Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker payudara merupakan masalah kesehatan utama di dunia bagi seluruh

wanita. Insiden keseluruhannya meningkat sampai 54% dalam 40 tahun terakhir. Telah

banyak kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker payudara. Insiden ini akan

terus meningkat apabila penanganan serta pencegahan terhadap kanker payudara tidak

ditangani secara serius.

Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan pertama pada kasus kematian

wanita. Tingginya insiden tidak sebanding dengan kesadaran wanita akan pencegahan

sejak dini.

Di ruang rawat inap bedah RSCM sendiri, penulis sering merawat pasien dengan

ca mammae dan terkadang sudah memasuki stadium lanjutan. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. J dengan Ca Mammae.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan ca mammae?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan ca mammae?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan

pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca

mammae dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

1
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian pada pasien ca mammae dengan rencana tindakan

pembedahan

b. Menganalisa data yang ditemukan pada pasien ca mammae

c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien ca mammae

d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun pada pasien ca

mammae

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada pasien ca

mammae

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien ca mammae

g. Mengidentifikasi kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan praktek

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.

Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun

jaringan ikat pada payudara (Wijaya, 2005).

Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus

tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.

Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-

bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun

diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati,

kulit, dan bawah kulit. (Erik T, 2005)

Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang

menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).

Carsinoma mammae atau kanker payudara adalah neoplasma ganas dengan

pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan sekitarnya,

tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).

B. Etiologi

Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price &

Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab

terjadinya Ca mammae, yaitu:

3
1. Mekanisme hormonal

Steroid endogen (estradiol & progesterone) apabila mengalami perubahan dalam

lingkungan seluler dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi ca mammae

(Smeltzer & Bare, 2002: 1589).

2. Virus

Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa

abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.

3. Genetik

Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”

autosomal dominan (Reeder, Martin, 1997).

Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17

mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan (Reeder,

Martin, 1997).

Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat

keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen

supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

4. Defisiensi imun

Defisiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon

yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker

dan meningkatkan aktivitas antitumor.

5. Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor

resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:

a. Tinggi melebihi 170 cm

b. Masa reproduksi yang relatif panjang

c. Faktor Genetik

d. Ca Payudara yang terdahulu

4
e. Keluarga

Diperkirakan 5 % semua kanker adalah predisposisi keturunan ini,

dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena carsinoma mammae

f. Kelainan payudara ( benigna )

g. Kelainan fibrokistik ( benigna ) terutama pada periode fertil, telah

ditunjukkan bahwa wanita yang menderita / pernah menderita yang

porliferatif sedikit meningkat.

h. Makanan, berat badan dan faktor resiko lain

i. Faktor endokrin dan reproduksi

j. Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,

Menarche kurang dari 12 tahun.

k. Obat anti konseptiva oral

l. Penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang lebih dari 12 tahun

mempunyai resiko lebih besar untuk terkena kanker.

C. Anatomi dan Fisiologi

Payudara normal mengandung jaringan kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong

lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral atas kelenjar

payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan

Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang
5
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus

lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar

tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat

yang disebut ligamnetum cooper yang memberi rangka untuk payudara.

Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang a. perforantes anterior dan a.

mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. Aksilaris, dan beberapa

a. Interkostalis.

Persarafan kulit payudara diurus oleh cabang pleksus servikalis dan n.

Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa

saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca

bedah, yakni n. Intercostalis dan n. kutaneus brakius medialis yang mengurus

sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.

Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke

kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula

penyaliran yang ke kelenjar interpectoralis. Pada aksila terdapat rata-rata 50 buah

kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis.

Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke

kelenjar sepanjang pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral,

ke m. rectus abdominis lewat ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura dan

payudara kontralateral.

Fisiologi

Payudara merupakan kelenjar tubuloalveolar yang bercabang-cabang, terdiri atas

15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai

duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut

duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus

6
alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus

yang berakhir pada putting susu.

Ada 3 hal fisiologik yang mempengaruhi payudara, yaitu:

1. Pertumbuhan dan involusi berhubungan dengan usia

2. Pertumbuhan berhubungan dengan siklus haid

3. Perubahan karena kehamilan dan laktasi

D. Patofisiologi

Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut

transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi:

1. Fase Inisiasi

Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang

memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan

oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,

radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan

yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan

lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu

karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih

peka untuk mengalami suatu keganasan.

