Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK ANAK

RETINOBLASTOMA

Disusun oleh kelompok 1:


1. Christina Ika R. 1907057
2. Puspita Dewi 1907061
3. Dwi Suraji 1907082
4. Turochman 1907086
5. Fahrizal Amri 1907090

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang paling
sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan,
melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum
banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih
minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak
usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan
masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat
diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan
mata anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan
dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke
dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik
atau terdapat faktor risiko.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum:
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta asuhan keperawatan
yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui Pengertian dari  penyakit Retinoblastoma.
b. Mengetahui etiologi dari penyakit Retinoblastoma.
c. Mengetahui manifestasi klinis dari penyakit Retinablastoma.
d. Mengetahui patofisiologi dari penyakit Retinoblastoma.
e. Mengetahui  penatalaksanaan terhadap pasien Retinoblastoma.
f. Mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada pasien Retinoblastoma
g. Mengetahui Web Of Caution (WOC) dari penyakit Retinoblastoma

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokular yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia di bawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.
(Mansjoer A. 2000).
Retinoblastoma adalah  tumor ganas dalam bola mata  pada anak dan bayi sampai 5
tahun. (Sidarta Ilyas, 2009).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai saraf embrionik
retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi secara awal. Rata rata usia
klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus unilateral, 13 bulan pada kasus kasus
bilateral. Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian
mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral,
khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Ganong William F.1998).
Jadi dari beberapa pengertian diatas disimpulakan bahwa retinoblastoma adalah penyakit
tumor ganas dalam bola mata pada anak usia kurang dari 5 tahun.
B. Etiologi
Terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu pasang alel dominan protektif yang
berada dalam pita kromosom, bisa karena mutasi atau diturunkan. Penyebabnya adalah tidak
terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung diturunkan. Sekitar 10% penderita
retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita retinoblastoma dan mendapatkan
gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu maupun kedua mata. Kanker bisa
menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalui saraf penglihatan / nervus optikus).
C. Patofisiologi
Retinoblastoma biasanya tumbuh dibagian posterior retina. Tumor terdiri dari sel-sel
ganas kecil, bulat yang berlekatan erat dengan sitoplasma sedikit. Jika timbul dalam lapisan
inti interna, tumor itu tumbuh ke dalam ( endofitik ) mengisi rongga kaca dan
tumbuh kearah luar ( exofitik ) menembus koroid, sklera dan ke N. Optikus.
Retinoblastoma ada 2, yaitu :

2
1. Tumor endofitik mungkin tampak sebagai suatu tumor tunggal dalam retina
tetapi khasmempunyai fokus ganda. Jika timbul dalam lapisan inti interna,
tumor itu tumbuh ked a l a m d a n m e n g i s i r u a n g v i t r e u s . P e r t u m b u h a n
e n d o f i t i k i n i m u d a h d i l i h a t d e n g a n oftalmoskop.
2. Tumor eksofitik yang tumbuh ke arah luar menembus koroid, sklera dan ke N.
Optikus,diagnosis lebih sukar. Perluasan retinoblastoma ke dalam koroid
biasanya terjadi padat u m o r y a n g m a s i f d a n m u n g k i n m e n u n j u k k a n
peningkatan kemungkinan metastasishematogen. Perluasan tumor
m e l a l u i l a m i n a k r i b o s a d a n s e p a n j a n g s a r a f m a t a d a p a t menyebabkan
keterlibatan susunan saraf pusat. Invasi koroid dan saraf matameningkatkan resiko
penyakit metastase.
Karena tumor ini jarang mengalami metastasis sebelum
t e r d e t e k s i , m a s a l a h u t a m a d a l a m diagnosis biasanya adalah penyelamatan
( preservasi) penglihatan yang bermanfaat.
Retinoblastoma yang tidak ditangani dengan baik akan berkembang
didalam mata danakan mengakibatkan lepasnya lapisan retina, nekrosis dan
menginvasi nervus optikus dan ke sistem saraf pusat. Metastase biasanya terjadi
dalam 12 bulan. Metastase tersering terjadi secara langsung ke sistem saraf pusat
melalui nervus optikus. Tumor juga bisa menyebar ke ruangansubarachnoid
ke nervus optikus kontralateral atau melalui cairan serebrospinal ke sistem
saraf  p u s a t , d a n j u g a s e c a r a h e m a t o g e n k e p a r u - p a r u , t u l a n g . H a m p i r
semua pasien m e n i n g g a l disebabkan perluasan intrakranial danmetastase
tumor yang terjadi dalam dua tahun. Faktor  y a n g m e n y e b a b k a n p r o g n o s i s
y a n g b u r u k a d a l a h d i a g n o s a t u m o r y a n g l a m b a t , t u m o r y a n g besar, dan
umur lebih tua, hasil pemeriksaan yang menunjukan terkenanya nervus
optikus, dan perluasan extraocular.
D. Tanda dan Gejala
1. Tanda dini retinoblastoma adalah mata merah, mata juling atau terdapat warna iris yang
tidak normal.
2. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
3. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.

