Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH KOMPLEMETER

Oleh
Kelompok 3

Luh Made Denita Dwi Pradina KP.12.19.003


Ni Kadek Dewi Pratiwi KP.12.19.009
Ni Kadek Poppy Indriana KP.12.19.015
Ni Made Widya Pertiwi KP.12.19.021
Hervin Awaludin KP.12.19.027
I Kadek Candra Kusuma Cahyadi KP.12.19.034
Zainal Nur Khosim KP.12.19.040
Ni Putu Wiweka Ayudana KP.12.19.046

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


STIKES KESDAM XI/UDAYANA
DENPASAR2020/02021

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan
Yang Maha Esa , karena atas limpahan karunia, rahmat dan hidayat-Nya yang berupa kesehatan,
sehingga makalah yang berjudul “Terapi Komplementer” dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini di susun sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Komplemeter. Kami berusaha
menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami menyadari bahwa makalah ini
masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan saya terima dengan senang hati demi
perbaikan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai Terapi Komplementer dan
bermanfaat bagi para pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini kami ucapkan terimakasih.

DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................
1.3 Tujuan ...............................................................................................................
1.4 Manfaat..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi terapi komplementer ...........................................................................
2.2 Peran Perawat....................................................................................................
2.3 Macam-macam Terapi Komplementer..............................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ...........................................................................................................
3.2 Saran .................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dengan
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminology ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam  pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga
ada yang menyebutkan dengan  pengobatan holistic, pendapat ini didasari oleh bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi.
Perkembangan terapi komplementer akhir-akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam  pelayanan
kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang
mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi
peningkatan jumlah  pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991
menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).
Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu
alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam
diri dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin
terlibat untuk pengambilan keputusan dalam  pengobatan dan peningkatan kualitas hidup
dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari
pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer
(Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan
pengobatan masyarakat. Di berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien
bertanya tentang terapi komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan Herbalis
biasanya merespon obat-obat herbal, seperti tingtur, meskipun terkadang menggunakan
formulasi yang lebih pekat (ekstrak cair). Jika suatu resep memerlukan beberpa herba,
tingtur dan ekstrak cair di campur menjadi suatu campuran.
Beberapa herbalis akan menyiapkan bahan-bahan persediaannya sendri, sementara bahan
yang lain dibeli dari pemasok khusus dan sebagian besar memberikan resep herbalnya
sendiri. Formulasi oral lainnya (tablet, kapsul) dan sediaan herba topikal juga dapat di
resepkan (Heinrich et al., 2009).
Terdapat sekumpulan bukti klinis yang signifikan tentang manfaat dan resiko potensial
yang berkaitan dengan penggunaan obat herbal tertentu. Ikhtisar mengenai beberapa herba
paling  penting yang umum di gunakan dapat dilihat pada bagiab B buku ini. Sebagian besar
informasi ini berkaitan dengan penggunaan obat herbal tertentu yang diformulasikan sebagai
sediaan fitofarmasi dan di gunakan dengan cara yang sama dengan sediaan farmasi
konfensional, biasanya dibawah pengawasan seorang docter, untuk mengobati gejala-gejala
penyakit. Penelitien tentang efikasi dan keamanan obat herbal dan kombinasi obat herbal
yang telah di gunakan oleh praktisi obat herbal sangat sedikit. Selain itu, efikasi dan
keamanan herbalisme sebagai salah satu pendekatan  pengobatan belum di evaluasi secara
ilmiah (Heinrich et al., 2009).
Aromaterapi Tumbuhan aromatis dan ekstraknya telah digunakan pada kosmetik dan
parfum serta untuk keperluan religious selama ribuan tahun, meskipun hanya sedikit
kaitannya dengan penggunaan terapeutik minyak-minyak atsiri. Dasar-dasar aromaterapi
berkaitan dengan Rene-Maurice Gattefosse, seorang ahli kimia pembuat  parfum dari
Prancis, yang pertama kali menggunakan istilah aromaterapi pada tahun 1928 (Heinrich et
al., 2009). Aromaterapi adalah penggunaan terapeutik zat-zat aromatic yang diekstraksi dari
tumbuhan. Kelompok paling penting pada zat- zat ini adalah minyak atsiri. Minyak ini
biasanya diperoleh dari  bahan tumbuhan (misalnya akar, daun, bunga, biji) dengan cara
destilasi, meskipun tindakan fisik (menggunakan pengempaan dan tekanaan) adalah metode
yang digunakan untuk memperoleh  beberapa minyak atsiri, terutama yang diperoleh dari
kulit buah sitrus. Beberapa aspek penting untuk penggunaan minyak atsiri dalam
aromaterapi dijelaskan berikut ini (Heinrich et al., 2009) :
1. Aromaterapis menyakini bahwa minyak atsiri dapat digunakan tidak hanya untuk
pengobatan dan pencegahan penyakit, tetapi  juga efeknya terhadap mood, emosi dan
rasa sehat.
2. Aromaterapi diklaim sebagai suatu terapi holistik; dalam hal ini, aromaterapis
memilih suatu minyak atsiri, atau kombinasi minyak atsiri, disesuaikan dengan
gejala, kepribadian, dan keadaan emosi masing-masing klien. Pengobatan dapat
berubah pada kunjungan pasien berikutnya.
3. Minyak atsiri dijelaskan tidak hanya dengan rujukan terhadap reputasi sifat-sifat
farmakologisnya (misalnya antibakteri, antiradang), tetapi juga melalui hal-hal yang
tidak dikenali  pada obat-obat kovensional (misalnya keseimbangan, member energi).
4. Aromaterapis menyakini bahwa kandungan minyak atsiri, atau kombinasi minyak,
bekerja secara sinergistis untuk meningkatkan efikasi atau mengurangi terjadinya
efek-efek merugikan yang terkait dengan kandungan kimia tertentu.

Aromaterapi digunakan secara luas sebagai suatu pendekatan untuk meredakan stres,
dan banyak minyak atsiri diklaim sebagai ‘perelaksasi’. Banyak aromaterapis juga
mengklaim bahwa minyak atsiri dapat digunakan dalam pengobatan berbagai kondisi.
Banyak  pengguna menggunakan sendiri minyak atsiri untuk perawatan kecantikkan,
membantu relaksasi, atau mengobati penyakit ringan tertentu, banyak diantaranya tidak
cocok untuk pengobatan sendiri. Aromaterapi juga digunakan dalam berbagai pelayanan
kesehatan kovensional, seperti dalam perawatan paliatif, unit perawatan intesif, unit
kesehatan jiwa dan pada unit-unit khusus yang merawat  pasien HIV/AIDS, cacat fisik,
dan ketidakmampuan belajar yang  parah (Heinrich et al., 2009). Metode paling lazim
yang digunakan oleh aromaterapis untuk  penggunaan minyak atsiri adalah dengan
pemijatan, yaitu tetesan dua sampai tiga minyak atsiri diencerkan dalam pembawa
berupa minyak sayur, seperti minyak biji anggur, minyak jojoba dll. Metode lain untuk
penggunaan minyak atsiri yang dilakukan oleh aromaterapis atau dalam perawatan
sendiri antara lain (Heinrich et al., 2009) :

1. Penambahan minyak atsiri ke dalam air mandi dan air untuk mencuci kaki (air harus
diaduk dengan kuat untuk membantu disperse).
2. Dihirup
3. Kompres
4. Digunakan dalam peralatan aromaterapi (misalnya alat  pembakar dan penguap).
Beberapa praktisi menganjurkn penggunaan minyak atsiri secara oral, yang disebut
‘aromatologi’. Namun minyak atsiri tidak boleh digunakan untuk pemakaian internal tanpa
pengawasan medis. Beberapa aromatis juga menyatakan bahwa minyak atsiri dapat
diberikan malalui vagina (misalnya, melalui tampon atau douche) atau secara rektal, tetapi
pemberian melalui rute-rute ini dapat menyebabkan iritasi membran dan tidak dianjurkan
(Heinrich et al., 2009). Biasanya, minyak atsiri mengandung sekitar 100 atau lebih
kandungan kimia, kebanyakan terdapat pada konsentrasi dibawah 1%, meskipun beberapa
kandungan terdapat pada konsentrasi yang  jauh lebih rendah. Beberapa minyak atsiri
mengandung satu atau dua kandungan utama, serta sifat-sifat terapeutik dan toksikologis
minyak tersebut sebagian besar dimiliki oleh kandungan kimia.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan terapi komplementer ?
1.2.2 Bagaimana peran perawat terapi komplementer?
1.2.3 Apa saja macam-macam terapi komplementer?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah supaya mahasiswa dan mahasiswi mengetahui dan
memahami macam-macam terapi komplementer sebagai intervensi keperawatan pada berbagai
penyakit.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah supaya pembaca khusus nya mahasiswa dan
mahasiswi dapat mengetahui secara rinci dan jelas mengenai terapi komplementer.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI TERAPI KOMPLEMENTER


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit.
Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan
komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan
bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.
Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem pengobatan
dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak menjadi bagian dari
pengobatan konvensional.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah
pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk
Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan
pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang
sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu
negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan
komplementer. Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan
Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber
dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk
dunia pernah menjalani pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran
pengobatan non-konvensional, termasuk pengobatan 3 komplementer ini, bisa diperkirakan
dari mulai menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer juga
ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.
Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam
kesatuan fungsi. Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai
sebuah domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan,
modalitas, praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda 4 dari
sistem pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada
(Complementary and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997
dalam Snyder & Lindquis, 2002). Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya
seluruh praktik dan ide yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau
pengobatan penyakit atau promosi kesehatan dan kesejahteraan.
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah
terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat
modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai
makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

2.2 PERAN PERAWAT


Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidik kesehatan, peneliti, pemberi
pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat. Sebagai konselor perawat dapat
menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan diskusi apabila klien membutuhkan informasi
ataupun sebelum mengambil keputusan. Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat
menjadi pendidik bagi perawat di sekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang
di Australia dengan lebih dahulu mengembangkan kurikulum pendidikan (Crips &
Taylor, 2001). Peran perawat sebagai peneliti di antaranya dengan melakukan berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasilhasil evidence-based practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi komplementer (Snyder &
Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi dengan klien sehingga peran
koordinator dalam terapi komplementer juga sangat penting. Perawat dapat
mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter yang merawat dan unit manajer
terkait. Sedangkan sebagai advokat perawat berperan untuk memenuhi permintaan
kebutuhan perawatan komplementer yang mungkin diberikan termasuk perawatan
alternatif (Smith et al.,2004).
2.2.1 FOKUS TERAPI KOMPLEMENTER
a. Pasien dengan penyakit jantung.
b. Pasien dengan autis dan hiperaktif
c. Pasien kanker
2.2.2 PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM TERAPI KOMPLEMENTER
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan (Didukung oleh teori
keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan keperawatan adalah
untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri secara total.
Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses penyebuhan
tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers (1970) Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah kesakitan, dan
merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan
pendekatan humanistic keperawatan). Peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan
kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan
keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan dilaksanakan
tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.
b. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien Peran ini dilakukan perawat dalam
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan berbagia informasi
dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer
yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan
melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya,
hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat
kelalaian.
c. Peran edukator Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan
untuk mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971),
tujuan keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien
mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Peran ini
dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan
kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

2.3 MACAM-MACAM TERAPI KOMPLEMETER


Beberapa terapi dan teknis medis alternatif dan komplementer bersifat umum dan
menggunakan proses alami (pernapasan, pikiran dan konsentrasi, sentuhan ringan, pergerakan,
dan lain-lain) untuk membanti individu merasa lebih baik dan beradaptasi dengan kondisi akut
dan akut. Berikut jenis-jenis terapi yang dapat diakses keperawatan, yaitu :
2.3.1 Terapi Relaksasi Respon relaksasi
merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku.
Relaksasi juga melibatkan penurunan stimulasi. Proses relaksasi memperpanjuang serat otot,
mengurangi pengiriman impuls neural ke otak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak
juga sistem tubuh lainnya. Relaksasi membantu individu membangun keterampilan kognitif
untuk mengurangi cara yang negatif dalam merespon situasi dalam lingkungan mereka.
Keterampilan kognitif adalah seperti sebagai berikut :
a. Fokus (kemampuan untuk mengidentifikasi, membedakan, mempertahankan
perhatian pada, dan mengembalikan perhatian pada rangsangan ringan untuk periode
yang lama).
b. Pasif (kemampuan untuk menghentikan aktivitas analisis dan tujuan yang tidak
berguna).
c. Kesediaan (kemampuan untuk menoleransi dan menerima pengalaman yang tidak
pasti, tidak dikenal, atau berlawanan).
Tujuan dari relaksasi jangka panjang adalah agar individu memonitor dirinya secara
terusmenerus terhadap indikator ketegangan, serta untuk membiarkan dan melepaskan
dengan sadar ketegangan yang terdapat di berbagai bagian tubuh.
2.3.2 Meditasi dan Pernapasan Meditasi
adalah segala kegiatan yang membatasi masukan rangsangan dengan perhatian langsung
pada suatu rangsangan yang berulang atau tetap. Ini merupakan terminasi umum untuk
jangkauan luas dari praktik yang melibatkan relaksasi tubuh dan ketegangan pikiran. Menurut
Benson, komponen relaksasi sangat sederhana, yaitu :
a. ruangan yang tenang,
b. posisi yang nyaman,
c. sikap mau menerima, dan
d. fokus perhatian. Praktik meditasi tidak membutuhkan seorang pengajar, banyak
individu mempelajari prosesnya dari buku atau kaset, dan mudah untuk diajarkan .
Sebagian besar teknik meditasi melibatkan pernapasan, biasanya pernapasan perut
yang dalam, relaks, dan perlahan.
2.3.3 Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak hasil ektraksi dari tanaman
dan bunga, yang dikenal sebagai minyak esensial atau minyak atsiri. Larutan minyak
atsiri dengan minyak pelarut dapat dihirup, digunakan untuk pijat, dioleskan sebagai
krim, atau ditambahkan ke air saat mandi air hangat.
Aromaterapi umumnya digunakan untuk relaksasi. Walau begitu, beberapa pihak
memercayai bahwa aromaterapi dapat membantu meredakan gejala atau penyakit
tertentu. Beberapa manfaat aromaterapi yang diyakini, yaitu:
1. Rasa sakit jangka panjang
2. Stres, rasa cemas, dan depresi
3. Gangguan pencernaan
4. Gangguan kognitif
5. Infeksi kulit

Bukti khasiat aromaterapi dan minyak atsiri tersebut masih diperlukan


penelitian lebih lanjut. Anda disarankan untuk berkonsultasi dahulu terlebih dahulu
dengan dokter sebelum menggunakan minyak aromaterapi karena beberapa minyak
atsiri dapat menyebabkan efek samping.
2.3.4 Akupuntur
Akupuntur adalah terapi tradisional Cina kuno yang menggunakan jarum dan
ditusukkan ke titik-titik tertentu ke dalam tubuh. Awalnya, akupuntur bertujuan untuk
mengembalikan keseimbangan 'energi' di dalam tubuh. Akupuntur masih banyak
dilakukan dan menjadi salah satu terapi komplementer yang paling terkenal dan
populer.
Beberapa kondisi medis yang banyak dipercaya dapat ditangani dengan
akupuntur, yaitu:
1. Sakit dan nyeri (terutama sakit punggung, lutut, leher, dan rahang)
2. Sakit kepala dan migraine
3. Penyakit setelah operasi atau saat menjalani kemoterapi
4. Kecanduan zat tertentu
5. Sindrom terowongan karpal (carpal tunnel syndrome)
6. Asma
7. Stroke
8. Radang sendi
9. Gangguan usus atau kandung kemih

Akupunktur cukup aman dan cenderung tidak menghasilkan efek samping.


Walau begitu, terapi komplementer termasuk akupuntur harus dilakukan oleh
praktisi yang terlatih. Berkonsultasi dengan dokter amat diperlukan sebelum
mencoba terapi ini.

Sebagai informasi, akupuntur juga menjadi salah satu spesialisasi dalam


profesi dokter di Indonesia.

2.3.5 Homoeopati
Homeopati adalah terapi komplementer yang didasarkan pada gagasan bahwa
suatu zat yang biasanya menyebabkan gejala-gejala tertentu dapat menyembuhkan
gejala tersebut jika diberikan dalam dosis yang sangat kecil.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvensional yang  bukan berasal dari


negara yang bersangkutan. Terapi komplementer adalah tindakan yang diberikan sebagai
bagian dari keperawatan kesehatan, terdiri dari  berbagai macam bentuk praktik kesehatan
selain tindakan konpensional, ditunjukkan untuk meningkatkan derajat kesehatan ditahap
pencegahan primer, sekunder dan tersier yang diperoleh melalui pendidikan khusus yang
didasari oleh ilmu-ilmu kesehatan. Jenis-jenis terapi komplementer adalah akupuntur,
herbalisme medis, aromaterapi, terapi pengobatan bunga. Prinsip keperawatan yang perlu
diaplikasikan dalam melaksanakan terapi komplementer dan alternative adalah holistik,
komprehensif, dan kontinu. Prinsip holistik pada terapi komplementer sesuai dengan
pendekatan perawat yang mengacu pada kebutuhan biologis, psikologis, social, cultural dan
spiritual (Berman, et al 2015; Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Peran perawat yang dapat
dilakukan dari pengetahuan tentang terapi komplementer diantaranya sebagai konselor,
pendidik kesehatan, peneliti, pemberi pelayanan langsung, koordinator dan sebagai advokat.
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam pelayanan konvensional adalah
akupuntur, terapi hiperbalik, herbal medik.

3.2 SARAN

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun
penulis. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami butuhkan, karena  penulis sadar bahwa
penyusunan makalah ini jauh dari kata empurna dan kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang lebih baik

DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/makalah-terapi-komplementer-komunitas.pdf

http://www.budhinersalindo.com/blog/jenis-jenis-terapi-komplementer
https://www.google.com/search?
q=peran+perawat+terapi+komplementer&oq=peran+perawat+terapi+komple
menter&

https://www.scribd.com/presentation/355900789/PERAN-PERAWAT-
KOMPLEMENTER

Anda mungkin juga menyukai