2. Fase Promosi

Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah

menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh

oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan

(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).

7
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena

kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada

beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:

1. Mekanisme hormonal, dimana perubahan keseimbangan hormone estrogen dan

progesterone yang dihasilkan oleh ovarium mempengaruhi factor pertumbuhan sel

mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah

merangasang pertumbuhan sel mammae.

Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia

muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak

membuktikan bahwa hormone estrogenlah yang, menyebabkan kanker mammae

pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai

peningkatan resiko kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada

wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.

2. Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa

abnormal pada sel yang sedang mengalami proliferasi.

3. Genetik

Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage

genetic” autosomal dominan.

Penelitian tentang biomolekuler kanker menyatakan delesi kromosom 17

mempunyai peranan penting untuk terjadinya transformasi malignan.

Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat

keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen

supresor tumor p 53 (Murray, 2002).

4. Defesiensi imun terutama limfosit T menyebabkan penurunan produksi interferon

yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker

dan meningkatkan aktivitas antitumor. Gangguan proliferasi tersebut akan

8
menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringan epithelial dan paling sering

pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel

atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.

Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi

massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai

jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti

periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi

ulserasi pada kanker lanjut.

Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan

melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe

menyebabkan terjadinya pembesaran kelenjer limfe regional. Disamping itu juga

bisa menyebabkan edema limfatik dan kulit bercawak (peau d’ orange).

Penyebaran yang terjadi secara hematogen akan menyebabkan timbulnya

metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak,

vertebredan panggul).

Pada tahap terminal lanjut penderita umumnya menderita kehilangan progersif

lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia

dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.

9
E. Pathway

F. Manifestasi Klinik

Gejala umum Ca mamae adalah:

1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara

2. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai

timbul pembengkakan

3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,

mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara

4. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas

5. Ada cairan yang keluar dari puting susu


10
6. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi

retraksi

7. Ada rasa sakit

8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah

meningkat

9. Ada pembengkakan didaerah lengan

10. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara

11. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar

12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,

serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam

13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).

14. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah

15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

G. Pentahapan

Pentahapan mencangkup mengklasifikasikan kanker payudara berdasarkan pada

keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat

membantu tim perawatan kesehatan merekomendasikan pengobatan terbaik yang ada,

memberikan prognosis, dan beberapa pemeriksaan darah dan prosedur diagnostik

dilakukan dalam petahapan penyakit. Pemeriksaaan dan prosedur ini mencankup

rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar, pentahapan klinik yang paling

banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang

mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya

metastasis yang jauh.

Tumor primer (T) :

Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan

11
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer

Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor

T1 :Tumor <>

a. T1a : Tumor <>

b. T1b :Tumor 0,5 – 1 cm

c. T1c :Tumor 1 – 2 cm

T2 :Tumor 2 – 5 cm

T3 : Tumor diatas 5 cm

T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran langsung ke dinding thorax atau

kulit :

a. T4a : Melekat pada dinding dada

b. T4b : Edema kulit, ulkus, peau d’orange

c. T4c : T4a dan T4b

d. T4d : Mastitis karsinomatosis

Nodus limfe regional (N) :

Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat ditentukan

N0 : Tidak teraba kelenjar axila

N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang tidak melekat

N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau

melekat pada jaringan sekitarnya

N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral

Metastas jauh (M) :

Mx : Metastase jauh tidak dapat ditentukan

M0 : Tidak ada metastase jauh

M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar subklavikula

12
H. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)

dalam serum/plasma, pemeriksaan sitologis.

Test diagnostik lain:

Non invasive: Mamografi, Ro thorak, USG, MRI, PET

Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi biopsy, Eksisi

biopsy

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan :

1. Pemeriksaan payudara sendiri

2. Pemeriksaan payudara secara klinis

3. Pemeriksaan manografi

4. Biopsi aspirasi

5. True cut

6. Biopsi terbuka

7. USG Payudara, pemeriksaan darah lengkap, X-ray dada, therapy medis,

pembedahan, terapi radiasi dan kemoterapi.

I. Komplikasi

Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe (limfogen) ke paru,pleura, tulang

dan hati.

Selain itu Komplikasi Ca Mammae yaitu:

1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler

(penyebaran limfogen dan hematogen), penyebarab hematogen dan limfogen

dapat mengenai hati, paru, tulang, sum-sum tulang ,otak, syaraf.

2. gangguan neuro varkuler

3. Faktor patologi

13
4. Fibrosis payudara

5. Kematian

J. Penatalaksanaan

Pembedahan

1. Mastectomy radikal yang dimodifikasi

Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.

Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi

diangkat atau tidak diangkat.

2. Mastectomy total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis

mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak

diangkat.

3. Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.

Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm jaringan payudara normal yang berada di

sekitar tumor tersebut.

4. Wide excision/mastektomy parsial

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

5. Ouadranectomy

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis

mayor.

Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan

therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri

karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.

14
Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek

samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah

terserang penyakit.

Manipulasi hormonal

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.

Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan

therapi endokrin lainnya.

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang

menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak

dan nyeri.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae,

kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada

sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap

penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan

klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit

kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

B. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan

tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior.

2. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.

3. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak

ikterik, tidak ada nyeri tekan.

4. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan

tidak ada gangguan fungsi pendengaran.

16
5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

6. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

7. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

8. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau tanda-

tanda radang.

9. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

10. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

C. Pengkajian Fungsional

1. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada

payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa.

2. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan

terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan

mengandung MSG.

3. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri

saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi.

4. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu

karena terjadi kelemahan dan nyeri.

5. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada

komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik.

17
6. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

7. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat

operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya

sebagai wanita normal.

8. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan

perannya dalam berinteraksi social.

9. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat

kepuasan.

10. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputusasaan.

11. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang

dada.

D. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor.

2. Cemas berhubungan dengan perubahan gambar tubuh, rencana tindakan

pembedahan.

3. Gangguan body image berhubungan dengan kecatatan tubuh.

4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

5. Kurang pengetahuan tentang kanker mammae berhubungan dengan kurang

pemajanan informasi

18
6. Gangguan pemenuhan kebutuhsn nutrisi berhubungan dengan intake tidak

adekuat.

E. Tujuan dan Intervensi Keperawatan

1. Nyeri
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Nyeri berhubungan NOC: NIC:
dengan adanya Tingkat nyeri: Pain management:
penekanan massa a. Skala nyeri a. Kaji nyeri secara komprehensif
tumor berkurang (lokasi, karakteristik, durasi,
b. Nyeri teratasi frekuensi, kualitas, dan faktor
c. Pasien nyaman presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
Setelah dilakukan asuhan c. Gunakan tehnik komunikasi
keperawatan 1x8 jam teurapeutik untuk mengetahui
tingkat kenyamanan pengalaman nyeri pasien
pasien meningkat, nyeri sebelumnya.
terkontrol dengan kriteria d. Kontrol faktor lingkungan
hasil: yang mempengaruhi.
a. Pasien melaporkan e. Kurangi faktor presipitasi
nyeri berkurang nyeri.
dengan skala nyeri f. Pilih dan lakukan penanganan
1-2 nyeri (farmakologi/non
b. Ekpresi wajah farmakologis).
tenang g. Ajarkan tehnik non
c. Pasien dapat farmakologis.
istirahat dan tidur h. Kolaborasi untuk pemberian
d. Tanda-tanda vital analgetik.
dalam batas normal i. Evaluasi tindakan
pengurangan nyeri.

2. Cemas
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Cemas Setelah dilakukan perawatan 1 a. Dorong pasien untuk
berhubungan x 8 jam kecemasan dapat mengekspresikan
dengan perubahan berkurang dengan kriteria : perasaannya
gambar tubuh, a. Pasien tampak tenang b. Diskusikan tanda gejala
rencana tindakan b. Mau berpartisipasi dalam depresi
pembedahan program terapi c. Diskusikan
kemungkinan untuk
bedah rekonstuksi

