Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infeksi Traktus Urinarius (UTI) sering terjadi dan menyerang manusia
tanpa memandang usia, terutama perempuan. UTI bertanggung jawab atas
sekitar tujuh juta kunjungan pasien kepada dokter setiap tahunnya di Amerika
Serikat. Secara mikro biologi UTI dinyatakan ada jika terdapat bakteriuria
bermakna (ditemukan mikroorganisme patogen 105 ml pada urin pancaran
tengah yang dikumpulkan pada cara yang benar). Abnormalitas dapat hanya
berkolonisasi bakteri dari urine (bakteriuria asimtomatik) atau bakteriuria
dapat disertai infeksi simtomatikndari struktur-struktur traktus urinarius/ UTI
umumnya dibagi dalam dua sub kategori besar: UTI bagian bawah
(uretritis,sistitis, prostatitis) dan UTI bagian atas (pielonefritis akut). Sistitis
akut (infeksi vesika urinaria) dan pielonefritis akut ( infeksi pelvis dan
interstisium ginjal) adalah infeksi yang paling berperan dalam menimbulkan
morbilitas tetapi jarang berakhir sebagai gagal ginjal progresif. Pielonefritis
merupakan infeksi piala pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisial dari salah
satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan
naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung,
bakteri jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah; kasus penyebaran
secara hematogen kurang dari 3%.
Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana katup
uretevesikal yang tidak kompeten meynyebabkan urine mengalir balik
(refluks) ke dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius ( yang meningkatkan
kerentanan ginjal terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hiperplasia
prostatik benigna, dan batu urinarius merupakan penyebab yang lain.
Pielonefritis dapat akut dan kronis.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar teori dari kasus pielonefritis ?
2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan dari kasus pielonefritis ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar teori dari kasus pielonefritis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan dari kasus
pielonefritis.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP DASAR TEORI

2.1.1 Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal,
yang sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan
berlangsung selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada
pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut
yang disebut dengan pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan
infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan interstinal dari
salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul
secara hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood,
2002: 668)Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih
yang terdiri atas organ-organ tubuh yang berfungsi memproduksi
maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar tubuh. Berbagai
penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain
yaitu infeksi ginjal.
Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Pielonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi
berulang karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari
infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah terapi
selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atas dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin.
Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut
kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta

3
glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu
penyakit ginjal yang sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat
dilepaskan dari infeksi saluran kemih. Infeksi ginjal lebih sering
terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian bawahnya
(uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya
terletak berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat
mencapai kandung kemih dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit
ini juga akan bertambah pada wanita hamil dan pada usia di atas 40
tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes mellitus
dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan
saluran kemih.
b. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis  juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat
juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk
urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan ginjal secara
permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut
dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang
kronis. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan
ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung
beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

2.1.2 Etiologi

Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus


fecalis, dll). Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.

1. Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat

4
2. Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung
kemih kembali ke dalam ureter.
3. Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk malawan infeksi.

Escherichia coli (bakteri yang dalam keadaan normal


ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90% infeksi ginjal
diluar rumah sakit dan penyebab dari 50% infeksi ginjal di rumah sakit.
Infeksi biasanya berasal dari daerah kelamin yang naik ke kandung
kemih. Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya
bisa dicegah oleh aliran air kemih yang akan membersihkan organisme
dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke kandung kemih.
Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air kemih (misalnya batu
ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari kandung
kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi ginjal. Infeksi juga bisa dibawa ke ginjal dari bagian tubuh
lainnya melalui aliran darah.

2.1.3 Manifestasi klinis


1. Pyelonefritis akut ditandai dengan pembengkakan ginjal atau
pelebaran penumpang ginjal.
a) Pada pengkajian di dapatkan adanya demam yang tinggi,
menggigil, nausea, nyeri pada pinggang , sakit kepala, nyeri otot
dan adanya kelemahan fisi
b) Klien biasanya di sertai disuria, frequency, urgency dalam
beberapa hari.
c) Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau
hematuria dengan bau yang tajam, selain itu juga adanya
peningkatan sel darah putih.
2. Pielonefritis kronis biasanya tanpa gejala infeksi, kecuali terjadi
eksaserbasi. Tada-tanda utama mencakup keletiah sakit kepala, nafsu
makan rendah, poliuria, haus yang berlebihan, dan kehilangan berat

5
badan. Infeksi yang menetap atau kambuh dapat menyebabkan
jaringan parut progresif di ginjal disertai gagal ginjal pada akhirnya.

