Anda di halaman 1dari 21

Cert. No.

EGS-09050010

MAKALAH HIDRONEFROSIS

DI SUSUN OLEH :

1. Cristina ika (1907057)


2. Simion Yogi (1907063)
3. Ulfanisatun (1907064)
4. Putri Libra Octora M C (1907065)
5. Fahrizal Amri (1907090)

PROGRAM STUDI S1 TRANSFER KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA

SEMARANG TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Definisi
Hidronefrosis berasal dari kata “hidro” yang berarti “air” dan
“nefron” yang berarti “ginjal” sehingga dapat di artikan sebagai air
didalam ginjal. Pada hidronefrosis terjadi pelebaran dari saluran - saluran
yang terdapat di dalam ginjal sehingga ginjal akan tapak membesar atau
membengkak. Pembengkakan terjadi akibat adanya gangguan pada saluran
kemih. Yang letaknya ada di bawah dari ginjal dan penyebabnya dapat
beracam-macam. Apabila terjadi gangguan dari saluran kemih maka aliran
urin akan terhambat sehingga akan menggenangi ginjal dan menyebabkan
pelebaran dari saluran-saluran yang ada didalam ginjal. (Irianto, 2015)
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu
atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi.
B. Patofsologi
Hidronefosis merupakan respon hasil dari proses anatomis atau
fungsional dari suatu gangguan aliran urin. Gangguan ini dapat terjadi
dimana saja disepanjang saluran urin dari ginjal sampai ke meatus uretra.
Kenaikan tekanan ureter menyebabkan perubahan yang ditandai
difiltrasiglomerural, fungsi tubular dan aliran darah ginjal laju filtrasi
glomerulus menurun secara signifikan dalam hitungan jam setelah
obstruksi akut. Penurunan signifikan gloemelurus dapat bertahan secara
berminggu – minggu setelah relief obstruksi selain itu, kemapuan tubuler
ginjal untuk mengangangkut proton, natrum, kalium serta berkonsentrasi
dan untuk mencarkan urin sangat terganggu (Muttaqin & Sari, 2012).
Tingkat gangguan fungsional secara langsung berkaitan dengan
durasi dan luasnya obstruksi. Pada gangguan fungsional yang terjadi
bersifat rifersibel dengan sedikit perubahan anatomis. Sementara itu pada
kondisi gangguan kronis akan mengakibatkan atrofi tubulus mendalam dan
kehilangan nefron permanen (Muttaqin & Sari, 2012).
Peningkatan tekanan ureter juga menghasilkan refluks pyelovenous
dan pyeolymphatik. Perubaan bruto dala saluran kemih bergantung pada
durasi, derajat dan tingkat obstruksi. Dalam sistem pengumpulan
intrarenal,derajat dilatasi dibatasi oleh parenkim ginjal (Muttaqin & Sari,
2012).

C. Manfestasi Klinis
Gejala yang dapat ditemukan apabila terkena penyakit
hidronefrosis adalah :
1. Nyeri pada perut hingga genetalia karna terjadi distensi atau pelebaran
dari saluran kemih. Nyeri dapat mucul setiap saat maupun hanya saat
buang air kecil atau BAK.
2. Tidak dapat kencing.
3. Kencing menjadi sering terutama disadari terjadi di malam hari
sehingga tidur juga ikut menjadi terganggu dan sulit tidur.
4. BAK menjadi lebih sering, urin tetap menetes – netes setelah selesai
BAK, pancaran urin saat BAK yang melemah, rasa tidak lega setelah
BAK perlu menunggu sebentar sebelum mulai BAK .
5. Infeksi saluran kemih berulang hingga kadang bersifat kronik .
6. Tekanan darah tinggi.
7. Demam.
8. Nyeri pada pinggang terutama bila diketuk.
9. Asintomatik
10. Hematuria dan piuria
(Irianto, 2015)