3
4. Tajam penglihatan sangat menurun.
5. Nyeri.
6. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan
kacaterlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah
diatasnya.
7. Bisa terjadi kebutaan.
E. Klasifikasi
Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retinobalastoma digolongkan menjadi :
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau dibelakang ekuator.
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang ekuator.
3. Golongan III
a. Beberapa lesi di depan ekuator.
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10 diameter papil.
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd.
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata.
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina.
b. Penyebaran ke vitreous.
Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan eksoftalmus
kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita disertai nekrose
diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama
dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I Intraokular
a. Tumor retina.

4
b. Penyebaran ke lamina fibrosa.
c. Penyebaran ke ueva.
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi. Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita yang belum
protopsis.Dengan USG dapat diketahui :
Ukuran panjang bola mata ( axial lenght) yang biasanya normal pada RB,kecuali bila
terdapat buphthalmos.
Letak, besar dan bentuk massa tumor didalm bola mata, perluasan tumor ke N.
Optikus atau ke dalam bola orbita. RB memperlihatkan gambaranUSG yang khas
sehingga memberikan ketepatan diagnosis sampai 90 %,yaitu adanya reflektivitas yang
tinggi mencapai 100% pada A scan yang menunjukkaan tanda kalsifikasi dan shadowing
effect positif.
2. CT Scan kepala orbita, bila terdapat protopsis, kecurigaan perluasan tumor
keekstraokular, metastasis intrakranial, pada USG terdapat perluasan ke N.II,
sertamenilai adanya trilateral pada midlinecranial.
3. Bone survey bila aspirasi sumsum tulang positif, nyeri atau pembengkakan tulang.
4. Pemeriksaan punsi sumsum tulang ( BMP ) bila ada protopsis dan
pemeriksaan pungsilumbal ( LP ) bila terdapat gejala peninggian tekanan intrakranial
atau penyebaran tumor ke N.II pasca operasi.
G. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama adalah pengobatan
local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan sistemik untuk jenis ekstrokular,
regional, dan metastatic. Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang memiliki riwayat
keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara 13% pasien dengan
retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau keluar karena penyakit intraocular yang
sudah lanjut, baik pada waktu masuk atau setelah gagal pengobatan local.
Jenis terapi :

5
1. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma.
Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelah prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup parah, pendekatan
konservatif mungkin bisa diambil. Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi
ke rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat
dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur.
Enuklasi dapat ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke
ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti vitrektomi,
adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan
terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-
45 Gy dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada kerjasama
yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat perencanan.
Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi.
Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek samping
jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti enuklease, dapat terjadi
komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita, yang akhirnya akan meyebabkan
ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin
sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga
digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara
ini menimbulkan malignansi sekunder.

6
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat
diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan
dilakukan dengan petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon
atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka
panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi
sebagai terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan tidak
berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang lebih baru dan
lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-
kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah lanjut.
Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine dan VP16 atau VM26
setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi dilakukan sebagai terspi awal kasus
retinoblastoma bilateral dan mengancam fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil pasien
dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas
sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi. Penentuan
stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan risiko
relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien
retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus
yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus optikus prelaminar.

7
Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak
dianjurkan. Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal
dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid,
sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi
dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan
limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk, sebagian besar pasien
ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan pendekatan kombinasi
kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan
metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan
ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang dihubungkan
dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.
H. Prognosis
Tumor mempunyai prognosis baik bila ditemukan dini dan intraokuler. Prognosis
sangat buruk bila sudah tersebar ekstra ocular pada saat pemeriksaan pertama. Tumor
dapat masuk ke dalam otak melalui saraf optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
I. Komplikasi
Bila tumor masih terbatas intraukolar, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik.
Tergantung dari letak, besar, dan tabel pada tumor yang masih intraukolar dapat dilakukan
krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatikdan fotokoagulasi laser untuk
mempertahankan visus. Pada tumor intraokular yang sudah mencapai seluruh vetreus dan
visus nol, dilakukan enukleasi. Bila tumor telah keluar bulbus okuli, tapi masih terbatas di
rongga orbita, dilakukan kombinasi eksentrasi, radioterapi, dan kemoterapi. Pasien harus
terus dievaluasi seumur hidup karena 20-90% pasien retinoblastoma bilateral akan menderita
tumor ganas primer, terutama osteosarkoma. (Mansjoer A. 2000).
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina
Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen retina
(RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia
berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua.