2.1.4 Patofisiologi
Bakteri masuk ke dalam pelvis ginjal dan terjadi inflamasi.
Inflamasi ini menyebabkan pembekakan daerah tersebut, dimulai dari
papila dan menyebar ke daerah korteks. Infeksi terjadi setelah
terjadinya cystitis, prostatitis (asccending) atau karena  infeksi 
steptococcus yang berasal dari darah (descending). Pyelonefritis dibagi
menjadi 2 macam yaitu :
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi
infeksi berulang karena tetapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20
% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua minggu setelah
terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke
arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Abses dapat
di jumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Pyelonefritis kronik
Kronik pielonefritis kronik juga berasal dari adanya bakteri,
tetapi dapat juga karena faktor lain seperti obstruksi saluran kemih
dan refluk urin. Pyelonefritis kronik dapat merusak jaringan ginjal
secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya  parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure
(gagal ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut
progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan
kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang –ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.
Pembagian Pyelonefritis akut sering di temukan pada wanita hamil,
biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pyelonefrosis akibat
obstruksi ureter karena uterus yang membesar.

6
2.1.5 Pathway
Mikroorganisme
(bakteri)

Infasi uretra Uretra

Vesika urinaria Obstruksi VU


Terjadi infeksi

Ureter Distensi VU
Peradangan

Nyeri
Nyeri Naik ke ginjal

Retensi urin
Infasi pada
ginjal

Pielonepritis Perubahan pola


eliminasi
Timbul Terjadi infeksi
inflamasi
Kurang informasi
tentang proses
penyakit

Nyeri

Kurang
pengetahuan

7
2.1.6 Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut :
a. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan
darah pada area medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis
papila ginjal, terutama pada penderita diabetes melitus atau pada
tempat terjadinya obstruksi.
b. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter
yang dekat sekali dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam
pelvis dan sistem kaliks mengalami supurasi, sehingga ginjal
mengalami peregangan akibat adanya pus.
c. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal,
dan meluas ke dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.

Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal


stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat
inflamasi kronik dan jaringan parut), hipertensi, dan pembentukan
batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme pengurai
urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu).

2.1.7 Pemeriksaan penunjang


1. Urinalisis
a. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
b. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB
sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai
keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun
urolitiasis.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.
102 -103 organisme koliform / mL urin plus piuria
b. Biakan bakteri.

8
c. Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan
warna pada uji carik
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
4. Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter
urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam
kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
5. Metode tes
a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan
nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat).
b. Tes esterase lekosit positif: maka pasien mengalami piuria.
c. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri
yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
6. Penyakit Menular Seksual (PMS ): Uretritia akut akibat organisme
menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).
7. Tes- tes tambahan :
a. Urogram intravena (IVU).
b. Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat
dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari
abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau
abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate.
c. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya infeksi yang resisten.

2.1.8 Penatalaksanaan
1. Medis
a. Pielonefritis Akut : pasien pielonefritis akut beresiko terhadap
bakteremia dan memerlukan terapi antimikrobial yang
intensif. Terapi parentral di berikan selama 24-48 jam sampai
pasien afebril. Pada waktu tersebut, agens oral dapat

9
diberikan. Pasien dengan kondisi yang sedikit kritis akan
efektif apabila ditangani hanya dengan agens oral. Untuk
mencegah berkembangbiaknya bakteri yang tersisa, maka
pengobatan pielonefritis akut biasanya lebih lama daripada
sistitis.
Masalah yang mungkin timbul dalam penanganan
adalah infeksi kronik atau kambuhan yang muncul sampai
beberapa bulan atau tahun tanpa gejala. Setelah program
antimikrobial awal, pasien dipertahankan untuk terus dibawah
penanganan antimikrobial sampai bukti adanya infeksi tidak
terjadi, seluruh faktor penyebab telah ditangani dan
dikendalikan, dan fungsi ginjal stabil. Kadarnya pada terapi
jangka panjang.
b. Pielonefritis kronik : agens antimikrobial pilihan di dasarkan
pada identifikasi patogen melalui kultur urin, nitrofurantion
atau kombinasi sulfametoxazole dan trimethoprim dan
digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal
yang ketat, terutama jika medikasi potensial toksik.
2. Keperawatan
a. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan
untuk membilas microorganisme yang mungkin naik ke
uretra, untuk wanita harus membilas dari depan ke belakang
untuk menghindari kontaminasi lubang urethra oleh bakteri
feces.

10
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

2.2.1 Pengkajian
1. Data Biografi
Data biografi terdiri atas
a. Identitas pasien yang meliputi nama, umur pielonepritis dapat
mengenai semua umur baik anak-anak,remaja, maupun usia lanjut
alamat, jenis kelamin pada pielonepritis ternyata wanita lebih
sering terkena daripada pria, agama, status, pendidikan dan
pekerjaan.
b. Identitas penanggung jawab, meliputi nama, umur, jenis kelamin
dan hubungan dengan pasien.
2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama : biasanya pasien mengeluh nyeri punggung
dibawah dan disuria.
b. Riwayat penyakit sekarang : masuknya bakteri ke kandung kemih
sehingga menyebabkan infeksi.
c. Riwayat penyakit dahulu: mungkin pasien pernah mengalami
penyakit seperti ini sebelunnya.
d. Riwayat penyakit keluarga: pielonepritis bukanlah penyakit
keturunan.
3. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan: kurangnya
pengetahuan pasien tentang pencegahan.
b. Pola istirahat dan tidur: istirahat dan tidur pasien mengalami
gangguan karena gelisah dan nyeri.
c. Pola eliminasi: pasien cenderung mengalami disuria dan sering
kencing.
d. Pola aktivitas: aktivitas pasien mengalami gangguan karena rasa
nyeri yang kadang     datang.

11
4. Pemeriksaan fisik
c. Sistem Respirasi
Pernafasan normal yaitu 16-20x/menit
d. Sistem Kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah ( Hipotensi )
e. Sistem Integumen
Kulit kering, turgor kulit menurun, rambut agak kusam.
f. Sistem Gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor.
g. Sistem Muskuloskeletal.
Pasien lemah, perkusi punggung terasa nyeri.
h. Sistem Perkemihan
Biasanya pasien mengeluh nyeri saat berkemih. Pada palpasi
didapatkan adanya nyeri tekan pada ginjal akibat adanya
peradangan akut maupun kronis dari ginjal atau saluran kemih
yang mengenai pelvis ginjal, pielonefritis, cystitis, uretra.

12
2.2.2 Diagnosa keperawatan
1. Analisa Data

Simtom Etiologi Problem


Ds : Mikroorganisme Nyeri
a. Pasien
mengeluh Uretra
nyeri di sekitar
bawah Vesika urinaria
punggung dan
nyeri saat Ureter
berkemih
Do : Naik ke ginjal
a. Pasien tampak
meringis Terjadinya infeksi
ketika
Timbul inflamasi
berkemih
Ds : Mikroorganisme Perubahan pola
a. Pasien eliminasi
mengeluh Uretra
kesulitan
dalam Vesika urinaria
berkemih
b. Pasien Obstruksi vesika
mengeluh urinaria
sering kencing
Do : Distensi vesika
a. Pasien urinaria
mengalami
disuria Nyeri

Retensi urin

Ds : Mikroorganisme Kurang
a. Pasien pengetahuan
mengatakan Uretra
tidak
mengetahui Vesika urinaria
tentang Ureter
penyakitnya
Do : Naik ke ginjal
a. Pasien kurang
mendapat Pielonepritis
informasi
Kurang informasi
tentang proses

13
penyakit
2. Rumusan Diagnosa
a. Nyeri berhubungan dengan timbulnya implamasi ditandai dengan
Pasien mengeluh nyeri di sekitar bawah punggung dan nyeri saat
berkemih, pasien tampak meringis saat berkemih
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi vesika
urinaria terjadinya distensi kandung kemih ditandai dengan pasien
mengeluh kesulitan saat berkemih serta pasien mengeluh sering
kencing, pasien mengalami disuria
c. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya,
pasien kurang mendapat informasi

2.2.3 Intervensi keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan timbulnya implamasi ditandai dengan
Pasien mengeluh nyeri di sekitar bawah punggung dan nyeri saat
berkemih, pasien tampak meringis saat berkemih
Kriteria evaluasi : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada
perkusi panggul.
No. Intervensi Rasional
1. Pantau haluaran urine terhadap Untuk mengidentifikasi
perubahan warna, bau dan pola indikasi kemajuan atau
berkemih, masukan dan haluaran penyimpangan dari hasil yang
setiap 8 jam dan pantau hasil diharapkan.
urinalisis ulang.
2. Catat lokasi, lamanya intensitas skala Membantu mengevaluasi
(1-10) penyebaran nyeri. tempat obstroksi dan penyebab
nyeri.
3. Berikan tindakan nyaman, seperti Meningkatkan relaksasi,
pijatan punggung, lingkungan menurunkan tegangan otot.
istirahat.