D. Komplikasi
Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2 – 3 hari, terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufiensi
ginnjal akut dengan uremia, hiperkalemia, dan hiperfostemia. Walau
origuria atau anuria yang lama jarang terdapat pada anak, namun bila hal
ini terjadi maka dialysis peritoneum kadang – kadang diperlukan.
Hipertensi ensefalopati, didapatkan gejala berupa gangguan penglihatan,
pusing, muntah, dan kejang – kejang. Ini disebabkan spasme pembuluh
darah local dengan anoksia dan edema otak. Gangguan sirkulasi berupa
dispene, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran jantung dan
meninggi nya tekanan darah yang bukan saja disebabkan spasme
pembuluh darah, melainkan juga disebabkan oleh pertambahnya volume
plasma. Jantung dapat memberas dan terjadi gagal jantung akibat
hipertensi yang menetap dan kelainan miokardium. Anemia yang timbul
karena adanya hipervolemia disamping sintesis eritropoitik yang menurun.
(Doenges, Marilyn E, dkk. 1999.)

E. Penatalaksanaan
Untuk pengobatan teradap hidronefrosis, perlu dicari penyebab dari
penyakit ini sehingga dapat dilakukan diagnosis yang tepat dan terapi
yang sesuai untuk menghilangkan penyebab tersebut. Selain
itu,pengobatan juga dilakukan berdasarkan keluhan yang muncul,
misalnya apabila terjadi infeksi dari saluran kemih dapat diberikan
antibiotik untuk mengobati infeksi, apabila terjadi nyeri dapat diberikan
obat- obatan anti nyeri. Apabila terjadi gangguan terhadap BAK misalnya
tidak dapat atau tidak bisa BAK dapat dilakukan pemasangan kateter
untuk mengurangi gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita
hidronefrosis. Dapat juga dilakukan tindakan operatif untuk memperbaiki
kelainan dari struktur terutama pada anak-anak, untuk menghancurkan
batu yang menyumbat, dan melebarkan sumbatan akibat pembesaran
prostat (Irianto, 2015).
Apabila penyakit ini tidak diberikan terapi yang memadai maka
dapat terjadi kerusakan dari ginjal secara progesif. Fungsi dari ginjal untuk
menyaring zat-zat yang tidak diperlukan tubuh akan menurun sehingga
zat-zat akan menumpuk di dalam tubuh dan dapat menjadi berbahaya.
Fungsi ginjal yang menurun tersebut dapat menyebabkan terjadinya gagal
ginjal dan pada keadaan terminal memerlukan cuci darah untuk membantu
membuang racun di dalam tubuh tersebut. Selain itu, pada kondisi gagal
ginjal terminal dapat juga dilakukan cangkok ginjal (Irianto, 2015).
Pengobatan dini dari gejala infeksi dan gangguan dari saluran
kemih dapat mencegah kelanjutan dari gangguan fungsi ginjal. Sumbatan
yang terjadi di ureter kiri dan kanan umumnya akan menyebabkan
tejadinya gagal ginjal kronik, terutama pada kasus pembesaran dari prostat
(Irianto, 2015).
Karena komplikasi yang mungkin terjadi berupa gagal ginjal maka
perlu dilakukan pencegahan agar tidak terjadi lebih parah. Pencegahan
hidronefrosis dengan minum air minimal 8 gelas sehari dapat membantu
mencegah terjadinya infeksi dari saluran kemih dan terbentuknya batu
disaluran kemih (Irianto, 2015).
Pemasangan nefrostomy merupakan upaya untuk mencegah
kerusakan ginjal dan mengeluarkan urine dari ginjal. Berikut adalah jenis
dan langkah nefrostomi:
a. Drainase Nefrostomi
Selang nefrostomi dimasukkan langsung ke dalam ginjal untuk
pengalihan aliran urin temporer atau permanen secara percutan atau
melalui luka insisi. Sebuah selang tunggal atau selang nefrostomi
sirkuler atau U-loop yang dapat tertahan sendiri dapat digunakan.
Drainase nefrostomi diperlukan utuk drainase cairan dari ginjal
sesudah pembedahan, memelihara atau memulihkan drainase dan
memintas obstruksi dalam ureter atau traktus urinarius inferior.
Selang nefrostomi dihubungkan ke sebuah system drainase tertutup
atau alat uostomi.
b. Nefrostomi Perkutaneus
Pemasangan sebuah selang melalui kulit ke dalam pelvis ginjal.
Tindakan ini dilakukan untuk drainase eksternal urin dari ureter yang
tersumbat, membuat suatu jalur pemasangan stent ureter,
menghancurkan batu ginjal, melebarkan striktur, menutup fistula,
memberikan obat, memungkinkan penyisipan alat biopsy bentuk sikat
dan nefroskop atau untuk melakukan tindakan bedah tertentu. Daerah
kulit yang akan dinsisi dipersiapkan serta dianestesi, dan pasien
diminta untuk menarik nafas serta menahannya pada saat sebuah
jarum spinal ditusukkan ke dalam pelvis ginjal. Urin diaspirasi untuk
pemeriksaan kultur dan media kontras dapat disuntikkan ke dalam
system pielokaliks.Seutas kawat pemandu kateter angografi disisipkan
lewat jarum tersebut ke dalam ginjal. Jarum dicabut dan saluran
dilebarkan dengan melewatkan selang atau kawat pemandu. Selang
nefrostomi dimasukkan dan diatur posisinya dalam ginjal atau ureter,
difiksasi dengan jahitan kulit serta dihubungkan dengan system
drainase tertutup. (Doenges, Marilynn E. 1990)

