PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
wanita. Insiden keseluruhannya meningkat sampai 54% dalam 40 tahun terakhir. Telah
banyak kematian yang diakibatkan oleh penyakit kanker payudara. Insiden ini akan
terus meningkat apabila penanganan serta pencegahan terhadap kanker payudara tidak
wanita. Tingginya insiden tidak sebanding dengan kesadaran wanita akan pencegahan
sejak dini.
Di ruang rawat inap bedah RSCM sendiri, penulis sering merawat pasien dengan
ca mammae dan terkadang sudah memasuki stadium lanjutan. Oleh karena itu, penulis
tertarik untuk mengangkat kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. J dengan Ca Mammae.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan
1
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis mampu:
pembedahan
mammae
mammae
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kanker bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara.
Jika benjolan kanker tidak terkontrol, sel-sel kanker bias bermestastase pada bagian-
bagian tubuh lain. Metastase bias terjadi pada kelenjar getah bening ketiak ataupun
diatas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati,
Ca mammae adalah suatu penyakit pertumbuhan sel, akibat adanya onkogen yang
menyebabkan sel normal menjadi sel kanker pada jaringan payudara (Karsono, 2006).
tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko Prodjo, 1995).
B. Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price &
Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
3
1. Mekanisme hormonal
2. Virus
Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
3. Genetik
Ca mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage genetic”
Martin, 1997).
Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
4. Defisiensi imun
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker
5. Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor
resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu:
c. Faktor Genetik
4
e. Keluarga
j. Graviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun,
lemak, pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe. Pada bagian lateral atas kelenjar
payudara, jaringan kelenjar ini keluar dari bulatannya kearah aksila, disebut penonjolan
Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12-20 lobulus kelenjar yang
5
masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae, yang disebut duktus
lactiferous. Diantara kelenjar susu dan fasia pectoralis, juga diantara kulit dan kelenjar
tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Diantara lobules tersebut ada jaringan ikat
mammaria interna, a. torakalis lateralis yang bercabang dari a. Aksilaris, dan beberapa
a. Interkostalis.
Interkostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri diurus saraf simpatik. Ada beberapa
saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan mati rasa pasca
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke
kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial dan adapula
kelenjar getah bening yang berada disepanjang arteri dan vena brakialis.
Jalur limfe lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke
payudara kontralateral.
Fisiologi
15-20 lobus yang dikelilingi oleh jaringan ikat dan lemak. Tiap lobus mempunyai
duktus ekskretorius masing-masing yang akan bermuara pada puting susu, disebut
duktus laktiferus, yang dilapisi epitel kuboid selapis yang rendah, lalu ke duktus
6
alveolaris yang dilapisi epitel kuboid berlapis, kemudian bermuara ke duktus laktiferus
D. Patofisiologi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan
yang sama terhadap suatu karsinogen. kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh
oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
7
Kanker mammae merupakan penyebab utama kematian pada wanita karena
kanker (Maternity Nursing, 1997). Penyebab pasti belum diketahui, namun ada
beberapa teori yang menjelaskan bagaimana terjadinya keganasan pada mammae, yaitu:
mammae (Smeltzer & Bare, 2002). Dimana salah satu fungsi estrogen adalah
Suatu penelitian menyatakan bahwa wanita yang diangkat ovariumnya pada usia
muda lebih jarang ditemukan menderita karcinoma mammae, tetapi hal itu tidak
pada manusia. Namun menarche dini dan menopause lambat ternyata disertai
peningkatan resiko kanker mammae dan resiko kanker mammae lebih tinggi pada
wanita yang melahirkan anak pertama pada usia lebih dari 30 tahun.
2. Virus, Invasi virus yang diduga ada pada air susu ibu menyebabkan adanya massa
3. Genetik
Kanker mammae yang bersifat herediter dapat terjadi karena adanya “linkage
Mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2 biasanya ditemukan pada klien dengan riwayat
keluarga kanker mammae dan ovarium (Robbin & kumar, 1995) serta mutasi gen
yang berfungsi untuk menghambat terjadinya proliferasi sel dan jaringan kanker
8
menyebabkan timbulnya sel kanker pada jaringan epithelial dan paling sering
pada system duktal. Mula-mula terjadi hyperplasia sel dengan perkembangan sel
atipikal. Sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma.