19
3. Gangguan bodi image
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan body NOC: NIC:
image berhubungan a. Pasien dapat a. Diskusikan dengan pasien atau
dengan kecatatan menerima keadaan orang terdekat ttg respon pasien
tubuh dirinya b. Tinjau efek pembedahan
b. Pasien tidak malu c. Berikan dukungan emosi
dengan keadaan d. Anjurkan keluarga
dirinya mendampingi
4. Resiko infeksi
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi NIC:
berhubungan a. Tidak ada tanda a. Kaji adanya tanda infeksi
dengan luka infeksi b. Lakukan cuci tangan sebelum
operasi b. Luka dapat sembuh dan sesudah tindakan
dengan sempurna c. Lakukan aseptik dan antiseptik
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Kurang pengetahuan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Kurang Pasien mengerti teentang NIC:
pengetahuan penyakitnya a. Jelaskan proses penyakit,
tentang kanker Memahami proses prosedur pembedahan dan
mammae penyakit dan harapan yang akan datang
berhubungan pengobatannya b. Diskusikan perlunya
dengan kurang keseimbangan nutrisi, cairan
pemajanan c. Anjurkan banyak istirahat
informasi d. Edukasi ROM pasca MRM

6. Gangguan pemenuhan nutrisi


Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan NOC: NIC:
pemenuhan Appetite Nutrition management
kebutuhsn nutrisi a. Nafsu makan a. Berikan makan dalam porsi
berhubungan meningkat. kecil tapi sering.
dengan intake tidak b. Tidak ada keluhan b. Berikan nutrisi dengan diit
adekuat anoreksia dan lunak, tinggi kalori dan tinggi
nausea protein.
c. Porsi makan habis c. Anjurkan kepada pasien dan
keluarga untuk memakan
makanan yang disukai.
d. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang pedas, asam, dan
bergas.
e. Kolaborasi pemberian
antiemetik.
f. Kaji kemampuan pasien.

20
BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Awal

1. Identitas pasien

Nama : Ny. J

No. RM : 442-3020

Tanggal lahir : 6 Agustus 1976

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Diagnosa medis : Ca mammae dextra

Tanggal masuk : 20 Januari 2020, pukul 09.10

Tgl pengkajian : 20 Januari 2020, pukul 09.10

2. Keluhan Utama

Cemas tetapi ingin segera menjalani operasi

3. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengeluh ada benjolan di payudara kanan, kulit berwarna merah dan

mengeras, dan nyeri VAS 2.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Benjolan dirasakan sejak 3 bulan SMRS. Awalnya sebesar telur ayam, dalam 3

bulan membesar sebesar kepalan tangan (10 x 8 x 2 cm). Pasien berobat ke klinik,

dirujuk ke RS Hermina Serang, kemudian dirujuk ke RSCM.

Pasien riwayat hamil dengan usia > 35 tahun, menggunakan kb suntik dan pil

selama > 5 tahun.

21
5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Pasien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit kanker,

DM, hipertensi, paru, jantung, ginjal, dan riwayat alergi.

B. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : sedang

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 96x/menit

Pernapasan : 17x/menit

Suhu : 36,8oC

Berat badan : 83 kg

Tinggi badan : 150 cm

Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala bulat, tidak nampak adanya kelainan

Rambut : tersebar tidur merata, agak kering

Mata : anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan

Telinga : bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada

gangguan fungsi pendengaran

Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.

Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa

Dada : tampak benjolan, teraba massa, konsistensi padat, mobile, batas tegas,

permukaan licin, nyeri bila ditekan. Teraba multiple KGB axila dextra dengan ukuran