F. Pengkajian Fokus
1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Umur
Umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis yang terjadi
pada orang dewasa
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab misalnya pada pria
lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi uretra pada
pintu kandung kemih akibat pembesaranprostat. Pada
perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus.
3) Pekerjaan
Pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab klien menderita
hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang pekerjaannya
banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis urine.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti
klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat
berkemih, nyeri panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit di keluarga yang berhubungan dengan kelainan
ginjal, seperti BPH, diabetes mellitus, gagal ginjal dan kelainan
ginjal lainnya.
3. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat Kelelahan, kelemahan, malaise
b. Integritas ego: Faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah.
c. Elimasi: Penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
d. Makanan/cairan: Penurunan berat badan karena malnutrisi,
anoreksia, mual, muntah.
e. Nyeri/kenyamanan: Nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan.
f. Interaksi sosial: Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan
peran seperti biasa.
g. Persepsi diri: Kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi: Peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : pada kondisi yang masih belum parah,
kemungkinan klien dalam keadaan compos mentis, dan dalam
keadaan yang cukup parah kemungkinan klien berada dalam
tingkat kesadaran sopor.
b. Kepala dan leher
Pada inspeksi kepala dan leher pada klien hidronefrosis kemungkinan
dapat terjadi yaitu, pada mata terlihat adanya konjungtiva anemis
dan bibir pucat, hal ini dapat terjadi karena fungsi ginjal yang
terganggu sehingga tidak dapat menghasilkan eritropoeitin
(produksi eritrosit menurun) dan dapat menyebabkan suplai O2 ke
jaringan turun. Klien jika sudah dalam keadaan yang kronis juga
dapat mengalami pernapasan cuping hidung, hal ini terjadi karena
kegagalan ginjal untuk membuang limbah metabolik sehingga
terjadi asidosis metabolik.
c. Dada
Pemeriksaan dada pada klien hidronefrosis biasanya masih belum
didapatkan kelainan.
d. Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen pada klien hidronefrosis kemungkinan
dapat diperoleh hasil teraba massa di daerah suprabubik dengan
konsentrasi keras, pada klien juga bisa diperoleh adanya nyeri
ketok di sudut costovertebra, keadaan ini terjadi karena adanya
regangan kapsul ginjal akibat hidronefrosis.
e. Kulit
Pemeriksaan kulit pada klien hidronefrosis kemungkinan dapat
terjadi pucat, lembab. Hal ini terjadi karena ginjal mengalami
gangguan sehingga produksi eritropoeitin menurun dan suplai O2
ke jaringan juga menurun.
f. Genetalia dan Rektum
Pada klien hidronefrosis kemungkinan bisa ditemukan terabanya
massa jika hidronefrosis disebabkan oleh tumor. Selain itu, juga
dapat diperoleh adanya pembesaran prostat jika keadaan tersebut
disebabkan oleh BPH.