8
2. Glaukoma
Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung,
yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan
semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena
saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar
dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang
akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
Kebutaan merupakan sebuah penyakit pada mata yang disebabkan orang tidak bisa
melihat. Penanganan kebutaan nasional lebih lebih diarahkan pada katarak yang
umumnya dapa diatasi.
J. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Sejak kapan sakit mata dirasakan
b. Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan
c. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya
d. Apakah ada keluhan lain yang menyertai
e. Penyakit mata sebelumnya
f. Penyakit lain yang sedang diderita
g. Usia penderita
h. Riwayat Psikologi
i. Pemeriksaan Fisik Umum
j. Pemeriksaan Khusus Mata
2. Diagnosa Keperawatan
a. Preoperasi
1) Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma
yang berasal dari neuroretina.
2) Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan
3) Ganguan konsep diri berhubungan dengan efek perubahan pada gaya hidup
b. Post operasi
1) Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak pembedahan

9
2) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan
sekunder terhadap gangguan akibat pembedahan mata.
3) Risiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan

3. Perencanaan
a. Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari neoplasma
yang berasal dari neuroretina.
Tujuan : Klien dapat mengerti tentang penyakitnya dan dapat menggunakan kekuatan
panca indera keenam.
Kriteria :
1) Klien mengerti dan mau menerima keberadaan penyakitnya.
2) Klien dapat melakukan aktivitas yang diperlukan sehari-hari baik aktif maupun
pasif
3) Klien mau berkerja sama dalam mengendalikan kondisi penyakitnya baik medis
dan perawatan
INTERVENSI RASIONAL
Orientasikan klien pada lingkungannya Orientasi dapat memberikan ingatan atau memori
pad aotak sehingga bisa membawa
perasaanbpada tempatnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya Pengetahuan dan pengalaman akan menambah
wawasan dan fungsi kerja sama dalam tindakan.
Hindari pergerakan yang mendadak, meng- Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf
hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, retina yang terlepas .
muntah
Ajarkan klien dan stimulasi klien dalam Panca indera ke enam merupakan kepekaan
menggunakan panca indera ke enam dalam menggunakan feeling dalam berbuat dan
bertindak.
Jelaskan beberapa alternatif tindkan untuk Pem,bedahan, kemoterapi, merupakan salah satu
mengatasi masalah yang berhubungan dari beberapa tindakan
dengan penyakitnya seperti pembedahan.
Kemoterapi dan lainnya.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang)
atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada anak-
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional.
Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat
herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif dan perlunya
pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak mengalami komplikasi. Dan kita
sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat
segera diobati.
Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan seperti :
1. Pertumbuhan endofilik: Terjadi saat menembus internal limiting membrane kearah
korpus vitreous dan memiliki gambaran massa berwarna putih sampai krim.
2. Pertumbuhan eksofitik: Terjadi pada celah subretina.Berhubung denganakumulasi cairan
subretinal dan terjadi sobekan pada retina.
3. Pertumbuhan infiltrasi difus: Jarang terjadi hanya 1.5% dari seluruh retinoblastoma.

Daftar Pustaka

11
Doenges Marilynn E. 2000. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta : EGC
Ganong William F. 2000. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
http://ikaclorys.blogspot.com/2012/03/bab-i-pendahuluan-1_15.html
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-askep-retinoblastoma.html
http://ardyanpradana007.blogspot.com/2011/08/asuhan-keperawatan-pada-
retinoblastoma.html
Ilyas Sidarta, Prof. dr. H. SpM. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. FKUI : Jakarta
Mansjoer A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 2. Jakarta :
EGC
Danielle G dan Jane C. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC Jakarta
Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia
Media
Ilyas, Sidarta. (2000). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI Jakarta
Sidarata I. (1982). Ilmu Penyakit Mata. FKUI. Jakarta
Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

12

Anda mungkin juga menyukai