terbesar 2 x 1 x 1 cm, mobile, tidak nyeri

Hepar : tidak ada pembesaran hepar

Ekstremitas: tidak ada gangguan pada ektremitas

22
C. Skrining Gizi

1. Tidak terjadi penurunan berat badan dalam 3 bulan terakhir.

2. Nafsu makan tetap.

D. Barthel Indeks (skrining status fungsional)

Indikator Skor
Mengendalikan BAB
0 = tidak terkendali/tidak teratur (perlu pencahar)
2
1 = kadang-kadang tidak terkendali
2 = mandiri/mampu mengendalika
Mengendalikan BAK
0 = tidak terkendali atau pakai kateter dan tidak mampu mengendalikan
2
1 = kadang-kadang tidak terkendali
2 = mandiri
Membersihkan diri
0 = butuh pertolongan orang lain 1
1 = mandiri
Penggunaan toilet masuk dan keluar
0 = tergantung pertolongan orang lain
2
1 = perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
2 = mandiri
Makan
0 = tidak mampu
2
1 = perlu ditolong memotong makanan
2 = mandiri
Berubah sikap dar berbaring ke duduk
0 = tidak mampu duduk seimbang
1 = perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 3
2 = bantuan sedikit (verbal dan fisik)
3 = mandiri
Berpindah/berjalan
0 = tidak mampu
1 = bisa (pindah) dengan kursi roda 3
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri
Memakai baju
0 = tergantung orang lain
2
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
Naik turun tangga
0 = tidak mampu
2
1 = butuh pertolongan
2 = mandiri
Mandi
0 = tergantung orang lain 1
1 = mandiri
Total skor 20

23
E. Skala Morse (penilaian resiko jatuh dewasa)

Risiko Skor
Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan terakhir
Tidak = 0 0
Ya = 25
Diagnosis medis sekunder > 1
Tidak = 0 0
Ya = 15
Menggunakan alat bantu jalan
Bed rest/dibantu perawat = 0
0
Penopang/walker = 15
Furnitur = 30
Menggunakan infus
Tidak = 0 0
Ya = 25
Cara berjalan/berpindah
Normal/bed rest/imobilisasi = 0
0
Lemah = 15
Terganggu = 30
Status mental
Orientasi sesuai kemampuan diri = 0 0
Lupa keterbatasan diri = 15
Total skor 0

F. Skala Braden (pengkajian kulit)

Parameter Skor
Persepsi sensor 4
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan
Tidak berespon = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
Kelembaban 4
Sejauh mana kulit terpapar kelembapan
Kelembapan konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
Jarang lembab = 4
Aktivitas 4
Tingkat aktivitas fisik
Tergeletak ditempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
Mobilitas 4
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2

24
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
Nutrisi 4
Pola asupan makanan
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
Friksi dan gesekan 3
Masalah = 1
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total parameter 23

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium tanggal 16 Januari 2020

Hemoglobin : 13,5 gr/dL

Hematokrit : 39,2 %

Eritrosit : 4,73 106/uL

Leukosit : 9,44 103/uL

Trombosit : 348 103/uL

SGOT-SGPT : 13 U/L - 10 U/L

Na/K/Cl : 139/4,0/107,1 mEq/L

Albumin : 4,4 gr/dL

GDS : 135 mg/dL

b. USG Mammae tanggal 4 November 2019

Mammae kanan:

Kutis dan subkutis tidak menebal. Tampak lesi hipoechoic heterogen

berbentuk irreguler, berbatas tidak tegas di kuadran lateral berukuran sekitar

3,5 x 3,5 x 4 cm dan kuadran superior berukuran 2 x 3,12 x 2 cm disertai

komponen mikro kalsifikasi multiple, tersebar secara difus. Kelenjar limfe

25
axilla multiple tanpa sentral hilus dengan ukuran terbesar sekitar 2,8 x 0,95

cm.

Mammae kiri:

Kutis dan subkutis tidak menebal. Struktur fibrograndular tidak

memperlihatkan kelainan. Tak tampak lesi fokal patologis maupun dilatasi

duktus. Tak tampak kalsifikasi. Kelenjar limfe axilla tidak membesar.

c. Mammografi tanggal 5 November 2019

Mammae kanan:

Kutis dan subkutis tidak menebal. Tampak retraksi papilla mammae.

Tampak multiple lesi irreguler asimetris di sisi medial dan lateral mammae

dengan densitas lebih tinggi dibandingkan jaringan fibrograndular di

sekitarnya, disertai multiple mikro kalsifikasi yang tersebar secara difus.

Tampak multiple pembesaran kelenjar limfe.

Mammae kiri:

Kutis dan subkutis tidak menebal. Tak tampak retraksi papilla mammae.

Struktur fibrograndular terlihat dalam batas normal, tak tampak lesi fokal.

Tak tampak makro/mikro kalsifikasi. Kelenjar limfe aksilla tidak membesar.

Conclusion:

Massa irreguler dengan multiple mikro kalsifikasi di mammae dextra,

sesusai dengan BIRADS 4C.

Multiple limfadenopati axilla dextra.