Kanker butuh waktu 7 tahun untuk dapat tumbuh dari sebuah sel tunggal menjadi
massa yang cukup besar untuk bias diraba. Invasi sel kanker yang mengenai
jaringan yang peka terhadap sensasi nyeri akan menimbulkan rasa nyeri, seperti
periosteum dan pelksus saraf. Benjolan yang tumbuh dapat pecah dan terjadi
Pertumbuhan sel terjadi irregular dan bisa menyebar melalui saluran limfe dan
melalui aliran darah. Dari saluran limfe akan sampai di kelenjer limfe
metastasis pada jaringan paru, pleura, otak tulang (terutama tulang tengkorak,
vertebredan panggul).
lemak tubuh dan badannya menjadi kurus disertai kelemahan yang sangat, anoreksia
dan anemia. Simdrom yang melemahkan ini dinyatakan sebagai kakeksi kanker.
9
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
timbul pembengkakan
3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
retraksi
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam
13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain
G. Pentahapan
keluasan penyakit. Pentahapan segala bentuk kanker sangat penting karena hal ini dapat
rontgen dada, pemindaian tulang, dan fungsi hepar, pentahapan klinik yang paling
banyak digunakan untuk kanker payudara adalah sistem klasifikasi TNM yang
mengevaluasi ukuran tumor, jumlah nodus limfe yang terkena, dan bukti adanya
11
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa teraba tumor
T1 :Tumor <>
c. T1c :Tumor 1 – 2 cm
T2 :Tumor 2 – 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
kulit :
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral yang melekat satu sama lain atau
12
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan labortorium meliputi: Morfologi sel darah, LED, Test fal marker (CEA)
Invasif : Biopsi, Aspirasi biopsy (FNAB), True cut / Care biopsy, Incisi biopsy, Eksisi
biopsy
3. Pemeriksaan manografi
4. Biopsi aspirasi
5. True cut
6. Biopsi terbuka
I. Komplikasi
dan hati.
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh darah kapiler
3. Faktor patologi
13
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
J. Penatalaksanaan
Pembedahan
Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai otot pectoralis mayor.
Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
2. Mastectomy total
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan otot pectoralis
mayor diangkat. Nodus axila tidak disayat dan lapisan otot dinding dada tidak
diangkat.
3. Lumpectomy/tumor
Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak turut diangkat.
5. Ouadranectomy
Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan otot pectoralis
mayor.
Radiotherapy
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula merupakan
therapi tunggal. Adapun efek samping: kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri
14
Chemotherapy
Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar dalam aliran darah. Efek
samping: lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan, kerontokan membuat, mudah
terserang penyakit.
Manipulasi hormonal
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang sudah bermetastase.
Dapat juga dengan dilakukan bilateral oophorectomy. Dapat juga digabung dengan
15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang
menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak
dan nyeri.
kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada
klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit
B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
2. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
3. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak
4. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan
16
5. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
8. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi atau tanda-
tanda radang.
C. Pengkajian Fungsional
2. Nutrisi – Metabolik
Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan
terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan
mengandung MSG.
3. Eliminasi
Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri
Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan lathan klien terganggu
Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada
17
6. Istirahat dan Tidur
Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat
operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya
Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan
Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat
kepuasan.
Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputusasaan.
dada.
D. Diagnosa Keperawatan
pembedahan.
pemajanan informasi
18
6. Gangguan pemenuhan kebutuhsn nutrisi berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
1. Nyeri
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Nyeri berhubungan NOC: NIC:
dengan adanya Tingkat nyeri: Pain management:
penekanan massa a. Skala nyeri a. Kaji nyeri secara komprehensif
tumor berkurang (lokasi, karakteristik, durasi,
b. Nyeri teratasi frekuensi, kualitas, dan faktor
c. Pasien nyaman presipitasi).
b. Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
Setelah dilakukan asuhan c. Gunakan tehnik komunikasi
keperawatan 1x8 jam teurapeutik untuk mengetahui
tingkat kenyamanan pengalaman nyeri pasien
pasien meningkat, nyeri sebelumnya.