14
4. Bantu atau dorong penggunaan nafas Membantu mengarahkan
berfokus relaksasi. kembali perhatian dan untuk
relaksasi otot.
5. Berikan perawatan perineal. Untuk mencegah kontaminasi
uretra
6. Jika dipasang kateter indwelling, Kateter memberikan jalan
berikan perawatan kateter 2 n kali per bakteri untuk memasuki
hari. kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
7. Kolaborasi Temuan-temuan ini dapat
Konsul dokter bila: sebelumnya memberi tanda kerusakan
kuning gading-urine kuning, jingga jaringan lanjut dan perlu
gelap, berkabut atau keruh. Pla pemeriksaan luas.
berkemih berubah, sering berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin
kencing, meneter setelah berkemih.
Nyeri menetap atau bertambah sakit.
8. Berikan analgesic sesuia kebutuhan Analgesic memblok lintasan
dan evaluasi keberhasilannya. nyeri sehingga mengurangi
nyeri.
9. Memberikan antibiotik. Buat Akibat dari haluaran urin
berbagai variasi sediaan minum, memudahkan berkemih sering
termasuk air segar. Pemberian air dan membantu membilas
sampai 2400 ml/hari. saluran berkemih.
2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstuksi vesika
urinaria terjadinya distensi kandung kemih ditandai dengan pasien
mengeluh kesulitan saat berkemih serta pasien mengeluh sering
kencing, pasien mengalami disuria
Kriteria Evaluasi: Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda
gangguan berkemih (disuria).
No. Intervensi Rasional

15
1. Awasi pemasukan dan pengeluaran Memberikan informasi tentang
karakteristik urin. fungsi ginjal dan adanya
komplikasi.
2. Tentukan pola berkemih pasien.
3. Dorong meningkatkan pemasukan Peningkatan hidrasi membilas
cairan. bakteri
4. Kaji keluhan kandung kemih Retensi urin dapat terjadi
penuh. menyebabkan distensi jaringan
(kandungan kemih/ginjal).
5. Observasi perubahan status mental: Akumulasi sisa uremik dan
perilaku atau tingkat kesadaran. ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat.
6. Kecuali dikontaminasikan: ubah Untuk mencegah status urin.
posisi pasien setiap 2 jam.
7. Kolaborasi Pengawasan terhadap disfungsi
ginjal.
Awasi pemeriksaan laboratorium;
elektrolit, BUN, kreatinin.
8. Lakukan tindakan untuk Asam urin menghalangi
memelihara asam urin. tumbuhnya kuman
9. Tingkatkan masukan sari buah berri Peningkatan masukan sari buah
dan berikan obat-obatan untuk dapat berpengaruh dalam
meningkatakanasam urine. pengobatan infeksi saluran
kemih.

16
3. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit
ditandai dengan pasien tidak mengetahui tentang penyakitnya,
pasien kurang mendapat informasi
Kriteria hasil : Pasien menyatakan mengerti tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana pengobatan, dan tindakan
perawatan diri preventif.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit dan Memberikan pengetahuan dasar
harapan yang akan datang. dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi.
2. Berikan informasi tentang: sumber Pengetahuan apa yang diharapkan
infeksi, tindakan untuk mencegah dapat mengurangi ansietas dan
penyebaran, jelaskan pemberian membantu mengembangkan
antibiotik, pemeriksaan diagnostik: kepatuhan pasien terhadap
tujuan, gambaran singkat, rencana terapeutik.
persiapan yang dibutuhkan
sebelum pemeriksaan, perawatan
sebelum pemeriksaan, perawatan
sesudah pemeriksaan.
3. Pastikan pasien atau orang Instruksi verbal dapat dengan
terdekat telah menulis perjanjian mudah untuk dilupakan.
untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatan
sesudah pemeriksaan.
4. Instruksikan pasien untuk pasien sering menghentikan obat
menggunakan obat yang diberikan, mereka, jika tanda-tanda penyakit
minum sebanyak kurang lebih mereda. Cairan menolong
delapan gelas per hari khususnya membilas ginjal. Asam piruvat
sari buah berri. dari sari buah berri membantu
mempertahankan keadaan asam
urin dan mencegah pertumbuhan

17
bakteri.
5. Berikan kesempatan pada pasien Untuk mendeteksi isyarat
untuk mengekspresikan perasaan indikatif kemungkinan
dan masalah tentang rencana ketidakpatuhan dan membantu
pengobatan. mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah
dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


1. Pasien tidak merasa nyeri waktu berkemih.
2. Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria: tanda-tanda vital
stabil, masukkan dan     keluaran urine seimbang.
3. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi.
4. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai kondisi dan
pengobatan.

BAB 3

18
PENUTUP
3.1 Simpulan

Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang


sifatnya akut maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung
selama 1 sampai 2 minggu. Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak
sukses maka dapat menimbulkan gejala lanjut yang disebut dengan
pielonefritis kronis. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal,
tunulus, dan jaringan interstinal dari salah satu atau kedua gunjal

3.2 Saran

Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada saluran kemih


dengan menjaga kebersihan pada daerah kelamin

19
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C. 2000.Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta

Price, Sylvia A. 2006.Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit


Volume 2. EGC: Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal  Edisi 8 Bedah


Volume 2. EGC: Jakarta

20

Anda mungkin juga menyukai