H. Analisa Data

Subyektif : Pasien mengeluh ada benjolan di payudara kanan, kulit berwarna

merah dan mengeras, dan nyeri VAS 2 kadang seperti terbakar

terutama saat ditekan. Pasien ingin segera dioperasi walaupun ada

rasa takut menghadapi proses operasinya.

26
Objektif : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan

17x/menit, suhu 36,8oC, tampak tegang dan cenderung pasif

I. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny. M adalah

1. Cemas berhubungan dengan rencana tindakan pembedahan

2. Nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa tumor

3. Kurang pengetahuan tentang kanker mammae berhubungan dengan kurang

pemajanan informasi

J. Intervensi

Tanggal/ Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Jam keperawatan
20-01-20 Cemas Setelah dilakukan a. Dorong pasien untuk
09.30 berhubungan perawatan 1 x 8 jam mengekspresikan
dengan kecemasan dapat perasaannya
rencana berkurang dengan b. Edukasi persiapan pre
tindakan kriteria : dan post operasi
pembedahan a. Pasien tampak c. Libatkan keluarga untuk
tenang memberikan koping
b. Mau berpartisipasi adekuat
dalam program
terapi
20-01-20 Nyeri NOC: NIC:
09.30 berhubungan Tingkat nyeri: Pain management:
dengan adanya a. Skala nyeri a. Kaji nyeri secara
penekanan berkurang komprehensif (lokasi,
massa tumor b. Nyeri teratasi karakteristik, durasi,
c. Pasien nyaman frekuensi, kualitas, dan
Setelah dilakukan faktor presipitasi).
asuhan keperawatan 1x8 b. Observasi reaksi
jam tingkat kenyamanan nonverbal dari
pasien meningkat, nyeri ketidaknyamanan.
terkontrol dengan c. Gunakan tehnik
kriteria hasil: komunikasi teurapeutik
a. Pasien melaporkan untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan skala nyeri sebelumnya.
1-2 d. Kontrol faktor
b. Ekpresi wajah lingkungan yang
tenang mempengaruhi.
27
c. Pasien dapat e. Kurangi faktor
istirahat dan tidur presipitasi nyeri.
d. Tanda-tanda vital f. Pilih dan lakukan
dalam batas normal penanganan nyeri
(farmakologi/non
farmakologis).
g. Ajarkan tehnik non
farmakologis.
h. Kolaborasi untuk
pemberian analgetik.
i. Evaluasi tindakan
pengurangan nyeri.
20-01-20 Kurang Pasien mengerti tentang NIC:
09.30 pengetahuan penyakitnya 1. Jelaskan proses penyakit,
tentang Memahami proses prosedur pembedahan dan
kanker penyakit dan harapan yang akan datang
mammae pengobatannya 2. Diskusikan perlunya
berhubungan keseimbangan nutrisi,
dengan kurang cairan
pemajanan 3. Anjurkan banyak istirahat
informasi 4. Edukasi ROM pasca
MRM

K. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal/ Nama &


Implementasi Evaluasi
Jam Paraf
20-01-20 S: Cemas berkurang
12.00 Mengobservasi tanda tanda O : ku sedang,
vital composmentis, tekanan
12.10 Membuat kontrak waktu darah 120/80 mmHg,
untuk melakukan edukasi pre nadi 80x/menit,
dan post op pernapasan 17x/menit,
12.15 Menganjurkan keluarga suhu 36,5oC nampak
terdekat untuk mendampingi lebih rileks, nyeri tekan
13.00 Menjelaskan proses penyakit, VAS 2
rencana pembedahan, dan A : Cemas
prosedurnya Nyeri
Mengajarkan teknik napas Kurang pengetahuan
dalam untuk manajemen nyeri P : Masalah cemas teratasi
14.00 Melakukan evaluasi Nyeri terkontrol dalam 1
x 24 jam
Pasien dapat memahami
penyakitnya dalam 1 x
24 jam
Intervensi sesuai care
plan