terkontrol dengan kriteria d. Kontrol faktor lingkungan
hasil: yang mempengaruhi.
a. Pasien melaporkan e. Kurangi faktor presipitasi
nyeri berkurang nyeri.
dengan skala nyeri f. Pilih dan lakukan penanganan
1-2 nyeri (farmakologi/non
b. Ekpresi wajah farmakologis).
tenang g. Ajarkan tehnik non
c. Pasien dapat farmakologis.
istirahat dan tidur h. Kolaborasi untuk pemberian
d. Tanda-tanda vital analgetik.
dalam batas normal i. Evaluasi tindakan
pengurangan nyeri.
2. Cemas
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Cemas Setelah dilakukan perawatan 1 a. Dorong pasien untuk
berhubungan x 8 jam kecemasan dapat mengekspresikan
dengan perubahan berkurang dengan kriteria : perasaannya
gambar tubuh, a. Pasien tampak tenang b. Diskusikan tanda gejala
rencana tindakan b. Mau berpartisipasi dalam depresi
pembedahan program terapi c. Diskusikan
kemungkinan untuk
bedah rekonstuksi
19
3. Gangguan bodi image
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Gangguan body NOC: NIC:
image berhubungan a. Pasien dapat a. Diskusikan dengan pasien atau
dengan kecatatan menerima keadaan orang terdekat ttg respon pasien
tubuh dirinya b. Tinjau efek pembedahan
b. Pasien tidak malu c. Berikan dukungan emosi
dengan keadaan d. Anjurkan keluarga
dirinya mendampingi
4. Resiko infeksi
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Resiko infeksi Infeksi tidak terjadi NIC:
berhubungan a. Tidak ada tanda a. Kaji adanya tanda infeksi
dengan luka infeksi b. Lakukan cuci tangan sebelum
operasi b. Luka dapat sembuh dan sesudah tindakan
dengan sempurna c. Lakukan aseptik dan antiseptik
d. Kolaborasi pemberian antibiotik
5. Kurang pengetahuan
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Kurang Pasien mengerti teentang NIC:
pengetahuan penyakitnya a. Jelaskan proses penyakit,
tentang kanker Memahami proses prosedur pembedahan dan
mammae penyakit dan harapan yang akan datang
berhubungan pengobatannya b. Diskusikan perlunya
dengan kurang keseimbangan nutrisi, cairan
pemajanan c. Anjurkan banyak istirahat
informasi d. Edukasi ROM pasca MRM
20
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Awal
1. Identitas pasien
Nama : Ny. J
No. RM : 442-3020
Agama : Islam
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh ada benjolan di payudara kanan, kulit berwarna merah dan
Benjolan dirasakan sejak 3 bulan SMRS. Awalnya sebesar telur ayam, dalam 3
bulan membesar sebesar kepalan tangan (10 x 8 x 2 cm). Pasien berobat ke klinik,
Pasien riwayat hamil dengan usia > 35 tahun, menggunakan kb suntik dan pil
21
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
B. Pemeriksaan Fisik
Nadi : 96x/menit
Pernapasan : 17x/menit
Suhu : 36,8oC
Berat badan : 83 kg
Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala bulat, tidak nampak adanya kelainan
Telinga : bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada
Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
Dada : tampak benjolan, teraba massa, konsistensi padat, mobile, batas tegas,
permukaan licin, nyeri bila ditekan. Teraba multiple KGB axila dextra dengan ukuran
22
C. Skrining Gizi
Indikator Skor
Mengendalikan BAB
0 = tidak terkendali/tidak teratur (perlu pencahar)
2
1 = kadang-kadang tidak terkendali
2 = mandiri/mampu mengendalika
Mengendalikan BAK
0 = tidak terkendali atau pakai kateter dan tidak mampu mengendalikan
2
1 = kadang-kadang tidak terkendali
2 = mandiri
Membersihkan diri
0 = butuh pertolongan orang lain 1
1 = mandiri
Penggunaan toilet masuk dan keluar
0 = tergantung pertolongan orang lain
2
1 = perlu pertolongan pada beberapa kegiatan
2 = mandiri
Makan
0 = tidak mampu
2
1 = perlu ditolong memotong makanan
2 = mandiri
Berubah sikap dar berbaring ke duduk
0 = tidak mampu duduk seimbang
