk menegakkan diagnosis digunakan bebrapa
pemeriksaan sebagai sarana penunjang:
 Fundus Okuli
 X Ray
 LDH Ultrasonografi dan tomografi komputer.
 CT Scan kepala orbita
 Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, nyeri atau pembengkakan tulang.
 Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan pemeriksaan pungsilumbal ( LP )
bila terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.
KASUS
Pasien bernama An. S dengan usia 4 tahun di rawat di ruangan kamboja RSUD M.Yunus Bengkulu dengan diagnosa medis Retino
Blastoma. Pasien masuk ke ruangan pada tanggal 20 September 2019 pukul 08.00 WIB. Informasi didapatkan dari rekam medik dan
ibu pasien. Identitas pasien, nama An. S, lahir di Bengkulu pada tanggal 20 september 2015, umur 4 tahun 1 hari, jenis kelamin laki-
laki, agama islam, pendidikan TK kecil, alamat Jl.Hibrida 10 Bengkulu, penanggungjawab pasien adalah Ny. L yang merupakan ibu
kandung dari pasien.

Pengkajian dilakukan pada tgl 20 september 2019 pada pukul 10.00 WIB di ruang kamboja RSUD M. Yunus Bengkulu. Dari hasil
pengkajian diperoleh data sebagai berikut: Pasien Ny. S masuk ke ruangan Melati RSUD M. Yunus Bengkulu pada tanggal 20
september 2012  pukul 08.00 WIB dengan keluhan klien nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah terjadi
pembesaran pada mata sebelah kanan. Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 21 september 2012 pukul 09.00 WIB didapatkan
nyeri, demam, kurang nafsu makan, gelisah, mata merah, skala nyeri 8. Nyeri dirasakan pada saat malam hari, pada mata sebelah
kanan dengan TTV, TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/mnt, N: 120 x/mnt, S: 38*c. Sebelumnya pasienpernah masuk ke RS M. Yunus
Bengkulu dengan mengalami
Lanjutan...

Penyakit malaria dan dirawat selama 2 hari dan klien tidak pernah mengalami penyakit sekarang. Di keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan
ataupun penyakit menular lainnya namun ibu pasien mengatakan alm. Ayah pasien pernah menderita penyakit yang sama. Keadaan Umum    : Lemah, kesadaran:
Compos Metis, suhu : 380 C, nadi : 120 x/m,TD: 130/80 mmHg, RR: 25 x/m, BB: 12 KG, TB : 90 cm. LLA 14 cm, LK 45 cm, LD 47 cm.

Pengkajian Head to toe didapatkan hasil: Kepala, inspeksi :rambut kotor,tidak ada ketombe dan luka di kulit kepala, ujung rambut tidak bercabang dan tidak kusam,
tidak ada lesi. Palpasi :tidak ada nyeri tekan. Mata, pemeriksaan subyektif :proyeksi sinar kurang baik, persepsi warna baik. Pemeriksaan obyektif: kelopak mata normal
(pasangan simetris, gerakan bebas, kulit normal, tepi kelopak tidak ada sekret), bola mata normal (pasangan sejajar, gerakan normal, ukuran normal), tekanan bola mata
normal, konjungtiva normal, sklera (warna merah), iris (warna coklat, pasangan simetris,). Hidung, inspeksi :bentuk tulang hidung lurus, tidak ada secret, tidak ada
pembesaran chonchanasalis, tidak ada polip. Palpasi: tidak ada sinus. Mulut, inspeksi :mukosa bibir lembab, warna bibir merah muda, warna lidah merah muda. Telinga,
inspeksi :daun telinga bagian belakang bersih, tidak ada secret yang mengeras, tidak ada keluhan nyeri pada telinga bagian dalam. Leher, palpasi :tidak ada pembesaran
kelenjar tonsil, tidak ada bendungan vena jugolaris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe. System respirasi, inspeksi :pola nafas normal/eupnoe, bentuk rongga dada
normal, tidak ada retraksi otot-otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan normal (22x /menit) palpasi :pergerakan dada kanan dan kiri simetris. System kardiovaskuler:
frekuensi denyut jantung normal 84x /menit, TD Menurun 110/70 mmhg. System perkemihan: B AK lancer, inspeksi :warna urine kuning jernih, bau urine khas.
System pencernaan, inspeksi :frekuensi BAB 3x sehari. System persyarafan: normal. Kulit: turgor kulit elastis dan permukaan tidak gersang. Genetalia, inspeksi :tidak
ada kotoran, labia mayora dan labia minora bersih, tidak terdapat jamur, warna merah muda, tidak terdapat keputihan, palpasi :tidak terdapat nyeri. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan adalah, Fundus Okuli dan X Ray.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DATA INTERPRETASI DIAGNOSA

1 DO:  Terlihat bercak kuning Gangguan rasa nyaman (nyeri)


Klien tampak gelisah mengkilat
Klien tampak meringis kesakitan ↓
Klien tampak lemah Neuvaskularisasi dan
TTV perdarahan
Suhu    : 380 C ↓
Nadi    : 120 x/m Lemah
TD       : 130/80 mmHg ↓
RR       : 25 x/m Nyeri
   
DS :
Klien mengatakan nyeri pada matanya

Ketidakseimbangan nutrisi
2 DO:  - kurang dari kebutuhan tubuh
- berhubungan dengan adanya
DS : penyakit kronis:
- klien tidak nafsu makan rethinoblastoma
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1 Gangguan Rasa Manajemen Nyeri


Setelah dilakukan tindakan keperawatan
nyaman (Nyeri) Intervensi:
selama 1x24 jam maka pasien dapat a) Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang
meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi,
melakukan Tingkat Nyeri dengan indikator:
frekuensi, kualitas, intesitas atau beratnya
a) Pasien melaporkan nyeri yang berkurang nyeri dan faktor pencetus.
b) Pilih dan implementasikan tindakan yang
dari skala 1 menjadi 4
beragam (misalnya: farmakologi,
b) Panjangnya episode nyeri berubah dari 2 nonfarmakologi, interpersonal) untuk
memfasilitasi penurunan nyeri, sesuai dengan
menjadi 4
kebutuhan
c) Tidak bisa beristirahat berubah dari skala c) Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
2 (cukup berat) menjadi 4 (ringan)
d) Libatkan keluarga dalam modalitas penurunan
d) Ekspresi nyeri wajah berubah dari skala 2 nyeri, jika memungkinkan
e) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
menjadi 4
lainnya, mengenani efek tifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah digunakan
sebelumnya.
NO DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

2 Ketidak seimbangan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen gangguan makan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh selama 1x24 jam maka pasien dapat mencapai  Intervensi:
Nafsu makan dengan indikator: a)  Kembangkan hubungan yang
a) Hasrat atau keinginan untuk makan makan mendukung klien
dari skala 2 menjadi skala 4 b) Dorong klien untuk mendiskusikan
b) Intake makan dari skala 2 menjadi skala 4 makanan yang disukai Bersama dengan
c) Intake nutrisi dari skala 2 menjadi skala ahli gizi
4 c) Bangun harapan terkait dengan perilaku
d) Rangsangan untuk makan dari skala 2 makan yang baik, intake, asupan, cairan
menjadi skala 4 dan jumlah
d) Monitor perilaku klien yang berhubungan
dengan pola makan, penambahan dan
kehilangan berat badan
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai