Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN

PERAWATAN LUKA KANKER MAMMAE

Kelompok 7 :
1. Christina Ika R. 1907057
2. Arifiyanto 1907080
3. Fahrizal Amri 1907090

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020

i
BAB I
KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN
Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat pada
payudara (Wijaya, 2005).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh
berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan
kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-bagian tubuh lain.
Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Seain itu
sel-sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam
kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara. (Medicastore,
2011)
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan pertumbuhan
jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan
destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
Kanker payudara adalah terjadinya gangguan pertumbuhan yang ganas yang terjadi pada
jaringan payudara. Kanker biasanya terdiri dari gumpalan yang keras dan kenyal tanpa adanya
batas. Mungkin adanya garis asimetris antara kedua payudara.Bila kanker sudah berkembang,
tanda-tanda akan lebih nyata sepeti jaringan menjadi merah,borok,membengkak dan kanker
terlihat dengan jelas.
B. ETIOLOGI
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price & Wilson,
1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya Ca mammae,
yaitu:
Mekanisme hormonal
Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan  bagi ca mammae (Smeltzer &
Bare, 2002: 1589).
1. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa abnormal
pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
2. Genetik
a. Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic” 
autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).

ii
b. Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,
Martin, 1997).
c. Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
3. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon yang
berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor .
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada
pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
3. Faktor Genetik
4. Ca Payudara yang terdahulu
5. Keluarga
Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini, dikuatkan bila 3 anggota
keluarga terkena carsinoma mammae.
6. Kelainan payudara ( benigna )
Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah ditunjukkan bahwa wanita
yang menderita / pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat.
7. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain
8. Faktor endokrin dan reproduksi
Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, Menarche kurang
dari 12 tahun
9. Obat anti konseptiva oral
10. Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun mempunyai resiko lebih
besar untuk terkena kanker.
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI 
1. Anatomi Payudara
Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral ats kelenjr payudara,
jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan Spence atau
ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang masing-masing
mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus lactiferous. Diantara kelenjar
susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan
lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat yang disebut ligamnetum cooper yang
memberi rangka untuk payudara.
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dan a.
mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. aksilaris, dan beberapa a.
interkostalis.

iii
Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.
interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa saraf
lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca bedah,
yakni   n. intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus sensibilitas daerah
aksila dan bagian medial lengan atas.
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula penyaliran yang ke
kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang
berada disepanjang arteri dan vena brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke m.
rectus abdominis  lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan payudara
kontralateral.
2. Fisiologi Payudara
Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas 15-
20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai duktus
ekskretorius  masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut duktus
laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus alveolaris yang
dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus yang berakhir pada
putting susu.
Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu :
a. Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia
b. Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid
c. Perubahan karena kehamilan dan laktasi.
D. PATOFISIOLOGI
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi,
yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang  memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang
disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar
matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik  dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat
sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi. karena
itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan
suatu karsinogen).

iv
Kanker  mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena kanker
(Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada beberapa teori yang
menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
a. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan
progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
merangasang pertumbuhan sel mammae.
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia muda
lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak membuktikan
bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker  mammae pada manusia. Namun
menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai peninmgkatan resiko Kanker 
mammae dan resiko kanker  mammae lebih tinggi pada wanita yang melahirkan anak
pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
b. Virus,  Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.
c. Genetik
1) Kanker  mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
genetic”  autosomal dominan.
2) Penelitian tentang biomolekuler  kanker menyatakan delesi kromosom 17    
mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.
3) mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
supresor tumor p 53 (Murray, 2002).
d. Defisiensi imun
Defesiensi imun terutama limfosit T  menyebabkan penurunan produksi interferon
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker dan
meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan menyebabkan
timbulnya sel kanker pada jaringa epithelial dan paling sering pada system duktal. Mula-
mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel atipikal. Sel ini akan berlanjut
menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker butuh waktu 7 tahun untuk
dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi massa yang cukup besar untuk bias diraba.
Invasi sel kanker yang mengenai jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan
menimbulkan rasa nyeri, seperti periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh
dapat pecah dan terjadi ulserasi pada kanker lanjut.
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan melalui
aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di  kelenjer limfe menyebabkan terjadinya
pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga bisa menyebabkan edema
limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange).  Penyebaran yang terjadi secara hematogen
akan menyebabkan timbulnya metastasis pada jaringan  paru, pleura, otak tulang
(terutama tulang tengkorak, vertebredan panggul)

v
Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif lemak
tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia dan
anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala  umum Ca mamae adalah :
1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu, mengkerut
seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
4. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi retraksi
7. Ada rasa sakit
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah meningkat
9. Ada pembengkakan didaerah lengan
10. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati, serta
puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
F. PENTAHAPAN  CA MAMMAE
Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pada keluasan
penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat membantu tim
perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada, memberikan prognosis,
dan beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik dilakukan dalam petahapan penyakit.
Pemeriksaaan dan prosedur ini mencankup rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar,
pentahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem
klasifikasi TNM yang mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti
adanya metastasis yang jauh.
1. Tumor primer (T) :
a. Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
b. T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
c. Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
d. T1 :Tumor <>
1) T1a : Tumor <>
2) T1b :Tumor 0,5 – 1 cm
3) T1c :Tumor 1 – 2 cm
e. T2 :Tumor 2 – 5 cm
f. T3 : Tumor diatas 5 cm

vi
g. T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau kulit :
1) T4a : Melekat pada dinding dada
2) T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange
3) T4c : T4a dan T4b
4) T4d : Mastitis karsinomatosis
2. Nodus limfe regional (N) :
a. Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan
b. N0 : Tidak teraba kelenjar axila
c. N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat
d. N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau
melekat pada jaringan sekitarnya
e. N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
3. Metastas jauh (M) :
a. Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan
b. M0 : Tidak ada metastase jauh
c. M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula
4. Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
a. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada kulit dan otot
pektoralis.
b. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.
c. Stadium Iib
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa
penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh.
d. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
e. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan terdapat
penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan keterlibatan limfonodus
(LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke
kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa juga
luka bernanah di payudara. Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer. Bisa sudah
atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi
tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh

vii
f. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe infraklavikular
ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis kelenjar limfe mammaria
interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau metastasis kelenjar limfe
supraklavikular ipsilateral
g. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau tulang
rusuk.
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
1) 0 : Baik, dapat bekerja normal.
2) 1 : Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.
3) 2 : Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.
4) 3 : Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran
lebih 50% dari waktu sadar.
5) 4 : Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA) dalam
serum/plasma, Pemeriksaan sitologis
2. Test diagnostik lain:
a. Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET
b. Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi biopsy, Eksisi
biopsy
3. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :
a. Pemeriksaan payudara sendiri
b. Pemeriksaan payudara secara klinis
c. Pemeriksaan manografi
d. Biopsi aspirasi
e. True cut
f. Biopsi terbuka
g. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis, pembedahan,
terapi radiasi dan kemoterapi.
H. KOMPLIKASI
Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang dan hati.
Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darahkapiler ( penyebaran
limfogen dan hematogen0, penyebarab hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru,
tulang, sum-sum tulang ,otak ,syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara

viii
5. Kematian
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pembedahan
a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.
b. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis mayor
diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.

c. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat. Exsisi
dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di sekitar
tumor tersebut.
d. Wide excision/mastektomy parsial.
Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.
e. Ouadranectomy.
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis mayor.
2. Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan therapi
tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena
inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.
3. Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek samping:
lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase. Dapat
juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi
endokrin lainnya.
J. PERAWATAN LUKA MODERN PADA PASIEN KANKER
Manajemen perawatan pasien dengan luka kanker di fokuskan terutama untuk mengendalikan
gejala yang timbul dan mendukung psikologis dari pasien kanker. Saat ini, teknik konvensional
dalam perawatan luka kanker yang menggunakan kompres NaCl 0,9% sudah mulai ditinggalkan.
Perkembangan terbaru perawatan luka menggunakan teknik modern dressing yang dapat
menciptakan lingkungan luka yang lembab sehingga dapat membantu proses penyembuhan luka.
Pada gambar 3 dapat dilihat bahan balutan modern (modern dressing). Metode TIME (Tissue
management, Infection control, Moist balance, dan Edge advancement) dapat digunakan pada
perawatan luka kanker, hanya saja seorang perawat profesional harus lebih teliti dan hati-hati
terutama dalam manajemen jaringan luka kanker. Manajemen jaringan luka dapat dilakukan
dengan cara pembedahan, CSWD, dan autolitik debridement untuk dapat menghilangkan slough
dan jaringan nekrotik pada luka. Khusus pada perawatan luka kanker, perawat hanya dapat

ix
melakukan  manajemen jaringan  dengan autolitik debridment, karena CSWD akan
menyebabkan risiko perdarahan dan begitu juga pembedahan yang memerlukan persiapan
khusus di kamar operasi.
Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengendalikan gejala dalam
perawatan luka kanker;
1. Eksudat yang berlebihan; dapat digunakan balutan yang menyerap eksudat banyak seperti
hidroselulosa (Aquacel), foam, gammge dan lainnya. Usahakan balutanyang digunakan
tidak melekat pada luka untuk menghindari perdarahan ketika membuka balutan. Eksudat
juga akan menyebabkan kulit sekitar luka lecet, untuk itu dapat digunakan film barrier atau
cream (zink cream atau metcovazin cream dll).
2. Bau tidak sedap; ditimbulkan akibat infeksi bakteri. Balutan yang dapat digunakan adalah
yang mengandung silver yang dapat mengurangi pertumbuhan bakteri, dan efektif
mengontrol bau. Charcoal dressing (Carboflex dll) juga dapat digunakan untuk mengontrol
bau. Jika bahan yang digunakan terlalu mahal maka dapat digunakan metode alami
menggunakan madu asli atau pasta gula yang dapat mencegah pertumbuhan bakteri (6).
Penggunakan aromaterapi untuk lingkungan sekitar juga dapat membantu mengendalikan
bau tidak sedap dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien.
3. Nyeri; disebabkan kerusakan saraf akibat kanker atau akibat dressing yang melekat pada kulit.
Obat anti nyeri/ analgetik dapat diberikan sebelum perawatan dan memilih balutan yang
tidak lengket pada luka akan membantu mengurangi nyeri pada pasien luka kanker.
4. Perdarahan; diakibatkan oleh sel kanker yang merusak pembuluh darah kapiler. Memilih
balutan/dressing yang tidak melekat pada luka akan mengurangi resiko perdarahan ketika
membuka balutan. Selain itu juga dapat digunakan balutan yang mengandung kalsium
alginat (kaltostat, suprasorb A, seasorb dll) yang dapat menghentikan perdarahan minor. Jika
perdarahan tidak berhenti maka dapat digunakan adrenalin dan tekan lembut pada daerah
yang perdarahan
5. Gatal; disebakan oleh kulit yang meregang dan ujung saraf yang teriritasi oleh kanker. Dapat
diberikan anti histamin, TENS machine ( membantu merangsang otak mengeluarkan
endorphin/painkiller), menggunakan lembaran hidrogel untuk menghidrasi kulit dan krim
mentol (6).

x
BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan
tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien
mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya,
seperti kanker ovarium atau kanker serviks.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.
b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis,
tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.
g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau
tanda-tanda radang.
i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas : biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
5. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen
Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya
kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.
b. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi
penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.
c. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat
defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.
xi
d. Aktivitas dan Latihan
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu karena
terjadi kelemahan dan nyeri.
e. Kognitif dan Persepsi
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.
f. Istirahat dan Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.
g. Persepsi dan Konsep Diri
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan
membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan Hubungan
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
perannya dalam berinteraksi social.
i. Reproduksi dan Seksual
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan.
j. Koping dan Toleransi Stress
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan.
k. Nilai dan Keyakinan
Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh.
4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah
5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.
6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan penyakitnya
berhubungan dengan kurangnya informasi.
7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake tidak adekuat.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor
ditandai dengan :
DS : Klien mengeluh nyeri pada sekitar payudara sebelah kiri menjalar ke kanan.
DO :
a. Klien nampak meringis
b. Klien nampak sesak
c. Nampak luka di verban pada payudara sebelah kiri
Tujuan : Nyeri teratasi
Kriteria :
a. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
b. Nyeri tekan tidak ada
c. Ekspresi wajah tenang

xii
d. Luka sembuh dengan baik
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri, skala nyeri, sifat nyeri, lokasi dan penyebaran.
Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan rasa nyeri yang dirasakan oleh
klien sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk intervensi selanjutnya.
b. Beri posisi yang menyenangkan.
Rasional : Dapat mempengaruhi kemampuan klien untuk rileks/istirahat secara efektif
dan dapat mengurangi nyeri.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Relaksasi napas dalam dapat mengurangi rasa nyeri dan memperlancar
sirkulasi O2 ke seluruh jaringan.
d. Ukur tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital dapat menjadi acuan adanya peningkatan nyeri.
e. Penatalaksanaan pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat memblok rangsangan nyeri sehingga dapat nyeri tidak
dipersepsikan.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan imobilisasi lengan/bahu ditandai


dengan :
DS :
a. Klien mengeluh sakit jika lengan digerakkan.
b. Klien mengeluh badan terasa lemah.
c. Klien tidak mau banyak bergerak.
DO : Klien tampak takut bergerak.
Tujuan : Klien dapat beraktivitas
Kriteria :
a. Klien dapat beraktivitas sehari – hari.
b. Peningkatan kekuatan bagi tubuh yang sakit.
Intervensi :
a. Latihan rentang gerak pasif sesegera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kekakuan sendi yang dapat berlanjut pada keterbatasan
gerak.
b. Bantu dalam aktivitas perawatan diri sesuai keperluan
Rasional : Menghemat energi pasien dan mencegah kelelahan.
c. Bantu ambulasi dan dorong memperbaiki postur.
Rasional : Untuk menghindari ketidakseimbangan dan keterbatasan dalam gerakan dan
postur.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh ditandai dengan :


DS :
a. Klien mengatakan takut ditolak oleh orang lain.
b. Ekspresi wajah tampak murung.

xiii
c. Tidak mau melihat tubuhnya.
DO : Klien tampak takut melihat anggota tubuhnya
Tujuan : Kecemasan dapat berkurang
Kriteria :
a. Klien tampak tenang
b. Mau berpartisipasi dalam program terapi
Intervensi :
a. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaannya
Rasional : Proses kehilangan bagian tubuh membutuhkan penerimaan, sehingga pasien
dapat membuat rencana untuk masa depannya.
b. Diskusikan tanda dan gejala depresi.
Rasional : Reaksi umum terhadap tipe prosedur dan kebutuhan dapat dikenali dan
diukur.
c. Diskusikan tanda dan gejala depresi
Rasional : Kehilangan payudara dapat menyebabkan perubahan gambaran diri, takut
jaringan parut, dan takut reaksi pasangan terhadap perubahan tubuh.
d. Diskusikan kemungkinan untuk bedah rekonstruksi atau pemakaian prostetik.
Rasional : Rekonstruksi memberikan sedikit penampilan yang lengkap, mendekati
normal.

4. Gangguan harga diri berhubungan dengan kecacatan bedah ditandai dengan :


DS : Klien mengatakan malu dengan keadaan dirinya
DO :
a. Klien jarang bicara dengan pasien lain
b. Klien nampak murung
Tujuan : Klien dapat menerima keadaan dirinya
Kriteria :
a. Klien tidak malu dengan keadaan dirinya.
b. Klien dapat menerima efek pembedahan
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya
Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan
masalah
b. Tinjau ulang efek pembedahan
Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi.
c. Berikan dukungan emosi klien.
Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya.
d. Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien.
Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya.

5. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi ditandai dengan :


DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah sekitar operasi.

xiv
DO :
a. Adanya balutan pada luka operasi.
b. Terpasang drainase
c. Warna drainase merah muda
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria :
a. Tidak ada tanda – tanda infeksi.
b. Luka dapat sembuh dengan sempurna.
Intervensi :
a. Kaji adanya tanda – tanda infeksi.
Rasional : Untuk mengetahui secara dini adanya tanda – tanda infeksi sehingga dapat
segera diberikan tindakan yang tepat.
b. Lakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah prosedur tindakan.
Rasional : Menghindari resiko penyebaran kuman penyebab infeksi.
c. Lakukan prosedur invasif secara aseptik dan antiseptik.
Rasional : Untuk menghindari kontaminasi dengan kuman penyebab infeksi.
d. Penatalaksanaan pemberian antibiotik.
Rasional : Menghambat perkembangan kuman sehingga tidak terjadi proses infeksi.

6. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan serta pengobatan


penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan :
DS : Klien sering menanyakan tentang penyakitnya.
DO : Ekspresi wajah murung/bingung.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya.
Kriteria :
a. Klien tidak menanyakan tentang penyakitnya.
b. Klien dapat memahami tentang proses penyakitnya dan pengobatannya.
Intervensi :
a. Jelaskan tentang proses penyakit, prosedur pembedahan dan harapan yang akan dating.
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar, dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi, dan dapat berpartisipasi dalam program terapi.
b. Diskusikan perlunya keseimbangan kesehatan, nutrisi, makanan dan pemasukan cairan
yang adekuat.
Rasional : Memberikan nutrisi yang optimal dan mempertahankan volume sirkulasi
untuk mengingatkan regenerasi jaringan atau proses penyembuhan.
c. Anjurkan untuk banyak beristirahat dan membatasi aktifitas yang berat.
Rasional : Mencegah membatasi kelelahan, meningkatkan penyembuhan, dan
meningkatkan perasaan sehat.
d. Anjurkan untuk pijatan lembut pada insisi/luka yang sembuh dengan minyak.
Rasional : Merangsang sirkulasi, meningkatkan elastisitas kulit, dan menurunkan
ketidaknyamanan sehubungan dengan rasa pantom payudara.

xv
e. Dorong pemeriksaan diri sendiri secara teratur pada payudara yang masih ada. Anjurkan
untuk Mammografi.
Rasional : Mengidentifikasi perubahan jaringan payudara yang mengindikasikan
terjadinya/berulangnya tumor baru.

7. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak


adekuat, ditandai dengan :
DS :
a. Klien mengeluh nafsu makan menurun
b. Klien mengeluh lemah.
DO :
a. Setengah porsi makan tidak dihabiskan
b. Klien nampak lemah.
c. Nampak terpasang cairan infus 32 tetes/menit.
d. Hb 10,7 gr %.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria :
a. Nafsu makan meningkat
b. Klien tidak lemah
c. Hb normal (12 – 14 gr/dl)
Intervensi :
a. Kaji pola makan klien
Rasional : Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi klien dan merupakan asupan dalam
tindakan selanjutnya.
b. Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : dapat mengurangi rasa kebosanan dan memenuhi kebutuhan nutrisi sedikit
demi sedikit.
c. Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan mulut dan gigi.
Rasional : agar menambah nafsu makan pada waktu makan.
d. Anjurkan untuk banyak makan sayuran yang berwarna hijau.
Rasional : sayuran yang berwarna hijau banyak mengandung zat besi penambah tenaga.
e. Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi klien
Rasional : partisipasi keluarga dpat meningkatkan asupan nutrisi untuk kebutuhan
energi.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2.Jakarta : EGC

Carpenito Lynda Juall.2006.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. jakarta : EGC

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan dan 

pendokumentasian perawatyan px) Jakarta :EGC

xvii

Anda mungkin juga menyukai