28
21-01-20 S : Nyeri hilang timbul, hilang
08.00 Mengobservasi tanda-tanda jika istirahat, VAS 2
vital O : ku sedang,
09.00 Mengevaluasi karakteristik composmentis, tekanan
nyeri darah 120/70 mmHg,
09.50 Mengevaluasi kemampuan nadi 86x/menit,
teknik napas dalam untuk pernapasan 17x/menit,
manajemen nyeri suhu 36,6oC, tidur siang
10.00 Mengedukasi bahwa distraksi selama 2 jam, nampak
bisa dilakukan dengan lebih rileks
mendengarkan musik yang Mampu mengulang
disukai informasi yang diberikan
10.15 Mengevaluasi pemahaman terkait persiapan pasca
pasien tentang penyakitnya operasi
11.00 Mengajarkan ROM untuk A : Nyeri
persiapan pasca mastektomi Kurang pengetahuan
12.00 Memberikan makan siang, P : Nyeri terkontrol dalam 1
menganjurkan segera makan x 24 jam
dalam kondisi hangat, sedikit Masalah kurang
tapi sering pengetahuan teratasi
12.15 Kolaborasi pemberian Intervensi sesuai care
analgetik (paracetamol 500 plan
mg PO)
12.30 Menganjurkan banyak
istirahat dan rileks
13.00 Melakukan evaluasi
22-01-20 S : Nyeri tidak ada
08.00 Mengobservasi tanda tanda O : ku sedang,
vital dan mengevaluasi composmentis, tekanan
karakteristik nyeri darah 120/80 mmHg,
09.00 Mengevaluasi persiapan nadi 80x/menit,
operasi, tingkat kecemasan, pernapasan 17x/menit,
dan pemahaman pasien ttg suhu 36,5oC nampak
penyakitnya tenang didampingi
10.00 Mengantar pasien ke kamar keluarga
operasi untuk tindakan A : Nyeri
pembedahan P : Masalah nyeri teratasi
Kaji ulang pasien pasca
pembedahan

29
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Adapun kesimpulan dari penulisan asuhan keperawatan pada pasien ca mammae dengan

rencana tindakan pembedahan ini adalah:

1. Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker

bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat

pada payudara.

2. Selain genetik, penyebab ca mammae terdiri dari defisiensi imun, hormonal, virus, dan

faktor predisposisi lainnya.

3. Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada pasien ca mammae dengan rencana

tindakan pembedahan adalah nyeri, gangguan bodi image, resiko infeksi, kurang

pengetahuan, gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan cemas.

e. Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus ini adalah cemas berhubungan dengan

rencana tindakan pembedahan, nyeri berhubungan dengan adanya penekanan massa

tumor, kurang pengetahuan tentang kanker mammae berhubungan dengan kurang

pemajanan informasi.

Saran

Setelah mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan asuhan keperawatan pada

Ny. J, penyusun menyampaikan saran kepada RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo

diharapkan dapat memberikan pelayanan yang paripurna dengan tidak hanya berfokus pada

pelayanan fisik pasien saja akan tetapi persiapan mental dan informasi perawatan lainnya

pada pasien saat pulang dengan melibatkan keluarga. Bagi profesi keperawatan, semoga bisa

menambah kemampuan sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC

Erik T. 2005. Buku Saku Patofisiologi. EGC : Jakarta

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Marilyan, Doenges E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman untuk perencanaan


dan pendokumentasian perawatyan px) Jakarta : EGC
Closkey ,Joane C. Mc, Gloria M. Bulechek.(1996). Nursing Interventions Classification
(NIC). St. Louis :Mosby Year-Book.
Johnson,Marion, dkk. (2000). Nursing Outcome Classifications (NOC). St. Louis :Mosby
Year-Book
Juall,Lynda,Carpenito Moyet. (2003).Buku Saku Diagnosis Keperawatan edisi
10.Jakarta:EGC
Karsono. 2006. Teknik-Teknik Biologi Molekuler dan Seluler pada Kanker. Penerbit FKUI :
Jakarta.
Martin. 1997. Farmasi Fisika dan Farmasetika Edisi 5. EGC : Jakarta.

Murray, Robert K. 2002. Biokimia Harper Edisi 29. EGC : Jakarta.

Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Prodjo, Suharto Resko. 1995. http://lenterabiru.com

Robbin & Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi Edisi 4. EGC : Jakarta.

Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta

Wijaya. 2005. Buku Ajar Fisiologi. EGC : Jakarta.

Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd

31

Anda mungkin juga menyukai