1 = perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 3
2 = bantuan sedikit (verbal dan fisik)
3 = mandiri
Berpindah/berjalan
0 = tidak mampu
1 = bisa (pindah) dengan kursi roda 3
2 = berjalan dengan bantuan satu orang
3 = mandiri
Memakai baju
0 = tergantung orang lain
2
1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
Naik turun tangga
0 = tidak mampu
2
1 = butuh pertolongan
2 = mandiri
Mandi
0 = tergantung orang lain 1
1 = mandiri
Total skor 20
23
E. Skala Morse (penilaian resiko jatuh dewasa)
Risiko Skor
Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan terakhir
Tidak = 0 0
Ya = 25
Diagnosis medis sekunder > 1
Tidak = 0 0
Ya = 15
Menggunakan alat bantu jalan
Bed rest/dibantu perawat = 0
0
Penopang/walker = 15
Furnitur = 30
Menggunakan infus
Tidak = 0 0
Ya = 25
Cara berjalan/berpindah
Normal/bed rest/imobilisasi = 0
0
Lemah = 15
Terganggu = 30
Status mental
Orientasi sesuai kemampuan diri = 0 0
Lupa keterbatasan diri = 15
Total skor 0
Parameter Skor
Persepsi sensor 4
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan
Tidak berespon = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
Kelembaban 4
Sejauh mana kulit terpapar kelembapan
Kelembapan konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
Jarang lembab = 4
Aktivitas 4
Tingkat aktivitas fisik
Tergeletak ditempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
Mobilitas 4
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
24
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
Nutrisi 4
Pola asupan makanan
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
Friksi dan gesekan 3
Masalah = 1
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total parameter 23
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Hematokrit : 39,2 %
Mammae kanan:
25
axilla multiple tanpa sentral hilus dengan ukuran terbesar sekitar 2,8 x 0,95
cm.
Mammae kiri:
Mammae kanan:
Tampak multiple lesi irreguler asimetris di sisi medial dan lateral mammae
Mammae kiri:
Kutis dan subkutis tidak menebal. Tak tampak retraksi papilla mammae.
Struktur fibrograndular terlihat dalam batas normal, tak tampak lesi fokal.
Conclusion:
H. Analisa Data
26
Objektif : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 96x/menit, pernapasan
I. Diagnosa Keperawatan
pemajanan informasi
J. Intervensi
Tanggal/ Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
Jam keperawatan
20-01-20 Cemas Setelah dilakukan a. Dorong pasien untuk
09.30 berhubungan perawatan 1 x 8 jam mengekspresikan
dengan kecemasan dapat perasaannya
rencana berkurang dengan b. Edukasi persiapan pre
tindakan kriteria : dan post operasi
pembedahan a. Pasien tampak c. Libatkan keluarga untuk
tenang memberikan koping
b. Mau berpartisipasi adekuat
dalam program
terapi
20-01-20 Nyeri NOC: NIC:
09.30 berhubungan Tingkat nyeri: Pain management:
dengan adanya a. Skala nyeri a. Kaji nyeri secara
penekanan berkurang komprehensif (lokasi,
massa tumor b. Nyeri teratasi karakteristik, durasi,
c. Pasien nyaman frekuensi, kualitas, dan
Setelah dilakukan faktor presipitasi).
asuhan keperawatan 1x8 b. Observasi reaksi
jam tingkat kenyamanan nonverbal dari
pasien meningkat, nyeri ketidaknyamanan.
terkontrol dengan c. Gunakan tehnik
kriteria hasil: komunikasi teurapeutik
a. Pasien melaporkan untuk mengetahui
nyeri berkurang pengalaman nyeri pasien
dengan skala nyeri sebelumnya.
1-2 d. Kontrol faktor
b. Ekpresi wajah lingkungan yang
tenang mempengaruhi.
27
c. Pasien dapat e. Kurangi faktor
istirahat dan tidur presipitasi nyeri.
d. Tanda-tanda vital f. Pilih dan lakukan
dalam batas normal penanganan nyeri
(farmakologi/non
farmakologis).
g. Ajarkan tehnik non
farmakologis.
h. Kolaborasi untuk
pemberian analgetik.
i. Evaluasi tindakan
pengurangan nyeri.