g. Ekstremitas
Pada klien hidronefrosis kemungkinan tidak didapatkan kelainan
ektremitas. Namun jikahidronefrosis parah pada kedua bagian
ginjal, maka dapat mengakibatkan gejala gagal ginjal seperti
terdapat odem pada extremitas, keletihan, dan kelemahan.
G. Pathways
H. Analisis Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
DO : Nyeri Akut
Obstuksi Aliran
-          Klien
Urin
tampak

meringis
Tekanan saluran
-         
Kemih
Pernafas

an klien
Kolik renalis/nyeri
cepat
pinggang
-         

Tamnpa
1 Nyeri Akut
k gelisah
-          Skala
nyeri
klien 8
DS :
-          Klien
mengata
kan nyeri
di bagian
pinggang
2 DO : Hidronefrosis Gangguan Eliminasi
-          Urin  ↓ Urin
klien Refluks urin ke ginjal
kurang ↓
dari 400 Retensi urin
ml/ hari ↓
dalam Gangguan pola
24- eliminasi urin
28jam
-          Warna
urin
klien
kotor
(coklat)
DO :
-          Klien
mengata
kan
urinnya
yang
keluar
sedikit
3 DO : Obstruksi aliran urin Ketidakseimbangan
-          Nafas ↓ nutrisi kurang dari
klien Kerusakan ginjal kebutuhan tubuh
berbau ↓
ammonia Kegagalan ginjal
-          Klien membuang limbah
hanya metabolic
menghab ↓
iskan Pe ureum dalam
makan ¼ darah
porsi ↓
-          BB Di sis. Pencernaan
klien ↓
menurun Anoreksia, mual,
dari 69 muntah
menjadi
50
DS :
-          Klien
mengata
kan tidak
mau
makan
-          Klien
merasa
mual dan
muntah
4 DO : Hidronefrosis Resiko Infeksi
-          Suhu unilateral
Badan ↓
klien Terdapat obstruksi
37,90C ↓
-          Hasil Refluk urin ke ginjal
pemeriks ↓
aan lab Peningkatan jumlah
darah : urin di ginjal
peningka ↓
tan Kontaminasi kuman
leukosit, ↓
keratin Risiko Infeksi
menurun
-         
Diagnos
e
Hidronef
rosis
DS:
-          Klien
merasa
demam
-          Klien
merasa
lemas
dan
lemah

I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan peningkatan jumlah volume urin
pada ginjal.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan perubahan jumlah urin.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual, muntah.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologi
sekunder terhadap uremia.

J. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Diagnosa Intervensi
Hasil
Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Peningkatan jumlah a.       Pain level a)      Lakukan
volume urin pada ginjal b.      Pain pengkajian
control nyeri secara
KH : komprehen
-          Mampu sif
mengontrol termasuk
nyeri lokasi,
-          karakteristi
Melaporkan k, durasi,
bahwa nyeri frekuensi,
berkurang kulitas, dan
dgn factor
menggunak presipitasi
an b)      Observasi
manajemen reaksi
nyeri nonverbal
-          Mampu c)      Kaji kultur
mengenali yang
nyeri mempengar
-          uhi nyeri
Menyataka d)     Evaluasi
n rasa pengalaman
nyamansete nyeri masa
lah nyeri lampau
berkurang e)      Control
lingkungan
yang dapat
mempengar
uhi nyeri
f)       Kaji tipe
dan sumber
nyeri
g)      Berikan
analgetik
h)      Lakuakn
pengobatan
non
farmakolog
ik
Gangguan pola eliminasi NOC NIC:
urin b/d perubahan a)      urinary (a)   
jumlah urin elimination Memenatau
b)      urinary asupan dan
continuece keluaran
kriteria hasil: (b)   Memntau
-          intake tingkat
cairan distensi
dalam kandung
rentang kemih
normal dengan
-          kantung palpasi dan
kemih perkusimer
secara ansang
penuh reflex
-          tdak ada kandung
residu urine kemih
> 100- (c)    Masukan
200cc kateter
-          balance kemih
cairan (d)  
seimbang Menyediak
an
penghapusa
n privasi
Ketidakseimbangan -          yakinkan NIC
nutrisi kurang dari diet yang Nutrition
kebutuhan tubuh b/d dimakan management
anoreksia, mual, muntah klien (a)    kaji adanya
mengandun alergi
g tinggi makanan
serat untuk (b)   kaji
mencegah kemampua
konstipasi n pasien
untuk
mendapatka
n nutrisi
yang
dibutuhkan
(c)    yakinkan
diet yang
dimakan
mengandun
g tinggi
serat
(d)   monitor
jumlah
nutrisi dan
kandungan
kalori
Nutrition monitring
(a)    berikan
informasi
tentang
kebutuhan
nutrisi
(b)   kalaborosi
dengan ahli
gizi untuk
menentuka
n jumlah
kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
(c)    BB pasien
dalam batas
normal
(d)   monitor
adanya
penurunan
berat badan
(e)    onitor
lingkungan
selama
makan
(f)    monitor
mual dan
muntah
(g)   Monitor
kalori dan
intake
nutrisi
Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan a.      Risk Infection Control
depresi pertahanan control (a)   
imunologi sekunder Knowledge Pertahanka
terhadap uremia Kriteria Hasil : n teknik
-          Identifikasi aseptik’
risiko (b)   Cuxi
infeksi tangan
-          Menjaga setiap
kebersihan sebelum
lingkungan dan
-          sesudah
Menggunak tindakan
an universal keperawata
precaution n
dalam (c)    Gunakan
melakukan baju,
tindakan sarung
keperawata tangan
n sebagai alat
-          Melakukan perlindung
strategi (d)   Gunakan
control kateter
infeksi intermiten
untuk
menurunka
n infeksi
kandung
kemih
(e)    Tingkatkan
intake
nutrisi
(f)   
Kolaborasi
: Berikan
terapi
antibiotik

K. Implikasi Keperawatan
Bidang keperawatan merupakan suatu bidang ilmu yang sangat
berpengaruh terhadap kondisi sehat dan sakit dari seorang individu. Dalam
keilmuan keperawatan terdapat proses keperawatan yang digunakan untuk
melakukan penatalaksanaan terhadap suatu permasalahan kesehatan,
termasuk penatalaksanaan terhadap gangguan sistem perkemihan yakni
hidronefrosis. Dalam hal ini pasien dan keluarga diharapkan dapat
berpartisipasi secara aktif dalam proses keperawatan.
Pemenuhan kebutuhan dasar Keluarga memberikan bantuan
dengan cara memenuhi kebutuhan dasar pasien hidronefrosis meliputi
pemenuhan kebutuhan makanan dan minuman, dan pemenuhan kebutuhan
sandang.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto. 2015. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Penerbit: Alfabeta ,


Bandung.

Muttaqin dan Sari. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem


Perkemihan. Penerbit: Salemba Medika, Jakarta

Nanda. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA Jilid 1. Penerbit: Jakarta: ECG

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2016. Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia. Penerbit : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Jakarta Selatan

Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:


EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:


Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa,N Made Sumarwati. Editor edisi
bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai