PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori dari kasus pielonefritis ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari kasus pielonefritis ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari kasus pielonefritis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari kasus
pielonefritis.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan
infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari
salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood,
2002: 668)Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih
yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain
yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pielonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari
infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi
selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.
Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
3
glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu
penyakit ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat
dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering
terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya
(uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit
ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40
tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus
dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan
saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
2.1.2 Etiologi
4
2. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung
kemih kembali ke dalam ureter.
3. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.
5
badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan
jaringan parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.
2.1.4 Patofisiologi
Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi.
Inflamasi ini menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari
papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cystitis, prostatitis (asccending) atau karena infeksi
steptococcus yang berasal dari darah (descending). Pyelonefritis dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20
% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke
arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Abses dapat
di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Pyelonefritis kronik
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri,
tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih
dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal
secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure
(gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan
kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.
6
2.1.5 Pathway
Mikroorganisme
(bakteri)
Ureter Distensi VU
Peradangan
Nyeri
Nyeri Naik ke ginjal
Retensi urin
Infasi pada
ginjal
Nyeri
Kurang
pengetahuan
7
2.1.6 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut :
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada
tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam
pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal,
dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
8
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan
warna pada uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter
urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam
kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan
nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
6. Penyakit Menular Seksual (PMS ): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes- tes tambahan :
a. Urogram intravena (IVU).
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pielonefritis Akut : pasien pielonefritis akut beresiko terhadap
bakteremia dan memerlukan terapi antimikrobial yang
intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai
pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat
9
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka
pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada
sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan
adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai
beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak
terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi
jangka panjang.
b. Pielonefritis kronik : agens antimikrobial pilihan di dasarkan
pada identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion
atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
2. Keperawatan
a. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan
untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke
uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang
untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.
10
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
2.2.1 Pengkajian
1. Data Biografi
Data biografi terdiri atas
a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur pielonepritis dapat
mengenai semua umur baik anak-anak,remaja, maupun usia lanjut
alamat, jenis kelamin pada pielonepritis ternyata wanita lebih
sering terkena daripada pria, agama, status, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab, meliputi nama, umur, jenis kelamin
dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh nyeri punggung
dibawah dan disuria.
b. Riwayat penyakit sekarang : masuknya bakteri ke kandung kemih
sehingga menyebabkan infeksi.
c. Riwayat penyakit dahulu: mungkin pasien pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelunnya.
d. Riwayat penyakit keluarga: pielonepritis bukanlah penyakit
keturunan.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: kurangnya
pengetahuan pasien tentang pencegahan.
b. Pola istirahat dan tidur: istirahat dan tidur pasien mengalami
gangguan karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eliminasi: pasien cenderung mengalami disuria dan sering
kencing.
d. Pola aktivitas: aktivitas pasien mengalami gangguan karena rasa
nyeri yang kadang datang.
11
4. Pemeriksaan fisik
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Pasien lemah, perkusi punggung terasa nyeri.
h. Sistem Perkemihan
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat berkemih. Pada palpasi
didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih
yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.
12
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Analisa Data
Retensi urin
Ds : Mikroorganisme Kurang
a. Pasien pengetahuan
mengatakan Uretra
tidak
mengetahui Vesika urinaria
tentang Ureter
penyakitnya
Do : Naik ke ginjal
a. Pasien kurang
mendapat Pielonepritis
informasi
Kurang informasi
tentang proses
13
penyakit
2. Rumusan Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan timbulnya implamasi ditandai dengan
Pasien mengeluh nyeri di sekitar bawah punggung dan nyeri saat
berkemih, pasien tampak meringis saat berkemih
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi vesika
urinaria terjadinya distensi kandung kemih ditandai dengan pasien
mengeluh kesulitan saat berkemih serta pasien mengeluh sering
kencing, pasien mengalami disuria
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya,
pasien kurang mendapat informasi
14
4. Bantu atau dorong penggunaan nafas Membantu mengarahkan
berfokus relaksasi. kembali perhatian dan untuk
relaksasi otot.
5. Berikan perawatan perineal. Untuk mencegah kontaminasi
uretra
6. Jika dipasang kateter indwelling, Kateter memberikan jalan
berikan perawatan kateter 2 n kali per bakteri untuk memasuki
hari. kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
7. Kolaborasi Temuan-temuan ini dapat
Konsul dokter bila: sebelumnya memberi tanda kerusakan
kuning gading-urine kuning, jingga jaringan lanjut dan perlu
gelap, berkabut atau keruh. Pla pemeriksaan luas.
berkemih berubah, sering berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin
kencing, meneter setelah berkemih.
Nyeri menetap atau bertambah sakit.
8. Berikan analgesic sesuia kebutuhan Analgesic memblok lintasan
dan evaluasi keberhasilannya. nyeri sehingga mengurangi
nyeri.
9. Memberikan antibiotik. Buat Akibat dari haluaran urin
berbagai variasi sediaan minum, memudahkan berkemih sering
termasuk air segar. Pemberian air dan membantu membilas
sampai 2400 ml/hari. saluran berkemih.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi vesika
urinaria terjadinya distensi kandung kemih ditandai dengan pasien
mengeluh kesulitan saat berkemih serta pasien mengeluh sering
kencing, pasien mengalami disuria
Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda
gangguan berkemih (disuria).
No. Intervensi Rasional
15
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran Memberikan informasi tentang
karakteristik urin. fungsi ginjal dan adanya
komplikasi.
2. Tentukan pola berkemih pasien.
3. Dorong meningkatkan pemasukan Peningkatan hidrasi membilas
cairan. bakteri
4. Kaji keluhan kandung kemih Retensi urin dapat terjadi
penuh. menyebabkan distensi jaringan
(kandungan kemih/ginjal).
5. Observasi perubahan status mental: Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat.
6. Kecuali dikontaminasikan: ubah Untuk mencegah status urin.
posisi pasien setiap 2 jam.
7. Kolaborasi Pengawasan terhadap disfungsi
ginjal.
Awasi pemeriksaan laboratorium;
elektrolit, BUN, kreatinin.
8. Lakukan tindakan untuk Asam urin menghalangi
memelihara asam urin. tumbuhnya kuman
9. Tingkatkan masukan sari buah berri Peningkatan masukan sari buah
dan berikan obat-obatan untuk dapat berpengaruh dalam
meningkatakanasam urine. pengobatan infeksi saluran
kemih.
16
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya,
pasien kurang mendapat informasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan
perawatan diri preventif.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit dan Memberikan pengetahuan dasar
harapan yang akan datang. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
2. Berikan informasi tentang: sumber Pengetahuan apa yang diharapkan
infeksi, tindakan untuk mencegah dapat mengurangi ansietas dan
penyebaran, jelaskan pemberian membantu mengembangkan
antibiotik, pemeriksaan diagnostik: kepatuhan pasien terhadap
tujuan, gambaran singkat, rencana terapeutik.
persiapan yang dibutuhkan
sebelum pemeriksaan, perawatan
sebelum pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan.
3. Pastikan pasien atau orang Instruksi verbal dapat dengan
terdekat telah menulis perjanjian mudah untuk dilupakan.
untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatan
sesudah pemeriksaan.
4. Instruksikan pasien untuk pasien sering menghentikan obat
menggunakan obat yang diberikan, mereka, jika tanda-tanda penyakit
minum sebanyak kurang lebih mereda. Cairan menolong
delapan gelas per hari khususnya membilas ginjal. Asam piruvat
sari buah berri. dari sari buah berri membantu
mempertahankan keadaan asam
urin dan mencegah pertumbuhan
17
bakteri.
5. Berikan kesempatan pada pasien Untuk mendeteksi isyarat
untuk mengekspresikan perasaan indikatif kemungkinan
dan masalah tentang rencana ketidakpatuhan dan membantu
pengobatan. mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
BAB 3
18
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20