20-01-20 Kurang Pasien mengerti tentang NIC:
09.30 pengetahuan penyakitnya 1. Jelaskan proses penyakit,
tentang Memahami proses prosedur pembedahan dan
kanker penyakit dan harapan yang akan datang
mammae pengobatannya 2. Diskusikan perlunya
berhubungan keseimbangan nutrisi,
dengan kurang cairan
pemajanan 3. Anjurkan banyak istirahat
informasi 4. Edukasi ROM pasca
MRM
28
21-01-20 S : Nyeri hilang timbul, hilang
08.00 Mengobservasi tanda-tanda jika istirahat, VAS 2
vital O : ku sedang,
09.00 Mengevaluasi karakteristik composmentis, tekanan
nyeri darah 120/70 mmHg,
09.50 Mengevaluasi kemampuan nadi 86x/menit,
teknik napas dalam untuk pernapasan 17x/menit,
manajemen nyeri suhu 36,6oC, tidur siang
10.00 Mengedukasi bahwa distraksi selama 2 jam, nampak
bisa dilakukan dengan lebih rileks
mendengarkan musik yang Mampu mengulang
disukai informasi yang diberikan
10.15 Mengevaluasi pemahaman terkait persiapan pasca
pasien tentang penyakitnya operasi
11.00 Mengajarkan ROM untuk A : Nyeri
persiapan pasca mastektomi Kurang pengetahuan
12.00 Memberikan makan siang, P : Nyeri terkontrol dalam 1
menganjurkan segera makan x 24 jam
dalam kondisi hangat, sedikit Masalah kurang
tapi sering pengetahuan teratasi
12.15 Kolaborasi pemberian Intervensi sesuai care
analgetik (paracetamol 500 plan
mg PO)
12.30 Menganjurkan banyak
istirahat dan rileks
13.00 Melakukan evaluasi
22-01-20 S : Nyeri tidak ada
08.00 Mengobservasi tanda tanda O : ku sedang,
vital dan mengevaluasi composmentis, tekanan
karakteristik nyeri darah 120/80 mmHg,
09.00 Mengevaluasi persiapan nadi 80x/menit,
operasi, tingkat kecemasan, pernapasan 17x/menit,
dan pemahaman pasien ttg suhu 36,5oC nampak
penyakitnya tenang didampingi
10.00 Mengantar pasien ke kamar keluarga
operasi untuk tindakan A : Nyeri
pembedahan P : Masalah nyeri teratasi
Kaji ulang pasien pasca
pembedahan
29
BAB V
Adapun kesimpulan dari penulisan asuhan keperawatan pada pasien ca mammae dengan
1. Ca mammae merupakan tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker
bisa tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat
pada payudara.
2. Selain genetik, penyebab ca mammae terdiri dari defisiensi imun, hormonal, virus, dan
3. Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada pasien ca mammae dengan rencana
tindakan pembedahan adalah nyeri, gangguan bodi image, resiko infeksi, kurang
e. Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus ini adalah cemas berhubungan dengan
pemajanan informasi.
Saran
Ny. J, penyusun menyampaikan saran kepada RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo
diharapkan dapat memberikan pelayanan yang paripurna dengan tidak hanya berfokus pada
pelayanan fisik pasien saja akan tetapi persiapan mental dan informasi perawatan lainnya
pada pasien saat pulang dengan melibatkan keluarga. Bagi profesi keperawatan, semoga bisa
30
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 2. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4.
Jakarta. EGC
Prodjo, Suharto Resko. 1995. http://lenterabiru.com
Robbin & Kumar. 1995. Buku Ajar Patologi Edisi 4. EGC : Jakarta.
Sjamsulhidayat, R. dan Wim de Jong. 1998. Buku Ajar Imu Bedah, Edisi revisi. EGC :
Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. and Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah :
Brunner Suddarth, Vol. 2. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat. R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta
Wiley dan Blacwell. (2009). Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2009-2011,
NANDA.Singapura:Markono print Media Pte Ltd
31